Ita Riniatsih
Laboratorium Eksplorasi Dan Bioteknologi Kelautan Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro Kampus Tembalang, Semarang, Indonesia. Telp./Fax +6224 7474698

Published : 89 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Struktur Komunitas Moluska Bentik Pada Ekosistem Lamun Asli Dan Transplantasi Di Perairan Pulau Panjang, Jepara Khozin, Khozin; Nuraini, Ria Azizah Tri; Riniatsih, Ita
977-2407769
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (540.503 KB) | DOI: 10.14710/jmr.v7i4.25924

Abstract

ABSTRAK : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas moluska bentik dan  di lamun asli dan transplantasi di  perairan pulau Panjang kabupaten Jepara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari – Maret 2016. Sampel moluska bentik diambil dengan cara mengambil sedimen terlebih dahulu dan kemudian disaring menggunakan saringan yang memiliki diameter 0,5 mm. Hasil penelitian yang telah dilakukan ditemukan sebanyak 14 spesies. Nilai kelimpahan pada lamun asli berkisar antara 4.00 – 5.56 ind/dm3 dan nilai kelimpahan pada lamun transplantasi antara 2.00 – 2.67 ind/dm3. Nilai indeks keanekaragaman pada lamun asli berkisar antara 0,50 – 0,52, sedangkan pada lamun transplantasi berkisar antara 0,47 – 0,52. Nilai indeks keseragaman pada lamun asli (E = 0,32 -0,33) dan lamun transplantasi (E = 0,30 – 0,33) yang masuk dalam kategori rendah (E > 0,6) di kedua padang lamun tersebut. Nilai indeks dominasi di lamun asli (C = 0,14 – 0,31) dan lamun transplantasi (C = 0,14 – 0,28) menunjukan bahwa tidak ada  jenis moluska bentik yang mendominasi. ABSTRACT : The aims of this research to understand the community structure of bentic mollusc community which lives in Panjang island, Jepara. The research was conduted in January – March 2016. Samples of bentic mollusc were collected  by taking sediment first, then filtered using a sieve (the mesh size of sieve is 0,5 mm). The result of this reseach found as many as 14 species. The value of abundance in nature seagrass ranging from 4.00to 5.56 ind/dm3 and the value of abundance in transplantation seagrass ranging from 2.00 to 2.67 ind/dm3. The value of diversity index in the nature seagrass ranging from 0.50to0.52, while in the transplantation seagrass ranging from 0.47 to 0.52. The value of evenness index in nature seagrass (E = 0.32to 0.33) and transplantation seagrass (E = 0.30 to 0.33) were included in the lower category (E> 0.6) in the second zone. The value of domination index in the nature seagrass (C = 0.14 to 0.31) and transplantation seagrass (C = 0.13 to 0.17) indicates that there are not bentic mollusc species dominates.
KAJIAN HUBUNGAN FOSFAT AIR DAN FOSFAT SEDIMEN TERHADAP PERTUMBUHAN LAMUN Thalassia hemprichii DI PERAIRAN TELUK AWUR DAN PULAU PANJANG JEPARA Setiawan, Dedi; Riniatsih, Ita; Yudiati, Ervia
977-2407769
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (153.386 KB) | DOI: 10.14710/jmr.v2i2.2349

Abstract

Seagrass growth is limited by the supply of nutrients such as nitrogen and phosphate particulates that serve as energy for photosynthesis. The magnitude of the role of phosphate in the metabolism and growth of seagrass Thalassia hemprichii important to serve as a study to determine the relationship of nutrients to the growing rate of seagrass in Teluk Awur and Pulau Panjang Jepara. The purpose of this study was to determine the concentration of phosphate in the water and sediment in the waters of the Teluk Awur and Pulau Panjang and its relation to seagrass leaf growth rate of T. hemprichii. The study was conducted in April - July 2012 includes literature studies, site surveys, field data collection and analysis of samples. Analysis of the relationship phosphate concentration on the rate of growth of seagrass T. hemprichii using bivariate correlation analysis. The results showed that the average growth rate - the average seagrass highest type T. hemprichii found in Teluk Awur on 8 week (0.81 cm/day). Meanwhile, the lowest growth rate found in Teluk Awur at week 2 (0.14 cm/day). The content of phosphate concentration of water in the Teluk Awur ranged from 0.009 to 0.028 mg/L and in Pulau Panjang ranged from 0.012 to 0.025 mg/L. The concentration of phosphate sediments in the Teluk Awur ranged from 20.870 to 23.250 mg/kg and Pulau Panjang 25.650 to 27.190 mg/kg. Relations water phosphate concentration and phosphate sediments to seagrass leaf growth in Teluk Awur are not considered closely related ,instead phosphate water to the growing rate of seagrass in Pulau Panjang is low and phosphate sediments to seagrass growth as very closely.
STRUKTUR KOMUNITAS FITOPLANKTON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN DI PERAIRAN PANTAI PRAWEAN BANDENGAN, JEPARA Prita, Arum Wahyuning; Riniatsih, Ita; Ario, Raden
977-2407769
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (270.814 KB) | DOI: 10.14710/jmr.v3i3.6012

Abstract

Fitoplankton merupakan salah satu mikroorganisme autotrop yang hidup di perairan dan memiliki fungsi sebagai produsen primer. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur komunitas fitoplankton pada ekosistem padang lamun di kawasan pantai Prawean Bandengan Jepara yang meliputi pengukuran kelimpahan, keanekaragaman, keseragaman, dominansi dan kesamaan komunitas fitoplankton. Penelitian ini di laksanakan pada bulan Juli sampai September 2012 pada padang lamun alami dan buatan yang meliputi studi literatur, observasi awal lokasi penelitian, pengambilan sampel dan analisis data. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan sifat eksploratif. Pengumpulan data menggunakan sampel survey method dan penentuan lokasi dengan metode purposif. Komposisi fitoplankton yang ditemukan pada Ekosistem Padang Lamun Alami dan Buatan di Perairan Pantai Prawean Jepara, terdiri dari 44 genera yang termasuk dalam 3 kelas yaitu kelas Bacillariophyceae, Cyanophyceae, dan Dinophyceae. Hasil Kelimpahan fitoplankton tertinggi ditemukan pada stasiun IV yaitu 220530 sel/m³. Kelimpahan fitoplankton terendah ditemukan pada stasiun II yaitu 170829 sel/m³. Hasil Indeks Keanekaragaman fitoplankton tertinggi terdapat pada stasiun IV bernilai rata-rata 2,15. Kisaran tersebut tergolong sedang. Dan terendah ada pada stasiun II bernilai rata-rata 2,05. Hasil Indeks Keseragaman fitoplankton tertinggi terdapat pada stasiun IV bernilai rata-rata 0,57 dan terendah ada pada stasiun II bernilai rata-rata 0,54 yang berarti keseragaman sedang. Hasil Indeks Dominansi tertinggi ada pada stasiun II bernilai rata-rata 0,46. Stasiun IV bernilai terendah yaitu 0,43 menunjukkan tidak ada dominasi diperairan tersebut. Indeks Kesamaan Komunitas fitoplankton tertinggi terjadi pada stasiun III dan IV sebesar 73,44 % yang menunjukkan kesamaan atau hampir mirip.
Analisis Multivariat Untuk Melihat Hubungan Jenis Sedimen Terhadap Jenis Lamun Chamidy, Ardian Nurrasyid; Suryono, Chrisna Adhi; Riniatsih, Ita
977-2407769
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (390.561 KB) | DOI: 10.14710/jmr.v9i1.26686

Abstract

 ABSTRAK: Perairan Teluk Awur dan Pulau Panjang memiliki kondisi perairan yang berbeda dan merupakan perairan yang masih baik untuk pertumbuhan lamun. Ekosistem padang lamun tumbuh pada sedimen dan hidup terendam di dalam air laut. Komposisi jenis sedimen diduga dapat menyebabkan perbedaan komposisi jenis lamun yang didasari oleh pemikiran bahwa perbedaan komposisi ukuran butir sedimen akan menyebabkan perbedaan nutrisi bagi pertumbuhan lamun. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan jenis sedimen terhadap jenis lamun di perairan Teluk Awur dan Pulau Panjang Jepara dengan menggunakan analisis multivariat. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yang meliputi tahap persiapan, tahap penentuan stasiun dengan metode sampling purposive method, tahap pengambilan data lapangan, tahap analisis tekstur sedimen yang dilakukan di laboratorium teknik sipil fakultas teknik Universitas Diponegoro, dan tahap analisis data menggunakan analasis multivariat yaitu Principal Component Analysis (PCA). Hasil analisis PCA  menunjukkan  bahwa  Cymodocea  serrulata  dan  Cymodocea  rotundata  berkorelasi positif dengan sand, kecepatan arus, dan pH. Thalassia hemprichii dan Enhalus acoroides memiliki korelasi positif dengan silt, clay, suhu, salinitas dan bahan organik. Gravel memiliki korelasi postif dengan nitrat dan fosfat.ABSTRACT: The waters of Teluk Awur and Panjang Island have different water conditions and are still good waters for seagrass growth. Seagrass ecosystems grow in sediments and live submerged in seawater. The composition of the substrate types is thought to cause differences in the composition of seagrass types based on the thought that differences in the composition of sediment grain size will cause differences in nutrition for seagrass growth. This study aims to examine the relationship of sediment types to seagrass species in Teluk Awur  and  Pulau  Panjang,  Jepara  by  using  multivariate  analysis.  This  research  was conducted  in  several  stages  including  the  preparation  stage,  the  stage  of  determining stations with the purposive sampling method, the stage of field data collection, the stage of sediment texture analysis carried out in the civil engineering laboratory of the engineering faculty Diponegoro University, and the stage of data analysis using multivariate analysis with Principal Component Analysis (PCA). PCA analysis results show that Cymodocea serrulata and Cymodocea rotundata are positively correlated with sand, current speed, and pH. Thalassia hemprichii and Enhalus acoroides have a positive correlation with silt, clay, temperature, salinity and organic matter. Gravel has a positive correlation with nitrate and phosphate.
Kelimpahan Rumput Laut Di Komunitas Lamun Di Perairan Pulau Nyamuk Kepulauan Karimunjawa Putra, Rio Adista Widodo; Santoso, Adi; Riniatsih, Ita
977-2407769
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (689.527 KB) | DOI: 10.14710/jmr.v8i1.24332

Abstract

Pulau Nyamuk merupakan salah satu pulau yang berada di bagian barat kepulauan Karimunjawa. Rumput laut dan lamun masuk dalam vegetasi pesisir yang ada di Pulau Karimunjawa. Tingginya aktivitas penangkapan ikan oleh nelayan dan rencana pembangunan sarana pariwisata diduga menjadi pemicu tertekannya 2 vegetasi laut tersebut di Pulau Nyamuk. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah mengidentifikasi jenis dan struktur komunitas rumput laut di padang lamun di perairan Pulau Nyamuk Kepulauan Karimunjawa. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tumbuhan rumput laut dan lamun. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif eksplorasif. Penelitian ini dilakukan pada 3 stasiun yang berbeda di perairan Pulau Nyamuk, yaitu pada stasiun A bagian timur, stasiun B pada bagian barat dan stasiun C pada bagian utara Pulau Nyamuk. Ditemukan 5 jenis rumput laut jenis Padina australis, Halimeda macroloba, Caulerpa sertulairoides, Caulerpa racemosa dan Sargassum sp. dan 2 spesies lamun jenis Enhalus acoroides dan Halophila ovalis. Rata-rata total tutupan rumput laut adalah 48,61 % sedangkan tutupan lamun adalah 19,94 %. Nilai indeks keanekaragaman dan keseragaman rumput laut termasuk kategori rendah, kecuali pada perairan utara pulau nilai keanekaragamannya sedang dan nilai keseragamannya tinggi. Sedangkan indeks dominasi terlihat ada spesies rumput laut yang mendominasi pada perairan bagian barat dan timur pulau. Nyamuk Island is one of an island located in the western part of Karimunjawa archipelago. Seaweed and seagraas is a marine vegetation in Nyamuk Island. The highest fishing activities and the development plan of tourism facilities trigger the depressed ecological function these marine vegetation on Nyamuk Island. This study aims to identify the type and structure of the seaweed community in seagrass beds and the environmental factors of aquatic physics that affect the existence of seaweed and seagrass in the waters of Nyamuk Island. This research was conducted on August 29 to September 1, 2017, located at Nyamuk Island, District Karimunjawa, Jepara regency, Central Java Province. The material used in this research was seaweed and seagrass plants. This research parameter data taken directly (in situ). This research uses descriptive exploration method. This research was conducted on 3 different stations in the waters of Nyamuk Island, which is on the east, west and north of Nyamuk Island.Found 5 types of seaweed type Padina australis, Halimeda macroloba, Caulerpa sertulairoides, Caulerpa racemosa and Sargassum sp. and 2 species of seagrass species Enhalus acoroides and Halophila ovalis. The average total seaweed cover is 48.61% while the seagrass cover is 19.94%. The index value of diversity and uniformity of seaweed is low except in Northern Island, diversity value including medium and uniformity is high, while dominance index is seen that seaweed species dominate on Western and Eastern Island.
Struktur Komunitas Fitoplankton Di Ekosistem Padang Lamun Alami dan Buatan Di Perairan Teluk Awur Jepara Agus, ELza Lusia; Widianingsih, Widianingsih; Riniatsih, Ita
977-2407769
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (156 KB) | DOI: 10.14710/jmr.v2i4.3677

Abstract

Phytoplankton is an autotrophic microorganism lived on water as primer producer. Its existence is important for the other marine organisms. This research aims to now the abundance, diversity, uniformity, dominant and community similarity of phytoplankton area at natural and artificial seagrass bed ecosystem, Teluk Awur Jepara Waters. This research was carried aut every 2 weeks started from July 7th till September 2th 2012 at natural and artificial seagrass bed of Teluk Awur Jepara waters. Phytoplankton sample was collected from Teluk Awur Jepara seagrass bed whereas the method used is explorative with case study approach. Data was collected using sample survey method while location is determined by purposive method. The research found 3 classes of phytoplankton, consisted of 31 genera. Bacillariophyceae, Cyanophyceae and Dinophyceae. ). The most abundance of phytoplankton was found in the 4th sampling at station IV (195,17 cell/l) and the lowest abundance was found in 2nd sampling at station IV (63,49 cell/l). Diversity index ranged at 1,74 – 3,25 or medium category. Uniformity index ranged at 0,49 – 0,71 or medium category. Dominant index ranged at 0,07 – 0,51 or low category. Community similarity index ranged at 57,14 -100,00% or high category.
KAJIAN KEBERADAAN KOMUNITAS MAKROZOOBENTHOS PADA KONDISI EKOSISTEM MANGROVE YANG BERBEDA DI PESISIR SEMARANG Mentarijuita, Riana; Soenardjo, Nirwani; Riniatsih, Ita
977-2407769
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (218.89 KB) | DOI: 10.14710/jmr.v3i3.6003

Abstract

Program penanaman mangrove merupakan salah satu upaya yang dilaksanakan untuk rehabilitasi kondisi ekosistem mangrove yang telah mengalami kerusakan.Namun program rehabilitasi dan penanaman mangrove di petakan tambak Kelurahan Karanganyar Pesisir Semarang mengalami kegagalan.Hal ini dikarenakan bibit mangrove tidak dapat tumbuh seperti yang diharapkan.Kondisi ekosistem mangrove yang terganggu ini, dikhawatirkan akan menimbulkan respon individu maupun komunitas biota didalamnya, yakni Makrozoobenthos. Makrozoobenthos ini menetap di dasar perairan dan memiliki pergerakan relatif lambat serta daur hidup relatif lama sehingga memiliki kemampuan merespon tekanan ekologis tersebut.Penelitian dilaksanakan pada bulan November– Desember 2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Pengambilan sampel makrozoobenthos dilakukan dengan metode kualitatif dan semi-kuantitatif.Hasil penelitian menemukan genera makrozoobenthos sebanyak 56.Keseluruhan genus terdiri dari 3 kelas, Gastropoda (11), Crustacea (14) dan Polychaeta (31).Rata-rata kelimpahan berkisar antara 268 – 670 Ind/m2.Dimana kelimpahan tertinggi ditemukan di Lokasi Karanganyar 2, sedangkan terendah adalah di Pantai Maron. Indeks Keanekaragaman (H’) termasuk dalam kategori sedang hingga tinggi (1,55 – 3,71). Indeks Keseragaman (e) termasuk dalam kategori sedang hingga tinggi (0,44 – 0,96). Dominansi (C) berkisar antara (0,04 – 0,56), ada dominansi spesies. Kondisi mangrove yang berbeda tidaklah mempengaruhi keberadaan makrozoobenthos, melainkan jenis substrat yang lebih mempengaruhinya.
Hubungan Kandungan Nitrat Dan Fosfat Dalam Substrat Terhadap Kerapatan Lamun Di Perairan Pantai Prawean, Jepara Subiakto, Achmad Yusuf; Santosa, Gunawan Widi; Suryono, Suryono; Riniatsih, Ita
977-2407769
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (471.503 KB) | DOI: 10.14710/jmr.v8i1.24329

Abstract

Senyawa nitrat dan fosfat merupakan nutrien yang dapat dijadikan sebagai petunjuk kesuburan perairan dan dibutuhkan baik pertumbuhan dan perkembangan lamun. Nutrien di perairan padang lamun berperan sebagai faktor pembatas pertumbuhan. Penyerapan nutrien oleh lamun dilakukan oleh daun dan akar. Besarnya kandungan nutrien dalam sedimen bukan berarti akan selalu dalam konsentrasi yang sama pada karakteristik  sedimen dasar dan kedalaman perairan. Bila terjadi perbedaan maka hal ini bisa mempengaruhi terjadinya perbedaan kondisi kepadatan dan sebaran pada setiap jenis lamun yang tumbuh dalam perairan, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang hubungan kandungan Nitrat dan fosfat dalam substrat terhadap kerapatan lamun di perairan pantai Prawean, Jepara. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2018- Januari 2019. Metode penentuan lokasi pengambilan sampel dengan metode purposive sampling. Materi yang digunakan dalam penelitian adalah sampel sedimen, parameter perairan, dan kerapatan lamun. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan Nilai kandungan Nitrat di substrat Perairan Pantai Prawean Jepara berkisar antara 1,27–1,36 mg/L tergolong pada kategori kesuburan rendah. Nilai kandungan Fosfat pada sedimen yaitu 0,049–0,086 mg/L tergolong pada kategori rendah hingga tinggi. Tingkat kerapatan padang lamun berada pada kondisi kerapatan sangat  rapat (> 175 tegakan/m2).  Nitrate and phosphate compounds are nutrients that could be used as an indicator of aquatic fertility and needed by for growth and development of seagrass. Nutrients in seagrass waters serve as a limiting factor for growth. Nutrient absorption by seagrass were done by leaves and roots. The amount of nutrient content in sediment does not mean would be always same at the concentration on the basic sediment characteristics and depth water level. If there is a difference, it will cause an affect the different conditions of density and distribution in each type of seagrass which grows in the waters, therefore it is necessary to do research about relation of nutrient in the substrate to seagrass density in Prawean Beach, Jepara. This research was conducted in December 2018 - January 2019. The method used in this study was descriptive method. The material used in the study were sediment samples, water parameters, and seagrass density. Based on the results , it was found that the value of nitrate in substrate in the waters of Prawean Jepara Beach ranged from 1.27 - 1.36 mg. L-1 belonging to the low fertility category. The value of Phosphate content in substrate was 0.049 - 0.086 mg. L-1 belonging to the low until high category. The density level of seagrass at the tight density condition very tight >175 stands. m-2.
Pengaruh Perbedaan Kedalaman Terhadap Fitoplankton dan Zooplankton Di Perairan Pulau Panjang, Jepara Mulyawati, Deftika; Ario, Raden; Riniatsih, Ita
977-2407769
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (713.477 KB) | DOI: 10.14710/jmr.v8i2.25101

Abstract

Plankton merupakan sebuah kelompok organisme yang hanyut bebas di dalam lautan. Plankton dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu fitoplankton dan zooplankton. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dari kelimpahan fitoplankton dan zooplankton berdasarkan perbedaan kedalaman di perairan timur Pulau Panjang Kabupaten Jepara. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode aktif yaitu dengan menarik plankton net dengan mata jaring ukuran 45µ untuk fitoplankton dan 150µ untuk zooplankton. Penarikan dilakukan menggunakan kapal selama 3-5 menit dengan kecepatan kapal 0,67 m/s pada lokasi penelitian. Penentuan stasiun penelitian berdasarkan pada perbedaan kedalaman. Kedalaman air laut yang digunakan pada saat pengambilan sampel ini adalah stasiun 1 dengan kedalaman 0 m atau permukaan air laut, stasiun 2 dengan kedalaman 1-2 m dari permukaan air laut, dan stasiun 3 dengan kedalaman 3-4 m dari permukaan air laut. Pengukuran kualitas perairan dilakukan secara in situ bersamaan dengan pengambilan sampel dilakukan. Hasil dari penelitian ini didapatkan komposisi fitoplankton sebanyak 13 genus dengan kelimpahan berkisar antara 3844,19-10869,80 individu/m3. Komposisi zooplankton di perairan didapatkan sebanyak 12 genus dengan kelimpahan berkisar antara 838,77-3250,24 individu/m3. Hubungan kelimpahan antara zooplankton dan fitoplankton di perairan ini termasuk kedalam golongan hubungan korelasi positif Plankton is a group that drifts freely in the ocean. Plankton has limited mobility. Plankton can be divided into two groups, namely phytoplankton and zooplankton. This study aims to determine the relationship of the abundance of phytoplankton and zooplankton based on rates in the east of Panjang Island, Jepara Regency. Sampling is done by the active method, namely by pulling the plankton net with a mesh size of 45µ for phytoplankton and 150µ for zooplankton. Withdrawals carried out by a ship for 3-5 minutes with a ship speed of 0.67 m/s at the study site. Determination of research stations based on differences in depth. The depth of sea water used during sampling is station 1 with a depth of 0 m or sea level, station 2 with a depth of 1-2 m from sea level, and station 3 with a depth of 3-4 m above sea level. Measurements of water quality were carried out in situ together with sampling. The results of this study obtained phytoplankton compositions as many as 13 genera with abundance ranging from 3844.19-10869.80 individuals/m3. The composition of zooplankton in the waters obtained as many as 12 genera with abundance ranging from 838.77-3250.24 individuals/m3. The relationship of abundance between zooplankton and phytoplankton in these waters is included in the group of positive correlation.
Potensi Simpanan Karbon Pada Lamun Cymodocea serrulata Di Pantai Prawean, Jepara Baeti, Tiara Nur Baeti; Hartati, Retno Hartati; Riniatsih, Ita Riniatsih
977-2407769
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (458.899 KB) | DOI: 10.14710/jmr.v8i1.24322

Abstract

Pemanasan global merupakan akibat dari peningkatan gas-gas rumah kaca (GRK), seperti halnya gas karbondioksida, metana, nitro dioksida, maupun gas alam lainnya. Ekosistem padang lamun di perairan Pantai Prawean, Kabupaten Jepara memiliki fungsi ekologis yang sangat penting sebagai penyangga ekosistem lain di perairan tersebut. Potensi padang lamun diantaraanya adalah sebagai penyimpan emisi karbon, sehingga mampu mencegah terjadinya pemanasan global (global warming) atau biasa disebut sebagai blue carbon. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan potensi simpanan karbon pada lamun jenis Cymodocea serrulata di perairan Pantai Prawean, Kabupaten Jepara. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2018 dan Maret 2019 dengan metode pengukuran karbon pada lamun Loss of Ignition (LOI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa biomassa terbesar terletak pada bagian Below Ground (akar dan rhizoma) dengan persentase di atas 50% pada kedua waktu pengamatan bila dibandingkan dengan jaringan lamun di atas substrat (daun). Rata-rata kandungan karbon tertinggi pada kedua waktu penelitain terletak pada bagian akar lamun dengan persentase nilai simpanan karbon mencapai 55 – 57%. Terjadi penurunan nilai simpanan karbon dalam dua kali pengambilan data, yakni pada bulan Desember 2018 total simpanan karbon pada lamun Cymodocea serrulata mencapai 6,77 ton sedangkan pada bulan Maret 2019 nilainya turun menjadi 5,38 ton. Penurunan total simpanan karbon pada lamun ini di duga diakibatkan oleh adanya perubahan faktor fisik perairan serta adanya faktor antropogenik di wilayah perairan tersebut.Global warming is a result of increasing greenhouse gases (GHG), such as carbon dioxide, methane, nitrous dioxide, and other natural gas. Seagrass ecosystems in the waters of Prawean Beach, Jepara Regency have very important ecological functions as a buffer for other ecosystems in these waters. The potential of seagrass bed is as a store of carbon emissions, so as to prevent global warming or commonly referred to as blue carbon. The purpose of this research is to determine the potention of carbon deposits in seagrass species of Cymodocea serrulata in the waters of Prawean Beach, Jepara Regency. This research was conducted in December 2018 and March 2019 with the method of carbon measurement in seagrass Loss of Ignition (LOI). The results showed that the largest biomass was located in the Below Ground (roots and rhizomes) with a percentage above 50% at both observation time when compared to seagrass tissue on the substrate (leaves). The highest average carbon content at both time of the survey was located in the seagrass root section with a percentage of the value of carbon deposits reaching 55 - 57%. There was a decrease in the value of carbon deposits in two data collection, namely in December 2018 the total carbon deposits in seagrass Cymodocea serrulata reached 6,77 tons while in March 2019 the value dropped to 5,38 tons. The decrease in total carbon deposits in seagrasses is thought to be caused by changes in physical factors of the waters and the presence of anthropogenic factors in these waters.
Co-Authors Adelia Hilma Sugiarto Adi Santoso Alfi Satriadi Alfi Satriadi Ali Djunaedi Almira Nadia Kusuma Ambariyanto Ambariyanto Amin Nur Kolis Rela Hidayah Anggada, Rama Anggun Sri Hardiyanti Antonius Budi Susanto Ardian Nurrasyid Chamidy Arum Wahyuning Prita Azizah T.N., Ria Baeti, Tiara Nur Baeti Bagaskara, Widigdo Bagus Bagus Apriana Putra Bambang Yulianto Baskoro Rochaddi Cantika Elistyowati Andanar Chamidy, Ardian Nurrasyid Chrismanola, Verena Chrisna Adhi Suryono Chrisna Adi Suryono Dedi . Dedi Setiawan Deftika Mulyawati Delianis Pringgenies Delianis Pringgenies Delianis Pringgenis Dewi, Septiyani Kusuma Dimpos Jonathan Sianipar Dinda Monita Dwi Wulandari Dwi Wulandari Dyanita Havshyari Putri Andrykusuma Edy Supriyo Edy Wibowo Ega Widyatama Rachmawan ELza Lusia Agus Endang Sri Susilo Endika Meirawati Ervia Yudiati Faishal Falah Falah, Faishal Febriyantoro Febriyantoro Firil, Nis Aura Sadida Fitriyan, Jodhi Kusumayudha Gita Lestari Gunawan Widi Santosa Hadi Endrawati Hadi Endrawati Hadi Endrawati Hafizt, Muhammad Hartati, Retno Hartati Hayati, Amaliya Tsiqotul Hendra Kurniawan Hidayah, Amin Nur Kolis Rela Hira, Khansa Yatita Huda, Juan Syamsul Ibnu Pratikto Ibnu Pratikto Islam, Anastasya Devi Septanovia Iswari, Marindah Yulia Ita Widowati Jan Ericson Wismar Josua Kristanto Pandiangan Jusup Suprijanto Jusup Suprijanto Ken Asti Harimbi Khozin Khozin Khudin, Miftah Kiki Pebli Ningrum Klau, Fransiska Reni Kusuma, Almira Nadia Lestari, Gita Lilik Maslukah Marthin Ricky Sipayung Melinda Sri Asih Miftah Khudin Monica Virgiana Silvi Monita, Dinda Muhamad Syahrul Ramadhani Muhammad Adhim Widiyo Putera Muhammad Adi Saputro Muhammad Adi Saputro Muhammad Raihan Faqiha Bintang Azzura Muhammad Taufiqur Rahman, Muhammad Taufiqur Muhammad Zainuri Muhammad Zainuri Muhammad Zainuri Mulyawati, Deftika Munasik Munasik Munasik Nando Arta Gusti Pamungkas Nashih, Muhammad Dhiaulhaq Fakhruddin Ningrum, Kiki Pebli Nirwani Soenardjo Nirwani Soenardjo Nur Taufiq-Spj Nursanti Nursanti Nursanti Nursanti Ocky Karna Radjasa Pangga, R. M. Dio Dwi Pratiwi Megah Sundari Putera, Muhammad Adhim Widiyo Putra, Rio Adista Widodo R. Sapto Hendri Boedi Soesatyo Rachmantino Wibowo Rachmawan, Ega Widyatama Raden Ario Rafdi Abdillah Harjuna Retno Hartati Ria Azizah Ria Azizah Ria Azizah Ria Azizah Ria Azizah Ria Azizah Tri Nuraini Ria Azizah Trinuraini Riana Mentarijuita Riana Mentarijuita Rio Adista Widodo Putra Robertus Triaji Mahendrajaya Robertus Triaji Mahendrajaya Rr. Citra Permata Rr. Citra Permata Rudhi Pribadi Ryandha Idris Ryandha Idris Saputri, Noviyani Sasi Vita Aphrodita Septiyani Kusuma Dewi Sri Redjeki Sri Redjeki Subagiyo Subagiyo Subagiyo Subagiyo Subiakto, Achmad Yusuf Sudarmawan, Wisnu Satriyo Sugiarto, Adelia Hilma Sunaryo Sunaryo Supriyadi, Indarto Happy Suryono Suryono Susi Rahmawati Suyarso Suyarso Tarisa Sekar Ayuningrum Tasa Hibatul Taufiq-Spj, Nur Tiara Finishia Tiara Finishia, Tiara Tiara Nur Baeti Baeti Untung Sujianto W.L. Saputra Wibowo, Rachmantino Widianingsih Widianingsih Widianingsih Widianingsih Widigdo Bagus Bagaskara Wilis Ari Setyati Wisnu Satriyo Sudarmawan Yasmin Noor Yundari, Yundari Zaenal Arifin