Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

Pengaruh Mutagen Etil Metan Sulfonat terhadap Kapasitas Regenerasi Tunas Hibrida Phalaenopsis In Vitro Qosim, Warid Ali; Istifadah, N; Djatnika, Ika; -, Yunitasari
Jurnal Hortikultura Vol 22, No 4 (2012): Desember
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perakitan kultivar yang tahan terhadap penyakit busuk lunak yang disebabkan Erwinia carotovora dapat dilakukan dengan teknik induksi mutasi. Tujuan penelitian ialah mengetahui pengaruh mutagen etil metan sulfonat (EMS) terhadap perubahan genetik di antaranya kapasitas regenerasi tanaman anggrek Phalaenopsis pada kultur in vitro dan mengetahui lethal concentration (LC) mutagen EMS pada anggrek hibrida Phalaenopsis. Percobaan ditata dalam rancangan acak lengkap dengan sembilan perlakuan konsentrasi EMS dan diulang tiga kali. Mutagen kimia yang digunakan yaitu EMS dengan konsentrasi 0 ; 0,025 ; 0,050 ; 0,075 ; 0,1; 0,125 ; 0,15 ; 0,175;  dan 0,2%. Eksplan berupa meristem aksilar anggrek hibrida Phalaenopsis ditanam pada medium dasar MS+ 2 ml/l BA + 1 ml/l NAA dan diinkubasi pada ruang kultur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa etil metan sulfonat memberi pengaruh pada pertumbuhan meristem hibrida Phalaenopsis dalam membentuk tunas. EMS dengan konsentrasi 0,025 dan 0,05% memberi pengaruh yang lebih baik terhadap jumlah tunas dan tinggi tunas. LC50 untuk karakter persentase pembentukan tunas ialah 0,112%. Terdapat dua konsentrasi EMS, yaitu 0,025 dan 0,05% yang memberi pengaruh terbaik pada pembentukan tunas hibrida Phalaenopsis. Diperoleh beberapa regeneran mutan potensial dari berbagai perlakukan < 0,15% EMS yang perlu diuji dengan isolat Erwinia carotovora. To improve cultivars resistance to soft rot disease caused by Erwinia carotovora can be done by using mutation induction. The research objective was to determine the effect of EMS mutagent Phalaenopsis hybrid to change the genetic i.e. capacity of plant regeneration in vitro culture and the lethal concentration (LC) of EMS mutagent in Phalaenopsis hybrid. The experiment was arranged in a completely randomized design with nine concentrations of EMS treatment and repeated three times. The mutagent of EMS concentrations used were 0, 0.025; 0.050; 0.075; 0.1; 0.125; 0.15; 0.175; and 0.2%. The meristem axilar as explant was be grown on basic medium MS suplemented with 2 ml/l BA + 1 ml/l NAA and incubated in culture room. The results showed that the influence on growth of EMS meristem Phalaenopsis hybrids. The EMS mutagent with concentration of 0.025 and 0.05% gave better effect to the high number of shoots and buds. LC50 of the percentage of bud formation character was 0.112%. Two EMS concentrations were 0.025 and 0.05% provided the best influence on the formation of shoot Phalaenopsis hybrid. There were many regenerants potential mutant from several EMS treatments < 0.15 % that should be  tested by isolate of E. carotovora.
Pengaruh Pupuk NPK dan Pupuk Hayati BPF Terhadap Karakter Pertumbuhan dan Hasil Empat Genotip Hanjeli (Coix lacryma jobi L.) (The Effect of NPK Fertilizer and Biofertilizer BPF on Growth Character and Yield of Four Genotypes Cereal Grains (Coix Lacryma jobi L.)) Qosim, Warid Ali; Nurmala, Tati; Irwan, Aep Wawan; Damanik, Martha C.
JURNAL PANGAN Vol 22, No 2 (2013): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (61.22 KB) | DOI: 10.33964/jp.v22i2.83

Abstract

Tanaman hanjeli (Coix lacryma jobi L.) merupakan salah satu tanaman serealia potensial sebagai bahan pangan (karbohidrat) berbasis tepung. Untuk menunjang ekspresi genetik plasma nutfah hanjeli berdaya hasil dan kandungan lemak tinggi diperlukan kondisi lingkungan yang optimal. Salah satunyaadalah ketersediaan unsur hara di dalam tanah. Tujuan penelitian adalah menghasilkan genotip hanjeli yang berdaya hasil tinggi dan informasi jenis dan dosis pupuk yang optimal dalam mendukung potensi genetik hanjeli berdaya hasil tinggi. Percobaan dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan Novembar 2012 di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Unpad Kampus Jatinangor, Sumedang dengan ketinggian 799 m dpl. Percobaan ditata dalam Rancangan Acak Kelompok dengan dua ulangan. Perlakuan adalah kombinasi genotip hanjeli dan pupuk. Genotip hanjeli, yaitu: #Acc 26 (G1); #Acc 28 (G2); #Acc 37 (G3); #Acc 38 (G4), sedangkan kombinasi pupuk hayati BPF (Bakteri Pelarut Fosfat) dan pupuk NPK, yaitu: pupuk NPK dosis 0 kg/ha (Po); pupuk NPK dosis 300 kg/ha (P1); pupuk NPK dosis 300 kg/ha + BPF (P2); pupuk NPK dosis 200 kg/ha + BPF (P3); pupuk NPK dosis 150 kg/ha + BPF(P4). Data diolah menggunakan uji-F pada taraf 5 persen. Untuk mengetahui tingkat perbedaan karakter yang diamati dilaksanakan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5 persen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa genotip #Acc 26, #Acc 28, #Acc 37, #Acc 38 memiliki penampilan yang bervariatif akibat dari perlakuan jenis dan dosis pupuk untuk karakter jumlah buku, jumlah dan bobot biji per tanaman, bobot 100 biji dan untuk karakter jumlah biji, bobot biji per tanaman dan bobot biji per plot. Pengaruh perlakuan dosis pupuk NPK 300 kg/ha + BPF dan NPK 200 kg/ha + BPF memberikan perlakuan lebih baik pada genotip #Acc 37 dan #Acc 38 terutama untuk karakter jumlah biji per tanaman dan bobot biji per plot.Job’s tear (Coix lacryma jobi L.) is one of potential cereal crops as flour-based food carbohydrate source. To support the expression of genetic germplasm of Job’s tear with high yielding and fat contents requires optimal environmental conditions, such as availability of nutrient in the soil. The objective of this study was to determine the optimum effect of various NPK and biofertilizer PSB (Phosphate-solubilizing bacteria) doses in supporting the growth and characters of job’s tears with high yielding. The experiment was carried out from March to November 2012 at experimental station of Faculty of Agriculture UNPAD Jatinangor Campus (799 m asl). The experiment was arranged in completly randomized block design with two replications, and with the combination of genotypes and various of NPK doses and biofertilizer PSB. Genotypes of job’s tears were. #Acc 26 (G1); #Acc 28 (G2); #Acc 37 (G3); #Acc 38 (G4), while various NPK doses and biofertilizer PSB were 0 kg/ha (Po); NPK doses of 300 kg/ha (P1); NPK doses of 300 kg/ha + PSB (P2); NPK doses of 200 kg/ha + PSB(P3); NPK doses of 150 kg/ha + PSB (P4). The data were the analyzed using F-test at 5 percent level and Duncan Multiple Range Test (DMRT) at 5 percent level. The results showed that these treatments affected the growth and yield characters of four Job’s tears. Genotypes of #Acc 26, #Acc 28, #Acc 37, #Acc 38 gave the best effect on the number of nodes, number and weight of grain per plant and plot. Application of NPK 300 kg/ha + PSB 2 and NPK 200 kg/ha+ PSB gave the best effect on genotypes #Acc 37 and #Acc 38, especially on the characters of number of grain per plant and weight grain per plot.  
Pengaruh cekaman kekeringan terhadap hasil dan sensitivitas tiga genotip jawawut Sheli Mustikasari Dewi; Yuyun Yuwariah; Warid Ali Qosim; Dedi Ruswandi
Kultivasi Vol 18, No 3 (2019)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (69.786 KB) | DOI: 10.24198/kultivasi.v18i3.19636

Abstract

Jawawut merupakan salah satu tanaman serealia lokal Indonesia yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai sumber pangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan genotip jawawut yang memberikan hasil paling baik dan sensitivitas paling rendah pada berbagai tingkat pemberian air di rumah plastik. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September 2017 di kebun percobaan Fakultas Pertanian UNPAD. Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design) dengan 3 ulangan. Petak utama terdiri dari tiga macam genotip, yaitu genotip 44, 46, dan 48. Anak petak terdiri dari tiga taraf kadar air tanah, yaitu 75%, 50%, dan 25% dari kapasitas lapang. Hasil penelitian menunjukkan genotip 46 dan 48 menghasilkan bobot biji per rumpun lebih banyak dibandingkan genotip 44, masing-masing sebesar 32, 50 g-1 dan 32,57 g-1 vs 25,81 g-1, namun genotip 48 merupakan genotip dengan kriteria peka (P), yang memiliki indeks sensitivitas 1,25. Genotip 44 dan 46 termasuk keriteria medium toleran (MT), dengan indeks sensitivitas masing-masing sebesar 0,87 dan 0,85. Sekalipun hasilnya paling rendah namun genotip 44 memiliki potensi adaptif untuk dikembangkan di lahan kering dengan kemampuan menghasilkan prolin yang lebih banyak dibandingkan genotip 46 dan 48 pada tiga level pemberian air yang berbeda dengan kurva respons hasil yang masih linier bila dikaitkan antara prolin, hasil, dan indeks sensitivitas.Kata kunci : genotip jawawut, kadar air tanah, hasil, sensitivitas ABSTRACTMillet is one of Indonesian local food crops that can develope as food sources. The purpose of this study was to obtain the genotypes of millet which gave the best effect on the yield and lower sensitive at various levels of water supply in the plastic house. The study was conducted from June to September 2017 at the Experimental Station of The Faculty of Agriculture, Padjadjaran University, Sumedang, Indonesia. The research used Split Plot Design with three levels of main plot: genotypes 44, 46, and 48. Subplot consisted of three levels of water field capacity: 75%, 50% and 25%. The results showed that the genotype 46 and 48 had the higher seed weight than genotype 44 (32,50 g-1 and 32,57 g-1 vs 25,81 g-1), but the genotype 48 had sensitive(S) with sensitivity index 1,25. Genotype 44 and 46 had medium toleran (MT) with sensitivity index 0,87 and 0,85. Even had the lower yield, genotype 44 had adaptive potential to developed in the dry land, with proline production more than other genotypes at the three levels of different available water capacity, and yield response curve was still linier when linked between proline, yield and sensitivity index.Key words: millet genotype, soil water content, sensitivity
Pengaruh pupuk biosilika terhadap pertumbuhan, hasil, dan kekerasan biji tanaman hanjeli (Coix lacryma-jobi L.) varietas batu dan pulut Tati Nurmala; Ani Yuniarti; Winna Firdawati; Warid Ali Qosim
Kultivasi Vol 18, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (393.197 KB) | DOI: 10.24198/kultivasi.v18i2.22556

Abstract

Sari. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui dosis pupuk silika organik yang tepat yang memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan, hasil, dan kekerasan biji hanjeli (Coix lacryma-jobi L.). Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian UNPAD, Ciparanje, Jatinangor,  sejak bulan Desember 2015 sampai Mei 2016.  Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 12 perlakuan dan 4 ulangan.  Perlakuan terdiri enam taraf dosis pupuk biosilika (arang kulit biji hanjeli pulut yang mengandung 12% SiO2)  masing-masing per ha  adalah  0 kg; 150 kg; 300 kg; 450 kg; 600 dan 750 kg pada dua jenis hanjeli batu (var. Stenocarpa) dan pulut (var. Mayuen). Data dianalisis menggunakan Sidik Ragam  dengan Uji F pada taraf nyata 5%, sementara nilai beda dengan Uji Duncan pada taraf nyata 5%.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk biosilika berpengaruh terhadap jumlah malai per rumpun, indeks panen, dan kekerasan biji hanjeli pada kandungan silika tanah tinggi. Dosis 150 kg/ha dan 750 kg/ha pada hanjeli batu berpengaruh terhadap jumlah malai per rumpun dibandingkan kontrol. Dosis 600 kg/ha memberikan IP terbaik dibandingkan kontrol pada hanjeli pulut. Semua dosis silika berpengaruh terhadap kekerasan biji hanjeli batu dibandingkan kontrol. Kata Kunci: Hanjeli, Biosilika, Pertumbuhan dan hasil, Kekerasan biji  Abstract. The research was conducted to determine the dosage of organic silica that can give the best effect to the growth, yield, and seed hardness of Job’s tears. This research was conducted from Desember 2015 to May 2016 at Ciparanje Experiment Station, Jatinangor, West Java in Faculty of Agriculture, Padjadjaran University. The experimental design used Randomized Block Design of twelve treatments and four replication. Treatments consisted of biosilica fertilizer (kg/ha): 0; 150; 300; 450; 600 and 750; that given to two varieties of job’s tears: stenocarpa and mayuen. Data were analyzed by Anova (F test) at 5% significance level, then tested by Duncan test at 5% significance level. The results showed that the biosilica fertilizer influenced panicle number, harvest index; and seed hardness.  Dosage of 150 kg/ha and 750 kg/ha biosilica affected panicle number on Stenocarpa. Dosage of 600 kg/ha gave the better harvest index than no silica fertilizer on Mayuen. All of silica dosage gave higher seed hardness than no silica fertilizer on Stenocarpa.Keywords: Job’s tears, Growth and yield, Seed hardness
Pengaruh Pupuk Amonium Klorida terhadap N-Total Tanah, Serapan N, dan Hasil Jagung Manis (Zea Mays Saccharata Sturt) pada Inceptisol Jatinangor Futri Fauziah; Emma Trinurani Sofyan; Ade Setiawan; Dirga Sapta Sara; Warid Ali Qosim
Soilrens Vol 19, No 1 (2021)
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/soilrens.v19i1.35083

Abstract

In the past decade, Indonesian interest towards sweet corn has increased. This condition creates a wide market opportunity for sweet corn. However, sweet corn cultivation in Indonesia is often constrained by low soil fertility. One of the essential nutrients needed by sweet corn is nitrogen. Nitrogen can be obtained from inorganic fertilizers such as Ammonium Chloride (NH4Cl) fertilizer. This research aimed to determine the effect and the best dosage of Ammonium Chloride (NH4Cl) in increasing N-total, N uptake, and yield of Sweet Corn (Zea mays saccharata Sturt) of Talenta variety on Jatinangor Inceptisol. This experiment was conducted at the research field of Soil Chemistry and Plant Nutrition, Department of Soil Science and Land Resources, Faculty of Agriculture, Universitas Padjadjaran, Jatinangor from July to October 2020. The experimental design used in this research was Randomized Block Design (RDB), which consisted of nine treatments with 1 control treatment (without fertilizer), 1 standard single N, P, K fertilizer treatment, 3 dosages of Ammonium Chloride (NH4Cl) fertilizer treatment, and 4 combinations of Ammonium Chloride (NH4Cl) fertilizer with ¾ recommended dose of standard N, P, K fertilizer. The results showed that the combination of Ammonium Chloride (NH4Cl) fertilizer affected the total Nitrogen content, nitrogen uptake, and yield of sweet corn. Combination of 1 ¼ dose of Ammonium Chloride (NH4Cl) fertilizer with ¾ recommended dose of standard N, P, K fertilizer show the highest increase in total nitrogen (0,24%), nitrogen uptake (2,72 g per plant), and fresh weight of the corn cobs (0,42 kg per plant).
Pengaruh Mutagen Etil Metan Sulfonat Terhadap Regenerasi Tunas pada Dua Genotip Manggis Asal Purwakarta dan Pandeglang Warid Ali Qosim; Yuyun Yuwariah; J S Hamdani; M Rachmadi; S M Perdani
Jurnal Hortikultura Vol 25, No 1 (2015): Maret 2015
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v25n1.2015.p9-14

Abstract

Tanaman manggis termasuk tanaman apomik. Pemuliaan mutasi dapat meningkatkan keragaman genetik pada tanaman manggis. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh pembentukan tunas dua genotip manggis akibat perlakuan beberapa konsentrasi etil metan sulfonat (EMS) yang berbeda. Percobaan dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran sejak bulan September 2012 – Februari 2013. Eksplan manggis yang digunakan adalah biji manggis asal Purwakarta (A) dan Pandeglang (B). Percobaan ditata dalam rancangan acak lengkap (RAL). Konsentrasi EMS terdiri atas 0; 0,05; 0,1; 0,15; dan 0,2% digunakan sebagai perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa regenerasi tunas pada eksplan dua genotip asal Purwakarta dan Pandeglang memiliki respons yang berbeda akibat perlakuan mutagen EMS. Pada perlakuan a3 (genotip asal Purwakarta pada EMS 0,1%) menghasilkan waktu muncul tunas lebih cepat dan jumlah tunas per eksplan paling tinggi, sedangkan perlakuan b4(genotip asal Pandeglang pada perlakuan EMS 0,15%) memiliki nilai paling tinggi pada karakter tinggi tunas. Perlakuan a5(genotip asal Purwakarta pada EMS 0,2 %) merupakan perlakuan paling baik pada karakter jumlah pasang daun
Variabilitas Genotipe-Genotipe Mutan Krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelv.) Generasi MV5 Hasil Irradiasi Sinar Gamma Dedeh Kurniasih; Dedi Ruswandi; Murdaningsih Haeruman Karmana; Warid Ali Qosim
Agrikultura Vol 27, No 3 (2016): Desember, 2016
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (237.382 KB) | DOI: 10.24198/agrikultura.v27i3.10881

Abstract

ABSTRACTVariability of mutant genotypes chrysanthemum (Dendranthema grandiflora Tzvelv.) fifth generationsthrough gamma iIrradiationDendranthema grandiflorum Tzvelv. is a major floriculture in Indonesia, and it is one of the five most popular flowers in Indonesia. Chrysanthemum varieties in Indonesia is largely the introduced varieties. Chrysanthemum hybridization especially for decorative flower type in order to obtain superior varieties is relatively difficult, so the mutation breeding is one approach that can be taken to get the chrysanthemum varieties with different phenotypic performances with the that parent.The purpose of this study was to obtain information genetic and phenotypic variability characters observed on chrysanthemum irradiated with gamma ray. The experiment was conducted by an experimental method using a randomized block design (RBD). The treatments consisted of 37 mutants genotypes and 11 genotypes chrysanthemums parent as controls with two replications. The results of this study indicated that the genotypes tested had broad genetic and phenotipic variation for the plant height, flower diameter, number of flower and neck lengths.Key words: Chrysanthemum mutants, Variability, Gamma ray irradiation.ABSTRAKKrisan merupakan komoditas tanaman hias utama di Indonesia dan paling banyak diminati masyarakat. Varietas-varietas krisan yang beredar di Indonesia sebagian besar merupakan varietas introduksi. Persilangan krisan khususnya untuk tipe bunga dekoratif dalam rangka memperoleh varietas unggul relatif sulit dilakukan, sehingga pemuliaan mutasi merupakan salah satu pendekatan yang dapat ditempuh untuk mendapatkan varietas krisan dengan penampilan fenotipik yang berbeda dengan induknya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi variabilitas genetik dan fenotipik karakter-karakter yang diamati pada tanaman krisan yangd iradiasi dengan sinar gamma. Percobaan dilakukan dengan metode eksperimen menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Perlakuan terdiri atas 37 genotipe mutan krisan dan 11 genotipe tetua krisan sebagai kontrol dengan dua ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa genotipe-genotipe yang diuji memiliki variabilitas yang luas untuk karakter tinggi tanaman, diameter bunga, jumlah kuntum dan panjang tangkai bunga.Kata kunci: Mutan krisan, Variabilitas, Sinar gamma
KEKERABATAN 22 KLON BAWANG MERAH BERDASARKAN MARKA MIKROSATELIT (Genetic Relationship off 22 Shallot Clones Base on Microsatelit Marker) Joko Pinilih; Meddy Rachmadi; Murdaningsih HK; Warid Ali Qosim
Indonesian Journal of Applied Sciences Vol 5, No 3 (2015)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (7656.071 KB) | DOI: 10.24198/ijas.v5i3.15057

Abstract

AbstrakBawang merah merupakan komoditas sayuran penting di Indonesia. Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari hubungan kekerabatan 22 klon bawang merah. Penelitian dilaksanakan di Balai Besar Penelitian Biteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian di Bogor. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tingkat  kemiripan genetik (genetic  similarity)  dari 22 genotipe yang  diuji  berkisar  antara  0,75  –  0,99,  hal ini  berarti   diantara  ke-22  genotipe   mempunyai  kekerabatan yang  dekat.AbstractShallot is important vegetable crops in Indonesia. The aim of research to study genetic relationship of 22 clones shallot with microsatellite molecular markers. Research was conducted at the Research Institute Biotechnology and Agricultural Genetic Resources in Bogor. The study was conducted in October to December, 2013. The results of research showed the genetic similarity of 22 genotypes were closely relationship obout  0.75 to 0.99.
Estimasi Heritabilitas dengan Metode Regresi Tetua-Turunan (Parent-Offspring Regression) pada Tiga Populasi Hanjeli (Coix lacryma-jobi L.) Warid Ali Qosim; Tati Nurmala; Ade Ismail; Sabilatul Jannah
Zuriat Vol 29, No 2 (2018): Zuriat Vol. 29 No. 2 (Desember 2018)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (130.118 KB) | DOI: 10.24198/zuriat.v29i2.20756

Abstract

Informasi mengenai nilai duga heritabilitas tanaman hanjeli diperlukan untuk mengetahui pengaruh genetik dan lingkungan karakter yang diamati sehingga mempermudah program seleksi yang dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai nilai duga heritabilitas tiga populasi (#28x#9, #28x#26, dan #38x#37) hanjeli (Coix lacryma-jobi L.). Penelitian dilakukan tanpa menggunakan rancangan tata ruang dengan menggunakan generasi F2 (ditanam sebelum F3) dan generasi F3 yang ditanam dalam plot. Analisis heritabilitas menggunakan metode regresi tetua-turunan (parent-offspring regression). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai duga heritabilitas delapan karakter kuantitatif pada populasi #28x#26 dan #38x#37 adalah rendah dan pada populasi #28x#6 memiliki nilai duga heritabilitas rendah untuk tujuh karakter (tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, jumlah buku, bobot biji per tanaman, bobot 100 biji dengan kulit, dan umur panen) serta bernilai sedang untuk karakter jumlah anakan. Nilai heritabilitas yang rendah tersebut menjadikan seleksi tidak langsung akan efektif dilakukan pada populasi hanjeli ini.
Pendekatan Sosio-Ekonomi Potensi Daerah sebagai Pusat Ekstrak Kulit Manggis di Indonesia Muchtaridi Muchtaridi; Wiwit Nurhidayah; Dini Rochdiani; Luthfi U Setyawati; Risda R Islamiyati; Arif Budiman; Warid Ali Qosim
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat (Indonesian Journal of Community Engagement) Vol 4, No 2 (2019): Maret
Publisher : Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (470.82 KB) | DOI: 10.22146/jpkm.33388

Abstract

 One of the largest mangosteen producing areas in Tasikmalaya Regency, which is in 8 villages in Puspahiang Sub-district. Mangosteen farmers Puspahiang district relies on export quality because the price is 3 times more expensive. However, due to farmers' pursuit of mangosteen the quality of exports of farmers will be much to remove the mangosteen fruit harvest that does not enter the quality of exports such as too small fruits or infected yellow sap disease. In addition, if the mangosteen reached in end season, mangosteen farmers in Puspahiang will switch to other livelihoods. Mangosteen pericarps has been used by generations as a medicine. Socio-economic study to community in the form of the introduction of ECO-friendly technology (TTG) Mangosteen extraction has been aimed to determine the response of mangosteen farmers in Puspahiang in the development of the Mangosteen Extract Center for the needs of the Herbal and Nutrition Medicine industries. The survey method was carried out, socialization, pre-test and post-test. Data were analyzed by descriptive statistics. The socio-economic survey showed that the Puspahiang community is almost 100% in agreement with the construction of the mangosteen leather extrator center. However, 60% of the public is concerned about the processing of waste extracts. Subsequently, it needs to be done waste treatment studies on the socio-economic community.