Claim Missing Document
Check
Articles

Hubungan Faktor Air dan Sanitasi dengan Kejadian Stunting pada Balita di Indonesia Annita Olo; Henny Suzana Mediani; Windy Rakhmawati
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Vol 5, No 2 (2021)
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/obsesi.v5i2.788

Abstract

Stunting di Indonesia menjadi masalah kesehatan masyarakat secara nasional dalam kategori tinggi, mencapai 30,8% ditahun 2018. Salah satu penyebab stunting dikaitkan dengan faktor air dan sanitasi. Review artikel ini bertujuan untuk menganalisis hubungan faktor air, sanitasi dengan kejadian stunting pada balita di Indonesia. Metode penelitian menggunakan systematic review, dengan pencarian literatur menggunakan beberapa electronic database. Kriteria inklusi artikel: menjelaskan faktor air, sanitasi dengan kejadian stunting pada balita di Indonesia, desain studi observasional, tahun publikasi 2015-2020. Hasil studi 21 artikel menunjukkan bahwa faktor air (sumber air minum tidak layak, pengolahan air minum), faktor sanitasi (penggunaan fasilitas toilet, perilaku open defecation, pembuangan tinja balita tidak pada jamban) berhubungan dengan kejadian stunting pada balita di Indonesia. Kesimpulan studi ini mengungkapkan bahwa air dan sanitasi merupakan faktor yang berhubungan dengan stunting pada balita di Indonesia. Upaya promosi kesehatan dan kerja sama lintas sektoral dalam intervensi gizi sensitif perlu ditingkatkan untuk mencegah stunting di Indonesia.
UNDERSTANDING CLASSIC, STRAUSSIAN, AND CONSTRUCTIVIST GROUNDED THEORY APPROACHES Windy Rakhmawati
Belitung Nursing Journal Vol. 5 No. 3 (2019): May - June
Publisher : Belitung Raya Foundation, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (64.937 KB) | DOI: 10.33546/bnj.754

Abstract

Grounded theory has been utilized in nursing research in order to develop theory from data. Since there are three approaches in the grounded theory methodology that consist of Classic grounded theory, Straussian grounded theory, and Constructivist grounded theory, thus understanding about perspective of each approach is needed. Those approaches have different points of views regarding the philosophical position, role of literature review, and coding process in data analysis. This review provides an understanding about the grounded theory approaches for researchers particularly the novice researchers, and selects an appropriate approach in their study.
KNOWLEDGE, ATTITUDE, AND HEALTHCARE-SEEKING BEHAVIOR AMONG FAMILIES OF CHILDREN WITH TUBERCULOSIS Muhammad Reza Saputra; Windy Rakhmawati; Sri Hendrawati; Fanny Adistie
Belitung Nursing Journal Vol. 6 No. 4 (2020): July - August
Publisher : Belitung Raya Foundation, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33546/bnj.1156

Abstract

Background: Poor family healthcare-seeking behavior may cause delays in pediatric tuberculosis management. Knowledge and attitude are among the basic factors that influence in the family healthcare-seeking behavior. Objective: This study aimed to explore the knowledge, attitude, and healthcare-seeking behavior among families of children with tuberculosis. Methods: This was a cross-sectional descriptive quantitative study using accidental sampling method. Eighty-three families of children with tuberculosis were recruited. World Health Organization's Knowledge, Attitude and Practice Survey guideline was used to develop the questionnaires used in this study. Data were analyzed using descriptive statistics. Results: Results showed that 51.8% of the families had good knowledge and 53% had a positive attitude while 74.7% of the families did not do early screening, 67.5% preferred hospital for examinations, and 51.8% directly visited a health care facility when the child showed signs and symptoms of tuberculosis. In these families, 77.1% delayed taking the child for treatment for < 1 month, and the reason for the delay in 100% of these families was because they did not know that their children had signs and symptoms of tuberculosis. Conclusion: In conclusion, more than half of the families in this study already had good knowledge, attitude, and practice in accessing healthcare services although poor screening practice was still seen in most families. Thus, nurses have opportunities to provide appropriate health-related education to achieve the desired behavioral change.
IS TELENURSING A SOLUTION FOR MANAGING THE IMPACT OF COVID-19 ON THE MENTAL HEALTH OF SCHOOL-AGED CHILDREN? Windy Rakhmawati
Belitung Nursing Journal Vol. 6 No. 5 (2020): September - October
Publisher : Belitung Raya Foundation, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33546/bnj.1168

Abstract

N/A
Tingkat Kecemasan Keluarga Yang Memiliki Salah Satu Anggota Keluarga Dengan Tuberkulosis Paru Iwan Shalahuddin; Windy Rakhmawati; Fitri Fadhila
Malahayati Nursing Journal Vol 4, No 4 (2022): Volume 4 Nomor 4 2022
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (280.853 KB) | DOI: 10.33024/mnj.v4i4.6050

Abstract

ABSTRACT Each person will have different emotional experiences, when his child has pulmonary TB, depending on how the individual's response to the situation around him. Pulmonary TB disease in children, is a developmental and growth disturbance in children, resulting from a lack of appetite, prolonged recurring fever, and coughing for a long time, including frequent diarrhea. Besides the treatment of pulmonary TB in children requires more intensive care because children are still very dependent on others, especially parents or mothers. Providing treatment to children requires patience the correct way of giving because children can be resistant, to vomiting drugs. If the family has a sick child such as pulmonary TB, then parents will appear to be in excessive fear and will drain energy, cause anxiety, and prevent the family from performing their functions properly in caring for sick family members. Families who have to supervise taking medication will also experience problems at work because they have to take care of it all the time.  The purpose of this study was to determine the anxiety of family members in members suffering from pulmonary tuberculosis. This study used the literature review method, with journals analyzing as many as 10 articles. Sources used by Google Scholar, PubMed, and ProQuest used keywords, namely: anxiety of family members with pulmonary tuberculosis. using the literature published in 2010-2019 which can be accessed in full text and in Indonesian and English. The results of the study, in general, are anxiety at mild to moderate anxiety levels, showing that the fear of TB transmission and the stigma attached to TB is a common response to having a person with a TB diagnosis in Sundanese families in Indonesia, the condition of family members who have pulmonary TB members, will disrupt psychological states, anxiety depends on perception, factors that have a relationship with anxiety namely gender and age, education, economic status and the influence of Family Psychoeducation on Anxiety Levels. Family anxiety arises because there is a lack of understanding of the prevention of transmission, and it is also influenced by the perception of each individual regarding the prevention of pulmonary TB transmission. Keywords: Family Members, Anxiety, Family, Pulmonary TB  ABSTRAK Setiap orang akan memiliki pengalaman emosional yang berbeda-beda, ketika anaknya mengalami TB paru, tergantung bagaimana tanggapan individu mengenal situasi disekitarnya. Penyakit TB paru pada anak yaitu terjadinya gangguan perkembangan dan pertumbuhan pada anak, akibat dari terjadinya nafsu makan kurang, demam berulang yang berkepanjangan, batuk dalam jangka waktu lama, termasuk sering mengalami diare. Selain itu pengobatan TB paru pada anak membutuhkan perawatan yang lebih intensif karena anak masih sangat tergantung kepada orang lain khususnya orang tua atau ibu. Pemberian pengobatan pada anak memerlukan kesabaranan cara pemberian yang benar karena anak dapat bersikap menolak, memuntahkan obat. Apabila keluarga memiliki anak sakit seperti TB paru, maka orang tua akan muncul rasa takut yang berlebihan serta akan menguras tenaga, menimbulkan rasa khawatir, dan menghambat keluarga untuk melakukan fungsinya dengan baik dalam merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga yang harus mengawasi minum obat juga akan mengalami masalah dalam bekerja karena harus merawat setiap saat.  Untuk mengetahui Kecemasan Keluarga Pada Anggota Yang Menderita Tuberkulosis Paru. Penelitian ini menggunakan metode literature review, dengan jurnal yang dianalisis sebanyak 10 artikel. Sumber yang digunakan Google Schoolar, PubMed dan ProQuest menggunakan kata kunci yang yaitu: kecemasan anggota keluarga dengan Tuberkulosis Paru. dengan menggunakan literatur terbitan tahun 2010-2019 yang dapat diakses fulltext dan berbahasa Indonesia dan Inggris. Hasil penelitian secara umum kecemasan pada tingkat kecemasan ringan sedang dan berat, menunjukan bahwa ketakutan akan penularan TB dan stigma yang melekat TB adalah respons umum untuk memiliki orang dengan Diagnosis TB pada keluarga Sunda di Indonesia, kondisi anggota keluarga yang memiliki anggota akibat TB paru, akan mengganggu keaadan psikologis, kecemasan tergantung kepada persepsi, faktor yang ada hubungan dengan kecemasan yaitu jenis kelamin dan umur, pendidikan, status ekonomi dan pengaruh Psikoedukasi Keluarga Terhadap Tingkat Kecemasan. Kecemasan Keluarga timbul karena pemahaman mengenai pencegahan penularan masih kurang, serta dipengaruhi juga oleh persepsi dari masing-masing individu terhadap pencegahan penularan TB paru. Kata Kunci: Anggota Keluarga, Kecemasan, Keluarga, TB Paru
GAMBARAN PERAWATAN DIRI ANAK REMAJA PENYANDANG AUTISM SPECTRUM DISORDER DI ASRAMA Lisa Noviana Savitri; Windy Rakhmawati; Citra Windani Mambang Sari
Jurnal Surya Muda Vol 3 No 2 (2021): Jurnal Surya Muda
Publisher : LPPM STIKES Muhammadiyah Kendal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38102/jsm.v3i2.85

Abstract

Adolescents with ASD who are living in dormitory with only the assistance of caregivers and without the presence of parents are demanded to be more independent in self-care. Complex disorders that occur in children with Autism Spectrum Disorder (ASD) affect the child's self autonomy to fulfill self-care needs. This study aims to identify the description of self-care agency in adolescents with ASD who are living in dormitory of SLB “X” in Bandung District.This research used a quantitative descriptive design. The sample in this study was adolescents with ASD who are living in dormitory, used total sampling technique with the total of 35 people. The instrument of this study was Kenny Self Care Evaluation (KSCE) which was analyzed and presented in tabular form using frequency distribution in percentage.The results showed that in personal hygiene (74.3%) and toileting (71.4%) of respondents experienced total dependence. In transfer activities (77.1%), dressing (65.7%), and feeding (82.9%) of respondents needed minimal assistance or supervision. However, in activities in bed and locomotion all respondents were independent. The conclusion from this study shows that adolescents with ASD experienced the lowest level of independence where they needed total support in carrying personal hygiene and toileting activities. Thus, it is essential for school and dormitory managers to work closely with community nurses to improve adolescent's skills in self-care by providing education to both adolescents and caregivers.
Gambaran dukungan keluarga terhadap pengobatan remaja penyandang Thalasemia Indah Permata Artamia; Windy Rakhmawati; Iwan Shalahuddin
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 13, No 3 (2019)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (462.952 KB) | DOI: 10.33024/hjk.v13i3.1594

Abstract

Family support in adolescents with thalassemia undergoing treatmentBackground: Thalassemia is a chronic disease that affect to body organ caused by the disease itself and medication given in a long term. Compliance of taking medication becomes determing factor of treatment success. Family support is influential factor of therapy success. It includes instrumental support, informational support, assessment support, and emotional support.Purpose: The objective of this research is to know the description of family support therapy of adolescent with thalassemia in Garut.Methods: The method of this research is quantitative descriptive with total sampling technique (N=54) of adolescent with thalassemia population in Garut.Results: The result of this research is most of responden earn high support with maximum value of 70.4%, and medium support with value 29.6%, and there is no respondent with low support. From sub variable result as a whole, they obtained high support which was an instrumental support 70.4%, informational support 64.8%, assessment support 70.4%, and emotional support 53.7%.Conclusion: The result of this research is that most adolescent with Thalassemia obtained high support as many as 70.4%, therefore it can be factor determing therapy receivedKeywords: Family support; Adolescents; Thalassemia; Undergoing treatmentPendahuluan: Thalasemia merupakan penyakit kronis yang berdampak pada organ tubuh disebakan oleh penyakit itu sendiri dan pengobatan yang diberikan dalam jangka panjang. Kepatuhan menjadi faktor yang menentukan keberhasilan pengobatan. Dukungan keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi kepatuhan pengobatan, yang meliputi dukungan instrumental, informasional, penilaian, dan emosional.Tujuan: Diketahuinya gambaran dukungan keluarga terhadap pengobatan remaja penyandang Thalasemia di kabupaten Garut.Metode: Metode penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif dengan teknik pengambilan sampel total sampling (N=54) dengan populasi yaitu penyandang Thalasemia usia remaja di kabupaten Garut.Hasil: Hasil penelitian dukungan keluarga sebagian besar responden mendapatkan dukungan tinggi dengan nilai maksimum yaitu 70.4% dan dukungan sedang dengan nilai minimum yaitu 29.6%, dan tidak terdapat responden yang mendapatkan dukungan rendah, dan dari hasil per subvariabel secara keseluruhan mendapatkan dukungan tinggi yaitu, dukungan instrumental sebesar 77.8%, dukungan informasional sebesar 64.8%, dukungan penilaian sebesar 70.4%, dan dukungan emosional sebesar 53.7%.Simpulan:  dari penelitian ini bahwa remaja penyandang Thalasemia sebagian besar mendapatkan dukungan tinggi sebanyak 70.4%, sehingga dapat menjadi faktor dalam menentukan pengobatan yang diterima
Gambaran Kualitas Hidup Keluarga Dalam Merawat Anak Dengan Leukemia yang Menjalani Kemoterapi di RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung PRILIANA GAMAYANTI; WINDY RAKHMAWATI; AI MARDHIYAH; SITI YUYUN
Indonesian Journal of Cancer Vol 6, No 1 (2012): Jan - Mar 2012
Publisher : National Cancer Center - Dharmais Cancer Hospital

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33371/ijoc.v6i1.148

Abstract

Leukemia adalah penyakit neoplastik yang umumnya terjadi pada anak berusia 2-6 tahun dan ditandai dengan akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang. Pengobatan utama pasien leukemia adalah kemoterapi dalam waktu lama sehingga sangat mempengaruhi kualitas hidup anak dan keluarganya sebagai caregiver. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai kualitas hidup keluarga dalam merawat anak dengan leukemia yang menjalani kemoterapi di RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung.Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan modifikasi instrumen yang dikembangkan oleh Munoz et al (2008) tentang kualitas hidup caregiver penderita kanker. Teknik sampling menggunakan accidental sampling selama 1 bulan sehingga diperoleh sampel sebanyak 33 responden. Hasil penelitian dianalisis menggunakan rumus Skor-T, kemudian diinterpretasikan menggunakan persentase dan distribusi frekuensi.Lebih dari setengah responden yang merawat anak leukemia yang menjalani kemoterapi di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung memiliki kualitas hidup tinggi (54,5%) dan hampir setengah responden memiliki kualitas hidup rendah (45,5%). Tingkat kualitas hidup yang dipersepsikan oleh sebagian besar keluarga pada masing-masing dimensi adalahrendah (60,6%) pada dimensi fisik, tinggi (51,5%) pada dimensi psikologis, rendah (54,5%) pada dimensi sosial, dan tinggi (51,5%) pada dimensi spiritual.Kualitas hidup keluarga tinggi karena keluarga telah beradaptasi dengan tanggung jawab perawatan sejak anak mengalami sakit. Saran yang dapat diberikan adalah keluarga dapat mempertahankan kualitas hidup dengan cara meningkatkan peran hubungan personal dan sosial dengan tenaga kesehatan profesional dalam usaha memperoleh informasi, dukungan, serta pengalaman dalam merawat anak dengan penyakit kronis.Kata Kunci: leukemia anak, kemoterapi, kualitas hidup keluarga
Gambaran Kualitas Hidup Anak Usia 6-18 Tahun yang Menjalani Kemoterapi di Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta Barat MURDINI UMIATI; WINDY RAKHMAWATI; BANGUN SIMANGUNSONG
Indonesian Journal of Cancer Vol 4, No 2 (2010): Apr - Jun 2010
Publisher : National Cancer Center - Dharmais Cancer Hospital

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33371/ijoc.v4i2.83

Abstract

Quality of life is defined as minimal presence of the adverse impact of treatment on the patients perceptions of his or her own functioning. This study is to describe the quality of life among children who received chemotherapy. Twenty two children of age 6 to 18 years of age participated in this study. Data was collected by using the Pediatric Cancer Quality of Life Inventory-32 (PCQL-32) total scale. The result was measured and analyzed by using T score, lower score indicated better quality of life. The most frequent children who received chemotherapy reported high quality of life, 53,3% for 6-12 years and 57,1% for 13-18 years. The result of this study provides information on social functioning which supports interventions for the children who received chemotherapy. The findings indicated the importance for the health worker to provide attention during treatment of the related symptoms, whether physical, psychological or cognitive functioning. Keywords: quality of life, children, chemotherapy
Gambaran Kualitas Hidup Orang Tua Yang Merawat Remaja Talasemia di Kabupaten Garut Puput Fitriliani KH; Windy Rakhmawati; Ema Arum Rukmasari; Ai Mardhiyah
Jurnal Keperawatan BSI Vol 8 No 2 (2020): Jurnal Keperawatan BSI
Publisher : LPPM Universitas BSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (270.71 KB)

Abstract

Talasemia merupakan penyakit kelainan genetik yang diderita seumur hidup dan memerlukan pengobatan yang teratur. Orang tua remaja talasemia dituntut untuk selalu terlibat dalam proses perawatan anaknya, kondisi tersebut dapat mempengaruhi kualitas hidup orang tua. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan teknik pengambilan sampel total sampling. Sebanyak 52 orang tua dijadikan responden dan instrumen WHOQOL-BREF digunakan untuk mengukur kualitas hidup. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-Maret 2019. Hasil penelitian ini menemukan bahwa pada domain fisik, orang tua paling dominan berada pada kategori baik (48,1%), domain psikologis pada kategori sedang (51,9%), domain hubungan sosial pada kategori sedang (59,6%) dan domain lingkungan pada kategori sedang (51,9%). Diperlukan intervensi dari perawat selaku tenaga kesehatan untuk memberikan dukungan psikologis dan pendidikan kesehatan kepada orang tua.
Co-Authors Aat Sriati Abas, Latifa Hidayani Adistie, Fanny Ai Mardhiyah Ai Mardhiyah Ai Mardhiyah AI MARDHIYAH, AI Ai Siti Ratnawati Amalia, Pandu Rifqi Amita, Dzikra Fitria Ammi Salamah Anggeriyane, Esme Annita Olo Arief Khoerul Ummah Azalia Melati Bambang Priadi BANGUN SIMANGUNSONG BANGUN SIMANGUNSONG, BANGUN Citra Windani Mambang Sari Desi Apriani Desy Indra Yani Dewi, Kurnia Meishinta Diandini, Reza Dzikra Fitria Amita E, Ermiati Efris Kartika Sari Ema Arum Rukmasari Ema Arum Rukmasari Fanny Adistie Farah Nibras Almira Faridah binti Mohd Said Fitri Fadhila Grashiva Putri Karina Gusgus Ghraha Ramdhanie Hendrawati Hendrawati Henny Suzana Mediani Hilaliyah, Nurul Iin Inayah, Iin Ike Sri Redjeki Indah Permata Artamia Iwan Shalahuddin Iyus Yosep Iyus Yosep Juniarti, Neti Kartika Rahayuningtyas Khotimah, Diah Khusnul Laili Rahayuwati Latifa Hidayani Abas Linlin Lindayani Lisa Noviana Savitri Marthalisa Wirahandayani Marthalisa Wirahandayani Maryam, Nenden Meita Dhamayanti Meri Anggryni Mufida Mufida Mufida, Mufida Muhammad Reza Saputra MURDINI UMIATI MURDINI UMIATI, MURDINI Murtiningsih Murtiningsih Nabilah, Nurul Azmi Nara Raihani Nenden Nur Asriyani Maryam Nestia Risminda Nisha Nambiar Nita Fitria Nurul Azmi Nabilah Obara, Septa Pandu Rifqi Amalia PRILIANA GAMAYANTI PRILIANA GAMAYANTI, PRILIANA Puput Fitriliani KH Purwono P Purwono P. p Putri, Azalia Melati Putri, Widya Enita Rausanfikra, Syiffa Salsabila Risminda, Nestia Safitri, Dian Dinnar Eka Septa Obara Setiawan Setiawan Setiawan, Shafanissa Aulia Siti Rahmawati Ismuhu Siti Yuyun Rahayu Fitri Sri Hastuti, Tuti Sri Hendrawati Sri Hendrawati Sri Hendrawati Sri Hendrawati Sri Rahmawati Suryani Suryani Theresia Eriyani Tika Asri Titin Rohmatin Tuti Pahria Ummah, Arief Khoerul Wini Hadiyani Wirahandayani, Marthalisa Witdiawati Witdiawati Wiwi Mardiah Yanti Hermayanti Yanti Hermayanti Yuli Rahmawati Utami