Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

Sosialisasi dan Pelatihan Pangan Organik Bagi Masyarakat Desa Sambirejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur Mulyana, Ig. Jaka; Permata Sari Hartanti, Lusia; Trihastuti, Dian; Gunawan, Ivan
JPP IPTEK (Jurnal Pengabdian dan Penerapan IPTEK) Vol 5, No 2 (2021)
Publisher : Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31284/j.jpp-iptek.2021.v5i2.1886

Abstract

Penerapan berbagai teknologi dalam upaya peningkatan mutu intensifikasi pertanian secara umum fokus pada penggunaan benih unggul yang bermutu. Namun, penggunaan benih unggul bermutu menuntut penggunaan pupuk kimia sehingga menjadikan petani tergantung pada pupuk kimia. Hal ini bertentangan dengan konsep pertanian organik yang menekankan penerapan praktik-praktik manajemen yang lebih mengutamakan penggunaan input dari limbah kegiatan budidaya di lahan, serta mempertimbangkan daya adaptasi terhadap kondisi setempat. Sejalan dengan program pemerintah GO ORGANIK 2010 untuk memberdayakan petani organik, Gubug Lazaris termotivasi untuk memberdayakan masyarakat sekitar melalui kegiatan sosialisasi dan pelatihan di bidang pertanian organik. Survei awal dilakukan untuk identifikasi kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Hasil survei ini digunakan untuk mempersiapkan dan menyusun materi sosialisasi dan pelatihan. Pelaksanaan sosialisasi dan pelatihan dihadiri oleh 50 peserta yang sebagian besar merupakan warga desa Sambirejo. Pada akhir kegiatan dilakukan penyebaran senerai untuk mengetahui respon dari peserta. Hasil senerai menunjukkan bahwa 57,5% peserta sangat tertarik mengonsumsi pangan organik dan 42,5% peserta tertarik menanam tanaman organik. Dari diskusi selama kegiatan diperoleh informasi bahwa tantangan pertanian organik ini terutama penyadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat dan kelestarian lingkungan. Tantangan yang lain adalah harga pangan organik yang relatif lebih mahal.
Perancangan dan Pembuatan Alat Mesin Penetas Otomatis untuk Kelompok Peternak Ayam KUB di Blitar Sianto, Martinus Edy; Santosa, Hadi; Mulyono, Julius; Gunawan, Ivan; Yuliati, Yuliati
JPP IPTEK (Jurnal Pengabdian dan Penerapan IPTEK) Vol 6, No 2 (2022)
Publisher : Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31284/j.jpp-iptek.2022.v6i2.2148

Abstract

Blitar merupakan salah satu sentra penghasil ayam pedaging dan ayam petelur di Indonesia. Ketidakstabilan harga daging dan telur ayam yang dibudidayakan saat ini membuat peternak melirik potensi ayam KUB (Kampung Unggul Balitnak) yang harganya lebih stabil. Meskipun ayam KUB memiliki usia pemanenan lebih panjang,  ayam KUB  lebih tahan penyakit dan memiliki tingkat produksi telur yang tinggi, mencapai 70%. Telur ayam KUB juga dapat ditetaskan untuk dijadikan indukan yang baru karena telur yang dihasilkan merupakan hasil perkawinan dengan pejantan. Dengan demikian, peternak tidak tergantung pada perusahaan besar untuk ketersediaan anak ayam/day-old chicken (DOC). Namun, karena belum banyak yang membudidayakan jenis ayam ini; telur, DOC, pejantan, dan indukan belum banyak tersedia di pasaran. Peternak harus melakukan seleksi mandiri untuk mendapatkan indukan baru. Untuk meningkatkan produktivitas, telur yang memenuhi syarat perlu ditetaskan dengan menggunakan mesin penetas. Saat ini, peternak yang ingin menetaskan telurnya harus menitipkan telur di tempat penetasan bebek yang lokasinya jauh dan hanya bisa dilakukan jika ada kapasitas yang tidak terpakai. Biaya untuk menetaskan telur pun mencapai Rp1.700,00 per telur yang menetas. Mitra sangat memerlukan mesin penetas telur sendiri untuk menghindari ketergantungan terhadap peternak lain. Di samping itu, saat ini, pembentukan paguyuban peternak ayam KUB sedang dirintis yang anggotanya sebagian besar adalah peternak pemula. Keberadaan mesin penetas akan sangat efektif bagi peternak ayam KUB jika mesin penetas dikelola oleh paguyuban. Oleh karena itu, kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan ialah merancang dan membuat alat penetas telur berteknologi tepat guna yang mudah dioperasikan dan mudah dipelihara.
REDESAIN TOKO BUKU GUNUNG AGUNG DENGAN PENERAPAN ARSITEKTUR NARATIF UNTUK MENGEMBALIKAN IDENTITAS KAWASAN KWITANG Gunawan, Ivan; Solikhah, Nafiah
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 6 No. 2 (2024): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v6i2.30900

Abstract

The loss of identity in an area or building can be understood as placelessness, which can lead to the reduction or even disappearance of locality in an area. One place experiencing the phenomenon of placelessness is the Kwitang area. Kwitang area used to be closely associated with literary life, as evidenced by the emergence of many bookstores. One bookstore that played a significant role in the Kwitang area is Toko Buku Gunung Agung. Which was also a pioneer of modern bookstores in Indonesia. Over time, due to changing of reading trends, the existence of Toko Buku Gunung Agung diminished, especially with its closure in 2023. Currently, the building experiences placelessness and cannot be utilized. Therefore, the problem with this bookstore is how architecture can restore the value of Toko Buku Gunung Agung. The aim is to provide a design proposal that can enhance the value of Toko Buku Gunung Agung. The design approach used is Narrative Architecture, telling the history of the Kwitang area's development, then showing how literary existence in the Kwitang area and its connection to Toko Buku Gunung Agung. This narrative architecture is implemented in the spatial program arrangement, including communal gardens, a History Garden, a Library, an Art Space Gallery, a Co-working Space, and a Rooftop Garden. Keywords: book store; Kwitang; narrative architecture; placeless place Abstrak Hilangnya identitas pada suatu kawasan atau bangungan bisa diartikan sebagai placeless, dan hal ini dapat menyebabkan berkurang atau bahkan hilangnya lokalitas pada suatu kawasan. Salah satu tempat yang mengalami fenomena placeless adalah Kawasan Kwitang. Kawasan Kwitang dahulu merupakan kawasan yang erat kaitannya dengan kehidupan literasi. Hal ini ditunjukan dengan adanya fenomena munculnya banyak toko buku. Salah satu toko buku yang memiliki peranan yang signifikan terhadap kawasan Kwitang  adalah Toko Buku Gunung Agung Kwitang, sekaligus menjadi perintis toko buku modern di Indonesia. Dalam perkembangannya, karena adanya perubahan trend membaca, menyebabkan eksistensi dari Toko Buku Gunung Agung menjadi berkurang, terlebih ditutupnya toko buku itu pada tahun 2023. Saat ini, bangunan tersebut mengalami placeless yang tidak dapat difungsikan. Oleh karena itu, permasalahan dari toko buku itu adalah bagaimana peranan arsitektur bisa mengembalikan value dari Toko Buku Gunung Agung. Dengan tujuan untuk memberikan usulan desain yang dapat meningkatkan value pada Toko Buku Gunung Agung. Pendekatan desain yang digunakan adalah Arsitektur Naratif, dengan menceritakan sejarah perkembangan Kawasan kwitang, lalu memperlihatkan bagaimana eksistensi literasi pada kawasan Kwitang, dan kaitannya dengan Toko Buku Gunung Agung. Arsitektur naratif ini diimplementasikan pada penataan program ruang seperti taman komunal, History Garden, Perpustakaan, Art Space Gallery, Co-working Space, hingga Rooftop Garden.
PERSIAPAN PENINGKATAN TAHAPAN USAHA SEBAGAI EKSPORTIR PADA UKM SAMBEL PECEL BU PARIYEM MADIUN Rachmawati, Dyna; Anggorowati, Adriana Anteng; Joewono, Andrew; Tulipa, Diyah; Suseno, Thomas Putut Indarto; Indrawati, Chatarina Dian; Dani, Robik Anwar; Pranjoto, Hartono; Gunawan, Ivan
INTEGRITAS : Jurnal Pengabdian Vol 9 No 1 (2025): JANUARI - JULI
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat - Universitas Abdurachman Saleh Situbondo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36841/integritas.v9i1.5590

Abstract

Sambel Pecel Bu Pariyem sudah menjalankan kegiatan usahanya lebih dari 3 tahun. Usaha ini dimulai oleh ibu Pariyem yang menjual nasi pecel, kemudian usahanya berkembang dengan membuat sambel pecel. Sambel pecel Bu Pariyem berbeda dengan sambel pecel pada umumnya, karena jenisnya kering dan tidak berminyak. Hasil diskusi awal Tim Abdimas dengan ibu Lestari pemilik Sambel pecel Bu Pariyem mengerucut pada tujuan utama abdimas ini yaitu untuk persiapan menuju ekspor. Kemudian hasil diskusi mendalam menyimpulkan terdapat dua permasalahan: 1) adanya permintaan konsumen untuk kemasan sambel pecel sekali konsumsi yang belum dapat dipenuhi, dan 2) penggunaan media sosial sebagai sarana pemasaran yang belum. Solusi, kegiatan dan hasilnya untuk permasalahan pertama adalah i) pengembangan bisnis dengan diversifikasi kemasan produk, kegiatan yang dilakukan adalah pembuatan mesin pengemasan otomatis dan pelatihan serta pendampingan penggunaan mesin. Hasil kegiatan ini adalah sambel pecel dengan tersedianya mesin pengemasan sachet, peningkatan ketrampilan penggunaan dan pemeliharaan mesin. ii) Peningkatan standar mutu, kegiatan yang dilakukan adalah pelatihan dan pendampingan standar mutu pangan. Hasil kegiatan ini adalah peningkatan pengetahuan mengenai HACCP. Dan iii) peningkatan tata kelola keuangan, kegiatan yang dilakukan adalah pelatihan dan pendampingan penghitungan biaya produksi dan harga jual. Hasil kegiatan ini adalah harga jual sesuai riset pasar dan peningkatan efisiensi biaya produksi. Sedangkan solusi untuk permasalahan kedua adalah pengembangan pemasaran produk. Kegiatan yang dilakukan adalah pelatihan dan pengembangan omnichannel. Hasil kegiatan ini adalah penawaran ke beberapa toko oleh-oleh di Surabaya, aktivasi e-commerce Shopee, dan penyamaan nama dalam medsos.
Characteristic Patterns of Traditional Settlements in the Keraton Malay Area: Case studies in Pontianak, Kuala Terengganu, and Kampung Glam Gunawan, Ivan; Mustikawati, Mustikawati
International Journal of Environment, Architecture, and Societies Vol. 5 No. 01 (2025): Evolving Frontiers in Heritage Studies in Southeast Asia
Publisher : Institute of Research and Community Services of Universitas Tanjungpura and Center of Southeast Asian Ethnicities, Cultures and Societies (Joint collaboration between Universitas Tanjungpura and National Taitung University)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/ijeas.2025.5.01.35-51

Abstract

Traditional settlements or villages emerged during the empire. Kampongs tend to be located on the banks of rivers and are located near palaces or imperial palaces. The Kadriah Palace, Istana Maziah and Glung Kampung Palace are the Malay sultanate palaces which develop along with the surrounding traditional settlements (kampongs). This study aims to explore the traditional settlement patterns of the Malay community across three countries; Indonesia, Malaysia, Singapore, to see similarities and differences in settlement patterns. This research is a qualitative-descriptive research with comparative analysis. Differences and similarities will define the existence level of identity of the types of settlement patterns around the palace. Settlement Patterns in the three locations have the same pattern, that is, an elongated pattern or a line or linear pattern with the process of splitting from the river bank to the land. Cultural boundary of traditional settlements is in all three locations where houses are grouped in one place based on ethnicity.
TANTANGAN DALAM PENERAPAN GROUNDED THEORY PADA PENELITIAN ARSITEKTUR DI INDONESIA: SEBUAH TINJAUAN SISTEMATIS Gunawan, Ivan; Andi, Andi
MODUL Vol 25, No 1 (2025): MODUL vol 25 nomor 1 tahun 2025 (6 articles)
Publisher : architecture department, Engineering faculty, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/mdl.25.1.2025.13-25

Abstract

Metode Grounded Theory (GT) memiliki peran penting dalam disiplin ilmu arsitektur karena dapat meramu teori dari berbagai perspektif orang mengenai pengalaman ruang.  Namun, terdapat kompleksitas alur kerja dan teori yang menyebabkan metode ini sulit diterapkan. Tinjauan sistematis ini bertujuan untuk menelusuri tantangan dalam penerapan GT pada artikel jurnal arsitektur yang terdaftar di APTARI. Dengan menerapkan panduan PRISMA 2020, tinjauan sistematis ini meninjau 64 artikel yang merupakan penelitian empiris yang tidak membahas desain atau proses desain. Hasil tinjauan sistematis menunjukkan setiap kriteria didominasi oleh banyak ketidaktepatan kecuali tujuan penelitian. Ditemukan satu pola yang terulang yaitu pola ini menggunakan GT untuk tujuan mengetahui preferensi atau persepsi pengguna tentang pengalaman ruang dengan pendekatan kualitatif, teknik pengumpulan data kuesioner daring pertanyaan terbuka, dan dianalisis dengan teknik analisis isi GT. Pola ini tidak tepat karena menggunakan GT tetapi tidak mengembangkan teori. Tinjauan sistematis ini menyarankan penggunaan metode GT yang baik yaitu dengan pendekatan kualitatif yang mengumpulkan data dengan wawancara dan menganalisis data dengan koding GT. Dengan pola ini, ada kemungkinan terbentuk teori substansial yang dapat mengembangkan ilmu arsitektur.
Peningkatan Ketrampilan Warga Disabilitas: Peningkatan Omzet Batik Ciprat dengan Pemasaran Digital Purnomo, Rochmat Aldy; Hartono, Sri; Gunawan, Ivan
Jurnal SOLMA Vol. 13 No. 2 (2024)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka (UHAMKA Press)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The sale of Batik Ciprat Karangpatihan still uses a simple marketing concept and batik craftsmen still rely on the efforts of the village government in collaborating and accepting orders directly from customers. Apart from that, batik administrators and craftsmen have only been taught the batik production process and do not yet have digital marketing skills using e-commerce platforms, so the turnover of ciprat Karangpatihan batik is still not optimal. This program aims to improve partners' skills regarding digital marketing based on e-commerce platforms as an effort to increase the turnover of Ciprat Karangpatihan batik. The partner of this program is Rumah Harapan Mulya with 50 participants consisting of young people with weak socioeconomic backgrounds, women and people with physical disabilities. The method used is to provide exposure and practice regarding digital marketing based on e-commerce platforms such as Shopee. The results of the program show that with the activities carried out, there has been a change from not having skills regarding digital marketing based on e-commerce platforms as an effort to increase the turnover of Karangpatihan splash batik to understanding and having skills regarding digital marketing based on e-commerce platforms as an effort to increase the turnover of Splash batik Karangpatihan. It can be concluded that there has been an increase in skills regarding digital marketing based on e-commerce platforms as an effort to increase the turnover of Ciprat Karangpatihan batik.