Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

PERAN HUKUM DALAM MENYEIMBANGKAN PERSAINGAN USAHA DI EKOSISTEM DIGITAL Ramdin; Zuhrah
An Nuqud Journal of Islamic Economics Vol 3 No 1 (2024): AN NUQUD
Publisher : LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51192/annuqud.v3i1.1635

Abstract

The rapidly evolving digital ecosystem has created new challenges in the world of business competition, especially in relation to monopolies and market dominance by large platforms. Anti-competitive practices such as predatory pricing, data hoarding, and the use of algorithms to regulate the market further exacerbate competitive inequality. This research aims to analyse the role of law in balancing business competition in the digital era, focusing on the regulations needed to ensure fair competition in the digital ecosystem. Using a qualitative approach with a descriptive analysis method, this research examines competition regulations implemented in various countries, as well as the challenges faced in their implementation in the digital market. Data was obtained through literature study and comparison of regulations between the European Union, the United States, and Indonesia. The research findings show that while regulations such as the Digital Markets Act (DMA) in the European Union and the Antimonopoly Law in Indonesia have provided a legal basis for regulating competition, there are still gaps in addressing the dominance of digital platforms that hinder fair competition. Therefore, this study suggests the need for improvements in regulation that are more adaptive to digital dynamics, emphasising the importance of transparency, non-discrimination and sustainability principles to create a fairer market. This research provides important insights for policy development that can strengthen competition in the digital ecosystem.
ANALISIS TANTANGAN HUKUM DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI DIGITAL DAN E-COMMERCE DI ERA TEKNOLOGI MODERN: Analisis Tantangan Hukum Dalam Pengembangan Ekonomi Digital Dan E-Commerce Di Era Teknologi Modern Nasarudin; Zuhrah
JOURNAL ISLAMIC ECONOMICS AD DIWAN Vol 4 No 2 (2025): AD DIWAN
Publisher : Program Studi Ekonomi Syariah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51192/ad.v4i2.1594

Abstract

The development of the digital economy and e-commerce in the era of modern technology faces significant legal challenges, regulatory gaps, consumer protection, and data security. The purpose of this study is to analyze the legal challenges in the development of the digital economy and e-commerce, identify regulatory gaps, create an adaptive and inclusive legal framework to support the growth of the digital economy in Indonesia. Qualitative research methods, the research approach uses a library research approach. The data collection method uses document review. The analysis used is content analysis. The results of the study indicate that the legal challenges in the development of the digital economy and e-commerce in the era of modern technology can be grouped into several main aspects, namely regulation, consumer protection, data security, and sustainability of the digital ecosystem. First, regulatory gaps are a significant problem because many laws are no longer relevant to the development of digital technology, such as cross-border trade and digital taxation. In addition, the lack of harmonization of laws between countries hinders international trade. Furthermore, consumer protection is also a concern, where many consumers face unclear rights and responsibilities in online transactions, as well as the risk of fraud and lack of transparency from service providers. On the other hand, data security and privacy are major issues, with regulations that are still weak in protecting personal information and low public awareness of the importance of data privacy. Challenges to the sustainability of the digital ecosystem also arise, especially related to the inequality of access to technology and the imbalance of power between large and small business actors. This study emphasizes the urgent need to develop regulations that are more adaptive and flexible to technological innovation, as well as the importance of collaboration between governments, industry players, and the international community to overcome global challenges in the digital economy.
TINJAUAN HUKUM ATAS EKSISTENSI DAN LEGALITAS LEMBAGA ADAT DESA DI KABUPATEN BIMA Zuhrah; Nurfarhaty; Mahmudah, Husnatul; Rahmawati
NALAR: Journal Of Law and Sharia Vol 3 No 1 (2025): NALAR: Journal Of Law and Sharia
Publisher : Sarau Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61461/nlr.v3i1.121

Abstract

Penelitian ini mengkaji eksistensi, legalitas, serta peran dan fungsi Lembaga Adat Desa di Kabupaten Bima dalam konteks regulasi dan implementasi di lapangan. Pendekatan yang digunakan adalah yuridis empiris, dengan menggabungkan kajian normatif terhadap peraturan perundang-undangan yang relevan serta analisis terhadap data faktual. Hasil penelitian ini menemukan bahwa (1) legalitas formal lembaga adat masih sangat terbatas. hanya sebagian kecil desa yang telah memiliki payung hukum sebagai dasar pembentukan lembaga tersebut. (2) Dari sisi pelaksanaan fungsi, kegiatan lembaga adat cenderung bersifat seremonial dan tidak mencerminkan peran substantif sebagaimana diamanatkan dalam regulasi. Fungsi strategis seperti penyelesaian konflik, pendidikan nilai-nilai sosial, dan partisipasi dalam pembangunan desa belum dijalankan secara optimal. Temuan ini menunjukkan adanya kesenjangan antara norma hukum dan praktik di lapangan. Penelitian ini merekomendasikan perlunya penguatan kelembagaan, pembinaan teknis, serta integrasi lembaga adat ke dalam sistem pemerintahan desa untuk mewujudkan tata kelola berbasis kearifan lokal yang responsif terhadap tantangan era modern.
Inheritance Law in Egypt, Sudan, and Jordan: A Comparative Study of Systems and Implementation Kandriana, Muhammad; Sukardiawan, I Wayan; Rifaid, Muhammad; Arifin, Zainal; Wildan, Muhammad; Zuhrah
Al-Risalah VOLUME 25 NO 2, NOPEMBER (2025) IN PRESS
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/al-risalah.vi.57241

Abstract

Inheritance law in Islamic legal systems exhibits unique characteristics shaped by religious doctrine, state policies, and socio-cultural dynamics. This study conducts a comparative analysis of inheritance law in Egypt, Sudan, and Jordan, focusing on legal sources, regulatory implementation, and practical challenges. By employing a normative juridical approach with comparative legal analysis, this research systematically examines legislation, court rulings, and scholarly literature to highlight variations in the application of Islamic inheritance principles across these jurisdictions. The findings reveal that while all three countries base their inheritance systems on Islamic law, significant differences emerge due to political, social, and cultural influences. Egypt integrates Islamic inheritance law with national regulations, reflecting modernization efforts, whereas Sudan maintains a fiqh-based system strongly influenced by customary law. Jordan, meanwhile, codifies Islamic inheritance law within its legal framework, with the Sharia Court playing a central role in dispute resolution. The comparative approach of this study underscores the adaptability of Islamic inheritance law in different legal environments and highlights the need for harmonization between religious principles and contemporary legal reforms. The findings carry important implications for future legal reforms, suggesting that policymakers should consider contextual adaptations to enhance inclusivity and responsiveness to social changes. This study contributes to comparative legal scholarship by offering insights into the dynamic interplay between Islamic law and national legal systems, while proposing recommendations for progressive inheritance law reform in Muslim-majority countries.
TINJAUAN YURIDIS PEMBATASAN USIA PERKAWINAN DALAM UPAYA PENCEGAHAN PERKAWINAN ANAK Angriani, Novi; Zuhrah; Hadijah
QANUN: Journal of Islamic Laws and Studies Vol. 3 No. 1 (2024): QANUN: Journal of Islamic Laws and Studies
Publisher : ASIAN PUBLISHER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58738/qanun.v3i1.815

Abstract

Perkawinan anak di Indonesia masih menjadi persoalan serius yang berdampak pada terhambatnya pemenuhan hak-hak dasar anak, termasuk hak atas pendidikan, kesehatan, dan perlindungan dari kekerasan berbasis gender. Praktik ini juga meningkatkan risiko kehamilan usia dini, kematian ibu dan bayi, serta siklus kemiskinan antargenerasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara yuridis normatif efektivitas pembatasan usia perkawinan dalam mencegah praktik perkawinan anak, dengan fokus pada penerapan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 yang menaikkan usia minimum perkawinan menjadi 19 tahun bagi laki-laki dan perempuan. Kebijakan ini diharapkan menjadi langkah strategis dalam perlindungan anak dan mewujudkan kesetaraan gender. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun terdapat penguatan regulasi, implementasinya masih menghadapi berbagai hambatan. Faktor sosial budaya, seperti adat yang menganggap perkawinan anak sebagai hal lumrah, tekanan ekonomi keluarga, rendahnya literasi hukum masyarakat, serta lemahnya pengawasan dan penegakan hukum menjadi kendala utama. Selain itu, mekanisme dispensasi perkawinan sering disalahgunakan, sehingga tujuan perlindungan anak belum optimal. Upaya pencegahan perkawinan anak memerlukan pendekatan komprehensif dan integratif. Selain pembaruan hukum, perlu adanya pendidikan hukum dan kesehatan reproduksi bagi masyarakat, penguatan peran aparat penegak hukum, optimalisasi pengawasan peradilan agama, serta kolaborasi multi-sektoral antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan tokoh adat-agama. Dengan sinergi tersebut, pembatasan usia perkawinan tidak hanya berhenti pada tataran normatif, tetapi juga menjadi instrumen perlindungan yang nyata dan berkelanjutan bagi masa depan anak-anak Indonesia.
Politik Hukum Dalam Pembentukan Hukum Waris Nasional di Indonesia: Antara Keberagaman Sistem dan Tuntutan Unifikasi Muhsin; Dediansyah; Zuhrah
Maqasid: Jurnal Studi Hukum Islam Vol. 14 No. 2 (2025): Maqasid Jurnal Studi Hukum Islam
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30651/mqs.v14i2.26748

Abstract

This study discusses legal politics in the formation of national inheritance law in Indonesia, focusing on the challenges of diverse inheritance law systems and the demand for unification. Indonesia has a pluralistic inheritance law system consisting of customary inheritance law, Islamic inheritance law, and civil inheritance law, all of which coexist and are applied based on social and religious backgrounds. The process of forming national inheritance law, which is expected to accommodate this diversity, faces various obstacles, such as differences in values, ideologies, and conflicting political interests. The research method used is a qualitative approach with documentary studies and case studies. The data utilized includes legal documents, court decisions, parliamentary meeting minutes, and relevant academic literature. The research findings show that despite unification efforts through drafts of laws and court decisions, significant challenges remain in harmonizing the various inheritance law systems in force. This study concludes that the formation of national inheritance law requires a compromise between existing legal systems, taking into account political dynamics, public interests, and principles of justice that are fair and equitable. Keywords: legal politics, national inheritance law, legal pluralism, unification, harmonization.
Pedampingan Hukum UPTD PPA Kabupaten Bima Terhadap Anak Korban Persetubuhan Muhammad, Fadel; Zuhrah; Juhriati
Maqasid: Jurnal Studi Hukum Islam Vol. 14 No. 2 (2025): Maqasid Jurnal Studi Hukum Islam
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30651/mqs.v14i2.26802

Abstract

Kekerasan seksual anak, khususnya persetubuhan, merupakan masalah krusial di Kabupaten Bima, mendesak peran negara sesuai UU No. 35 Tahun 2014. UPTD PPA Kabupaten Bima penting dalam penanganan kasus melalui pendampingan hukum dan layanan terpadu. Namun, efektivitasnya terhambat kurangnya tenaga ahli psikolog dan minimnya keterlibatan pendamping hukum. Penelitian ini menganalisis pengaturan hukum dan hambatan bantuan hukum oleh UPTD PPA, menyoroti signifikansi peran psikolog dan pendamping hukum. Menggunakan metode hukum empiris, studi literatur, dan analisis perundang-undangan, penelitian menemukan: 1) UPTD PPA memiliki landasan hukum kuat dan fungsi komprehensif dari pengaduan hingga rehabilitasi. 2) Implementasi penyelesaian kasus belum optimal akibat keterbatasan SDM spesialis. 3) Keterlibatan psikolog dan pendamping hukum sangat signifikan untuk pemulihan trauma, pengungkapan fakta, penguatan pembuktian, dan keadilan restoratif. Penelitian ini menyarankan agar penguatan SDM (psikolog dan pendamping hukum), kolaborasi multisektor, serta peningkatan edukasi dan kesadaran masyarakat di Kabupaten Bima. Ini demi memastikan keadilan dan pemulihan bagi anak korban. Kata Kunci: UPTD PPA; Pendamping Hukum; Korban Persetubuhan.
Tinjauan Kriminologis Pola Penjualan Kosmetik Illegal di Kota Bima Syamsuddin; Zuhrah; Haryati, Tia
Fundamental: Jurnal Ilmiah Hukum Vol. 9 No. 1 (2020): Fundamental: Jurnal Ilmiah Hukum
Publisher : Universitas Muhammadiyah Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34304/fundamental.v1i1.17

Abstract

Penjualan kosmetik ilegal di Indonesia sangat berkembang pesat, lebih khususnya di Wilayah Kota Bima. Berbagai cara dilakukan para pelaku usaha untuk meraup banyak keuntungan, salah satunya dengan memproduksi dan memperdagangkan kosmetik ilegal. Produk kosmetik ilegal merupakan produk yang tidak memiliki izin edar dan tidak memenuhi syarat peredaran sediaan farmasi dan alat kesehatan dan/atau kosmetika berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 1998. Produk kosmetik illegal ini tentu dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan. Efek samping kosmetik menimbulkan kekhawatiran pengguna kosmetik yang tetap ingin menjaga penampilan mereka. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Apakah faktor penyebab terjadinya penjualan kosmetik ilegal secara bebas di Kota Bima? 2) Bagaimana peran Loka Pengawas Obat dan Makanan (POM) dalam mengawasi penjualan kosmetik illegal di Kota Bima? 3) Apakah akibat hukum bagi pelaku usaha yang menjual kosmetik illegal secara bebas?. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian hukum Empiris atau disebut penelitian lapangan. Penelitian ini didukung dengan data primer sebagai data utama dan data sekunder sebagai data pendukung.Dari hasil penelitian didapatkan bahwa kesulitan ekonomi, banyaknya permintaan, ingin meraup banyak keuntungan serta kurangnya pengawasan menjadi faktor penyebab terjadinya penjualan kosmetik ilegal secara bebas. Sedangkan peran Loka POM yaitu melakukan pengawasan secara berkala serta melakukan uji sampling kandungan kosmetik berdasarkan analisa resiko. Adapun sanksi hukum bagi pelaku usaha yang menjual kosmetik ilegal yaitu sanksi administratif, saknsi pidana dijerat dengan Pasal 196 dan Pasal 197 Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009, dan sanksi perdata
Eksploitasi Anak Pada Tradisi Pacuan Kuda Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif Nurfitriani; Hidayatullah, Syarif; Mahmudah, Husnatul; Zuhrah; Sanusi, Gufran
Fundamental: Jurnal Ilmiah Hukum Vol. 12 No. 1 (2023): Fundamental: Jurnal Ilmiah Hukum
Publisher : Universitas Muhammadiyah Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34304/jf.v12i1.102

Abstract

Penelitian ini tentang tradisi pacuan kuda yang menggunakan anak sebagai joki (joki cilik) di Bima Nusa Tenggara Barat. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis tentang ekploitasi anak yang terjadi pada tradisi pacuan kuda. Jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan metode yuridis empiris atau sosiological. Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan undang-undang dan pendekatan fenomenologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas pacuan kuda yang melibatkan anak sebagai joki adalah adanya ekploitasi ekonomi. Dimana anak-anak diarahkan untuk menjadi joki dengan harapan mendapatkan imbalan/upah. Anak-anak melakukan aktivitas sebagai joki menggadaikan nyawa karena hal tersebut sangat berbahaya baik secara fisik maupun psikis anak. Dalam perspektif sejarah, pacuan kuda di Bima tidak menggunakan anak-anak sebagai joki. Namun seiring waktu karena dipengaruhi oleh aktivitas perjudian, anak-anak menjadi pilihan terbaik agar kuda dapat berlari kencang. Keterlibatan anak menjadi joki menyebabkan permasalahan laten di masyarakat. Seperti adanya eksploitasi anak untuk meningkatkan ekonomi keluarga, sehingga hak dasar anak yang lain terabaikan. Berdasarkan analisis perspektif hukum Islam dan Hukum positif diketahui bahwa hak-hak anak yang lalai dalam pemenuhannya adalah: (1) Pendidikan formal yang terbengkalai; (2) rentan mengalami kecelakaan/luka fisik. Orang tua yang seharusnya memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan anak, bukan sebaliknya. Menempatkan anak sebagai pekerja sama halnya dengan mengabaikan kewajiban orang tua, serta mendzolimi anak karena memberikan beban berlebihan yang tidak sesuai dengan usianya. Kata Kunci: Eksploitasi, Anak, Joki, Pacuan Kuda
Transplantasi Hukum Ekonomi Syari`ah di Indonesia Iksan; Zuhrah
Fundamental: Jurnal Ilmiah Hukum Vol. 12 No. 2 (2023): Fundamental: Jurnal Ilmiah Hukum
Publisher : Universitas Muhammadiyah Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34304/jf.v12i2.201

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana transplantasi hukum yang terjadi pada proses pembentukan hukum perbankan syariah, dan bagaimana solusi alternatif transplantasi pada hukum perbankan syariah. Metode yang digunakan adalah penelitian filosofis dengan menggunakan data sekunder yang berbasis pada kajian kepustakaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam pembentukan hukum perbankan syariah terbukti melakukan transplantasi hukum terutama pada perbankan-perbankan syariah yang sudah lama eksis di negara-negara lain di dunia muslim, seperti di mesir, pakistan, malaysia, arab saudi dan lain-lain. Dan salah satu hal yang menjadi solusi agar perbankan syariah ini mampu menjawab tantangan riba pada perbankan adalah dengan melakukan transplantasi hukum zakat kedalam hukum perbankan syariah.