Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

KONSEP KEABSAHAN PASAL 2 AYAT (1) UNDANG-UNDANG PERKAWINAN TERHADAP PERKAWINAN BEDA AGAMA BERDASARKAN IZIN DARI PENETAPAN PENGADILAN Putri Athaya Fidela; Imelda Martinelli
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial Vol 10, No 6 (2023): NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jips.v10i6.2023.2936-2942

Abstract

Indonesia yang masyarakatnya heterogen tidak menutup kemungkinan adanya perkawinan yang terjadi antara masyarakat yang berbeda agama. Perkawinan beda agama dinilai tidak selaras dengan undang-undang yang berlaku karena dalam Pasal 2 ayat (1) UU Perkawinan nyatalah bahwa perkawinan harus dilaksanakan sesuai dengan hukum agama masing-masing. Namun dengan kehadiran Pasal 35 huruf (a) UU Administrasi Kependudukan yang mengatur perihal tata cara pencatatan perkawinan, memberi peluang terhadap perkawinan beda agama agar mampu dicatatkan dengan syarat adanya penetapan dari pengadilan. Sehingga membuat banyak pasangan beda agama mengajukan permohonan ke pengadilan negeri agar dapat mencatatkan perkawinan mereka. Dengan adanya penelitian ini, bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis konsep keabsahan Pasal 2 ayat (1) UU Perkawinan terhadap perkawinan beda agama berdasarkan izin dari penetapan pengadilan. Metode penelitian yang digunakan merupakan penelitian hukum normatif serta didukung pula oleh data dari tinjauan pustaka untuk memperkuat hasil penelitian. Hasilnya adalah perkawinan beda agama tidak sah karena tidak memenuhi syarat sah perkawinan pada Pasal 2 ayat (1) UU Perkawinan. Namun dengan adanya Pasal 35 huruf (a) UU Administrasi Kependudukan, maka perkawinan beda agama yang dicatatkan dengan adanya penetapan pengadilan dianggap sah.
Perlindungan Hak Privasi Dalam Era Digital: Harmonisasi Undang Undang Informasi Transaksi Elektronik Dengan Prinsip-Prinsip Filosofi Hukum Roscoe Pound Dalam Hukum Perikatan Imelda Martinelli; Fricila Anggitha Sugiawan; Renita Zulianty
MOTEKAR: Jurnal Multidisiplin Teknologi dan Arsitektur Vol 1, No 2 (2023): November 2023
Publisher : CV. Rayyan Dwi Bharata

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57235/motekar.v1i2.1306

Abstract

Indonesia menghadapi tantangan dalam era digital yang terus berkembang karena Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), yang diberlakukan sejak tahun 2008, untuk mengatur teknologi informasi dan transaksi elektronik serta melindungi hak privasi individu. UU ITE mengatur banyak aspek teknologi informasi, seperti hak cipta, perlindungan konsumen dalam perdagangan elektronik, dan tindakan kriminal di dunia maya. Namun, undang-undang ITE telah menimbulkan kontroversi karena ketentuannya yang tampak tidak jelas, yang dapat digunakan untuk membatasi kebebasan berbicara dan berbicara. Hak privasi di era modern mencakup perlindungan data pribadi dan informasi sensitif individu dari penggunaan dan pengawasan yang tidak sah. Setelah ditetapkan pada tahun 2016, Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP) telah meningkatkan hak privasi individu. Kerangka hukum di era digital sangat dipengaruhi oleh konsep filosofi hukum Roscoe Pound, termasuk konsep rekayasa sosial dalam yurisprudensi, teori keseimbangan kepentingan, dan hukum sebagai rekayasa sosial. Salah satu langkah penting untuk mencapai keseimbangan yang lebih baik antara regulasi yang diperlukan dan hak-hak individu yang harus dilindungi adalah penyesuaian UU ITE dengan prinsip-prinsip ini. Rekomendasi untuk perbaikan kerangka hukum termasuk pengawasan yang jelas, klarifikasi ketentuan ITE yang ambigu, dan perubahan untuk menerima kemajuan teknologi. Masyarakat harus lebih menyadari hak privasi dan kebebasan berekspresi di era digital. Filosofi hukum memberikan landasan teoritis yang mendalam tentang sifat dan tujuan hukum, memengaruhi pengambilan keputusan hukum, dan membantu mencapai keseimbangan antara hukum dan hak asasi manusia. Ini berdampak pada cara hukum digunakan, diinterpretasikan, dan diterapkan dalam praktik hukum.
Keabsahan Perjanjian Financial Technology Lending Dengan Konsep Kontrak Roscoe Pound Imelda Martinelli; Michelle Audrey Serena; Natashya Natashya
UNES Law Review Vol. 6 No. 1 (2023): UNES LAW REVIEW (September 2023)
Publisher : LPPM Universitas Ekasakti Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31933/unesrev.v6i1.1200

Abstract

The era of technology has given birth to significant transformation in the financial sector, particularly in the form of Financial Technology Lending (Fintech Lending). Fintech Lending is the result of the fusion of technology and the financial sector, enabling individuals and businesses to access loans quickly, easily, and transparently. Specifically, this journal discusses the validity of Fintech Lending agreements from the perspective of civil law and other legal aspects related to Fintech Lending agreements. Using a normative legal research method and supported by relevant secondary data on the validity of Financial Technology Lending agreements, collected, selected, and processed as the primary data source in this study, as well as the development of descriptive-analytical research based on applicable legal regulations. This is analyzed with legal theories related to issues or problems in Financial Technology Lending. This journal examines the validity of agreements through the Civil Code Book Articles 1313, 1314, and 1320, Financial Services Authority Regulation No. 77 of 2016 Article 1 Number 3, Law No. 11 of 2008 concerning Electronic Information and Transactions Article 1 Number 17 and Article 18. The validity of a Fintech Lending agreement is also correlated with the concept of contracts as proposed by Roscoe Pound through four theories, namely, the Will Theory, the Bargain Theory, the Equivalent Theory, and the Injurious-Reliance Theory. Efforts to establish a Fintech Lending Data Center (Pusdafil) which aims to monitor and manage risks. These steps demonstrate efforts to secure the online loan process and protect the parties involved from possible fraud or default.
Legal Responsibilities of Parties Involved in Breaking BRI Accounts Through the WhatsApp Application in the Legal Perspective of Engagement Imelda Martinelli; Pascal Amadeo Yapputro; Eriyan Rahmadani Dianova
Asian Journal of Social and Humanities Vol. 1 No. 09 (2023): Asian Journal of Social and Humanities
Publisher : Pelopor Publikasi Akademika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59888/ajosh.v1i09.69

Abstract

Advances in banking technology are developments in information technology that have had a significant impact on the banking industry. Technological developments have helped banks to improve the efficiency of services and products offered to customers. One of the products of technological advances in banking is Mobile Banking, where customers can make transactions anywhere and anytime. However, this has become a new challenge in the law of engagement related to transactions made by individuals with each other online. This research aims to find out the relationship between account breach through the application with the law of engagement, as well as the responsibility of the parties involved. This research uses normative juridical research method. The conclusion of this research is that there is no banking law on Mobile Banking, the customer is responsible for the imprudence committed against his bank account
Legal Review of Cases of Defective Goods in Online Shopping Transactions through E-Commerce Platforms Imelda Martinelli; Karen Eklesia Gabriella Kaendo; Maulida Syahrin Najmi
Asian Journal of Social and Humanities Vol. 1 No. 10 (2023): Asian Journal of Social and Humanities
Publisher : Pelopor Publikasi Akademika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59888/ajosh.v1i10.80

Abstract

This journal discusses how the legal protection review relates to losing goods or money in online transactions. In this digital era, online transactions that are increasingly popular have become part of people's daily lives, so strong legal regulations are needed to avoid scamming and other losses. This research aims to increase public awareness of conducting online transactions because we know that in online transactions, we cannot know whether the goods sold by the seller are true or not. The research method of this journal uses the Library Method by using primary and secondary study materials, such as articles, journals, and others, and a Normative Juridical approach. The conclusion of the research states that online fraud in the form of defects in ordered goods is very common, and the majority of people affected by scamming do not know what actions to take to get their rights in the transaction other than contacting the admin of the online shop or customer service from an e-commerce company
The Principle Of Inheritance Distribution In Javanese Civil And Customary Law Imelda Martinelli; Eriyan Rahmadani Dianova; Karen Eklesia Gabriella Kaendo
Asian Journal of Social and Humanities Vol. 2 No. 2 (2023): Asian Journal of Social and Humanities
Publisher : Pelopor Publikasi Akademika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59888/ajosh.v2i2.174

Abstract

The division of inheritance is an important process that has significant social, economic and cultural impacts. This research aims to conduct a comparative study between the division of inheritance in civil law and Javanese customary law. The focus of this research is to analyze the similarities, differences, and implications of the two legal systems in the context of inheritance division. This research uses a normative juridical research method. In this research, the author refers to the applicable legal aspects to analyze the division of inheritance in civil law and Javanese customary law. The results of this study reveal fundamental differences in the views and practices of inheritance distribution between formal civil law and Javanese customary law which tends to be more traditional and local. Differences include the administrative process, the types of assets that can be inherited, and the role of the family in the division process. This study has the potential to provide a deeper understanding of the interaction between civil law and customary law in the context of inheritance distribution in Java, and identify ways in which these two legal systems can co-exist or integrate more effectively
Tinjauan Yuridis Terhadap Sistem Sosial Masyarakat Hukum Adat Suku Jawa Dalam Pandangan Teori Talcot Person Imelda Martinelli; Columbanus Priaardanto
Jurnal Kewarganegaraan Vol 7 No 2 (2023): Desember 2023
Publisher : UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31316/jk.v7i2.5536

Abstract

Abstrak Suku adat jawa merupakan salah satu suku di Indonesia yang memiliki beragam norma dan hukum adat yang telah diadopsi oleh banyak pihak di luar masyarakat hukum adat itu sendiri, dimana dalam hal ini banyak kebudayaan dalam lingkup kehidupan dalam sistem sosial masyarakat yang diadopsi ditengahnya, dimana tentu dalam hal ini penggunaan norma hukum adat jawa dilakukan sesuai dengan tujuan dan kondisi tertentu serta dalam hal ini dibahas dalam korelasinya dengan teori talcot parsons. Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif, dan dibahas dengan literatur yang bersumber dari sumber primer, sekunder dan tersier, dimana pembahasannya mencakup secara garis besar tentang kaitan penggunaan hukum adat dalam sistem sosial masyarakat adat. Kata Kunci: Teori Talcot Parsons, Masyarakat Adat, Sistem Sosial
Fungsi dan Penerapan Hukum Kontrak Berdasarkan Pandangan Roscoe Pound Imelda Martinelli; Clarissa Mayella Chandra; Shavira Ardita Maharani
Jurnal Kewarganegaraan Vol 7 No 2 (2023): Desember 2023
Publisher : UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31316/jk.v7i2.5598

Abstract

Abstrak Penelitian ini membahas pemikiran hukum Roscoe Pound, seorang tokoh hukum terkenal yang mempopulerkan pandangan sociological jurisprudence dan pragmatic legal realism. Pound memandang hukum sebagai alat rekayasa sosial yang bertujuan mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat dengan menyeimbangkan kepentingan umum, sosial, dan individu. Fungsi hukum, menurutnya, meliputi pemeliharaan hukum dan ketertiban, menjaga status quo, menjamin kebebasan individu, dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam implementasinya di Indonesia, teori Roscoe Pound tentang fungsi hukum dan penerapan hukum menuntut perubahan hukum yang mencerminkan karakter dan nilai-nilai bangsa dengan tetap mempertimbangkan prinsip-prinsip universal. Implementasi hukum progresif diperlukan untuk memastikan hukum melayani masyarakat dan membantu mencapai tujuan nasional. Lebih lanjut, teori Roscoe Pound juga berpengaruh terhadap bagaimana pengaturan tentang hukum kontrak diatur di Indonesia. Kata Kunci: Fungsi Hukum, Penerapan Hukum, Roscoe Pound; Legal Realism, Social Jurisprudence Abstract This research discusses the legal thinking of Roscoe Pound, a famous legal figure who popularized the views of sociological jurisprudence and pragmatic legal realism. Pound views law as a social engineering tool aimed at achieving the happiness and well-being of society by balancing public, social and individual interests. The function of law, according to him, includes maintaining law and order, maintaining the status quo, guaranteeing individual freedom, and meeting the needs of society. In its implementation in Indonesia, Roscoe Pound's theory regarding the function of law and the application of law demands legal changes that reflect the character and values of the nation by keep universal principles in mind. Progressive legal implementation is necessary to ensure the law serves society and helps achieve national goals. Morover, Roscoe Pound’s theory also has influence in how Indonesian contract law is regulated in Indonesia. Keywords: Function of Law, Application of Law, Roscoe Pound, Legal Realism, Social Jurisprudence
Efektivitas Legalitas Kontrak Elektronik Dalam Transaksi Elektronik Ditinjau Berdasarkan Hukum Perikatan Fatimatuzzahra; Maria Franciska Limanto; Frangky Jonatan; Imelda Martinelli
Jurnal Kewarganegaraan Vol 7 No 2 (2023): Desember 2023
Publisher : UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31316/jk.v7i2.5632

Abstract

Abstrak Kontrak elektronik merupakan kontrak yang timbulkan akibat perkembangan teknologi dan informasi, di mana transaksi jual beli mulai dilakukan melalui media elektronik atau online. Karena pembuatannya tidak seperti perjanjian pada umumnya yang konvensional, maka diperlukan pengaturan yang jelas mengenai syarat sahnya dan kekuatan hukum dari kontrak elektronik. Kekuatan hukum perjanjian/kontrak yang dilakukan secara elektronik tidak dapat ditentukan dari bentuk kontraknya saja Metode penelitian yang digunakan dalam karya ilmiah ini adalah metode normatif. Ketentuan mengenai syarat sahnya serta kekuatan hukum dari kontrak elektronik dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai transaksi elektronik masih mengalami ketidakpastian. Selain itu kontrak elektronik seringkali dibuat dalam bentuk kontrak baku. Ketentuan klausula baku dalam kontrak elektronik seringkali dibuat berdasarkan keinginan pelaku usaha tanpa memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan hal ini berdampak pada perlindungan hukum terhadap konsumen. Kata Kunci : Kontrak, Keabsahan Kontrak Elektronik, Hukum Perikatan Abstract Electronic contracts are contracts that arise as a result of developments in technology and information, where buying and selling transactions are starting to be carried out via electronic or online media. Because the drafting is not like conventional agreements in general, clear regulations regarding the legal conditions and legal force of electronic contracts are needed. The legal force of agreements/contracts made electronically cannot be determined from the form of the contract alone. The research method used in this scientific work is a normative method. Provisions regarding the legal conditions and legal force of electronic contracts in the laws and regulations governing electronic transactions are still uncertain. In addition, electronic contracts are often made in standard contract form. Standard clause provisions in electronic contracts are often made based on the wishes of business actors without paying attention to applicable laws and regulations and this has an impact on legal protection for consumers. Keywords: Contract, Validity of Electronic Contracts, Engagement Law
Konsep Pembagian Berimbang Terhadap Pembagian Waris Wajibah Dalam Perkawinan Beda Agama Imelda Martinelli; Caesar Andre Kuistono; Evelyn Natasha; Benedictus Ardy Darmawan
Jurnal Kewarganegaraan Vol 7 No 2 (2023): Desember 2023
Publisher : UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31316/jk.v7i2.5636

Abstract

Abstrak Undang-Undang Perkawinan tidak melarang adanya perbedaan agama, namun menurut ketentuan agama serta SEMA No.2 Tahun 2023, perkawinan beda agama tidak lagi dianggap sebagai suatu perkawinan yang sah sehingga akan mempengaruhi kedudukan anak. Hal ini akan mempengaruhi pembagian waris terhadap sang anak, anak yang berbeda agama dari orang tuanya yang beragama islam, tidak dianggap sebagai ahli waris, namun menurut Pasal 209 Kompilasi Hukum Islam, anak maupun orang tua yang berbeda agama dari Almarhum, dapat menerima warisan melalui wasiat wajibah, hal ini diperkuat dengan adanya putusan yang mendukung seperti putusan Mahkamah Agung RI Nomor 2185/Pdt.G/2019/PA.JU. Kata Kunci: Anak, Waris, Wasiat Abstract The Marriage Law does not prohibit interfaith marriages, but according to religious provisions and SEMA No. 2 of 2023, interfaith marriages are no longer considered valid marriages, thus affecting the legal status of the child. This will also impact the inheritance rights of the child. A child of a different faith from their Islam-believing parents is not recognized as an heir. However, according to Article 209 of the Compilation of Islamic Law, a child or parent of a different faith from the deceased can receive inheritance through a compulsory will. This is reinforced by supporting decisions such as the Supreme Court of the Republic of Indonesia Decision Number 2185/Pdt.G/2019/PA.JU.. Keywords: Children, Heirs, Wills