Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN SENSORINEURAL PADA PASIEN RAWAT JALAN DI POLIKLINIK TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN DI RSUD PROVINSI NTB TAHUN 2014-2017 Ade Yasinta Dewi; M. Nurman Hikmallah; Sukandriani Utami
JURNAL KEDOKTERAN Vol 3 No 2 (2018)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (339.303 KB) | DOI: 10.36679/kedokteran.v3i2.74

Abstract

Hearing loss may be conductive hearing loss and sensorineural hearing loss. All cases of hearing loss, 90% are sensorineural hearing loss. The most risk of sensorineural hearing loss are the intensity of noise, age, and history of hypertension disease. Studies show that hypertension causes sensorineural hearing loss. this study is an analytical observational with cross sectional study plan. The sample was covering 96 respondents, consisting of 48 sensorineural hearing loss patients and 48 non-sensorineural hearing loss patients. The study was done using patient medical records at the Ear-Nose-Throat Policlinic of NTB province hospital from 2014 to 2017. Data analysis was performed by contingency coefficient corellation test. The analysis result was significant value p = 0,000 < p (0,05) which showed their significance or correlation of the conducted study. There is a significant correlation between hypertension and sensorineural hearing loss.
Edukasi Higiene Sanitasi Makanan Tradisional Sate Bulayak di Daerah Wisata Kota Mataram Sabariah Sabariah; Sukandriani Utami; Suci Nirmala; Rozikin Rozikin; I Gede Angga Atnyana
Jurnal Peduli Masyarakat Vol 4 No 1 (2022): Jurnal Peduli Masyarakat: Maret 2022
Publisher : Global Health Science Group

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37287/jpm.v4i1.964

Abstract

Sate bulayak merupakan makanan khas tradisional Lombok terbuat dari daging dilumuri bumbu khas dan disajikan bersama lontong yang dilapisi daun kelapa muda atau nira. Sate ini di jual di daerah wisata mataram dan sangat digemari oleh pengunjung. Higiene sanitasi pengolahan pada sate sangat penting dijaga supaya bebas dari bakteri pencemar seperti E.coli. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang hygiene sanitasi pengolahan makananan terutama pedagang tradisional sate bulayak di daerah wisata seperti Pantai Ampenan, Pantai Gading dan Taman Udayana. Metode yang digunakan yaitu survey lokasi, pemberian kuesioner untuk melihat sejauh mana pengetahuan dan aplikasi higiene sanitasi pada pedagang dan pendampingan pedagang melalui media booklet dan x-banner serta pemberian lock and lock untuk di manafaatkan dalam menyimpan bumbu sate. Distribusi Pedagang sate bulayak di daerah wisata Pantai Ampenan, Pantai Gading dan Taman Udayana di dominasi oleh perempuan (80%) dengan rentan usia paruh baya (40%) dan pra pensiun (30%). dari tingkat pendidikan kebanyakan SMP (50%), SMA (30%) dan tidak bersekolah (20%). Pengelolaan higiene sanitasi pada pedagang sate bulayak masih rendah dimana masih banyak yang belum menggunakan alat bantu untuk pengolahan makanan, memakai celemek, tutup kepala, dan rata-rata pedagang yang dijadikan sampel dalam pengabdian tidak memiliki sertifikat kesehatan. Dari hasil pendampingan melalui media, pedagang terlihat masih banyak yang belum faham terkait higiene sanitasi pengelolaan makanan sehingga perlu menjadi perhatian lebih bagi pemerintah daerah untuk melakukan pendampingan secara rutin terhadap pedagang tradisional di daerah wisata lombok.
KULIAH KERJA LAPANGAN KESEHATAN MASYARAKAT BERSIH LINGKUNGANKU SEHAT WARGAKU DI KELURAHAN SELAGALAS TAHUN 2017 Sukandriani Utami; Siti Ruqayyah
JURNAL KEDOKTERAN Vol 3 No 1 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan antara lain mencakup perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (limbah) dan sebagainya. Adapun yang dimaksud dengan usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup manusia agar menjadi media yang baik untuk terwujudnya kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup didalamnya (Notoatmodjo, 2003). Kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan merupakan hal yang essensial disamping masalah perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan faktor keturunan. Lingkungan memberikan kontribusi terbesar terhadap timbulnya masalah kesehatan masyarakat. Faktor Lingkungan (fisik, biologi dan sosiokultural) mempunyai ikatan yang erat dengan faktor perilaku misalnya kebiasaan atau perilaku dalam menggunakan air bersih, membuang air besar serta membuang sampah di sembarang tempat termasuk pembuangan limbah. Hal ini akan menyebabkan terjadinya pencemaran air tersebut dan penduduk menjadi rawan terhadap penyakit menular bawaan air seperti penyakit kulit, diare dan lain-lain (Depkes RI, 2003). Maka dari itu, program Kuliah Kerja Lapangan Kesehatan Masyarakat (KKL-KESMAS) Tahun 2017 sebagai salah satu cara merubah pola pikir masyarakat yang masih rendah yaitu belum memperhitungkan dampak lingkungan kotor terhadap tingkat kesehatan mereka sendiri. Dengan demikian, masyarakat pada waktu yang akan datang diharapkan dapat meninggalkan kebiasaan yang kurang baik mengenai kesehatan lingkungan
The Relationship Level Of Knowledge Of Mothers About Giving Mp-Asi With The Incidence Of Diarrhea In Children Aged 6-24 Months At Puskesmas Karang Pule, Mataram City Izar Khairani; Sukandriani Utami; Baiq Novaria Rusmaningrum; Diani Sri Hidayati
Jurnal EduHealth Vol. 14 No. 01 (2023): Jurnal eduHealth, Periode Januari-Maret, 2023
Publisher : Sean Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (179.309 KB)

Abstract

Diarrheal disease is still a global problem with a high degree of morbidity and mortality in various countries and mortality in children under the age of 5 in the world. Causes include infection, malabsorption, allergies, poisoning, and inappropriate complementary feeding. The provision of MP-ASI is influenced by the type of food and the form of food according to the age of the child. Mother's knowledge plays an important role in providing complementary complementary foods (MP-ASI) so that children's nutrition is fulfilled. Objectives: This study aims to analyze the relationship between mother's knowledge about giving MP-ASI to children aged 6-24 months with the incidence of diarrhea at the Karang Pule Health Center, Mataram City. Methods: Observational analytic quantitative research with a cross sectional study design. The sample in this research is 70 respondents. The data obtained were analyzed with the Chi-Square correlation test. Results: There were 40 mothers (57.1%) who did not have a good level of knowledge about giving MP-ASI to children aged 6-24 months. There were 43 cases of diarrhea in children aged 6-24 months (61.4%). There is a significant relationship between mother's knowledge about complementary feeding and the incidence of diarrhea in children aged 6-24 months with a p-value <0.001. Conclusion: There is a relationship between mother's knowledge about giving MP-ASI and the incidence of diarrhea in children aged 6-24 months at the Karang Pule Health Center, Mataram City. 1%) who did not have a good level of knowledge about giving MP-ASI to children aged 6-24 months. There were 43 cases of diarrhea in children aged 6-24 months (61.4%). There is a significant relationship between mother's knowledge about complementary feeding and the incidence of diarrhea in children aged 6-24 months with a p-value <0.001. Conclusion: There is a relationship between mother's knowledge about giving MP-ASI and the incidence of diarrhea in children aged 6-24 months at the Karang Pule Health Center, Mataram City. 1%) who did not have a good level of knowledge about giving MP-ASI to children aged 6-24 months. There were 43 cases of diarrhea in children aged 6-24 months (61.4%). There is a significant relationship between mother's knowledge about complementary feeding and the incidence of diarrhea in children aged 6-24 months with a p-value <0.001. Conclusion: There is a relationship between mother's knowledge about giving MP-ASI and the incidence of diarrhea in children aged 6-24 months at the Karang Pule Health Center, Mataram City.
HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN JENIS KELAMIN DENGAN DERAJAT KEPARAHAN CARPAL TUNNEL SYNDROME DI RSUD KOTA MATARAM Pande Kadek Deva Widya Iswara Oka; Sukandriani Utami; Nyoman Cahyadi Tri Setiawan; I Wayan Tunjung
Nusantara Hasana Journal Vol. 2 No. 10 (2023): Nusantara Hasana Journal, March 2023
Publisher : Yayasan Nusantara Hasana Berdikari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59003/nhj.v2i10.795

Abstract

Carpal Tunnel Syndrome (CTS) is a common disorder with symptoms involving the median nerve. The risk factors for the occurrence of CTS are grouped into individual and physical factors related to work. Individual factors consisted of a history of diabetes mellitus, hypothyroidism, obesity, rheumatoid arthritis, age and gender. In addition, there are work-related physical factors, namely work with repetitive hand movements, gripping or clamping work with force, abnormal postures on the wrist for a long time. Purpose to determine the relationship between BMI and gender with the degree of severity of CTS in Mataram City Hospital. Observational analytic quantitative research with a cross-sectional study design. The sampling technique used a random sampling technique of 34 samples. The research was conducted at the Mataram City Hospital, from November to December 2022. The data obtained was analyzed using the spermaman rank test. Results of the 34 study samples, there were 8 people (23.5%) with BMI < 24.9 kg/m2 and, 26 people (76.5%) with BMI ≥ 25 kg/m2. A total of 13 men (38.2%) and 21 women (61.8%) suffered from CTS. The value of p = 0.001 (p <0.05) with a correlation value of 0.528 for the relationship between BMI and the severity of CTS, and p = 0.001 (p <0.05) with a correlation value of 0.531 for the relationship between gender and the severity of CTS . There is a significant relationship between BMI and gender with the degree of severity of CTS in Mataram City Hospital.
Edukasi Higiene Sanitasi Makanan Tradisional Sate Bulayak di Daerah Wisata Kota Mataram Sabariah Sabariah; Sukandriani Utami; Suci Nirmala; Rozikin Rozikin; I Gede Angga Atnyana
Jurnal Peduli Masyarakat Vol 4 No 1 (2022): Jurnal Peduli Masyarakat: Maret 2022
Publisher : Global Health Science Group

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37287/jpm.v4i1.964

Abstract

Sate bulayak merupakan makanan khas tradisional Lombok terbuat dari daging dilumuri bumbu khas dan disajikan bersama lontong yang dilapisi daun kelapa muda atau nira. Sate ini di jual di daerah wisata mataram dan sangat digemari oleh pengunjung. Higiene sanitasi pengolahan pada sate sangat penting dijaga supaya bebas dari bakteri pencemar seperti E.coli. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang hygiene sanitasi pengolahan makananan terutama pedagang tradisional sate bulayak di daerah wisata seperti Pantai Ampenan, Pantai Gading dan Taman Udayana. Metode yang digunakan yaitu survey lokasi, pemberian kuesioner untuk melihat sejauh mana pengetahuan dan aplikasi higiene sanitasi pada pedagang dan pendampingan pedagang melalui media booklet dan x-banner serta pemberian lock and lock untuk di manafaatkan dalam menyimpan bumbu sate. Distribusi Pedagang sate bulayak di daerah wisata Pantai Ampenan, Pantai Gading dan Taman Udayana di dominasi oleh perempuan (80%) dengan rentan usia paruh baya (40%) dan pra pensiun (30%). dari tingkat pendidikan kebanyakan SMP (50%), SMA (30%) dan tidak bersekolah (20%). Pengelolaan higiene sanitasi pada pedagang sate bulayak masih rendah dimana masih banyak yang belum menggunakan alat bantu untuk pengolahan makanan, memakai celemek, tutup kepala, dan rata-rata pedagang yang dijadikan sampel dalam pengabdian tidak memiliki sertifikat kesehatan. Dari hasil pendampingan melalui media, pedagang terlihat masih banyak yang belum faham terkait higiene sanitasi pengelolaan makanan sehingga perlu menjadi perhatian lebih bagi pemerintah daerah untuk melakukan pendampingan secara rutin terhadap pedagang tradisional di daerah wisata lombok.
Faktor Risiko Kejadian Stunting pada Balita di Desa Gelangsar Kecamatan Gunung Sari Aena Mardiah; Dany Karmila; Sukandriani Utami; Ayu Anulus
Jurnal Formil (Forum Ilmiah) Kesmas Respati Vol 8, No 3 (2023)
Publisher : Universitas Respati Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35842/formil.v8i3.509

Abstract

Stunting merupakan masalah global, termasuk Indonesia dan menduduki posisi kelima terbanyak dalam jumlah stunting di dunia. Prevalensi stunting di Indonesia tahun 2019 sebesar 27,67 %. Kabupaten/ Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan prevalensi stunting tertinggi yaitu di Kabupaten Lombok Tengah sebesar 45,25 %. Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi yaitu penyebab langsung, tidak langsung dan penyebab mendasar. Tujuan penelitian adalah menganalisis faktor risiko kejadian stunting pada balita di Desa Gelangsar Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode rancangan Cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Desa Gelangsar Kecamatan Gunung Sari karena merupakan salah satu desa dengan prevalensi stunting yang tinggi di Kabupaten Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Maret 2021. Subjek penelitian ini adalah anak usia 0 – 60 bulan sebanyak 136 responden. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah: kuesioner dan lembar observasional. Analisis data menggunakan analisis univariat, analisis bivariat menggunakan uji statistik chi square. Hasil bivariat menunjukkan berat badan bayi lahir rendah (p-value=0,007;RP=2,61;CI=1,60-4,28). Faktor demografi (pendidikan ayah (p-value=0,59;RP=1,19;CI=0,62-2,31), pendidikan ibu (p-value=0,28;RP=1,42;CI=0,73-2,77), dan pekerjaan ibu (p-value=0,57;RP=1,61;CI=0,27-9,48)),  faktor praktek perawatan ibu dan anak (pemberian asi eksklusif (p-value=0,17;RP=0,33;CI=0,52-2,15), pemberian MP-ASI (p-value=0,06;RP=1,51;CI=1,32-1,71)), faktor ketersediaan jamban (p- value=0,59;RP=0,77;CI=0,28-2,13), imunisasi (p-value=0,44;RP=0,74;CI=0,40-1,37) dan riwayat penyakit infeksi diare (p-value=0,43;RP=1,23;CI=0,73-2,08) dan ISPA (p-value=0,09;RP=3,73;CI=0,57-24,62) tidak berhubungan dengan kejadian stunting pada balita. Berat badan bayi lahir rendah berhubungan dengan kejadian stunting pada balita di Desa Gelangsar Kecamatan Gunung Sari
Hubungan Aktivitas Fisik, Kualitas Tidur, Pola Makan, dan Obesitas dengan Kejadian Hipertensi pada Usia Produktif di Kelurahan Turida Wilayah Kerja Puskesmas Cakranegara Kota Mataram Muliana, Sigarni; Utami, Sukandriani; Leonaviri, Mirzaulin
Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan Vol 10 No 20 (2024): Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan
Publisher : Peneliti.net

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5281/zenodo.14483435

Abstract

Hipertensi dikatakan menjadi salah satu masalah kesehatan paling berbahaya di seluruh dunia karena merupakan faktor risiko utama penyakit kardiovaskular seperti serangan jantung, gagal jantung, penyakit ginjal, dan stroke, dengan jumlah penderita hipertensi pada tahun 2022 di wilayah kerja Puskesmas Cakranegara sebanyak 1.502 orang. Bila hipertensi tidak diobati, dapat berkembang menjadi gagal jantung kronis, stroke, dan penurunan volume otak, yang menyebabkan penurunan fungsi kognitif dan intelektual pada pasien hipertensi. Pada umumnya, kejadian hipertensi banyak terjadi pada penduduk berusia lanjut, namun tidak menutup kemungkinan penduduk usia produktif juga dapat mengalami penyakit hipertensi. Faktor risiko penyebab terjadinya hipertensi seperti genetik, usia, dan jenis kelamin, kebiasaan merokok, kebiasaan mengkonsumsi alkohol, berat badan berlebih (obesitas), kurangnya aktivitas fisik, pola makan buruk, kualitas tidur buruk, diet serat, dan faktor stres. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan aktivitas fisik, kualitas tidur, pola makan, dan obesitas dengan kejadian hipertensi pada usia produktif di Kelurahan Turida Wilayah Kerja Puskesmas Cakranegara Kota Mataram. Metode yang digunakan yaitu cross sectional study dengan jumlah sampel sebanyak 423 dengan teknik pengambilan sampel yaitu simple random sampling. Uji statistik yang digunakan yaitu uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 238 responden (56.3%) mengalami hipertensi. Terdapat hubungan antara individu dengan aktivitas fisik dengan hipertensi (p value = 0,000, PR = 4.78). Terdapat hubungan antara individu dengan kualitas tidur dengan hipertensi (p value = 0,000, PR = 5.37). Terdapat hubungan antara individu dengan pola makan dengan hipertensi (p value = 0,000, PR = 6.54). Terdapat hubungan antara individu dengan obesitas dengan hipertensi (p value = 0,000, PR = 5.62). Faktor risiko hipertensi antara lain aktivitas fisik, kualitas tidur, pola makan, dan obesitas yang dapat mempengaruhi kejadian hipertensi.
Multilevel Analysis of Prognostic Factors for Cognitive Function in Post-Stroke Patients Utami, Sukandriani; Rahardjo, Setyo Sri; Murti, Bhisma; Novika, Revi Gama Hatta; Tamtomo, Didik Gunawan
Indonesian Journal of Medicine Vol. 9 No. 4 (2024)
Publisher : Masters Program in Public Health, Universitas Sebelas Maret, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26911/theijmed.2024.9.4.829

Abstract

Background: Stroke is the leading cause of disability and the second leading cause of death worldwide. Post-stroke disability can be in the form of motor, sensory, autonomic, or cognitive impairments. Impaired cognitive function is the leading cause of death and pain in post-stroke patients in the world. Decreased cognitive function is present in more than 70% of post-stroke patients and is associated with disability, independence, and pain. This study aims to analyze the prognosis factors of cognitive function in post-stroke patients.Subjects and Method: This study used a cross-sectional design conducted in 7 hospitals on the island of Lombok from July to August 2024. A total of 200 post-stroke patients were selected using stratified random sampling. The dependent variable in this study was cognitive function examined using the Mini Mental State Examinatio (MMSE) questionnaire. Other independent variables such as age, gender, marital status, pension fund, complications, comorbidities and stroke type were collected using a questionnaire. The data were analyzed using a multilevel double-linear regression model.Results: The prognosis factor of cognitive function in post-stroke patients was age (b=-0.19; CI 95%=-0.29 to -0.10; p=<0.001), marital status (b=-3.80; CI 95%=-6.72 to -0.88; p=0.011), pension fund (b=-5.88; CI 95%= -8.35 to -3.42; p=<0.001), complications (b=-5.37; CI 95%= -7.34 to -3.39; p=<0.001). While sex, comorbidities, and stroke type did not show a significant relationship with the cognitive function of post-stroke patients. Conversely, there was an influence of doctors treating post-stroke patients on cognitive function (ICC=8.76%).Conclusion: Age, marital status, pension funds, and complications are prognostic factors in cognitive function of post-stroke patients. Conversely, there is an influence of doctors who treat post-stroke patients on cognitive function.
Effects of Hypertension, Diabetes Mellitus, and Gender on Post Stroke Cognitive Impairment: Meta-Analysis Utami, Sukandriani; Wicaksono, Emirza Nur; Choirunnisa, Amalia; Veibiani, Nindita Arum; Murti, Bhisma
Journal of Epidemiology and Public Health Vol. 9 No. 1 (2024)
Publisher : Masters Program in Public Health, Universitas Sebelas Maret, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26911/jepublichealth.2024.09.01.07

Abstract

Background: Post-stroke cognitive impairment is a serious problem that is often faced by indivi-duals who have experienced a stroke. This study aims to determine and estimate the effects of hypertension, diabetes mellitus, and gender on post-stroke cognitive impairment through meta-analysis of primary research conducted by previous researchers.Subjects and Method: This was a meta-analysis study using the PICO model which includes; P: post-stroke patients. I: hypertension, diabetes mellitus, and women. C: normotensive, without diabetes mellitus, and men. O: post-stroke cognitive impairment. A systematic search for primary studies was carried out in the PubMed database which was published from 2014 to 2023. The keywords used to search for primary studies were "Hypertension" AND "Diabetes Mellitus" AND "Post Stroke Cognitive Impairment". The inclusion criteria for the articles searched were primary studies with cross-sectional and cohort studies from 2014-2023 and reporting aOR values. Primary studies were selected using the PRISMA diagram and relevant primary studies were analyzed using Review Manager 5.3.Results: There were 18 primary studies with cross-sectional and cohort study designs. The total sample obtained through a systematic review and meta-analysis was 9,103 post-stroke patients from France, China, Singapore, the Netherlands, Egypt, Ethiopia, and Uganda. The results of the analysis showed that hypertension increased the risk 1.56 times (aOR= 1.56; 95% CI= 1.11 to 2.19; p= 0.010) and diabetes mellitus increased the risk 1.58 times (aOR= 1.58; 95% CI= 1.23 to 2.05; p< 0.001) post-stroke cognitive impairment compared to people without hypertension and diabetes. Meanwhile, the female gender increases the risk of post-stroke cognitive impairment by 1.28 times (aOR= 1.28; 95% CI=1.16 to 1.42; p<0.001). The data is statistically significant.Conclusion: hypertension, diabetes mellitus, and female gender increase the risk of post-stroke cognitive impairment. Keywords: Hypertension, diabetes mellitus, women, post-stroke cognitive disorders