Articles
ALIH FUNGSI LAHAN DAN PERUBAHAN SOSIAL PETANI DI GORONTALO 1980-1990
Hatu, Rauf A.
Paramita: Historical Studies Journal Vol 23, No 1 (2013): PARAMITA
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.15294/paramita.v23i1.2496
This research describes in depth about farmersââ¬â¢ social change after their farmland turned into sugar cane plantations which had an impact on the economic condition, social roles, social stratification, employment, and business opportunities among farmers of Gorontalo. The change was reflected in the increase in the labor force that moved out of agricultural sector. It also occurred in the status component in society between those who owned the land and the landless people. Landowners still had a social stratification position higher when compared to farmers who did not own any land, even those who had no land increasingly had narrower opportunities to improve their lot because they only remained becoming the farm-workers. Alternatively the government needs to implement regulations on function conversion of agricultural land which is fertile and productive because the phenomena that happen nowadays are the problems of agricultural land which start being narrowed or reduced every year.Keywords: function change, social change, farmers àPenelitian ini mendeskripsikan secara mendalam tentang perubahan sosial petani setelah lahan pertaniannya beralih menjadi lahan perkebunan tebu yang berdampak pada kondisi ekonomi, peran sosial, stratifikasi sosial, dan kesempatan kerja serta kesempatan berusaha di kalangan petani Gorontalo. Perubahan tercermin pada terjadinya peningkatan tenaga kerja yang bergerak di luar sektor pertanian. Perubahan terjadi pula pada komponen status dalam masyarakat antara orang yang memiliki lahan dengan orang yang tidak memiliki lahan. Pemilik lahan tetap memiliki posisi stratifikasi sosial yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan petani yang tidak memiliki lahan, bahkan orang yang tidak memiliki lahan semakin memiliki peluang yang semakin sempit dalam memperbaiki nasibnya karena hanya tetap bertahan pada buruh tani. Sebagai alternatifnya adalah pemerintah perlu menerapkan regulasi terhadap alih fungsi lahan-lahan pertanian yang subur dan produktif sebab fenomena yang terjadi sekarang ini adalah masalah lahan pertanian setiap tahun mulai menyempit atau berkurang. Kata kunci: perubahan fungsi, perubahan sosial, petani
ALIH FUNGSI LAHAN DAN PERUBAHAN SOSIAL PETANI DI GORONTALO 1980-1990
Hatu, Rauf A.
Paramita: Historical Studies Journal Vol 23, No 1 (2013): PARAMITA
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.15294/paramita.v23i1.2496
This research describes in depth about farmers’ social change after their farmland turned into sugar cane plantations which had an impact on the economic condition, social roles, social stratification, employment, and business opportunities among farmers of Gorontalo. The change was reflected in the increase in the labor force that moved out of agricultural sector. It also occurred in the status component in society between those who owned the land and the landless people. Landowners still had a social stratification position higher when compared to farmers who did not own any land, even those who had no land increasingly had narrower opportunities to improve their lot because they only remained becoming the farm-workers. Alternatively the government needs to implement regulations on function conversion of agricultural land which is fertile and productive because the phenomena that happen nowadays are the problems of agricultural land which start being narrowed or reduced every year.Keywords: function change, social change, farmers  Penelitian ini mendeskripsikan secara mendalam tentang perubahan sosial petani setelah lahan pertaniannya beralih menjadi lahan perkebunan tebu yang berdampak pada kondisi ekonomi, peran sosial, stratifikasi sosial, dan kesempatan kerja serta kesempatan berusaha di kalangan petani Gorontalo. Perubahan tercermin pada terjadinya peningkatan tenaga kerja yang bergerak di luar sektor pertanian. Perubahan terjadi pula pada komponen status dalam masyarakat antara orang yang memiliki lahan dengan orang yang tidak memiliki lahan. Pemilik lahan tetap memiliki posisi stratifikasi sosial yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan petani yang tidak memiliki lahan, bahkan orang yang tidak memiliki lahan semakin memiliki peluang yang semakin sempit dalam memperbaiki nasibnya karena hanya tetap bertahan pada buruh tani. Sebagai alternatifnya adalah pemerintah perlu menerapkan regulasi terhadap alih fungsi lahan-lahan pertanian yang subur dan produktif sebab fenomena yang terjadi sekarang ini adalah masalah lahan pertanian setiap tahun mulai menyempit atau berkurang. Kata kunci: perubahan fungsi, perubahan sosial, petani
PERUBAHAN SOSIAL KULTURAL MASYARAKAT PEDESAAN (Suatu Tinjauan Teoritik-Empirik)
Rauf Hatu
Jurnal Inovasi VOL. 08, NO. 04, THN. 2011
Publisher : Jurnal Inovasi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (141.073 KB)
Masalah perubahan sosial kultural telah menjadi topik pembicaraan yang menarik, bukan saja para ahli ilmu kemasyarakatan, bahkan di kalangan masyarakat luas. Lahirnya kesadaran akan pentingnya pengkajian terhadap masalah perubahan sosial kultural, terutama setelah masyarakat menyaksikan suatu kenyataan bahwa kemajuan yang pesat di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mendorong untuk melakukan kajian secara konsepsional. Perubahan sosial kultural dalam masyarakat tidak terfokus dalam kehidupan masyarakat kota, akan tetapi masyarakat desa juga telah banyak mengalami perubahan maupun perkembangan sebagai akibat dari introduksi teknologi, komunikasi, tranportasi dalam tatanan kehidupan masyarakat luas. Kata-Kata Kunci : Perubahan Masyarakat Pedesaan
PEMBERDAYAAN DAN PENDAMPINGAN SOSIAL DALAM MASYARAKAT (Suatu Kajian Teortis)
Rauf Hatu
Jurnal Inovasi VOL. 07, NO. 04, THN. 2010
Publisher : Jurnal Inovasi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (164.196 KB)
Sejalan dengan semangat paradigma pembangunan di era otonomi yang mengakui kesetaraan proporsi sektor masyarakat dengan sektor negara dan swasta sebagai stakeholders pembangunan, maka aksi-aksi pemberdayaan masyarakat menjadi signifikan dilakukan. Hal ini disadari keyakinan jika masyarakat menunjukan tingkat emansipasi yang tinggi dalam segala kegiatan pembangunan, maka secara tidak langsung mereka telah memperkuat kemampuan bangsanya sendiri dalam menghadapi dinamika perubahan pada lingkup regional maupun global. Dari sini upaya pengembangan dan pemberdayaan masyarakat seharusnya menjadi bagian integral dari upaya suatu bangsa dalam rangka memperbaiki tingkat inisiasi, peran serta atau partsipasi dan emansipasi para warganya dalam program pembangunan.
PENERIMAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA (KB) PADA KOMUNITAS ADAT TERPENCIL(KAT) DI DESA SARIPI KECAMATAN PAGUYAMAN KABUPATEN BOALEMO
Rauf Hatu
Jurnal Inovasi VOL. 05, NO. 01, THN. 2008
Publisher : Jurnal Inovasi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (163.627 KB)
Program Keluarga Berencana merupakan suatu program pemerintah yang pada intinya ditujukan untuk menjarangkan tingkat kelahiran dan kehamilan serta menciptakan kesehatan antara ibu dan anak terutama bagi masyarakat yang memiliki usia produktif. Adapun faktor yang mendorong penerimaan Program Keluarga Berencana pada Komunitas Adat Terpecil yaitu: (1) tingkat pendidikan Pasangan Usia Subur (PUS), (2) pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) terhadap program Keluarga Berencana (KB), (3) tingkat pendapatan Pasangan Usia Subur (PUS), (4) usia perkawinan Pasangan Usia Subur (PUS), (5) pandangan Pasangan Usia Subur (PUS) tentang jumlah anak yang dimiliki, (6) pandangan Pasangan Usia Subur (PUS) tentang pembatasan jumlah anak dari segi adat dan tradisi setempat, (7) pandangan Pasangan Usia Subur (PUS) tentang pembatasan jumlah anak dari segi agama yang dianut, (8) usia isteri pada saat perkawinan dan sistem pelayanan petugas Keluarga Berencana setempat.
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS V SDN 88 KOTA GORONTALO
Hendra Ahmad;
Rauf A. Hatu;
Rosman Ilato
Akademika Vol 7, No 2 (2018): September 2018
Publisher : LPPM Universitas Muhammadiyah Gorontalo
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31314/akademika.v7i2.1027
Penelitian bertujuan untuk mengetahui (1) pengaruh model pembelajaran Picture and Picture terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS. (2) pengaruh model pembelajaran Picture and Picture terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. (3) Pengaruh motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. (4) Pengaruh secara tidak langsung model pembelajaran Picture and Picture melalui motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer melalui penyebaran kuesioner kepada sampel penelitian (siswa). Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis jalur. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) Model pembelajaran Picture and Picture berpengaruh positif dan signifikan terhadap Motivasi belajar siswa Pada Mata pelajaran IPS di kelas V SDN 88 Kota Tengah Kota Gorontalo. (2) Model pembelajaran Picture and Picture berpengaruh positif dan signifikan terhadap Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di kelas V SDN 88 Kota Tengah Kota Gorontalo. (3) Motivasi belajar siswa berpengaruh positif dan signifikan terhadap Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di kelas V SDN 88 Kota Tengah Kota Gorontalo. (4) Terdapat pengaruh positif dan signifikan dari Model pembelajaran Picture and Picture secara tidak lansung (melalui Motivasi belajar siswa) terhadap Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di kelas V SDN 88 Kota Tengah Kota Gorontalosiswa, dan ketersedian sarana prasarana sekolah, kelima hal tersebut yang merupakan kendala dalam penanaman nilai Pancasila kepada siswa.
IMPLEMENTASI PENDIIDIKAN KARAKTER YANG MENGACU PADA NILAI PANCASILA PADA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR
Yulmawati T. Moonty;
Rauf Hatu;
Sukarman Kamuli
Akademika Vol 8, No 1 (2019): April 2019
Publisher : LPPM Universitas Muhammadiyah Gorontalo
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31314/akademika.v8i1.1029
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan minat dan hasil belajar IPS siswa kelas V Melalui Implementasi Metode Bermain Peran Di SDN No 08 Kota Barat Kota Gorontalo. Metode Penelitian yang digunakan yakni penelitian tindakan kelas yang terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan lembar observasi, angket dan tes hasil belajar. Berdasarkan hasil penelitian, dengan mengimplementasikan metode bermain peran diperoleh minat belajar siswa rendah pada mata pelajaran IPS diatas pada siklus I yakni hanya 12 siswa yang memperoleh skor 70 dengan persentase sebesar 67%, kemudian pada siklus II siswa yang memperoleh minat belajar yang tinggi yakni 14 siswa yang memperoleh skor 70 dengan persentase sebesar 78%. Sedangkan hasil belajar siswa pada siklus I mencapai 56% dan meningkat pada siklus II menjadi 72,2%, atau terjadi peningkatan sebesar 16,2%.
UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN MASYARAKAT PEDESAAN
Rauf A. Hatu
Jurnal Inovasi VOL 05, NO 04, 2008
Publisher : Jurnal Inovasi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Persoalan Kemiskinan sesungguhnya merupakan sebuah persoalan struktural dan multidimensi yang sangat pelik, mencakup di dalamnya masalah yang berkaitan dengan politik, sosial, ekonomi, aset, psikologi dan lain-lain dalam dimensi kehidupan manusia, sehingga secara umum masyarakat miskin berada dalam situasi kerentanan, ketidakberdayaan, keterisolasian, dan ketidak mampuan untuk menyampaikan aspirasi pada suatu kesempatan. Situasi tersebut menyebabkan mereka tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan minimal kehidupannya secara layak, terlebih bagi mayarakat yang tinggal didaerah-daerah pedesaan yang lebih banyak mengharapkan potensi sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari dan hal inilah yang membutuhkan upaya penanggulangannya baik secara kelompok maupun secara individu.
Land Conversion and Its Impact on Socio-economic Life of Society (A Case Study in Tolangohula Subdistrict, Gorontalo)
Rauf A. Hatu
Jurnal Aplikasi Manajemen Vol 9, No 1 (2011)
Publisher : Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1100.78 KB)
Changes that occur in the form of a shift of ownership rights over agricultural land for the benefit of sugar cane plant life causes changes in farmers’ polls include shifting patterns of livelihoods, loss of agricultural land as a source of life of farmers to patterns of social life of farmers such as decrease in farmers’ income, changes of kinship and familial aspects, changes in family roles, changes in the status of farmers as well as changes in work and business opportunities in the life of farmers.Keywords: Functional Shift, Social Economic, Society
Penguatan Karakter Suku Bajo di Torosiaje Melalui Pendidikan Dasar
Rasid Yunus;
Rauf A. Hatu;
Novianty Djafri;
Zulaecha Ngiu
Jurnal Civic Education: Media Kajian Pancasila dan Kewarganegaraan Vol 6, No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Universitas Negeri Manado
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.36412/ce.v6i1.3482
Untuk memperbaiki rusaknya karakter warga negara, instrumen kearifan lokal yang dimiliki oleh masing-masing daerah sangat penting. Namun, kearifan lokal yang dimiliki oleh bangsa ini belum menjadi prioritas dalam penguatan karakter warga negara, tidak terkecuali kearifan lokal Suku Bajo di Desa Torosiaje Kecamatan Popayato Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo. Padahal karakter yang dimiliki oleh masyarakat Suku Bajo di Torosiaje potensial untuk menunjang penguatan karakter warga negara. Olehnya, tujuan dari penelitian ini ingin mengetahui secara mendalam karakter Suku Bajo di Torosiaje dan penguatan karakter Suku Bajo melalui Pendidikan Dasar. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kualitatif. Teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan, wawancara dan dokumentasi. Analisis data melalui reduksi, display, dan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan Suku Bajo di Torosiaje memiliki karakter cinta identitas, tangguh, toleransi, dan kreatif. Proses penguatan karakter Suku Bajo di SDN 04 Popayato melalui pelajaran Mulok dengan cara mengintegrasikan karakter Suku Bajo ke tema-tema materi, seperti Tema 8 di kelas IV tentang Daerah Tempat Tinggalku dan Tema 8 di kelas VI tentang Bumiku. Berdasarkan temuan tersebut, karakter Suku Bajo di Torosiaje memiliki basis karakter positif dalam kehidupan berbangsa serta proses proses penguatannya melalui pembelajaran Mulok di kelas IV dan kelas VI.