Claim Missing Document
Check
Articles

Kepadatan dan Pola Distribusi Polymesoda erosa di Ekosistem Mangrove Desa Peniti Kabupaten Mempawah Kalimantan Barat Deni, Deni; Warsidah, Warsidah; Nurdiansyah, Syarif Irwan
Jurnal Laut Khatulistiwa Vol 3, No 1 (2020): February
Publisher : Dept. Marine Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/lkuntan.v3i1.35322

Abstract

Jenis Polymesoda erosa merupakan salah satu spesies yang hidup di dalam lumpur pada daerah estuari, di hutan mangrove air payau dan di sungai–sungai besar. Desa Peniti Kabupaten Mempawah merupakan salah satu tempat buruan utama Polymesoda erosa oleh masyarakat baik untuk dikonsumsi sendiri maupun untuk diperjualbelikan. Hal ini dapat berpengaruh terhadap jumlah populasi Polymesoda erosa di wilayah tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kepadatan dan pola distribusi Polymesoda erosa menggunakan metode Sistematik Sampling dengan membagi wilayah penelitian menjadi 4 (empat) stasiun. Hasil penelitian menunjukkan Polymesoda erosa yang diperoleh berjumlah 217 individu, yang terdiri atas 43 individu pada stasiun I, 93 individu pada stasiun II, 41 individu pada stasiun III, dan 40 individu pada stasiun IV. Polymesoda erosa tertinggi pada stasiun II (93 individu), sedangkan terendah pada stasiun IV (40 individu). Kepadatan rata-rata tertinggi Polymesoda erosa terdapat pada stasiun II yaitu mencapai 0,93 ind/m², sedangkan kepadatan rata-rata terendah terdapat pada stasiun IV yang senilai 0,4 ind/m². Distribusi Polymesoda erosa berdasarkan nilai standar derajat Morisita yaitu 0,023, yang menunjukan sebaran Polymesoda erosa bersifat mengelompok.
PENGARUH INTENSITAS CAHAYA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT Rhizopora mucronata DAN Rhizopora apiculata DI DESA PASIR KABUPATEN MEMPAWAH Manurung, Carles Yosua; Kushadiwijayanto, Arie Antasari; Nurdiansyah, Syarif Irwan
Jurnal Laut Khatulistiwa Vol 2, No 2 (2019): July
Publisher : Dept. Marine Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/lkuntan.v2i2.31432

Abstract

Penelitian tentang keberhasilan hidup bibit mangrove berdasarkan intesitas cahaya telah dilakukan di Mempawah Mangrove Park, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh intesitas cahaya terhadap pertumbuhan bibit mangrove Rhizopora mucronata dan Rhizopora apiculata. Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang intesitas cahaya yang optimum untuk pertumbuhan bibit mangrove Rhizopora mucronata dan Rhizopora apiculata guna meningkatkan ekonomi petani mangrove. Penelitian dilakukan menggunakan desain Rancangan Acak Kelompok, dengan 2 faktor terikat yaitu pertumbuhan bibir Rhizopora mucronata dan Rhizopora apiculata. Intensitas cahaya di lokasi penelitian pada umumnya berkisar antara 412-83.559 lux. Salinitas selama pengukuran secara umum bervariasi dari 5-30,43 "°. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis Rhizopora apiculata memiliki kecepatan pertumbuhan bibit yang lebih tinggi ~2,5 cm/minggu dibandingkan dengan Rhizopora mucronata (~2,0 cm/minggu) pada intensitas cahaya 107-2743,6 lux.Kata kunci: Mempawah Mangrove Park,  Rhizopora Mucronata, Rhizopora Apiculata, intensitas cahaya, pembibitan mangrove
Kepadatan dan Pola Distribusi Kima (Tridacna crocea) di Perairan Pulau Kabung Kalimantan Barat Oktapyani, Eka; Idiawati, Nora; Nurdiansyah, Syarif Irwan
Jurnal Laut Khatulistiwa Vol 3, No 3 (2020): October
Publisher : Dept. Marine Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/lkuntan.v3i3.41147

Abstract

Penelitian kepadatan dan pola distribusi kima di Perairan Pulau Kabung Kalimantan Barat telah dilakukan. Penentuan titik lokasi pengamatan dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling yang terdiri dari dua stasiun yaitu zona lokasi pemukiman dan aktivitas keluar masuk kapal dan zona lokasi tanpa pemukiman dan non-aktivitas keluar masuk kapal. Pengambilan sampel kima menggunakan metode belt transek. Hasil penelitian diperoleh 1 spesies yaitu Tridacna crocea. Kepadatan tertinggi diperoleh T. crocea pada stasiun I yaitu 0,078 ind/m2, sedangkan nilai terendah diperoleh pada stasiun II yaitu 0,033 ind/m2. Berdasarkan Indeks Morisita, kima T. crocea diperoleh pola distribusi mengelompok dengan nilai Ip sebesar 0,5144 (Ip 0).
Kepadatan dan Pola Distribusi Tridacna crocea di Perairan Laut Desa Sepempang Kecamatan Bunguran Timur Kabupaten natuna Triska, Indah Peggy; Apriansyah, Apriansyah; Nurdiansyah, Syarif Irwan
Jurnal Laut Khatulistiwa Vol 3, No 1 (2020): February
Publisher : Dept. Marine Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/lkuntan.v3i1.35053

Abstract

T. crocea hidup pada ekosistem terumbu karang dengan cara membenamkan diri pada substrat karang keras (massive) dan mendapatkan makanan dengan cara menyaring atau yang biasa disebut sebagai filter feeder. T. crocea merupakan salah satu kima yang dilindungi berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 12/Kpts/II/1987 Pemerintah Indonesia Tahun 1987 dan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui komposisi, kepadatan dan pola distribusi T. crocea serta parameter fisika kimia di Perairan Laut Desa Sepempang Kecamatan Bunguran Timur Kabupaten Natuna. Penelitian ini terdiri dari empat stasiun yang diperoleh menggunakan metode purpossive sampling berdasarkan rona lingkungan yaitu tanpa pemukiman, tanpa pemukiman (+aliran sungai), dermaga, dan pemukiman, sedangkan data T. crocea diambil menggunakan metode belt transect. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tridacna crocea memiliki kepadatan tertinggi sebesar 0,2 ind/m2 pada stasiun III dan terendah sebesar 0,058 ind/m2 pada stasiun II. Berdasarkan indeks morisita, T. crocea memiliki pola distribusi mengelompok.
Identifikasi dan Kepadatan Mikroplastik pada Sedimen di Mempawah Mangrove Park (MMP) Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat Simamora, Chinda Setia Lestari; warsidah, Warsidah; Nurdiansyah, Syarif Irwan
Jurnal Laut Khatulistiwa Vol 2, No 3 (2019): October
Publisher : Dept. Marine Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/lkuntan.v2i3.34828

Abstract

Salah satu ekosistem mangrove yang diduga tercemar mikroplastik yaitu, Mempawah Mangrove Park (MMP) di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat. Tujuan dari penelitian yaitu untuk mengetahui jenis dan kepadatan mikroplastik pada sedimen di Mempawah Mangrove Park (MMP), Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat. Hasil penelitian mendapatkan empat jenis mikroplastik, yaitu fiber, fragmen, film dan microbead. Mikroplastik memiliki kepadatan tertinggi pada stasiun I, diikuti oleh stasiun III, stasiun IV dan stasiun II. Identifikasi mikroplastik di Mempawah Mangrove Park (MMP) menunjukkan kedalaman 20-30 cm memiliki kepadatan mikroplastik lebih tinggi dibandingkan kedalaman 0-10 cm dan 10-20 cm. Uji Kruskal-Wallis yang telah dilakukan menunjukkan kepadatan jumlah mikroplastik antar stasiun dan kepadatan mikroplastik antar kedalaman tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (Asimpg. Sig. 0,059 0,05).  
Struktur Komunitas Makrozoobentos di Pantai Gosong Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat Siahaan, Jni Walbet; Warsidah, Warsidah; Nurdiansyah, Syarif Irwan
Jurnal Laut Khatulistiwa Vol 4, No 3 (2021): October
Publisher : Dept. Marine Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/lkuntan.v4i3.48095

Abstract

Pantai merupakan zona yang umum yang salah satunya dijadikan tempat wisata oleh masyarakat/wisatawan setempat serta menjadi habitat berbagai organisme. Adanya aktivitas masyarakat di sekitar Pantai Gosong beresiko mempengaruhi ekosistem biota yang hidup di kawasan tersebut, salah satunya makrozoobentos. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas makrozoobentos di Pantai Gosong, Kecamatan Sungai Raya Kepulauan, Kabupaten Bengkayang. Penelitian ini telah dilakukan pada Bulan November - April 2021. Stasiun sampling dilakukan secara purposive sampling berdasarkan rona lingkungan yang terdiri dari tiga zona yaitu zona mangrove, zona wisata, zona tanpa pemukiman. Pengambilan sampel makrozoobentos menggunakan Ekman Grab dan pengambilan sampel dilakukan secara random. Hasil penelitian mendapatkan 2 filum yaitu Mollusca dan Echinodermata, yang terdiri atas 3 kelas yaitu (Bivalvia, Gastropoda, Holothuroidea) dan 11 spesies dengan jumlah 132 individu. Nilai kepadatan individu pada ketiga stasiun berkisar antara 1,650 - 2,600 ind/m ². Indeks keanekaragaman (H"™) berkisar antara 0,716-1,534. Indeks keseragaman (E) berkisar antara 0,445-0,738. Indeks dominasi (C) berkisar antara 0,430-0,679. Pengukuran parameter fisika-kimia perairan dan substrat di perairan Pantai Gosong secara umum memiliki kisaran relatif homogen di seluruh stasiun pengamatan dan masih mendukung kehidupan makrozoobentos.
Arus Residu Pasang Surut di Perairan Kepulauan Tambelan Provinsi Kepulauan Riau Dewi, Dewi; Kushadiwijayanto, Arie Antasari; Nurdiansyah, Syarif Irwan; Nurrahman, Yusuf Arif; Helena, Shifa
Jurnal Laut Khatulistiwa Vol 5, No 1 (2022): February
Publisher : Dept. Marine Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/lkuntan.v5i1.49688

Abstract

Arus residu merupakan salah satu jenis arus yang berperan penting dalam perpindahan material-material di suatu perairan, terutama pada Perairan Kepulauan Tambelan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk dan arah arus residu    akibat pasang surut yang terjadi di Perairan Kepulauan Tambelan berdasarkan hasil model POM (Princeton Ocean Model) dalam kurun waktu 30 hari. Data masukan model berupa elevasi dan arus pasang surut diperoleh dari TMD (Tidal Model Driver). Data kedalaman didapat dari hasil digitasi peta Pushidrosal TNI AL. Hasil verifikasi pasang surut menunjukan bahwa data hasil model dengan hasil pengukuran lapangan secara umum memiliki pola grafik naik turun yang hampir sama. Berdasarkan hasil model, arus residu di semua komponen (K1, M2, O1  dan  S2) bergerak dari bagian Selatan menuju bagian Barat dan bertemu dengan arus yang bergerak dari Utara sehingga terjadi pembelokan arus ke arah Utara dengan kecepatan rata-rata sekitar 2,14 cm/s. Arus residu yang terjadi di komponen  K1  bergerak dari bagian Selatan menuju bagian Barat dan bertemu dengan arus yang bergerak dari Utara dan Selatan sehingga terjadi pembelokan ke arah Utara dan Selatan dengan kecepatan rata-rata sekitar 1,86 cm/s. Sedangkan arus residu yang terjadi di komponen  M2  sebagian besar bergerak dari bagian Selatan menuju bagian Barat dan terjadi pembelokan ke arah Barat Daya dengan kecepatan rata-rata sekitar 0,43 cm/s.
Kepadatan dan Pola Distribusi Teripang (Holothuroidea) di Teluk Cina Pulau Lemukutan Winanda, Marsita; Idiawati, Nora; Nurdiansyah, Syarif Irwan
Jurnal Laut Khatulistiwa Vol 5, No 1 (2022): February
Publisher : Dept. Marine Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/lkuntan.v5i1.47460

Abstract

Pulau Lemukutan memiliki potensi sumber daya alam pesisir yang tinggi. Kondisi terumbu karang yang masih baik menjadi faktor pendukung hidupnya biota laut termasuk teripang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepadatan dan pola distribusi serta faktor fisika kimia yang mendukung kehidupan teripang. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2020 pada musim perbani. Titik pengambilan sampel ditentukan secara Purposive sampling berdasarkan rona lingkungan yang terdiri dari tiga zona yaitu zona pemukiman, zona pariwisata dan zona tanpa pemukiman. Pengambilan sampel teripang menggunakan belt transect. Hasil penelitian diperoleh sebanyak dua spesies yaitu Holothuria atra dan Stichopus chloronotus. Kepadatan tertinggi terdapat di stasiun III sebesar 0,072 ind/m2, sedangkan kepadatan terendah terdapat di stasiun I sebesar 0,044 ind/m2. Berdasarkan indeks morisita, teripang spesies H. atra diperoleh pola distribusi mengelompok dengan nilai Ip sebesar 0,653, sedangkan S. chloronotus diperoleh pola distribusi dikategorikan sebagai indeterminasi. Parameter lingkungan di Teluk Cina Pulau Lemukutan masih ditemukan nilai yang berada di luar rentang optimum bagi teripang, yaitu salinitas, dan Kecepatan Arus.
KANDUNGAN KARAGENAN Eucheuma cottonii YANG DIBUDIDAYAKAN DI PERAIRAN PULAU LEMUKUTAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT PADA KEDALAMAN BERBEDA Ica, Evatricia; Idiawati, Nora; Nurdiansyah, Syarif Irwan; Minsas, sukal; Siregar, Sepridawati
Media Akuakultur Vol 17, No 1 (2022): (Juni, 2022)
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/ma.17.1.2022.17-22

Abstract

Rumput laut merupakan biota laut yang tumbuh dan hampir tersebar diseluruh perairan Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kandungan karagenan rumput laut Eucheuma cottonii yang dibudidayakan pada kedalaman berbeda di perairan Pulau Lemukutan. Penelitian ini dilakukan pada Bulan Februari sampai Juli 2022 di Desa Teluk Cina, Pulau Lemukutan, Kabupaten Bengkayang,Kalimantan Barat.Data yang dikumpulkan adalah kandungan karagenan dan parameter kualitas air. Tahapan pertama adalah ekstraksi karagenan, hasil ekstraksi disentrifugasi selanjutnya ditambahkan isopropanol dengan perbandingan (supernatant : isopropanol) adalah 1:3, kemudian didiamkan selama dua jam. Endapan karagenan hasil proses presipitasi dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 60°C. Hasil penelitian menunjukan bahwa kedalaman berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan karagenan Eucheuma cottonii. Rendemen karagenan tertinggi yang dihasilkan dari penelitian ini terdapat pada kedalaman 90 cm yaitu sebesar 58,00%, sedangkan pada kedalaman 60 dan 30 cm masing-masing yaitu 56,80% dan 56,60%. Hasil uji kadar air dan kadar abu pada rendemen tertinggi memperoleh kadar air 10,4% dan kadar abu 15,57%.Seaweed is a marine biota which is a large and superior commodity that grows and spreads throughout Indonesian waters. The purpose of this study was to determine the carrageenan content of Eucheuma cottonii seaweed cultivated at various depths on Lemukutan Island. This research was conducted from February to July 2022 in Teluk Cina Village, Lemukutan Island, Bengkayang Regency, West Kalimantan. The data collected is carrageenan content and water quality parameters. The first stage was carrageenan extraction, the results were centrifuged then added isopropanol with a ratio (supernatant: isopropanol) 1:3 and allowed to stand for two hours. The carrageenan precipitate produced from the precipitation process was dried using an oven at a temperature of 60° C. The results of the research that has been done, it can be concluded that the difference in depth has no significant effect on the carrageenan content of Eucheuma cottonii. The highest yield of carrageenan produced from this study was at a depth of 90 cm, which was 58.00%, while at a depth of 60 and 30 cm, were 56.80% and 56.60%, respectively. The results of the chemical characteristics test at the highest yield obtained water content of 10,4% and ash content of 15.57%.
Analisis Faktor-faktor Penyebab Rendahnya Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Pesisir Minsas, Sukal; Nurdiansyah, Syarif Irwan; Helena, Shifa; Kurniadi , Bambang
Empiricism Journal Vol. 4 No. 2: December 2023
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LITPAM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36312/ej.v4i2.1525

Abstract

Daerah pesisir meupakan zona peralihan antara daratan dan lautan, sehingga lingkungannya juga masih terpengaruh oleh kedua zona tersebut. Dengan garis pantai Indonesia sepanjang  108.000 kilometer, menjadi garis pantai terpanjang kedua di dunia, yang kaya dengan sumber daya alam potensial, sayangnya bahwa kekayaan tersebut belum mampu meningkatkan kesejahteraan secara merata pada masyarakat nelayan di pesisir, sebagai wilayah terdekat dari perairan laut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang menjadi penyebab rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan  di wilayah pesisir Kasuso desa Darubiah Kecamatan Bontobahari, sehingga dapat dijadikan rekomendasi dalam melakukan manajemen sumber daya pesisir di wilayah-wilayah pesisir lainnya. Penelitian dilakukan dengan pendekatan deskriptif kualitatif berdasarkan pengumpulan data di lapangan, dan kajian referensi didukung oleh dokumentasi. Wawancara dilakukan bersama dengan masyarakat nelayan. Dari hasil kegiatan penelitian ini menunjukkan bahwa penyebab masih rendahnya kesejahteraan masyarakat di pesisir tersebut diakibatkan oleh beberapa hal antara lain penangkapan hasil laut yang berlebihan (overfishing), adanya pengaruh perubahan iklim secara global, kontaminasi bahan pencemar yang merupakan hasil aktivitas manusia di daratan ataupun di daerah pesisir, rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan pengolahan hasil perikanan, masih kurangnya insfrastruktur dasar seperti jalan dan jembatan menuju pesisir, listrik dan air bersih serta beberapa kendala lain yang membutuhkan intervensi pemerintah secara komprehensif. Beberapa hal yang perlu dilakukan adalah pelatihan dan pembinaan masyarakat dalam pengolahan hasil perikanan kelautan menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi tinggi, serta melakukan usaha diversifikasi penghasilan nelayan dengan kegiatan yang tidak berhubungan dengan hasil perikanan sebagai antisipasi jika kegiatan bernelayan tidak memungkinkan dilakukan karena cuaca buruk. Analysis of Factors Contributing to the Low Welfare Levels of Coastal Fisherfolk Communities Abstract Coastal areas are conservation zones between land and sea, so the environment is still affected by these two zones. With Indonesia's 108,000 kilometer coastline, the second longest coastline in the world, which is rich in potential natural resources, unfortunately this wealth has not been able to improve the welfare evenly among fishing communities on the coast, as the area closest to sea waters. This research aims to analyze the factors that cause the low level of welfare of fishing communities in the coastal area of ??Kaso, Darubiah Village, Bontobahari District, so that it can be used as a recommendation for managing coastal resources in other coastal areas. The research was carried out using a qualitative descriptive approach based on data collection in the field and reference studies supported by documentation. Interviews were conducted with fishing communities. The results of this research activity show that the cause of the low welfare of coastal communities is caused by several things, including overfishing, the influence of global climate change, contamination by pollutants which are the result of human activities on land or in the region. coast, low level of education and fishery product processing skills, lack of basic infrastructure such as roads and bridges to the coast, electricity and clean water as well as several other obstacles that require comprehensive government intervention. Several things that need to be done are community training and training in processing marine fishery products into something of high economic value, as well as carrying out efforts to diversify fishermen's income with activities that are not related to fishery products in anticipation if fishing activities are not possible due to bad weather.