Claim Missing Document
Check
Articles

SPATIAL MULTI-CRITERIA EVALUATION TERHADAP KESESUAIAN KAWASAN PERUNTUKAN INDUSTRI (Studi Kasus : Kecamatan Cikarang Selatan, Kabupaten Bekasi) Yulia Indri Astuty; Adi Wibowo
GEOGRAPHY : Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Vol 11, No 2 (2023): SEPTEMBER
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/geography.v11i2.15300

Abstract

Abstrak: Cikarang Selatan merupakan salah satu kecamatan dari 23 kecamatan yang ada di Kabupaten Bekasi. Cikarang Selatan mengalami peningkatan populasi sebesar 15,03% dalam kurun waktu 12 tahun. Disisi lain kecamatan ini memiliki Kawasan Peruntukan Industri berdasarkan RTRW Kabupaten Bekasi tahun 2011-2031. Peningkatan populasi penduduk di Kecamatan Cikarang Selatan ini jika tidak diimbangi dengan penataan wilayah berbasis spasial, maka dapat menimbulkan konflik keruangan. Oleh karena itu, penelitian ini melakukan evaluasi terhadap Kawasan Peruntukan Industri di Kecamatan Cikarang Selatan dengan membuat model spasial berdasarkan metode Spatial Multi-Criteria Evaluation (SMCE). Model spasial ini menggunakan 4 variabel sebagai spatial factor dan 1 variabel sebagai spatial constrain. Variabel yang digunakan sebagai spatial factor adalah jarak dari jalan, jarak dari sungai, jarak dari permukiman dan lereng. Sementara itu variabel yang digunakan sebagai spatial constrain adalah Kawasan Peruntukan Industri dari RTRW 2011-2031. Hasil dari penelitian ini adalah persentase kesesuaian Kawasan Peruntukan Industri antara model spasial dengan RTRW 2011-2031 sebesar 59,51%. Harapannya, penelitian ini dapat memberikan masukan keruangan kepada pemerintah daerah dalam upaya penataan Kawasan Industri yang berkelanjutan di Kecamatan Cikarang Selatan. Abstract:  South Cikarang is one of the 23 sub-districts in Bekasi Regency. South Cikarang experienced a population increase of 15.03% within 12 years. On the other hand, this sub-district has an Industrial Allotment Area based on the 2011-2031 Bekasi Regency Spatial Plans (RTRW). If the population increase in the South Cikarang Subdistrict is not matched by a spatial arrangement of areas, this can lead to spatial conflicts. Therefore, this study evaluates the Industrial Allotment Area in South Cikarang District by creating a spatial model based on the Spatial Multi-Criteria Evaluation (SMCE) method. This spatial model uses 4 variables as spatial factors and 1 variable as spatial constraints. The variables used as spatial factors are distance from roads, distance from rivers, distance from settlements and slopes. Meanwhile, the variable used as a spatial constraint is the Industrial Allotment Area from the 2011-2031 RTRW. The result of this study is that the percentage of suitability for Industrial Designated Areas between the spatial model and the 2011-2031 RTRW is 59.51%. It is hoped that this research can provide spatial input to the regional government in an effort to structuring a sustainable Industrial Estate in Cikarang Selatan District. 
Evaluasi Kesesuaian Kawasan Peruntukan Industri Menggunakan Model Spasial (Studi Kasus : Kabupaten Bekasi) Yulia Indri Astuty; Marwah Noer; Demi Stevany; Brenda Arham; Brigita Maria R; Adi Wibowo
Jurnal Pendidikan Geografi Undiksha Vol. 11 No. 2 (2023): Jurnal Pendidikan Geografi Undiksha
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjpg.v11i2.61536

Abstract

Kabupaten Bekasi merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang memiliki Kawasan Industri (KI). Secara geografis, letaknya berbatasan secara langsung dengan Provinsi DKI Jakarta yang merupakan Ibukota Negara Indonesia. Hal tersebut menjadikan Kabupaten Bekasi mengalami peningkatan populasi penduduk 6,37% dari tahun 2018 hingga 2020. Peningkatan penduduk tersebut dapat memberikan permasalahan ruang, sehingga diperlukan penataan ruang berbasis spasial untuk meminimalisir adanya konflik keruangan. Salah satunya adalah melakukan analisis dan evaluasi spasial terkait model spasial kesesuaian Kawasan Industri di Kabupaten Bekasi. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis spasial dengan menggunakan metode Spatial Multi-Criteria Analysis (SMCA) dengan perangkat lunak ILWIS untuk melihat model kesesuaian Kawasan Industri serta melakukan evaluasi terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bekasi 2011-2031. Data spasial yang digunakan adalah jalan, sungai, permukiman dan lereng yang bersumber dari Peta RBI skala 1:25.000 serta data digital RTRW 2011-2031 hasil digitasi RTRW Kabupaten Bekasi. Hasil dari penelitian ini adalah distribusi Kawasan Industri berdasarkan kelas kesesuaian. Kawasan Industri di Kabupaten Bekasi dalam kategori sesuai sebesar 43%, cukup sesuai sebesar 5%, kurang sesuai sebesar 50% dan tidak sesuai sebesar 1%. Sementara itu, berdasarkan ovelay Kawasan Kesesuaian Industri dengan Kawasan Peruntukan Industri RTRW 2011-2031 didapatkan wilayah yang sesuai sebesar 68%.
Sebaran Kesesuaian Lahan Permukiman di Kecamatan Alam Barajo Kota Jambi Provinsi dengan Spatial Multi Criteria Analisis (SMCA) ayu handayani; Adi Wibowo; Alya Nisrina Zain
Jurnal Pendidikan Geografi Undiksha Vol. 11 No. 2 (2023): Jurnal Pendidikan Geografi Undiksha
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjpg.v11i2.61742

Abstract

Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di suatu daerah akan menyebabkan adanya peningkatan kebutuhan lahan untuk wilayah permukiman. Kebutuhan lahan untuk permukiman dalam jumlah banyak dapat menimbulkan permasalahan yang jauh lebih kompleks jika pembangunan permukiman tidak dilakukan pada lahan yang tidak sesuai peruntukannya dan menimbulkan dampak ekologi, seperti penurunan kualitas lahan.  Tujuan penelitian ini untuk menganalisis sebaran kesesuaian lahan permukiman di Kecamatan Alam Barajo Kota Jambi menggunakan metode SMCA dan teknik analisis data dilakukan dengan pembobotan dan weighted overlay dari parameter yang terdiri dari jarak dari sungai, jarak dari jalan, kemiringan tanah, jenis tanah, kawasan rawan banjir. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kesesuaian lahan permukiman Kecamatan  Alam Barajo dapat dikelompokan menjadi 4 klasifikasi dan didominasi oleh wilayah dengan klasifikasi sesuai (76,06%), selanjutnya diikuti kurang sesuai (17,24%), sangat sesuai (5,74%), dan tidak sesuai (0,96%). Evaluasi kesesuaian lahan dengan penggunaan lahan permukiman tahun 2022 eksisting, kelas sesuai tertinggi berada di kelurahan Kenali Besar dan Kelurahan Mayang Mangurai.
Pengaruh Lereng dalam Penentuan Kesesuaian Permukiman di Bogor Raya Dewi Gafuraningtyas; Adi Wibowo
Geomedia: Majalah Ilmiah dan Informasi Kegeografian Vol 21, No 2 (2023): Geo Media: Majalah Ilmiah dan Informasi Kegeografian
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/gm.v21i2.55825

Abstract

Meningkatnya jumlah penduduk maka mengakibatkan meningkatnya aktivitas antropogenik pada suatu wilayah. Salah satu permasalahan utama yang muncul seiring dengan perubahan aktivitas manusia adalah meningkatnya kebutuhan akan perumahan atau permukiman. Penduduk seringkali membangun tempat tinggal pada lahan yang tidak sesuai akibat semakin sempitnya lahan kosong yang dapat dijadikan area terbangun. Hal ini mengakibatkan maraknya penggunaan lahan di wilayah dengan kemiringan lereng di atas 20% sebagai lokasi untuk tempat tinggal. Bogor raya yang mencakup Kabupaten Bogor dan Kota Bogor merupakan wilayah yang mengalami pesatnya pertumbuhan permukiman dalam beberapa tahun terakhir. Oleh sebab itu, rencana tata ruang menjadi kontrol penting dalam mencegah adanya dampak  negatif dari pertumbuhan permukiman. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi rencana tata ruang pada pola kawasan permukiman terhadap kelerengan. Metode yang digunakan adalah overlay antara data DEMNAS dengan data spasial RTRW. Hasilnya menunjukkan bahwa di Kabupaten Bogor kesesuaian penetapan permukiman dengan kondisi kelerengan 25% mencapai 97,7% sedangkan pada Kota Bogor kesesuaiannya mencapai 99,17%.
Spatial Multi Criteria Analysis for Evaluation of Residential Land in South Jambi, Jambi City Hermawan Setiawan
BUMI: International Journal of Environmental Reviews Vol. 2 No. 01 (2024): BUMI
Publisher : UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, Pusat Kajian Lingungan Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30631/bumi.v2i01.2387

Abstract

The land is a landscape on the earth's surface, dynamic to changes, such as converting to settlements. Settlement is driven by changes in population, the greater the population, the greater the need for land to be converted into housing. Based on data from 2018 to 2022, there has been an increasing population in the South Jambi sub-district, which is a strong indication of residential development. This research aims to evaluate the suitability of settlements in the South Jambi sub-district in 2022, using five variables namely, distance from the road, distance from the river, slope, soil type, and flood hazard index. The method of analysis uses the Spatial Multi-Criteria Analysis (SMCA) method. The research results show that the South Jambi sub-district is dominated by the suitable criteria of 568.0 hectares or 86.4%, very suitable criteria obtain 5.8 hectares or 0.9%, and somewhat suitable areas of 80.8 hectares or 12.3%. This means that the South Jambi area has a relatively high level of suitability for settlement. It is hoped that these results can provide information for various stakeholders in determining areas that are suitable for residential development, especially those that are at risk of flooding.
Evaluating Industrial Areas with Spatial Multicriteria Analysis (SMCA) Marwah Noer; Adi Wibowo
Indonesian Journal of Earth Sciences Vol. 4 No. 1 (2024): January-June
Publisher : MO.RI Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52562/injoes.2024.845

Abstract

The assessment of industrial areas stands as a pivotal challenge, increasingly recognized for its urgency across various regions. The industrial sector is a cornerstone of national economic development, contributing significantly to growth and enhancing community welfare. Nonetheless, the establishment of industries also poses environmental and societal risks, primarily due to potential pollution. This study focuses on evaluating the suitability of industrial zones in East Cikarang District, Bekasi Regency, through spatial analysis, benchmarking findings against government-regulated industrial areas as outlined in the Bekasi Regency spatial plan for 2011-2031. Employing Spatial Multicriteria Analysis (SMCA) via ILWIS software, this research aims to deliver a comprehensive assessment of industrial locations by considering variables such as proximity to roads, rivers, settlements, land slope, and alignment with designated industrial zones in the regional spatial plan. The analysis reveals a nuanced classification of industrial suitability, with 48.55% of the area deemed highly suitable, indicating a substantial portion of East Cikarang District is favorable for industrial development. Conversely, a smaller segment falls into the less suitable or unsuitable categories. Overall, the study concludes that 55% of the region qualifies as suitable for industrial purposes based on the SMCA-derived spatial model, with 98.1% of the assessed area aligning with the criteria for designated industrial zones. These insights are intended to guide industrial planning and environmental management strategies, fostering sustainable development within the region.
Mapping and Analysis of Rainfall in Purbalingga Regency for Settlement Suitability Alyudin, Dyah Rizky; Wibowo, Adi
Justek : Jurnal Sains dan Teknologi Vol 7, No 3 (2024): September
Publisher : Unversitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/justek.v7i3.25497

Abstract

Abstract:  The suitability of settlements can be seen from the intensity of rainfall. The high and low intensity of rainfall can be used as a reference for whether a settlement is suitable or not. Areas with very high and very low rainfall can be categorized as areas that are not suitable for settlements, while areas with moderate rainfall can be grouped into areas that are very suitable for settlements based on indications of the possibility of disasters. This analysis was obtained through climatological analysis from SCOPIC. The results show that However, these indications are difficult to associate with the drought and wetness indexes from existing rainfall data, it is difficult to associate with indications of drought or other potential hydrometeorological disasters, considering that rainfall in Purbalingga Regency is not too affected by the SPI index system such as El Nino and La Nina, so that settlement suitability is made based on the rainfall category alone, where Karangreja, Kutasari, Padamara, Kalimanah, Purbalingga, Kemangkon and Bukateja Districts are included in the category of areas that are very suitable and suitable for settlements.Abstrak: Kesesuaian permukiman salah satunya dapat dilihat melalui intensitas curah hujan. Tinggi rendahnya intensitas curah hujan dapat dijadikan acuan layak atau tidaknya suatu pemukiman. Wilayah dengan curah hujan sangat tinggi dan sangat rendah dapat dikategorikan sebagai wilayah yang tidak layak untuk pemukiman, sedangkan wilayah dengan curah hujan sedang dapat dikelompokkan ke dalam wilayah yang sangat layak untuk pemukiman berdasarkan indikasi kemungkinan terjadinya bencana. Analisis ini didapatkan melalui analisis klimatologis dari SCOPIC. Hasil menunjukkan bahwa   indeks kekeringan dan kebasahan dari data curah hujan yang ada sulit untuk dikaitkan dengan indikasi kekeringan maupun potensi bencana hidrometeorologis lain, mengingat curah hujan di Kabupaten Purbalingga tidak terlalu terpengaruh oleh sistem indeks SPI seperti El Nino dan La Nina, sehingga kesesuaian permukiman dibuat berdasarkan pada kategori curah hujan saja, dimana Kecamatan Karangreja, Kutasari, Padamara, Kalimanah, Purbalingga, Kemangkon dan Bukateja termasuk dalam kategori wilayah yang sangat layak dan layak untuk dijadikan pemukiman.
Geoinformatics of Spring Water Quality in Small Village Saraswati, Ratna; Taqyudin, Taqyudin; Pamungkas, Fajar Dwi; Wibowo, Adi
Indonesian Journal of Geography Vol 55, No 3 (2023): Indonesian Journal of Geography
Publisher : Faculty of Geography, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/ijg.81804

Abstract

Geoinformatics is spatial information based on characteristics and analysis regarding spatial data. Water is the main component of human life with clean water, especially drinking water found from various sources, including spring water. Water quality is a global standard as a chemical, physical, and biological parameter. The study aims to determine the potential spring water based on spatial analysis of water quality standards for potential use. The method used to determine the potential utilization of springs using geographic information system analysis. Data is based on the difference in height, slope, and distance from springs to settlements and discharge. Water quality samples are analyzed using mobile and laboratory tests. The result found that physical parameters from five locations, Sirah Citanggulun, Cikerebek, Cijati, Cijati 2, and Galumpit, have good quality to meet the utilization requirements, especially for water designation class. Chemically parameters, water quality, is relatively good based on several parameters such as pH, Nitrite, dissolved iron, and zinc, which do not exceed the required quality standard threshold. The biological parameters, five samples are contaminated by bacteria Escherichia coli and total coliform. Regarding the literature review, this research found that biological contaminants are unsuitable for drinking water, but it is still good to become another used. The research concluded that the spring water in a small village could become potential uses for drinking water based on the parameter of water quality for daily use, especially for drinking water, regarding biological parameters that spring water must be boiled to drink.
Intensitas Perluasan Lahan Terbangun Pada Perubahan Tutupan Lahan Kota Depok Tahun 1999 – 2022: Dari Awal Terbentuknya Kota Depok Sampai Tahun 2022 Pradana, Mohammad Raditia; Wibowo, Adi; Ekaputri, Diah Megakesuman Muhidin
Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 8 No. 2 (2024): Edisi Bulan Juli
Publisher : Pendidikan Geografi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22236/jgel.v8i2.13123

Abstract

Meningkatnya jumlah penduduk akan menyebabkan konversi suatu lahan menjadi lahan terbangun demi memenuhi kebutuhannya. Hal ini menyebabkan terjadi pergeseran sifat pedesaan menjadi sifat perkotaan di suatu wilayah. Kota Depok yang juga terkena efek Jakarta Metropolitan Region mengalami fenomena tersebut mulai dari terbentuknya sampai tahun 2022. Oleh karena itu, tujuan dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi perubahan tutupan lahan dan intensitas perluasannya dengan fokus lahan terbangun berbasis citra satelit Landsat 7 ETM + dan 8 OLI/TIRS dengan Google Earth Engine dari tahun 1999 dan 2022. Metode yang digunakan untuk melakukan klasifikasi adalah klasifikasi unsupervised dan untuk mengidentifikas intensitas perluasan dilakukan perhitungan Urban Expansion Intensity Index (UEII). Akurasi hasil klasifikasi unsupervised sebesar 0,65 dan 0,625 dari uji Kappa dapat digunakan untuk proses selanjutnya atau termasuk dalam kategori “good aggrement”. Hasil menunjukkan bahwa tutupan vegetasi menjadi tutupan lahan yang secara luas paling banyak menurun sebesar 5.918,9 Ha sedangkan lahan terbangun meningkat sekitar 8.807,4 Ha. Intensitas perluasan lahan terbangun di Kota Depok tahun 1999-2022 termasuk dalam kategori cepat. Selama 23 tahun, Kota Depok mengalami konversi lahan menjadi lahan terbangun secara drastis dengan intensitas yang cepat. Kesimpulan penelitian ini selama 23 tahun, Kota Depok mengalami perubahan tutupan lahan menjadi lahan terbangun terluas dan intensitas lahan terbangun dari perhitungan UEII adalah 1,91 yang tergolong cepat.
Analisis Pengaruh Jenis Batuan dan Sesar Aktif Terhadap Potensi Pergerakan Tanah (Studi Kasus: Cianjur) Ainiyah, Rofiatul; Wibowo, Adi
Jurnal Pendidikan Geografi Undiksha Vol. 12 No. 1 (2024): Jurnal Pendidikan Geografi Undiksha
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjpg.v12i01.67230

Abstract

Indonesia merupakan negara kepulauan dan berada diantara tiga lempeng yaitu lempeng Eurasia, lempeng pasifik, dan lempeng Indo-Australia, Indonesia juga memiliki banyak gunung api yang masih aktif. Dengan kondisi tersebut,Indonesia memiliki ancaman bahaya yang beragam seperti gempa bumi, tsunami, banjir, letusan gunung api, dan gerakan tanah salah satunya yaitu longsor. Faktor yang mendorong terjadinya gerakan tanah adalah faktor alami dan manajemen. Salah satu faktor alami yaitu jenis batuan. Batuan vulkanik merupakan batuan yang mudah lapuk sehingga mudah terlepas dan menyebabkan terjadinya gerakan tanah. Kabupaten Cianjur terdiri dari batuan vulkanik dengan besaran 70,74% dari luasan wilayah. Kabupaten Cianjur juga dilewati dua buah sesar, yaitu sesar Cimandiri dan Cugenang. Aktifitas sesar dapat menyebabkan gempa bumi yang dapat memicu terjadinya gerakan tanah. Oleh karena itu dengan dua kombinasi faktor alam yang mendiring terjadinya bencana gerakan tanah maka mayoritas wilayah di Kabupaten Cianjur memiliki potensi yang tinggi terjadinya gerakan tanah. Dalam radius 500 meter dari sesar, wilayah tersebut masuk ke dalam zona rawan gerakan tanah dengan kelas tinggi.
Co-Authors Adi, Luwi Wahyu Aditya Ramadhan Alya Nisrina Zain Alya, Haura Hazema Alyudin, Dyah Rizky Anggara, Rifnaldi Bergas Arista, Faza Asri, Riyadul Ayu Handayani Ayu Handayani Ayu Mardalena Bambang Wahyu Sudarmadji, Bambang Wahyu Brenda Arham Brigita Maria R Brigitta Maria Damar Fauzan Bayuhasta Dedy Swandry Dedy Swandry Banurea Demi Stevany Demi Stevany Dewi Gafuraningtyas Dewi Gafuraningtyas Ekaputri, Diah Megakesuman Muhidin Eko Kusratmoko Evi Frimawaty Fani Setyawan Fathiyya Ulfa Ferdian Adhy Prasetya Glendy Somae Gusrianda, Ilham Handayani, Ayu Hanidya, Farah Satira Haura Zahro Heri Setiawan Hermawan Setiawan Hermawan Setiawan I Wayan Gede Krisna Arimjaya Imam, Mahmoud Zubair Indira, Indira Iqbal Putut Ash Shidiq Jarot M Semedi, Jarot M Junaid, Muhammad Kentjana, Nabila Hasna Khairulmaini Osman Salleh Kuncoro Adi Pradono Marhensa Aditya Hadi Marwah Noer Marwah Noer MASITA DWI MANDINI MANESSA, MASITA DWI MANDINI Muafiroh, Salsa Muhamad Khairul Rosyidy Musrah, Nur Auliya Nastiti, Afifa Ayu Niken Anissa Putri Noer, Marwah Nur Hikmah Nurlukman, Candra Perkasa Pamungkas, Fajar Dwi Parluhutan Manurung Pin, Tjiong Giok Prabandari, Amanah Anggun Pradana, Mohammad Raditia Pradono, Kuncoro Adi Prasetya, Ferdian Adhy Putra, I Kadek Yoga Dwi Putri, Nadya Paramitha Rakyan Paksi Nagara Rastika Widiastuti Ratna Saraswati Ratna Saraswati, Ratna Renita Purwanti, Renita Riyadul Asri Rizqi, Bayu Rofiatul Ainiyah Rofiatul Ainiyah, Rofiatul Rumondor, Brigitta Maria Safira Nur Aisyah Sani, Inuwa Sani Septianto Aldiansyah Setyanto, Yogyrema Sobirin Sobirin Suko Prayitno Adi Supriatna Supriatna Supriatna Supriatna Taqyudin, Taqyudin Tia Pramudyasari Triarko Nurlambang Yuli Purwaningsih Yulia Indri Astuty Yulia Indri Astuty Yuningsih Yuningsih Yuny Fikriyah Shofy Yuny Fikriyah Shofy