Mochamad Ziaul Haq
Fakultas Filsafat, Universitas Katolik Parahyangan

Published : 42 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search
Journal : Integritas Terbuka: Peace and Interfaith Studies

Islamic Approaches in Multicultural and Interfaith Dialogue M Aris Rofiqi; Mochamad Ziaul Haq
Integritas Terbuka: Peace and Interfaith Studies Vol. 1 No. 1 (2022): Integritas Terbuka: Peace and Interfaith Studies
Publisher : Kongregasi Hati Kudus Yesus (RSCJ) Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (433.705 KB) | DOI: 10.59029/int.v1i1.5

Abstract

Humans are created with diverse ethnic, religious, and cultural backgrounds. Thus, dialogue experience has become a part of the experiences in daily life. Dialogue expresses an important aspect of human beings, such as listening and responding sincerely to each other and building bonds between them. It emphasizes different perspectives, attitudes, and openness. Similarly, Interreligious dialogue refers to a positive relationship with reciprocity and cooperation among followers of different religions. This dialogue communicates thoughts and hearts between different faiths people to build a common goal. In building interfaith dialogue, several approaches can be applied where the participants can become open, accept and respect different truths. The purpose of dialogue in Islam is not to change one's beliefs but to open up space and opportunities for others to express their religious beliefs and practices. Islam teaches that every human being has the right to choose and practice his religion. Dialogue can be realized without having to change our faith, we can even hold on to our faith. This research applies qualitative methods through contextual analysis.
Integritas Terbuka sebagai Pendekatan Baru Dialog Antariman dalam Penguatan Moderasi Beragama Madiyono, Madiyono; Haq, Mochamad Ziaul
Integritas Terbuka: Peace and Interfaith Studies Vol. 2 No. 1 (2023): Integritas Terbuka: Peace and Interfaith Studies
Publisher : Kongregasi Hati Kudus Yesus (RSCJ) Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (438.446 KB) | DOI: 10.59029/int.v2i1.11

Abstract

Keberagaman yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, termasuk keberagaman agama adalah suatu realitas yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Disatu sisi keberagaman tersebut adalah anugerah dan kekayaan bangsa namun di sisi lain keragaman agama memiliki potensi besar sebagai sumber konflik. Meski berbagai pendekatan dialog seperti eksklusivisme, inklusivisme, dan pluralism telah dilakukan untuk mengurangi dan menghilangkan kesalahpahaman, namun belum mampu mengatasi masalah tanpa dampak negatif terhadap agama-agama. Integritas terbuka yang merupakan kombinasi pemikiran teolog Hans Küng dan filsuf perennial Seyyed Hossein Nasr menjadi pendekatan baru yang melampaui pluralisme. Di sisi lain, dalam upaya mengupayakan kerukunan dan perdamaian melalui agama-agama, Kementerian Agama mencanangkan moderasi beragama. Dalam artikel ini dikaji relevansi integritas terbuka sebagai pendekatan dialog dalam upaya moderasi beragama. Kajian dilakukan melalui literature review dengan menggunakan sumber primer dan sekunder yang berkaitan. Dari hasil kajian disimpulkan bahwa: (1) Integritas terbuka dapat diimplementasikan sebagai teori, paradigma, dan pendekatan dalam dialog antariman yang lebih komprehensif daripada pendekatan eksklusivisme, inklusivisme, dan juga pluralisme., (2) Integritas terbuka digagas untuk mengatasi kelemahan pendekatan pluralisme dengan keyakinan bahwa dialog antariman dapat menghasilkan manfaat jika dilakukan dengan integritas yang jelas dan keterbukaan yang tulus dengan mendalami ajaran agama sendiri serta masuk dan memahami ajaran mitra dialog tanpa kehilangan identitas agama sendiri., (3) Pendekatan integritas terbuka relevan dan sejalan dengan prinsip-prinsip dalam moderasi beragama sehingga sangat direkomendasikan sebagai paradigma dan pendekatan baru dalam dialog antariman yang bermanfaat dan berhasil dengan tidak memiliki dampak hilangnya identitas agama masing-masing pihak yang berdialog.
Kajian Pengelolaan Lingkungan Berdasarkan Ensiklik Laudato Si dan Teologi Lingkungan Muhammadiyah: Kajian Perbandingan Antara Ensiklik Laudato Si dan Teologi Lingkungan Muhammadiyah Jeremia Setiadi, Dionisius; Marcelinus Natanael, Gabriel; Ziaul Haq, Mochamad
Integritas Terbuka: Peace and Interfaith Studies Vol. 2 No. 2 (2023): Integritas Terbuka: Peace and Interfaith Studies
Publisher : Kongregasi Hati Kudus Yesus (RSCJ) Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59029/int.v2i2.16

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk mendalami perspektif agama Katolik, terwujud dalam Ensiklik Laudato Si karya Paus Fransiskus, dan perspektif agama Islam, seperti yang tergambar dalam Teologi Lingkungan Muhammadiyah. Fokus utama adalah memahami tanggung jawab manusia sebagai penjaga dan pelestari bumi, serta mengidentifikasi langkah-langkah aplikatif dalam rangka meresponsnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kajian integritas terbuka dan metode kualitatif. Melalui analisis dokumen Ensiklik Laudato Si dan studi literatur terkait Teologi Lingkungan Muhammadiyah, penelitian ini mencari pemahaman mendalam terhadap gagasan-gagasan esensial dari kedua perspektif agama. Pendekatan kualitatif digunakan untuk merinci langkah-langkah aplikatif dan mencari sintesis gagasan yang dapat diterapkan dalam konteks tanggung jawab lingkungan. Analisis terhadap Laudato Si mengungkapkan pemahaman Katolik tentang tanggung jawab manusia sebagai penjaga bumi, sementara Teologi Lingkungan Muhammadiyah menyoroti perspektif Islam terhadap kebersatuan manusia dengan Allah melalui alam ciptaanNya. Hasil penelitian ini menciptakan pemahaman holistik tentang pandangan agama terhadap keberlanjutan lingkungan dan menemukan titik-titik konvergensi dan divergensi antara keduanya. Pembahasan melibatkan refleksi mendalam tentang implikasi teologis dari kedua perspektif agama terhadap praktik perlindungan lingkungan. Artikel ini juga mengeksplorasi cara mengintegrasikan dan menerapkan gagasan-gagasan ini dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, ditekankan pentingnya kesadaran akan tanggung jawab bersama dalam menjaga dan memelihara bumi sebagai bagian dari warisan spiritual dan moral umat manusia.
Agama Agama dan Kesehatan Mental Perspektif Hindu dan Islam Dahlia, Siti; Haq, Mochamad Ziaul
Integritas Terbuka: Peace and Interfaith Studies Vol. 3 No. 1 (2024): Integritas Terbuka: Peace and Interfaith Studies
Publisher : Kongregasi Hati Kudus Yesus (RSCJ) Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59029/int.v3i1.29

Abstract

Saat ini individu banyak mengalami tekanan dan tantangan hidup sehingga kesehatan mentalnya terganggu sehingga fenomena yang dialami masyarakat modern ini, perlu dilakukan kajian mengenai hubungan agama dengan kesehatan mental.  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji hubungan agama Hindu dan Islam yang dapat mempengaruhi kesehatan mental penganutnya. Artikel ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui pengumpulan data kepustakaan yang dilakukan dengan mempelajari dan memahami teori-teori dari berbagai sumber literatur seperti buku, jurnal dan penelitian terdahulu sesuai dengan topik penelitian. Sumber utama yang digunakan adalah buku Harold George Koenig dengan judul Apakah Agama Baik untuk Kesehatan Anda? Pengaruh Agama Terhadap Kesehatan Jasmani dan Rohani.  Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: pertama, agama Hindu menjaga kesehatan mental umatnya dengan selalu beriman kepada Tuhan, mempelajari kitab suci dan menjalankan amalan keagamaan seperti sembahyang dan meditasi yang dapat menurunkan tingkat stres seseorang setelah menjalani kehidupan sehari-hari yang panjang. Kedua, Islam menjaga kesehatan jiwa umatnya dengan selalu memenuhi kehendak Allah yaitu melaksanakan ibadah. Ibadah tertentu disebut “Rukun Islam” dan memberikan kerangka untuk kehidupan kesehatan mental yang sehat seperti beriman kepada Tuhan, berdoa, bersedekah, berpuasa dan menunaikan ibadah haji ke Ka'bah di Mekah. Misalnya saja salat yang terbukti bisa mengurangi stres seseorang karena dengan berdoa umat Islam bisa konsentrasi memuji, mengucap syukur, dan meminta maaf kepada Allah SWT.  Ketiga, agama Hindu dan Islam berpandangan bahwa orang yang berserah diri dan beribadah kepada Tuhan akan memiliki kesehatan jiwa yang sehat, seperti mendapatkan kedamaian, kenyamanan, mencintai diri sendiri, dan mencintai sesama manusia secara universal. Padahal umat Hindu dan Islam menjalankan praktik keagamaannya secara berbeda, namun meyakini agama, berdoa dan berkonsentrasi kepada Sang Pencipta merupakan sebuah keyakinan agar dapat menjalani kehidupan yang tenang, aman, tentram dan bahagia.
The Implementation of Islamic Moderation Principles in Addressing the Challenges of Political Identity Polarization Leniawati, Iis; Haq, Mochamad Ziaul
Integritas Terbuka: Peace and Interfaith Studies Vol. 3 No. 2 (2024): Integritas Terbuka: Peace and Interfaith Studies
Publisher : Kongregasi Hati Kudus Yesus (RSCJ) Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59029/int.v3i2.42

Abstract

This article aims to analyze the application of the principles of Islamic moderation (wasatiyyah) in addressing the challenges of identity politics, particularly in mitigating social polarization based on religion and ideology. The study employs a qualitative approach with data collection through literature review. The findings show that the values of Islamic moderation, such as balance, social justice, and compassion, play a significant role in creating inclusive and peaceful politics. The principles of wasatiyyah promote dialogue between groups, prevent identity-based conflicts in Indonesia, and establish fair and harmonious political policies. These findings also confirm that the implementation of Islamic moderation values can strengthen social and political stability in diverse societies. This research contributes to the development of theories and practices in politics based on the values of religious moderation and offers new perspectives for formulating strategies to address political polarization in multicultural societies.
The Humanist Islam Concept in Ahmad Syafii Maarif’s Thought and Its Relevance to Indonesian Identity in the Post-Reform Era Haq, Mochamad Ziaul
Integritas Terbuka: Peace and Interfaith Studies Vol. 4 No. 1 (2025): Integritas Terbuka: Peace and Interfaith Studies
Publisher : Kongregasi Hati Kudus Yesus (RSCJ) Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59029/int.v4i1.64

Abstract

This study aims to analyze the integrative concept of Islamic humanism formulated by Ahmad Syafii Maarif in the context of Indonesian socio-political dynamics and religious pluralism. The research addresses the critical need to bridge Islamic values, Indonesian identity, and humanitarian ethics in response to the rise of religious exclusivism and secular-liberal tendencies. Employing a qualitative approach with a library research design, this study applies thematic coding to analyze primary texts by Syafii Maarif and relevant scholarly interpretations. The findings reveal that Syafii Maarif offers a paradigm of substantive Islam that harmonizes rationality, democracy, and social ethics while rejecting formalistic and doctrinaire approaches to religion. His thought draws inspiration from reformist figures such as Fazlur Rahman and Muhammad Iqbal, but is distinct in its contextual application within Indonesian democracy and civil society. The implications of this study suggest the need for a reorientation of Islamic discourse in Indonesia toward inclusivity, pluralism, and active citizenship. This research contributes to the development of Islamic thought by presenting a comprehensive and contextualized interpretation of Islam that affirms both national identity and universal humanitarian values. The originality of this research lies in its integration of philosophical, theological, and political dimensions within a single conceptual framework, offering new insights into the role of Islam in fostering democratic ethics and social cohesion in plural societies.