Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search
Journal : Prosiding Seminar Nasional Humaniora

EKSISTENSI KOSAKATA BUDAYA JAMBI SEBAGAI PEMERTAHANAN IDENTITAS SOSIAL Rengki Afria; Ade Kusmana; Supian
Prosiding Seminar Nasional Humaniora Vol. 1 (2021): Prosiding Seminar Nasional Humaniora
Publisher : Jurusan Sejarah, Seni, dan Arkeologi, FKIP Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (449.272 KB)

Abstract

Sebagai salah satu unsur budaya, bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang digunakan untuk mengungkapkan ide, gagasan, pemikiran, kebiasaan, adat maupun tata cara kehidupan. Dengan demikian, bahasa perlu dipelajari dan dikembangkan; mengingat bahwa mempelajari bahasa adalah langkah awal dalam memahami kebudayaan. Indonesia sebagai Negara majemuk dan kemajemukan tersebut disatukan di dalam sebuah bahasa, yakni bahasa Indonesia. Selain itu, juga terdapat berbagai ragam bahasa dan dialek-dialek yang tersebar diberbagai daerah. Bahasa daerah itu masih digunakan oleh masyarakat sebagai ciri identitas sosial yang melekat kepadanya. Hal tersebut dinyatakan oleh laporan Penelitian untuk pemetaan bahasa di Indonesia yang dilaksanakan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dilakukan sejak 1991 hingga 2017 bahwa Bahasa daerah (tidak termasuk dialek dan subdialek) di Indonesia yang telah diidentifikasi dan divalidasi 154 sebanyak 668 bahasa dari 2.468 daerah pengamatan. Jika berdasarkan akumulasi persebaran bahasa daerah per-provinsi, bahasa di Indonesia berjumlah 750. (Badan Bahasa: 2020) Sebagai identitas kebudayaan, bahasa daerah yang ada di setiap daerah harus dijaga, dipelihara, dan dilestarikan. Hal tersebut mempunyai dasar hukum yang termakhtub dalam UU No. 24 Tahun 2009 Pasal 36 Undang-Undang Dasar 1945 berbunyi “Di daerah-daerah yang mempunyai bahasa sendiri, yang dipelihara oleh rakyatnya dengan baik, bahasa-bahasa itu akan dihormati oleh Negara”. Oleh karena itu, bahasa-bahasa daerah di provinsi Jambi perlu dilestarikan dengan mendokumentasikannya agar tidak mengalami kepunahan. Kepunahan tersebut melalui berkurangnya jumlah penutur, akulturasi budaya, maupun dipengaruhi olehperkembangan teknologi dan media.
Polisemi dan Homonim dalam Kajian Semantik Bahasa Arab Neldi Harianto; Rengki Afria; Julisah Izar
Prosiding Seminar Nasional Humaniora Vol. 2 (2022): Prosiding Seminar Nasional Humaniora
Publisher : Jurusan Sejarah, Seni, dan Arkeologi, FKIP Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (216.196 KB)

Abstract

Abstrak: Polisemi dan homonim merupakan fenomena semantik yang terjadi pada internal bahasa, dan fenomena ini terjadi di semua bahasa dan tidak terkecuali Bahasa Arab. Dalam penelitian ini akan dikemukakan deskripsi tentang Polisemi dan Homonim dalam kajian Semantik Bahasa Arab dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif berbasis data kepustakaan dan merujuk pada referensi otoritatif tentang semantik Bahasa Arab yang mana data diambil dari berbagai referensi yang terkait Semantik Bahasa Arab spesifik tentang Polisemi dan homonim, kemudian teori dan karakteristik Polisemi dan Homonim Bahasa Arab dikaji secara mendalam kemudian setelah itu dilihat bentuk contoh, setelah contoh Polisemi dan Homonim Bahasa Arab data kemudian data tersebut dideskripsikan dengan menarasikan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Polisemi dan Homonim juga terdapat di dalam bahasa arab seperti kata ?????? yang dapat bermakna hari kiamat dan sesaat. Dan kata ??? dapat bermakna rumah atau bait sya’ir. Dan berdasarkan contoh yang telah diuraikan maka ????? ????? (mustarak al lafzi) atau ?????? (al Jinas) lebih dekat dengan polisemi sedangkan ?????? ????? (Mujanisatun lafziyyah) lebih memiliki kedekatan dengan homonim. Kata Kunci: polisemi, homonimi, arabic
Klasifikasi Leksikon dalam Tradisi Adat Menegak Rumah di Desa Air Liki Kabupaten Merangin Rengki Afria; Neldi Harianto; Julisah Izar; Intan Helendia Putri
Prosiding Seminar Nasional Humaniora Vol. 2 (2022): Prosiding Seminar Nasional Humaniora
Publisher : Jurusan Sejarah, Seni, dan Arkeologi, FKIP Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (210.609 KB)

Abstract

Abstrak Tradisi adat merupakan suatu kebiasaan yang menjadi identitas suatu masyarakat daerah tertentu. Sebagaimana dengan penelitian ini yang bertujuan untuk mendeskrisikan makna kultural dalam tradisi adat Menegak Rumah Desa Air Liki, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Tradisi ini diadakan oleh tuan rumah yang ingin mendirikan rumah baru sebagai simbol untuk mbujok (merayu) makhluk-makhluk sekitar agar tidak mengganggu saat proses pembuatan rumah. Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan leksikologi. Data dan sumber data dalam penelitian diperoleh dari wawancara, rekaman, dan pencatatan yang berasal dari informan. Hasil dari penelitian ini didapatkan 24 leksikon yang muncul dalam tradisi adat menegak rumah di Desa Air Liki, Kabupaten Merangin. Jika dikategorikan ke dalam kelas kata, terdiri dari 17 kata benda, yaitu balehong, hak tambun, pelambang, kencah, donso, tungku, lesung, kohan, takatang, tikar, menyan, puyan, okok nau, lopeik bugaih, nagosari, gulai cempodak, dogan,. Selanjutnya 5 kata kerja, yaitu balahak, sayo paek, taganai, silek, sambut talam. Dan 2 pronomina, yaitu datuk langkah, dan datuk ninek mamak. Sedangkan untuk makna kultural didapatkan 18 leksikon, yang terdiri atas 4 leksikon masuk ke dalam makna kultural dalam bentuk makanan dan minuman, seperti lopeik bugaih, nagosari, gulai cempodak, dan dogan. Terdapat 4 leksikon makna kultural dalam bentuk benda-benda perlengkapan, seperti kohan, menyan, puyan, dan okok nau. Terdapat 2 makna kultural nama kegiatan, seperti silek, dan sambut talam. Kata Kunci: Tradisi, adat, negak rumah, klasifikasi, leksikon Abstract Customary tradition is a habit that becomes the identity of a particular local community. As with this research which aims to describe the cultural meaning in the traditional tradition of Menegak Rumah Desa Air Liki, Merangin Regency, Jambi Province. This tradition is held by the host who wants to build a new house as a symbol for mbujok (seducing) the surrounding creatures so as not to interfere with the house-making process. The method in this research is descriptive qualitative using a lexicology approach. Data and data sources in the study were obtained from interviews, recordings, and records from informants. The results of this study obtained 24 lexicons that appear in the traditional tradition of upholding houses in Air Liki, Merangin Regency. If categorized into word classes, it consists of 17 nouns, namely balehong, hak tambun, symbol, kencah, donso, tungku, lesung, kohan, takatang, tikar, menyan, puyan, okok nau, lopeik bugaih, nagosari, gulai cempodak, dogan. Furthermore, 5 verbs, namely balahak, sayo paek, taganai, silek, sambut talam. And 2 pronouns, namely datuk langkah, and datuk ninek mamak. Whereas for cultural meaning, there are 18 lexicons, consisting of 4 lexicons that enter cultural meanings in the form of foof and drinks such as lopeik bugaih, nagosari, gulai cempodak, and dogan. There are 4 lexicons of cultural meaning in the form of equipment object, such as kohan, menyan, puyan, and okok nau. There are 2 cultural meanings of the activity, such as silek, and sambut talam. Keywords: tradition, custome, negak rumah, classification, lexicon
Analisis Struktural Gurindam 12: Kajian Filologi Warni Warni; Irma Suryani; Rengki Afria; Aldha Kusuma Wardhani
Prosiding Seminar Nasional Humaniora Vol. 2 (2022): Prosiding Seminar Nasional Humaniora
Publisher : Jurusan Sejarah, Seni, dan Arkeologi, FKIP Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (204.597 KB)

Abstract

Abstrak Penelitian dalam jurnal ini dilakukan dengan tujuan yaitu untuk mendeskripsikan struktur fisik dan struktur batin yang terdapat di dalam naskah kuno Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji. Pada umumnya, gurindam biasanya dipakai dan digunakan untuk mengungkapkan suatu kebenaran atau juga bisa untuk menyampaikan suatu nasihat. Adapun jenis pendekatan yang digunakan dalam jurnal ini yaitu berupa pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif yang dilakukan dengan cara dengan menghimpun dan menganalisis seluruh dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik, yang mana dokumen yang dimaksud yaitu naskah kuno Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji. Dokumen yang sudah diperoleh kemudian dianalisis berdasarkan struktur fisik dan struktur batin serta dipadukan sehingga menjadi satu hasil kajian yang sistematis dan utuh. Dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil penelitian struktur fisik dan struktur batin dari naskah kuno Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji yaitu (1) tipografi menggunakan huruf besar dengan tanda baca yang lengkap, dan seluruh baitnya menjorok ke kiri, (2) menggunakan gaya bahasa perbandingan yaitu personafikasi dan metafora, (3) berisi diksi yang bermakna konotatif, (4) terdapat citraan yang paling sering ditemukan di dalamnya yaitu citraan penglihatan, citraan pendengaran, dan citraan gerak, (5) rimanya berdasarkan letak kata-kata dalam baris yang terdiri atas rima akhir, (6) Gurindam Dua Belas berisi 12 bait dan 161 baris, (7) mengambil tema tentang kehidupan dan agama, (8) nilai rasa yang sengaja diciptakan oleh penyair dalam Gurindam Dua Belas yaitu perasaan damai sekaligus sedikit mencekam, (9) nada pada Gurindam Dua Belas terdengar cukup menggurui, dan (10) Gurindam Dua Belas berisikan amanat tentang mengenal diri sendiri, dunia, dan Allah dengan sebaik mungkin. Abstrack The research in this journal was carried out with the aim of describing the physical structure and inner structure contained in the ancient manuscripts of Gurindam Dua Belas by Raja Ali Haji. In general, gurindam is usually used to express a truth or it can also convey a piece of advice. The type of approach used in this journal is in the form of a qualitative approach with a descriptive method which is carried out by collecting and analyzing all documents, both written documents, pictures, and electronic documents, which are the ancient manuscripts of the Gurindam Dua Belas by Raja Ali Haji. The documents that have been obtained are then analyzed based on the physical structure and mental structure and combined so that they become one result of a systematic and complete study. It can be concluded that the results of the research on the physical structure and inner structure of the ancient manuscripts of Raja Ali Haji's Gurindam Dua Belas are (1) typography using capital letters with complete punctuation, and all stanzas indented to the left, (2) using a comparative language style, namely personification and metaphor, (3) contains diction with connotative meaning, (4) there are images that are most often found in it, namely visual images, auditory images, and motion images, (5) the rhyme is based on the location of the words in a line consisting of rhymes. the end, (6) Gurindam Dua Belas contains 12 stanzas and 161 lines, (7) takes the theme of life and religion, (8) the sense of value that is deliberately created by the poet in Gurindam Dua Belas, which is a feeling of peace and a little gripping, (9) the tone of Gurindam Dua Belas sounds quite patronizing, and (10) Gurindam Dua Belas contains a message about knowing oneself, the world, and God as best as possible.
Kajian Semiotika Pada Puisi Pagar dalam Ruang Karya Bio One Afria, Rengki; Warni, Warni; Fardinal, Fardinal; Qiftiya, Maqfirotun
Prosiding Seminar Nasional Humaniora Vol. 3 (2023): Prosiding Seminar Nasional Humaniora
Publisher : Jurusan Sejarah, Seni, dan Arkeologi, FKIP Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini mengkaji puisi “pagar dalam ruang” karya Bio One dengan analisis semiotika. Analisis semiotika membahas tanda-tanda yang ada pada puisi “pagar dalam ruang” karya Bio One. Dalam analisis semiotika ada 4 jenis unsur yang diteliti. Pertama analisis bentuk dan bunyi yang membahas bait, larik, rima, dan suku kata. Kedua analisis sintaksis yang membahas tanda baca, huruf kapital, klausa, dan hubungan dengan makna. Ketiga analisis semantik yang membahas suasana tiap bait dan judul. Terakhir analisis pragmatik dengan membahas siapa yang berkomunikasi dalam puisi dan motif apa saja yang muncul pada puisi. Puisi ini hanya memiliki 1 bait yang terdiri dari 16 larik. Puisi ini mengandung imaji, tipografi, diksi, kata konkret, bahasa figuratif, rima dan ritme, tema, rasa, nada, dan amanat. Puisi yang menceritakan kehidupan yang menyesakkan yang dikemas dengan unik oleh pengarang. Kehidupan dengan adanya campur tangan orang lain yang membuat kehidupan terasa sesak dan engap. Semua cerita dan keadaan dikemas dengan cara yang padat namun memiliki banyak makna yang ingin disampaikan. Makna bahwa kehidupan tidak selalu menyenangkan, kehidupan pasti memiliki sisi yang gelap. Abstract This study examines the poem "Pagar Dalam Ruang" by Bio One with semiotic analysis. Semiotic analysis will discuss the signs contained in the poem "Pagar Dalam Ruang" by Bio One. In semiotic analysis there are 4 types of elements that we will examine. The first is a form and sound analysis that discusses stanzas, lines, rhymes, and syllables. The second is a syntactic analysis that discusses punctuation, capital letters, clauses, and the relationship with meaning. The third is a semantic analysis that discusses the atmosphere of each stanza and title. And the last is a pragmatic analysis which will discuss who is communicating in the poem and what motives appear in the poem. This poem only has 1 stanza consisting of 16 lines. each array has a varying number of syllables. This poem is very unique because many elements are included in this poem by the author. This poem contains images, typography, diction, concrete words, figurative language, rhyme and rhythm, theme, feeling, tone, and message. A poem that tells the stifling life that is uniquely packaged by the author. Life with the intervention of other people that makes life feel cramped and stuffy. All stories and circumstances are packaged in a dense way but have a lot of meaning to be conveyed. Meaning that life is not always fun, life must have a dark side.
Analisis Leksikal pada Artikel “Patriarki dan Kekerasan terhadap Perempuan Adat” di Situs Kemitraan.or.id Salsabila, Tasqia; Afria, Rengki
Prosiding Seminar Nasional Humaniora Vol. 4 (2025): Prosiding Seminar Nasional Humaniora
Publisher : Jurusan Sejarah, Seni, dan Arkeologi, FKIP Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study aims to analyze the lexical choices in the article "Patriarchy and Violence against Indigenous Women" published on the Kemitraan.or.id website. The focus of this research is to identify and describe vocabulary that represents patriarchal ideology and gender inequality. This research uses a descriptive qualitative approach with data sources in the form of one online article. The results of the analysis show that vocabulary such as patriarchy, violence, resistance, and marginalization have strong ideological content, reflecting resistance to patriarchal domination. The findings of this study confirm that lexicon selection functions as a linguistic tool in shaping social reality and fighting for the empowerment of indigenous women. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pilihan leksikal dalam artikel “Patriarki dan Kekerasan terhadap Perempuan Adat” yang diterbitkan di situs Kemitraan.or.id. Fokus penelitian ini adalah mengidentifikasi dan mendeskripsikan kosakata yang merepresentasikan ideologi patriarki dan ketimpangan gender. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan sumber data berupa satu artikel daring. Hasil analisis menunjukkan bahwa kosakata seperti patriarki, kekerasan, perlawanan, dan marginalisasi memiliki muatan ideologis yang kuat, mencerminkan perlawanan terhadap dominasi patriarki. Temuan penelitian ini menegaskan bahwa pemilihan leksikon berfungsi sebagai alat linguistik dalam membentuk realitas sosial serta memperjuangkan pemberdayaan perempuan adat.