Claim Missing Document
Check
Articles

Found 40 Documents
Search

BENTUK PAKAIAN ADAT PANGHULU DI BATIPUAH BARUAH TANAH DATAR Srimutia Elpalina; Agustina Agustina; Adek Cerah Kurnia Azis; Apdanil Syukri
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 12, No 1 (2023): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v12i1.45337

Abstract

Traditional clothes in Minangkabau are traditional clothes that are passed down from generation to generation. Traditional clothing that has been sacred by the community has become a symbol that is full of values. These values can later be used as a reference in the daily life of the Minangkabau people. The development of the times can change the form of traditional clothing. The people do not know that changing the shape will also change the meaning of the symbols in Minangkabau traditional clothing. So it is feared that one day the traditional clothes that have not undergone changes, such as the Panghulu and Bundo Kanduang traditional clothes, will no longer be understood by the next generation in Minangkabau for their meanings and symbols. Therefore, the author ventured to reveal how the form contained in the philosophy of the traditional clothes of Panghulu and Bundo Kanduang in Batipuah Baruah, Tanah Datar. This research is a qualitative using descriptive method. Data collection techniques by conducting observations, interviews, and documentation. Penghulu traditional clothing consists of headgear, clothes, pants, Sisampiang, belts, clothing; sarongs and samiri cloth, as well as kerises. Bundo kanduang traditional clothing consists of tingkuluak, kuroom clothes, codecs, sampang, jewelry, and footwear. The form of the Panghulu and Bundo Kanduang traditional clothes is a combination of geometric shapes and organic shapes. Geometric shapes are regular and precise. Organic forms in art are soft, curved, irregular, although there are natural forms such as angled crystal structures.Keywords: shapes, traditional clothes, panghulu, penghulu. AbstrakPakaian adat di Minangkabau merupakan pakaian tradisi yang diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pakaian adat yang sudah disakralkan oleh masyarakat menjadi simbol yang sarat dengan nilai-nilai. Nilai-nilai inilah yang kelak dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Minangkabau. Perkembangan zaman bisa mengubah bentuk dari pakaian adat. Masyarakat tidak mengetahui bahwa jika bentuk berubah juga akan mengubah makna dari simbol yang ada dalam pakaian adat di Minangkabau. Maka dikhawatirkan pada suatu saat nanti pakaian adat yang belum mengalami perubahan seperti pakaian adat penghulu, tidak lagi dipahami makna dan simbolnya oleh generasi selanjutnya di Minangkabau. Oleh karena itu, penulis memberanikan diri untuk mengungkap bagaimana bentuk yang terkandung dalam filosofi pakaian adat panghulu di Batipuah Baruah, Tanah Datar. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data dengan melakukan obeservasi, wawancara, serta dokumentasi. Pakaian adat panghulu terdiri dari tutup kepala, baju, celana, sisampiang, ikat pinggang, kain sandang; kain sarung dan kain samiri, serta keris. Bentuk pakaian adat panghulu merupakan perpaduan antara bentuk geometris dan bentuk organis. Bentuk geometris adalah teratur dan tepat. Bentuk organis dalam seni itu lembut, melengkung, tidak teratur, meskipun ada bentuk alami seperti struktur kristal yang bersiku.Kata Kunci: bentuk, pakaian adat, panghulu, penghulu. Authors:Srimutia Elpalina: Universitas Negeri PadangAgustina: Universitas Negeri PadangAdek Cerah Kurnia Azis: Universitas Negeri MedanApdanil Syukri: Universitas Awal Bros References: Andriani, C., Baidar, B., & Sofnitati, S. (2014). Makanan Adat Pada Upacara Manjalang Rumah Mintuo Di Kanagarian Btipuah Baruah Kecamatan Batipuah Kabupaten Tanah Datar. Journal of Home Economics and Tourism, 5(1), 01-19.Chaer, A. (199)). Pengantar Semanti Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.Dahrizal, M. (2012). “Bentuk Pakaian Adat Panghulu di Batipuah Baruah Tanah Datar”. Hasil Wawancara Pribadi: 17 November 2012, Kota Padang.Daryusti, D. (2006). Hegomoni Penghulu dan Perspentif Budaya. Jakarta: Penerbit Pustaka.Devi, S. (2015). Sejarah dan Nilai Songket Pandai Sikek. Jurnal Ilmu Sosial Mamangan, 4(1), 17-28.Efi, A. (2006). Benda Budaya Alat Kebesaran Minangkabau: Lambang dan Makna. Disertasi tidak di terbitkan. Padang: Universitas Negeri Padang.Hakimy, I. (2001). Rangkaian Mustika Adat Basandi Syarak di Minangkabau. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.Hong, Y. Y., Morris, M. W., Chiu, C. Y., & Benet-Martinez, V. (2000). Multicultural Minds: A Dynamic Constructivist Approach to Culture and Cognition. American Psychologist, 55(7), 709-720.Mardalis, Dt. I. (2012). “Bentuk Pakaian Adat Panghulu di Batipuah Baruah Tanah Datar”. Hasil Wawancara Pribadi: 14 Oktober 2012, Kota Padang.Nurdin, Dt. J. K. (2012). “Bentuk Pakaian Adat Panghulu di Batipuah Baruah Tanah Datar”. Hasil Wawancara Pribadi: 5 November 2012, Kota Padang.
ORNAMEN MELAYU DITINJAU DARI KETEPATAN WARNA, MODIFIKASI MOTIF, REPETISI, DAN KERUMITAN MOTIF Dania Rahmadani; Sugito Sugito; Adek Cerah Kurnia Azis
Educraf : Journal Of Craft Education, Craft Design And Creative Industries Vol 2, No 2 (2023): Educraft
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/educraf.v2i2.3786

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan tentang karya ornamen Melayu siswa kelas XI Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Medan yang ditinjau dari keragaman warna, bentuk modifikasi motif, repetisi, dan kerumitan motif. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI MAN 1 Medan dan objek penelitian adalah karya gambar ornamen Melayu berjumlah 20 karya siswa dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa nilai rata-rata karya secara keseluruhan dikategorikan baik dengan rata-rata 83, 08 (baik). Karya ornamen Melayu dinilai berdasarkan aspek ketepatan warna, modifikasi motif, repetisi, dan kerumitan motif. Aspek penilaian dengan nilai tertinggi adalah modifikasi motif dengan nilai rata-rata 83,83, yaitu sudah mampu memberikan ide yang lebih menarik lagi dalam memodifikasi motif. Aspek ketepatan warna dengan nilai rata-rata 82, 77, yaitu warna yang digunakan sudah sesuai dengan warna yang terdapat pada ornamen Melayu dan sudah mampu memvariasikan keragaman warna. Aspek kerumitan motif dengan nilai rata-rata 82, 04, yaitu variasi ukuran motif yang sudah tertata dan menyatu, dan aspek repetisi dengan nilai rata-rata 83,5 yaitu pengulangan susunan bentuk sudah kontinue. Apabila di rincikan secara keseluruhan berdasarkan capaian siswa, maka karya dengan kategori sangat baik berjumlah 1 karya ornamen sebesar 10%. Kategori baik berjumlah 19 karya ornamen sebesar 90% dan karya dengan kategori cukup tidak ada
MEDIA KUIS INTERAKTIF DENGAN APLIKASI CLASSPOINT Widya Utari; Raden Burhan Surya Nata Diningrat; Adek Cerah Kurnia Azis
INDOPEDIA (Jurnal Inovasi Pembelajaran dan Pendidikan) Vol. 1 No. 2 (2023): JUNI 2023
Publisher : Media Inovasi Pendidikan dan Pembelajaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini berkaitan dengan pengembangan media evaluasi dalam bentuk kuis interaktif berbasis aplikasi Classpoint untuk siswa MAN Asahan kelas X Tahun ajaran 2022/2023. Penelitian ini bertujuan untuk, 1) Mengetahui kelayakan media evaluasi kuis interaktif berbasis aplikasi Classpoint pada materi kritik karya seni rupa berdasarkan validasi ahli media dan soal, 2) Mengetahui kefeektifan media evaluasi kuis interaktif berbasis aplikasi Claspoint pada materi kritik karya seni rupa bagi peserta didik, 3) Mengetahui kepraktisan media evaluasi kuis interaktif berbasis aplikasi Classpoint bagi peserta didik. Penelitian ini menggunakan sampel 9 orang uji kelompok kecil dan 21 orang uji kelompok besar dengan metode Reseach and Development (R&D) dengan model pengembangan 4D yang membantu proses pengembangan media evaluasi. Model pengembangan 4D berarti Define (pendefenisian), Design (perancangan), Develop (pengembangan) dan Disseminate (penyebarluasan). Instrumen yang digunakan adalah angket, pada validasi ahli materi, media, dan guru seni budaya serta kuis interaktif pada peserta didik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan media evaluasi dalam bentuk kuis interaktif berbasis aplikasi Classpoint pada materi kritik karya seni rupa kelas X MAN Asahan tergolong dalam kategori “Sangat Baik”. Dapat dilihat dari hasil rata-rata penilaian ahli materi yang memperoleh skor 89,33% yang dikategorikan sangat baik. Hal tersebut dapat dilihat dari kelayakan materi, konstruksi dan Bahasa. Hasil dari penilaian ahli media memperoleh skor 84,85% yang dikategorikan sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari aspek rekayasa perangkat dan aspek tampilan visual. Dapat dilihat juga dari hasil uji coba produk pada uji coba kelompok kecil yang mencapai skor 83,33% dan uji coba kelompok besar dengan skor 84,90% yang dikategorikan sangat baik. Dapat diperkuat dari hasil angket respon peserta didik terhadap media evaluasi yang diuji cobakan pada uji coba kelompok kecil mencapai skor 88,33% dan uji coba kelompok besar mencapai skor 90,71% yang dikategorikan sangat baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media evaluasi dalam bentuk kuis interaktif berbasis aplikasi Classpoint yang dikembangkan dengan menggunakan model pengembangan 4D dapat digunakan sebagai alternatif dalam evaluasi pembelajaran.
PENDAMPINGAN MURAL KEBHINEKAAN DI SD NEGERI 101744 DESA KLAMBIR SUMATERA UTARA Adek Cerah Kurnia Azis; Waliyul Maulana Siregar; Feriyansyah; Mesra
Jurnal Gembira: Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 1 No 02 (2023): APRIL 2023
Publisher : Media Inovasi Pendidikan dan Publikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Adapun tujuan dari kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat yang dilaksanakan di SD Negeri 101744 Desa Klambir Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara ini, diantaranya; 1). Melakukan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) mengenai mural kebhinekaan bagi para guru dan siswa yang ada di SD Negeri 101744 Desa Klambir, 2). Melaksanakan kegiatan workshop tentang kebhinekaan dengan mendatangkan narasumber yang ahli dibidang seni rupa dan desain, 3).  Mendampingi guru dalam memahami arti kebhinekaan melalui gambar yang ada di dinding kelas, dan 4). Pembuatan mural tentang kebhinekaan pada kelas model Profil Pelajar Pancasila. Hasil dari Kegiatan Pengabdian Kepada masyarakat ini meliputi; 1). Guru telah mengenal tentang Profil Pelajar Pancasila dengan perantara mural, 2). Guru memahami tentang ruang lingkup Profil Pelajar Pancasila melalui mural, 3). Guru dapat mengasah kreativitas dengan menghasilkan karya gambar dalam ruang lingkup Profil Pelajar Pancasila, 4). Menghasilan kelas model yang unik dan menarik yang dilengkapi dengan gambar dinding (mural) tentang kebhinekaan dari Profil Pelajar Pancasila, dan 5). Menghasilkan kelas model yang ditata senyaman dan semenarik mungkin bagi siswa dan guru dalam belajar untuk mengenal Profil Pelajar Pancasila.
Diversifikasi Produk dengan Penerapan Teknologi Tepat Guna Pada Usaha Teteh Guelish Kripik Pisang Khairunnisa Harahap; Ajeng Inggit Anugerah; Adek Cerah Kurnia Azis
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara Vol. 4 No. 4 (2023): Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara (JPkMN)
Publisher : Cv. Utility Project Solution

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pemerintahan Kota Medan mendorong pembangunan daerah dengan memberikan perhatian khusus kepada pelaku UMKM. Pertumbuhan UMKM yang signifikan di Kota Medan dari 27 ribu pada tahun 2021 menjadi 90 ribu pada tahun 2022 dikhawatirkan cenderung memiliki kinerja UMKM yang stagnan dan tidak terarah. Ibu Ade Novina Dalimunthe merupakan pelaku UMKM Kripik Pisang yang berada di daerah Medan Tuntungan Kota Medan yang merasa sangat sulit dalam pengelolaan usahanya apalagi dalam persaingan antar pelaku UMKM. Permasalahan-permasalahan yang timbul dari mitra yaitu aspek manajemen produksi yang hanya menghasilkan kripik pisang original dengan kandungan minyak yang masih banyak. Kripik pisang dikemas dalam plastik biasa tanpa desain/merek kemasan dan tidak melakukan pencatatan laporan keuangan usahanya. Kegiatan PKM ini memberikan solusi kepada mitra dalam mengatasi permasalahannya, dengan pendampingan menajamen produksi, pendampingan manajemen pemasaran, manajemen usaha dan keuangan serta pengadaan alat spiner dan pengaduk bumbu untuk varian rasa kripik pisang.
Kesesuaian Minat Konsumen Terhadap Desain Produk String Art Karya UKM EMI Craft Kota Medan Yovi Sediawati; Adek Cerah Kurnia Azis
Gestus Journal: Penciptaan dan Pengkajian Seni Vol 3 No 1 (2023): GESTUS JOURNAL : PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gsts.v3i1.44606

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk meninjau produk string art berbahan benang wol dari indikator prinsip-prinsip desain yang dilaksanakan di ukm emi craft.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah 10 kerajinan string art berbahan benang wol. Ketepatan penerapan prinsip-prinsip desain menjadi objek dalam penelitian ini, adapun bagian dari prinsip-prinsip desain adalah Kesatuan (Unity), Keseimbangan (Balance), Irama (Rhythm), Proporsi (Proportion), Aksentuasi/dominasi (Emphasis), Kesederhanaan (Simplicity). Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, dokumentasi, dan wawancara. Analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prinsip-prinsip desain kerajinan string art berbahan benang wol adalah baik. Ketepatan prinsip-prinsip desain pada produk kerajinan string art berbahan benang wol di ukm emi craft telah menunjukkan ketepatan yang baik pada indikator penilaian prinsip-prinsip desain dan juga sesuai dengan minat konsumen dan mendukung kreatifitas masyarakat dalam membuat sebuah karya seni dari bahan yang ada disekitar.
Analisis Karya Ilustrasi Siswa Kelas VIII Smp Negeri 6 Kisaran Rizqoh Fadhilah; Adek Cerah Kurnia Azis; Raden Burhan Surya Nata Diningrat
Gestus Journal: Penciptaan dan Pengkajian Seni Vol 4 No 1 (2024): GESTUS JOURNAL : PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gsts.v4i1.54862

Abstract

Penelitian ini berujuan untuk melihat dan mendeskripsikan hasil karya gambar ilustrasi hewan yang dibuat oleh siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Kisaran, mana karya siswa yang mempunyai ketepatan gambar ilustrasi yang tepat dan yang masih kurang tepat berdasarkan pada prinsip komposisi, proporsi dan gelap terang. Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh hasil karya siswa kelas VIII di SMP Negeri 6 Kisaran yang berjumlah 185 karya siswa dengan jumlah total 6 kelas yaitu kelas VIII-1: 32 siswa, kelas VIII-2: 32 siswa, VIII-3: 32 siswa, kelas VIII-4: 29 siswa, VIII-5: 29 siswa, dan kelas VIII-6: 31 siswa. Teknik pengambilan sample yang digunakan yaitu Simple Random Sampling. Simple Random Sampling yaitu memilih  anggota sampel secara acak dari jumlah populasi tanpa memperhatikan tingkatan yang ada, maka penelitian dilakukan hanya pada satu kelas saja yaitu kelas VIII-1 yang memiliki siswa yang berjumlah 32 orang. instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini yaitu: kamera digunakan sebagai bukti bahwa telah terlaksananya penelitian, lember penilaian, dan dokumentasi berupa hasil karya siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan metode wawancara, observasi, tes dan dokumentasi.
BENTUK PAKAIAN ADAT BUNDO KANDUANG DI BATIPUAH BARUAH TANAH DATAR Srimutia Elpalina; Agustina Agustina; Christanto Syam; Adek Cerah Kurnia Azis; Fitrah Cyntha Dirna; Yudhistira Oscar Olendo
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol. 12 No. 2 (2023): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v12i2.49536

Abstract

Clothing can be categorized into several types, such as everyday wear, workwear, festive attire, and traditional costumes. Everyday wear is used for daily activities at home or in society. Workwear is worn when someone is working, like teacher's attire or office clothing. Festive attire is specifically for celebration events, such as birthdays or weddings. On the other hand, traditional costumes are worn during customary ceremonies and hold sacred values. The traditional costume of "bundo kanduang" in Minangkabau carries philosophical and cultural significance for the community. It represents the position and role of a "bundo kanduang" in the Minangkabau traditional society. A "bundo kanduang" is an esteemed woman within a clan, responsible for domestic affairs in the community. The term "bundo kanduang" is often used as a synonym for women, yet its interpretation varies in the society of West Sumatra. There are three versions of the term: the story of "kaba" the perspective of women in West Sumatra, and the view of the Minangkabau traditional community. The traditional costume of "bundo kanduang" in Minangkabau has distinctive elements, such as "tingkuluak" (headpiece), "baju kuruang basiba" (upper garment), "kodek" (skirt), "salempang" (sash), jewelry, and footwear. Each part of the attire symbolizes specific meanings and signifies the role and responsibility of a "bundo kanduang" within her community. This research employs a qualitative descriptive method through observation, interviews, and documentation. The findings indicate that the traditional costume of "bundo kanduang" in Batipuah Baruah, Tanah Datar, possesses unique characteristics and profound cultural significance in Minangkabau's heritage. In conclusion, the preservation of the traditional costume of "bundo kanduang" is vital to safeguard the cultural richness of Minangkabau. With the passage of time, changes in the form of traditional attire can alter the meanings and symbols embedded within it. Therefore, documenting and inventorying the forms of traditional clothing is crucial for understanding and preserving this cultural heritage.Keywords: shapes, traditional clothes, bundo kanduang, women. AbstrakPakaian memiliki beberapa kategori, seperti pakaian sehari-hari, pakaian kerja, pakaian pesta, dan pakaian adat. Pakaian sehari-hari digunakan dalam aktivitas sehari-hari di rumah atau di tengah masyarakat. Pakaian kerja dipakai ketika seseorang sedang bekerja, seperti pakaian guru atau pakaian kantor. Pakaian pesta adalah pakaian khusus untuk acara perayaan, seperti ulang tahun atau pernikahan. Sedangkan pakaian adat adalah pakaian tradisional yang dipakai dalam upacara adat dan memiliki nilai sakral. Pakaian adat bundo kanduang di Minangkabau memiliki makna filosofi dan nilai budaya masyarakat yang mengenakannya. Pakaian ini menggambarkan posisi dan peran seorang bundo kanduang dalam masyarakat adat Minangkabau. Bundo kanduang adalah seorang wanita yang dituakan dalam suatu suku, yang memegang pimpinan urusan domestik dari suatu kaum dalam lingkungan masyarakat adat. Istilah bundo kanduang sering digunakan sebagai kata ganti untuk kaum wanita, namun pengertian bundo kanduang dalam masyarakat Sumatera Barat bervariasi. Terdapat tiga versi istilah bundo kanduang, yaitu versi cerita kaba, versi kaum wanita Sumatera Barat, dan versi masyarakat adat Minangkabau. Pakaian adat bundo kanduang di Minangkabau memiliki bentuk yang khas, seperti tingkuluak, baju kuruang basiba, kodek, salempang, perhiasan, dan alas kaki. Setiap bagian pakaian memiliki simbol dan makna tertentu yang menggambarkan peran dan tanggung jawab seorang bundo kanduang dalam kaumnya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pakaian adat bundo kanduang di Batipuah Baruah, Tanah Datar memiliki karakteristik yang unik dan memiliki makna mendalam dalam budaya Minangkabau. Kesimpulannya, pelestarian pakaian adat bundo kanduang penting untuk menjaga kekayaan budaya Minangkabau.Kata Kunci: bentuk, pakaian adat, bundo kanduang, perempuan. Authors:Srimutia Elpalina : Universitas Negeri PadangAgustina : Universitas Negeri PadangChristanto Syam : Universitas TanjungpuraAdek Cerah Kurnia Azis : Universitas Negeri MedanFitrah Cyntha Dirna : Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Indralaya UtaraYudhistira Oscar Olendo : Universitas TanjungpuraReferences:Amir, M. S. (2007). Masyarakat Adat Minangkabau Terancam Punah. Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya.Amrida, A. (2012). œBentuk Pakaian Adat Bundo Kanduang di Batipuah Baruah Tanah Datar. Hasil Wawancara Pribadi: 5 November 2012. Tanah Datar.Anwar, R., Sastra, A. I., & Zebua, E. (2019). Pakaian Pangulu di Nagari Gunuang Kota Padangpanjang Provinsi Sumatera Barat. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 8(2), 332-336.Azis, A. C. K., Lubis, S. K., Kartono, G., & Daulay, M. A. J. (2023). Digitalisation of Teaching Materials for Toba Batak Ethnic Decorative Variety with Procreate Media Based on p-Books and e-Books. Jurnal Kependidikan: Jurnal Hasil Penelitian dan Kajian Kepustakaan di Bidang Pendidikan, Pengajaran dan Pembelajaran, 9(3), 782-793.Chaer, Abdul/ (199)). Pengantar Semanti Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.Couto, Nashbary. (2009). Seni Rupa Teori dan Aplikasi. Padang: UNP Press.Dahrizal, Musra (Mak Katik). (2012). œBentuk Pakaian Adat Bundo Kanduang di Batipuah Baruah Tanah Datar. Hasil Wawancara Pribadi: 1 Desember 2012. Kota Padang.Daryusti, D. (2006). Hegomoni Penghulu dan Perspentif Budaya. Jakarta: Penerbit Pustaka.Efi, Agusti. (2006) Benda Budaya Alat Kebesaran Minangkabau: Lambang dan Makna. Disertasi. Tidak diterbitkan.Elpalina, S., Agustina, A., Azis, A. C. K., & Syukri, A. Bentuk Pakaian Adat Panghulu Di Batipuah Baruah Tanah Datar. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 12(1), 167-173.Hakimy, Idrus. (2001). Rangkaian Mustika Adat Basandi Syarak di Minangkabau. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.Naim, Mochtar. (2006). Tiga Menguak Tabir: Perempuan Minangkabau di Persimpangan Jalan. Jakarta: Hasanah.Nurhaida. (2012). œBentuk Pakaian Adat Bundo Kanduang di Batipuah Baruah Tanah Datar. Hasil Wawancara Pribadi: 5 November 2012. Tanah Datar.Putra, Z. A. W., Olendo, Y. O., & Sagala, M. D. (2023). Kajian Kritik Seni: Transformasi Bentuk Penyajian Musik Tradisional Krumpyung Kulon Progo di Era Multimedia. Jurnal Sendratasik, 12(2), 146-156.
KOLEKSI MUSEUM ADITYAWARMAN: SEBAGAI SUMBER BELAJAR SENI DAN BUDAYA Apdanil Syukri; Adek Cerah Kurnia Azis; Yudhistira Oscar Olendo; Srimutia Elpalina; Christanto Syam
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol. 12 No. 2 (2023): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v12i2.51471

Abstract

The Adityawarman Museum in West Sumatra plays a significant role in preserving and presenting a diverse collection of Minangkabau culture, encompassing various aspects of art, history, and culture. The aim of this research is to describe the collections of the Adityawarman Museum as one of the sources of learning for art and culture. This is a qualitative study with a descriptive approach. The museum gathers collections that include geologica, biologica, ethnographica, archaeologica, historica, numismatics/heraldry, philologica, ceramics, fine arts, and technology, reflecting a rich and diverse cultural heritage. The museum serves as a non-formal educational institution that can enhance public understanding of history, art, and culture. The Adityawarman Museum plays a strategic role in preserving and communicating the cultural heritage of West Sumatra, and with the right efforts, it can become an engaging and educational learning center for both the current and future generations.Keywords: museum, Adityawarman, collection. learning, culture. AbstrakMuseum Adityawarman di Sumatera Barat memainkan peran penting dalam melestarikan dan menyajikan beragam koleksi budaya Minangkabau yang mencakup berbagai aspek seni, sejarah, dan budaya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendesktipsikan koleksi Museum Adityawarman yang sebagai salah satu sumber belajar seni dan budaya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Museum ini mengumpulkan koleksi yang mencakup geologika, biologika, etnografika, arkeologika, historika, numismatika/heraldika, filologika, keramologika, seni rupa, dan teknologika, yang mencerminkan warisan budaya yang kaya dan beragam. Museum berperan sebagai lembaga pendidikan nonformal yang dapat meningkatkan pemahaman masyarakat tentang sejarah, seni, dan budaya. Museum Adityawarman memiliki peran strategis dalam melestarikan dan mengkomunikasikan warisan budaya Sumatera Barat, dan dengan upaya yang tepat, dapat menjadi pusat pembelajaran yang menarik dan mendidik untuk generasi sekarang dan yang akan datang.Kata Kunci: museum, Adityawarman, koleksi, belajar, budaya. Author:Apdanil Syukri : Universitas Awal BrosAdek Cerah Kurnia Azis : Universitas Negeri MedanYudhistira Oscar Olendo : Universitas TanjungpuraSrimutia Elpalina : Universitas Negeri PadangChristanto Syam : Universitas Tanjungpura References: Azis, A. C. K., Mesra, M., & Sugito, S. (2021). Pengembangan Bahan Ajar Micro Teaching Bagi Mahasiswa Seni Rupa Universitas Negeri Medan. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 10(1), 223-229.Burhan, B. (2007). Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Public, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kenca.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar Budaya. Padang: Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Propinsi Sumatera Barat.Diana, D. (2015). œMuseum Adityawarman. Hasil Wawancara Pribadi: 10 Juni 2015, Padang.Dion, D. (2015). œMuseum Adityawarman. Hasil Wawancara Pribadi: 24 Juni 2015, Padang.Elpalina, S., Agustina, A., Azis, A. C. K., & Syukri, A. (2023). Bentuk Pakaian Adat Panghulu di Batipuah Baruah Tanah Datar. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 12(1), 167-173.Maysela, R., Ghozali, I., & Olendo, Y. O. (2016). Manajemen Pengelolaan Sanggar Bantang Dara Irakng Di Desa Durian Kecamatan Sambas Kabupaten Sambas. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa (JPPK), 10(12).Moechtar, M. (1985). Buku Petunjuk Museum Negeri Adityawarman Sumatera Barat. Padang: Proyek Pengembangan Permuseuman Sumatera Barat.Muasri, M. (2012). œMuseum Adityawarman. Hasil Wawancara Pribadi: 10 Juni 2012, Padang.Muasri, M. (2014). œMuseum Adityawarman. Hasil Wawancara Pribadi: 12 Februari 2014, Padang.Riza, R. (2014). œMuseum Adityawarman. Hasil Wawancara Pribadi: 1 Juli 2014, Padang.Rizal, R. (2015). œMuseum Adityawarman. Hasil Wawancara Pribadi: 1 Juli 2015, Padang.Zed, M. (2012). œPeran Museum Sebagai Sumber Belajar. Hasil Wawancara Pribadi: 1 Juli 2012, Padang.
IMPLEMENTASI MODEL EVALUASI FORMATIF-SUMATIF DALAM MENINGKATKAN PEMBELAJARAN SENI BUDAYA Srimutia Elpalina; Ambiyar Ambiyar; Agustina Agustina; Adek Cerah Kurnia Azis
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol. 13 No. 1 (2024): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v13i01.55826

Abstract

AbstractThe learning of Arts and Culture plays a crucial role in shaping students' creativity, cultural understanding, and art appreciation. Despite its significance, Arts and Culture education faces several challenges, including insufficient school support, limited resources, technological challenges, and the availability of qualified teachers. Therefore, this research aims to explore the implementation of formative-summative evaluation models as an effort to enhance the quality of Arts and Culture education. The study employs a literature review method with four stages, involving the development of tools and equipment, compilation of bibliography, reading and noting research materials, and content and descriptive analysis. The results of the analysis reveal that the implementation of formative-summative evaluation models plays a central role in improving Arts and Culture education. Formative evaluation provides continuous feedback and identifies the need for improvement, while summative evaluation offers an overall picture of students' achievements. The application of this evaluation model involves the development of evaluation instruments, monitoring the learning process, adjusting teaching methods, providing feedback to students, identifying the need for improvement, and developing teaching and learning programs. The conclusions drawn from this study encompass the variation in the implementation of Arts and Culture education, the central role of teachers' creativity, and the positive impact of formative-summative evaluation models. Suggestions for further research involve a comparative study between schools, a focus on teacher qualifications, and further investigation into the influence of evaluation models on students' achievements and interest in the arts. Thus, the implementation of formative-summative evaluation models becomes an effective strategy in enhancing the quality of Arts and Culture education, contributing positively to students' creative development and cultural understanding.Keywords: formative-summative evaluation, arts and cultureAbstrakPembelajaran Seni Budaya memiliki peran krusial dalam membentuk kreativitas, pemahaman budaya, dan apresiasi seni siswa. Meskipun penting, pembelajaran Seni Budaya dihadapkan pada sejumlah tantangan, termasuk minimnya dukungan sekolah, keterbatasan sumber daya, tantangan teknologi, dan ketersediaan guru yang kompeten. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi implementasi model evaluasi formatif-sumatif sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran Seni Budaya. Studi ini menggunakan metode studi pustaka dengan empat tahap, melibatkan penyusunan alat dan perlengkapan, menyusun bibliografi, membaca dan mencatat bahan penelitian, serta analisis konten dan deskriptif. Hasil analisis mengungkapkan implementasi model evaluasi formatif-sumatif memainkan peran sentral dalam meningkatkan pembelajaran Seni Budaya. Evaluasi formatif memberikan umpan balik terus-menerus dan identifikasi kebutuhan perbaikan, sementara evaluasi sumatif memberikan gambaran keseluruhan tentang pencapaian siswa. Penerapan model evaluasi ini melibatkan pengembangan instrumen evaluasi, pemantauan proses pembelajaran, penyesuaian metode pengajaran, umpan balik kepada siswa, identifikasi kebutuhan perbaikan, dan pengembangan program belajar-mengajar. Kesimpulan dari studi ini mencakup variasi pelaksanaan pembelajaran Seni Budaya, peran sentral kreativitas guru, dan dampak positif model evaluasi formatif-sumatif. Saran untuk penelitian selanjutnya melibatkan studi komparatif antar sekolah, fokus pada kualifikasi guru, dan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh model evaluasi terhadap prestasi dan minat siswa terhadap seni. Dengan demikian, penerapan model evaluasi formatif-sumatif menjadi strategi yang efektif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran Seni Budaya, sekaligus memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan kreativitas dan pemahaman budaya siswa.Kata Kunci: evaluasi formatif-sumatif, seni budaya Authors:Srimutia Elpalina : Universitas Negeri PadangAmbiyar : Universitas Negeri PadangAgustina : Universitas Negeri PadangAdek Cerah Kurnia Aziz : Universitas Negeri Medan References:Adlini, M. N., Dinda, A. H., Yulinda, S., Chotimah, O., & Merliyana, S. J. (2022). Metode Penelitian Kualitatif Studi Pustaka. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 6(1), 974“980.Astuti, K. S., Pamadhi, H., & Rini, Y. S. (2010). Pengembangan Model Evalasi Pembelajaran Seni Budaya SMP. Jurnal Kependidikan, 40(1), 87“98.Creswell, J. W. (2012). Educational Research: Planning, Conducting and Evaluating Qualitative and Qualitative Research. Boston: Pearson Education.Creswell, J. W. (2014). Research Design. California: SAGE.Fadli, M. R. (2021). Memahami Desain Metode Penelitian Kualitatif. Humanika, 21(1), 33“54.Fitrianti, L. (2018). Prinsip Kontinuitas dalam Evaluasi Proses Pembelajaran. Al-Ishlah: Jurnal Pendidikan, 10(1), 89“102.Fitzpatrick, J. L., Sanders, J. R., & Worthen, B. R. (2011). Program Evaluation Alternative Approaches And Practical Guidelines. Boston: Pearson Education.Hikmah, R. A., & Hakim, R. (2019). Pengembangan Modul Seni Budaya Berbasis Pendidikan Karakter Untuk Siswa Kelas X di SMK. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 8(2), 417“423.James C. McDavid, Huse, I., & Hawthorn, L. L. (2019). Program Evaluation and Performance Measurement. London: SAGE Publishing.Linfield, K. J., & Posavac, E. J. (2019). Program Evaluation:Methods and Cases Studies. London: Routledge.Lubis, S. K. (2022). Evaluasi Kinerja Guru Seni Budaya Ditinjau dari Kesesuaian Latar Belakang Pendidikan Guru dengan Aspek Seni yang Diajarkan. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 11(2), 394“401.Mardiah, M., & Syarifuddin, S. (2019). Model-model Evaluasi Pendidikan. Mitra Ash-Shibyan: Jurnal Pendidikan & Konseling, 2(1), 38“50.Mertens, D. M. (2015). Research and Evaluation in Education and Psychology. London: SAGE Publishing.Mertens, D. M., & Wilson, A. T. (2019). Program Evaluation Theory and Practice. London: The Guilford Press.Purwanto, M. N. (2020). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosda Karya.Raharja, J. T., & Retnowati, T. H. (2013). Evaluasi Pelaksanaan Pembelajaran Seni Budaya SMA di Kabupaten Lombok Timur, NTB. Jurnal Pendidikan Dan Evaluasi Pendidikan, 17(2), 287“303.Selegi, S. F. (2017). Model Evaluasi Formatif-Sumatif Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Pada Mata Kuliah Perencanaan Pengajaran Geografi. Seminar Nasional 20 Program Pascasarjana Universitas PGRI Palembang, 188“192.Stufflebeam, D. L. (1987). Meta Evaluation: An Overview. Evaluation and The Health Professions, 1(1), 17“43.Wulandari, N. S., & Hadi, H. (2023). Pembelajaran Seni Budaya di SMA Negeri 8 Padang. Journal On Teacher Education, 4(4), 157“164.