Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : PREPOTIF : Jurnal Kesehatan Masyarakat

HIV DENGAN TB PARU DAN PNEUMOCYSTIC JIROVECII PNEUMONIAE : LAPORAN KASUS Yusuf, Yuskyiah Ananda; Syahril, Erlin; Anggita, Dwi
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 9 No. 2 (2025): AGUSTUS 2025
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v9i2.48069

Abstract

Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan masalah kesehatan global yang menyebabkan penurunan sistem imun dan meningkatkan kerentanan terhadap infeksi oportunistik, seperti tuberkulosis (TB) dan Pneumocystis jirovecii pneumonia (PJP). Indonesia saat ini menjadi salah satu negara dengan beban TB tertinggi di dunia, dan koinfeksi HIV-TB menambah kompleksitas tatalaksana klinis. PJP juga menjadi infeksi oportunistik dengan mortalitas tinggi pada pasien HIV dengan imunosupresi berat. Penulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses diagnostik dan penatalaksanaan pada pasien dengan koinfeksi TB paru, HIV, dan PJP. Metode yang digunakan adalah laporan kasus deskriptif terhadap seorang perempuan berusia 39 tahun dengan gejala sesak napas, batuk berdahak, penurunan berat badan, dan hasil penunjang yang menunjukkan koinfeksi. Data diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik menyeluruh, pemeriksaan laboratorium, radiologi (foto toraks dan CT-scan), serta pemeriksaan mikrobiologi dan imunologi. Diagnosis ditegakkan sebagai TB paru kasus baru, HIV reaktif dengan kadar CD4 27/μL, dan PJP berdasarkan temuan radiologis serta identifikasi kista Pneumocystis jirovecii. Penatalaksanaan diberikan secara multidisipliner menggunakan antibiotik, steroid, mukolitik, serta terapi suportif lainnya. Koinfeksi TB-HIV-PJP memperlihatkan hubungan patofisiologis yang saling memperburuk, menyebabkan penurunan imunitas lebih lanjut dan meningkatkan risiko kematian. Pemahaman mendalam tentang interaksi patogen dan penanganan tepat waktu sangat penting dalam memperbaiki prognosis pasien. Kasus ini menekankan pentingnya pendekatan holistik dan berbasis bukti dalam menangani pasien HIV dengan infeksi oportunistik multipel.
A CASE REPORT: RESIDUAL BREAST CANCER POST MODIFIED RADICAL MASTECTOMY WITH COMPLETE CHEMOTHERAPY FOLLOWED by ADJUVANT HORMONE THERAPY at IBNU SINA HOSPITAL Akbar, Ollya Gaussyan Khalillah; Syahril, Erlin; Kurniawan, Agung
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 9 No. 2 (2025): AGUSTUS 2025
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v9i2.49621

Abstract

Tumor primer yang berulang merupakan masalah klinis yang sering terjadi beberapa bulan hingga tahun setelah pasien menjalani operasi atau kemoterapi. Kasus ini menggambarkan seorang pasien perempuan berusia 48 tahun yang datang dengan keluhan benjolan pada luka operasi di payudara kiri yang mulai dirasakan sekitar lima bulan sebelumnya. Benjolan tersebut awalnya kecil namun semakin membesar dengan disertai rasa nyeri tumpul yang datang dan pergi secara tiba-tiba tanpa dipengaruhi oleh posisi atau tekanan. Tidak ditemukan adanya perdarahan, nanah, maupun keluhan sistemik lain yang menyertai. Keluhan ini menggambarkan tumor baru yang berulang di lokasi yang sama, yang secara klinis didiagnosis sebagai kanker payudara kiri residif (Ca mammae sinistra residif). Sebagai tindakan intervensi, pasien menjalani prosedur pro-eksisi luas untuk mengangkat tumor tersebut. Evaluasi setelah tindakan menunjukkan pasien bebas gejala selama satu bulan pada pemeriksaan tindak lanjut. Kasus ini menegaskan pentingnya evaluasi ketat pada pasien kanker payudara pasca operasi atau kemoterapi guna mendeteksi tumor residual atau munculnya kekambuhan secara dini. Penanganan yang tepat dan pemantauan berkelanjutan sangat dibutuhkan untuk mencegah penyebaran kanker ke organ lain serta meningkatkan prognosis pasien. Studi kasus ini memberikan gambaran pentingnya kesadaran klinis terhadap risiko tumor berulang sehingga intervensi dapat dilakukan secara optimal untuk mengurangi komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
GAMBARAN RADIOLOGI FOTO TORAKS PADA PASIEN RAWAT INAP YANG TERDIAGNOSIS PNEUMONIA KOMUNITAS Mulyadi, Rodiyah; Rahmawati, Rahmawati; Arief, Erwin; Syahril, Erlin; Natsir, Bulkis
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 8 No. 2 (2024): AGUSTUS 2024
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v8i2.29570

Abstract

Pneumonia komunitas merupakan bentuk infeksi pernapasan akut yang memengaruhi parenkim paru dan merupakan infeksi yang didapat pada masyarakat. Pneumonia menjadi penyebab utama rawat inap dan kematian di seluruh dunia. Berdasarkan etiologi pneumonia yaitu akibat infeksi bakteri (Pneumococcus, Haemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis) dan infeksi virus (Respiratory syncytial virus, parainfluenza virus, adenovirus, influenza A,B dan C  dan Severe Acute Respiratory Syndrome). Untuk mendiagnosis pneumonia komunitas didasarkan pada anamnesis, gambaran klinis, laboratorium, dan radiologi foto toraks. Foto toraks sangat diperlukan dalam mengonfirmasi diagnosis pneumonia komunitas. Literatur ini bertujuan untuk mengetahui gambaran radiologi foto toraks pada pasien rawat inap yang terdiagnosis pneumonia komunitas. Metode yang digunakan yaitu literature review dengan desain Narrative Review untuk mengidentifikasi dan merangkum artikel yang telah diterbitkan sebelumnya mengenai gambaran radiologi foto toraks pada pasien rawat inap yang terdiagnosis pneumonia komunitas. Dari 24 artikel yang dirangkum, didapatkan hasil bahwa gambaran radiologi foto toraks pada pasien rawat inap yang terdiagnosis pneumonia komunitas sering terjadi pada anak – anak usia dibawah 5 tahun dan orang dewasa berusia diatas 50 tahun dengan jenis kelamin laki – laki, pada gambaran foto toraks yang sering didapatkan yaitu infiltrat, kemudian konsolidasi dan ground glass opacity (GGO). Berdasarkan lokasi anatomi segmental paru yang terkena ialah pada lobus inferior paru. Beberapa artikel juga menyebutkan bahwa rata – rata lama rawat inap di Rumah Sakit pada pasien pneumonia komunitas lebih dari lima hari.