Claim Missing Document
Check
Articles

Found 32 Documents
Search

NILAI-NILAI EDUKASI SPIRITUAL DALAM REDAKSI HADIS SHALAT TASBIH Edidarmo, Toto; Ma’muroh, Ma’muroh
FIKRAH Vol 6 No 2 (2022): DESEMBER
Publisher : Ibn Khaldun University, Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32832/fikrah.v6i2.20580

Abstract

Shalat Tasbih adalah shalat sunnah yang pernah diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw. kepada pamannya, al-‘Abbas. Tata cara shalat ini berbeda dengan shalat fardu dan shalat sunnah lainnya. Shalat sunnah tasbih berjumlah 4 rakaat; pada tiap rakaatnya dibaca tasbih 75 kali, sehingga total bacaan tasbih sebanyak 300 kali. Ditinjau dari perspektif ilmu hadis, hadis tentang Shalat Tasbih ditemukan pada Sunan Abi Dawud (w. 275 H), hadis nomor 1297; Sunan al-Tirmidzi (w. 279 H), hadis nomor 481, Sunan Ibn Majah (w. 273 H), hadis nomor 1387, Shahih Ibn Khuzaimah (w. 311 H), alMustadrak ‘ala al-Shahihain karya al-Imam al-Hakim (w. 405 H), dan al-Sunan alKubra karya al-Imam al-Baihaqi (w. 458 H). Hadis-hadis shalat tasbih memiliki kualitas yang hasan (bagus) karena jalur periwayatannya (sanad) banyak dan bersambung. Terdapat perawi yang dianggap majhul (tidak diketahui), tetapi setelah ditelusuri dapat dibuktikan kejujurannya serta ketersambungan sanadnya. Ada juga yang dianggap lemah hafalannya, tetapi didukung hadis penguat (syāhid) sehingga peringkatnya naik menjadi hasan li-ghairi (bagus karena didukung hadis lain). Untuk memahami hadis shalat tasbih, terdapat dua metode, yaitu metode ahli hadis dan metode ahli fikih. Metode ahli hadis cenderung tekstualis dan menerima shalat tasbih sebagai amal sunnah yang disyariatkan. Metode ahli fikih lebih kontekstual dan rasional serta memahami shalat tasbih sebagai sunnah yang disyariatkan dengan cara tertentu. Hasil analisis terhadap redaksi hadis, ditemukan pula nilai-nilai edukasi spiritual yang amat berharga, yaitu: (1) pengulangan bacaan tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir sebanyak 300 kali, (2) anjuran mengulangi shalat tasbih minimal setahun sekali atau seumur hidup, (3) penguatan sikap tawajjuh (fokus menghadap) kepada Allah Swt. dalam durasi yang lama, (4) penguatan kesabaran dan keteguhan hati dalam beribadah, (5) penguatan nilai kesetaraan dalam kehidupan sosial dan nilai kerendahan manusia di hadapan Sang Khalik sebagai aktulisasi rukuk dan sujud, (6) pengampunan atas semua dosa yang pernah dilakukan, (7) benefit spiritual berupa ketenteraman dan kebahagiaan hati.
A Comparison of the Accuracy of Generative Artificial Intelligence Models in Taṣrīf and the Explanation of Wazan Meanings: A Study on Their Application in Arabic Morphology (Ṣarf) Karima, Salman Rizqan; Edidarmo, Toto; Raswan, Raswan
Journal of Arabic Language Studies and Teaching Vol. 5 No. 2 (2025): November 2025 / نوفمبر ٢٠٢٥
Publisher : Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15642/jalsat.2025.5.2.234-250

Abstract

This study analyzes and compares the accuracy of two generative artificial intelligence models, ChatGPT and Deepseek, in producing taṣrīf (morphological conjugation) and explaining the meanings of wazan (morphological patterns) in Arabic morphology. Employing a descriptive-qualitative method with a content analysis approach, the research uses 30 fiʿl thulāthī mazīd (triliteral verbs with augmentation) representing all categories ṣaḥīḥ, maḥmūz, muḍāʿaf, muʿtal, miṯāl, ajwaf, nāqiṣ, and lafīf. Each verb was tested on ChatGPT 4.0 and Deepseek V3.1, and the outputs were verified against classical references, including al-Bināʾ, al-Maqṣūd, and al-Amthilah al-Taṣrīfiyyah. The findings show that both models produce fairly accurate results with distinctive tendencies: Deepseek aligns more closely with classical morphological rules, while ChatGPT provides more diverse and contextual explanations. Pedagogically, both have strong potential to support Arabic morphology learning through interactive and varied outputs, though teacher supervision remains essential to maintain adherence to classical standards.