Ita Riniatsih
Laboratorium Eksplorasi Dan Bioteknologi Kelautan Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro Kampus Tembalang, Semarang, Indonesia. Telp./Fax +6224 7474698

Published : 89 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Peningkatan Pengetahuan dan Kesadaran Masyarakat Terhadap Deteksi Dini Penyakit Deabetes Melitus dan Hipertensi Untung Sujianto; Ita Riniatsih
Jurnal Pengabdian Perawat Vol. 1 No. 1 (2022): Mei 2022
Publisher : Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32584/jpp.v1i1.1513

Abstract

Diabetes melitus dan hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang insidensinya semakin meningkat. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF), terdapat 10.267.100 kasus diabetes di Indonesia pada tahun 2017. Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan angka prevalensi hipertensi secara nasional (25,8%), jika dibanding hasil riskesdas tahun 2007 (31,7/1000) menunjukkan adanya penurunan angka prevalensi, namun hal ini tetap perlu di waspadai mengingat hipertensi merupakan salah satu faktor risiko penyakit degeneratif antara lain penyakit jantung, stroke dan penyakit pembuluh darah lainnya. Upaya pengendalian faktor risiko PTM yang telah dilakukan berupa promosi Perilaku Bersih dan Sehat, deteksi dini, serta pengendalian masalah tembakau. Maka dari itu perlu diadakan adanya program peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap deteksi dini penyakit diabetes mellitus dan hipertensi bersama dengan mitra kerja KKN di Desa Kandeman, Kecamatan Batang, Kabupaten Batang dengan cara melakukan pemeriksaan tekanan darah dan gula darah sewaktu. Penyakit diabetes melitus dan hipertensi erat kaitannya dengan pola makan. Pola makan masyarakat yang sering mengonsimsi makanan manis dapat menjadi salah satu faktor risiko terjadinya diabetes melitus. Begitu pula dengan faktor risiko terjadinya hipertensi. Konsumsi makanan yang tinggi kadar garam jika tidak dikurangi sejak dini dapat menyebabkan hipertensi. Oleh sebab itu terdapat pada Pesan Gizi Seimbang (PGS) yaitu mengurangi asupan gula, minyak dan garam, sehingga dapat mencegah faktor risiko penyakit Diabetes Melitus dan Hipertensi. Berdasarkan hasil dari program kerja terkait dengan gizi pada penyakit hipertensi dan diabetes melitus yaitu pola makan masyarakat Desa Kandeman, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang dapat mempengaruhi faktor risiko terjadinya penyakit diabetes melitus dan hipertensi. Kesimpulan yang di dapat dari masyarakat terkait diet pada penyakit hipertensi yaitu masyarakat mengakui bahwa jika melakukan syarat - syarat diet sangat sulit dan ribet contohnya yaitu saat memasak makanan tidak dapat mengurangi kadar natrium yang digunakan sebelum masakan terasa asin dan gurih.
Kajian Jenis dan Bobot Sampah Makroplastik di Kawasan Padang Lamun Perairan Pulau Kelapa Dua Kepulauan Seribu Jakarta Muhamad Syahrul Ramadhani; Munasik Munasik; Ita Riniatsih
Journal of Marine Research Vol 12, No 3 (2023): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v12i3.33932

Abstract

Sampah merupakan sesuatu yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktifitas makhluk hidup dan tidak mempunyai nilai ekonomi. Sampah makroplastik merupakan sampah yang sulit atau tidak dapat terurai oleh mikroorganisme. Sampah dari daratan terbawa ombak ke laut menyebabkan pencemaran. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh sampah makroplastik terhadap kondisi padang lamun di perairan Pulau Kelapa Dua, Kepulauan Seribu, Jakarta. Materi penelitian yang digunakan yaitu sampah makro plastik yang diambil di perairan padang lamun dan air yang diambil di area padang lamun. Metode yang dilakukan yaitu persiapan, penentuan stasiun penelitian, pengambilan data, dan analisis data. Pengamatan sampah makroplastik di area padang lamun dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan dalam satu stasiun. Hasil penelitian menunjukan bahwa tipe pasang surut di lokasi pengamatan memiliki tipe pasang surut diurnal type. Data kecepatan arus berkisar antara 0,021-0,030 m/s dengan arah arus menuju barat daya, suhu antara 29,5-32,6 oC, kadar salinitas berkisar antara 24-28 o/oo, kadar BOT antara 11,152-35,81 mg/liter, kadar DO antara 5,56-6,25 ppm, dan tingkat kecerahan menunjukan 100% jernih hingga dasar. Berat sampah makroplastik yang ditemukan di seluruh stasiun pengamatan berkisar antara 0,075-2,19 Kg dengan rata – rata ukuran sebesar 8,2-15,6 cm. Persentase penutupan lamun total memiliki nilai 26,77 %, hal ini menunjukan kondisi padang lamun di perairan Pulau Kelapa Dua termasuk kedalam kategori sedang.  Garbage is generally something that is wasted or thrown away from the source of the activities of living things and has no economic value. Macroplastic waste is waste that is difficult or even impossible to decompose with the help of microorganisms. Garbage from the mainland will slowly be carried by the waves to the bottom of the ocean which can cause pollution to the ecosystem in the sea. This study aims to determine the effect of macroplastic waste on seagrass conditions in the waters of Kelapa Dua Island, Thousand Islands, Jakarta. The research material used consisted of macro plastic waste taken from seagrass beds, as well as water collected from seagrass beds. The method employed involved the preparation, maintenance of research steps, data collection, and data analysis. Observation of macroplastic waste in the seagrass area was carried out 3 times in one station. The results showed that the tidal type at the observation site had a diurnal tidal type. Current velocity data ranged from 0.021-0.030 m/s with the current direction towards the southwest, temperature between 29.5-32.6 oC, salinity levels ranging from 24-28 o/oo, BOT levels between 11,152-35.81 mg/liters, DO levels are between 5.56-6.25 ppm, and the brightness level shows 100% clear to basic. The weight of macroplastic waste found in all observation stations ranged from 0.075-2.19 Kg with an average size of 8.2-15.6 cm. The percentage of total seagrass cover has a value of 26.77%, this shows that the condition of seagrass beds in the waters of Kelapa Dua Island is included in the medium category.
Struktur Komunitas Lamun di Pulau Sintok, Menjangan Besar dan Kemujan, Karimunjawa Yasmin Noor; Ria Azizah Trinuraini; Ita Riniatsih
Journal of Marine Research Vol 12, No 3 (2023): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v12i3.34101

Abstract

Taman Nasional Karimunjawa merupakan salah satu taman nasional yang memiliki kekayaan alam hayati yang sangat beranekaragam. Ekosistem padang lamun adalah salah satu ekosistem penting yang ada di laut dan memiliki banyak manfaat bagi keberlangsungan hidup biota laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis, kerapatan lamun, persentase tutupan dan kualitas perairan di Pulau Sintok, Pulau Menjangan Besar dan Pelabuhan Legon Bajak. Pertumbuhan lamun sangat dipengaruhi oleh kualitas perairan disekitar ekosistem lamun. Perbedaan kualitas perairan diduga dapat mempengaruhi kondisi lamun di Pulau Sintok, Pulau Menjangan Besar dan Pelabuhan Legon Bajak. Metode pengamatan kondisi ekosistem lamun menggunakan metode line transek kuadrat. Metode analisis korelasi yang digunakan adalah analisis pearson correlation. Analisis hubungan kualitas perairan dengan kerapatan lamun di dapatkan nilai korelasi pada suhu sebesar -0.569, pada arus sebesar -0.216, pada kedalaman sebesar -0.706, pada pH sebesar -0.715, pada salinitas sebesar 0.715, pada nitrat  sebesar 0.136 dan pada fosfat sebesar 0.715. Berdasarkan hasil analisis variabel kedalaman, pH, salinitas, fosfat menunjukkan nilai korelasi yang kuat, variabel suhu menunjukan nilai korelasi yang cukup sedangkan variabel arus dan nitrat menunjukkan nilai korelasi lemah terhadap kerapatan lamun Karimunjawa National park are one of the national park which have a very diverse biological wealth. Seagrass ecosystem is one of the important ecosystems in the sea and has many benefits for the survival of marine life. This study aims to determine the species composition, seagrass density, cover percentage and  water quality in Sintok Island, Menjangan Besar Island and legon bajak harbor. The growth of seagrass is influenced strongly by the quality of the waters in the seagrass ecosystem. Differences in the quality of the waters are thought to affect the condition of seagrass on Sintok Island, Menjangan Besar Island and Legon Bajak Harbor. The method used to observe the condition of the seagrass ecosystem is seagrass-watch method. The correlation analysis method used is the regression analysis with correlation test. Analysis of the relationship of water quality with seagrass density indicated a correlation value at -0.569 temperature, at -0.216 current, at -0.706 depth, -0.715 pH, at 0.715 salinity, at 0.136nitrates, at 0.715phosphates. From this study, it can be concluded that the quality of the waters on Sintok Island, Menjangan Besar Island and Legon Bajak Harbor has a strong relationship in temperature, nitrate in water, nitrate phosphate in sediment, strong correlation relationship in current, medium correlation relationship at depth, pH, salinity, phosphate in water to seagrass density.
Composition and Density of Peryphyton on the leaves Thalassia hemprichii and Cymodocea rotundata at Panjang Island, Jepara Tarisa Sekar Ayuningrum; Munasik; Ita Riniatsih
ENVIBILITY: Journal of Environmental and Sustainability Studies Vol. 1 No. 1 (2023): March
Publisher : Prospect Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55381/envibility.v1i1.97

Abstract

Seagrass as a flowering plant (Angiosperms) that can live in the marine environment well. One type of seagrass whose presence is dominant in Indonesian waters is the species Thalassia hemprichii and Cymodocea rotundata. Periphyton is an organism that has a close relationship with seagrass and has a role in seagrass as an increase in primary productivity. The purpose of this study was to determine the genus composition and density of periphyton on seagrass leaves Thalassia hemprichii and Cymodocea rotundata on Panjang Island, Jepara. The method carried out is seagrass leaf field data collection using the purposive sampling method with squared line transects. Seagrass leaf samples were taken and periphyton identification observations were made in the laboratory and then data processing analysis. Periphyton results were obtained from 10 classes, 39 genera and 1 type of zooplankton. Seagrass leaf periphyton density in both species is highest in old leaves and lowest in medium seagrass leaves. The periphyton diversity index of two seagrass species belongs to the medium category, the uniformity index belongs to the high category, and the dominance index shows that no genus dominates. The index value can indicate that the waters in the environment are still in stable condition.
Hubungan Kondisi Padang Lamun dengan Persentase Tutupan Mikroalga Epifit di Ekosistem Padang Lamun Pantai Prawean Bandengan dan Semat, Jepara Rahman, Muhammad Taufiqur; Riniatsih, Ita; Setyati, Wilis Ari
Journal of Marine Research Vol 13, No 2 (2024): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v13i2.42594

Abstract

Ekosistem lamun merupakan salah satu komponen paling penting di wilayah pesisir laut. Fungsi lamun berkaitan dengan bioekologi dari interaksi makhluk hidup yang tinggal di wilayah ekosistem tersebut dengan lingkungannya. Komponen makhluk hidup dalam ekosistem lamun salah satunya mikroalga epifit. Epifit menempel pada substrat atau lamun itu sendiri dan menjadi bioindikator kualitas perairan. Tidak selalu memiliki dampak baik, epifit juga terkadang memiliki dampak buruk bagi ekosistem padang lamun dengan jumlah tertentu yang dapat menurunkan produktivitas lamun. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persentase mikroalga epifit ekosistem padang lamun yang berada di Pantai Prawean Bandengan dan Pantai Semat, Jepara. Data yang dikumpulkan berupa data penutupan dan kerapatan lamun dengan metode line transect quadrat, data persentase tutupan epifit yang mengacu pada metode seagrass watch, data parameter kualitas air (suhu, salinitas, pH, kecepatan arus, kecerahan), dan data konsentrasi nutrien (nitrat dan fosfat). Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi jenis lamun lebih banyak di Pantai Prawean Bandengan (Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Oceana serrulata, Halodule uninervis, Halophila ovalis). Penutupan padang lamun paling tinggi juga terdapat di Pantai Prawean Bandengan dengan nilai rata-rata 39,87% sedangkan pada Pantai Semat memiliki persentase sebanyak 26,94%. Data persentase tutupan epifit tertinggi pada Pantai Semat dengan nilai 27,17% disusul oleh Pantai Prawean Bandengan dengan nilai 25,25%. Hal ini menunjukkan bahwa kategori padang lamun tergolong sedang. Substrat pada Pantai Prawean Bandengan berjenis fine sand sedangkan pada Pantai Semat berjenis gravel. Data menyimpulkan bahwa ekosistem padang lamun baik di Pantai Prawean Bandengan maupun Pantai Semat memiliki kondisi sedang.   Seagrass ecosystems are one of the most important components in coastal marine areas. The function of seagrasses is related to the bioecology of the interaction of living things that live in the ecosystem area with their environment. One of the components of living things in seagrass ecosystems is epiphytic microalgae. Epiphytes attach to the substrate or seagrass itself and become bioindicators of water quality. Not always having a good impact, epiphytes also sometimes have a bad impact on seagrass ecosystems with certain amounts that can reduce seagrass productivity. This study was conducted to determine the percentage of epiphytic microalgae in seagrass ecosystems in Prawean Bandengan Beach and Semat Beach, Jepara, East Java, Indonesia. The data were collected by counting the seagrass closure, seagrass density measure using line transect quadrat method, epiphyte cover percentage data referring to seagrass watch method, water quality parameter data (temperature, salinity, pH, current speed, brightness), and nutrient concentration data (nitrate and phosphate). The results showed that seagrass species composition was more abundant at Prawean Bandengan Beach (Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Oceana serrulata, Halodule uninervis, Halophila ovalis). The highest seagrass cover was also found in Prawean Bandengan Beach with an average value of 39.87% while Semat Beach had a percentage of 26.94%. Data on the percentage of epiphyte cover was highest at Semat Beach with a value of 27.17% followed by Prawean Bandengan Beach with a value of 25.25%. This shows that the seagrass category is classified as moderate. The substrate at Prawean Bandengan Beach is fine sand type while Semat Beach is gravel type. The data concludes that the seagrass ecosystem in both Prawean Bandengan Beach and Semat Beach has a moderate condition.
Perbandingan Nilai Indeks Kesehatan Ekosistem Lamun antara Perairan di Pantai Prawean Bandengan dengan Pulau Panjang Nashih, Muhammad Dhiaulhaq Fakhruddin; Pratikto, Ibnu; Riniatsih, Ita
Journal of Marine Research Vol 13, No 1 (2024): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v13i1.39012

Abstract

Ekosistem lamun memegang peranan penting sebagai produsen primer, tempat pemijahan, tempat tinggal biota perangkap sedimen, serta penahan erosi. Kondisi kesehatan lamun menjadi penting berdasarkan perannya tersebut. Indeks kesehatan lamun dapat memberikan informasi yang merepresentasikan kondisi ekosistem lamun yang meliputi komposisi spesies lamun, tutupan lamun, tutupan makroalga, tutupan epifit, dan intensitas cahaya perairan. Tujuan dilakukannya penelitian ini sebagai informasi perbandingan kondisi indeks kesehatan lamun yang ada pada perairan Pantai Prawean dengan Pulau Panjang. Teknik sampling pada penelitian ini dilakukan dengan metode transek garis yang pada pelaksanaannya menggunakan transek kuadran berukuran 50 x 50 cm yang dilakukan pada dua stasiun di setiap lokasinya dan terdapat tiga line transek pada setiap stasiunnya. Beberapa spesies lamun yang terlihat di lokasi adalah Enhalus acoroides, Oceana serrulata, Thalassia hemprichii, dan Cymodocea rotundata. Hasil dari penelitian ini yaitu nilai indeks kesehatan ekosistem lamun di Pulau Panjang adalah 0,62 dengan kategori sedang dan di Pantai Prawean adalah 0,5 dengan kategori buruk. The seagrass ecosystem plays an important role as a primary producer, a spawning ground, a habitat for sediment-trapping biota, and erosion control. The health condition of seagrass is crucial based on its roles. The seagrass health index can provide information representing the condition of the seagrass ecosystem in the area. The purpose of this study is to compare the seagrass health index values between the waters of Pantai Prawean and Pulau Panjang. The sampling technique in this study was conducted using the LIPI line transect method, which used 50 x 50 cm quadrat transects at two stations in each location, and there were three line transects at each station. Some seagrass species observed at the location were Enhalus acoroides, Oceana serrulata, Thalassia hemprichii, and Cymodocea rotundata. The required variable data for calculating the seagrass health index value are the number of seagrass species, seagrass coverage, macroalgae coverage, epiphyte coverage, and water clarity. The results of this study showed that the seagrass ecological quality index (SEQI) in Pulau Panjang was 0.62 with a moderate category, while in Pantai Prawean, it was 0.5 with a poor category. 
Kajian Indeks Kesehatan Ekosistem Lamun di Padang Lamun Pantai Bandengan dan Pantai Blebak, Jepara Anggada, Rama; Riniatsih, Ita; Suryono, Chrisna Adhi
Journal of Marine Research Vol 13, No 1 (2024): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v13i1.37818

Abstract

Ekosistem padang lamun atau seagrass bed merupakan salah satu ekosistem laut dangkal yang mempunyai peranan penting bagi kehidupan di laut serta merupakan salah satu ekosistem yang paling produktif. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kompisisi jenis lamun, tutupan lamun dan indeks kesehatan ekosistem lamun di Pantai Bandengan dan Pantai Blebak, Jepara. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif. Hasil dari penelitian ditemukan dua spesies lamun yang ditemukan di Pantai Blebak dan lima spesies lamun yang ditemukan di Pantai Badengan. Spesies lamun yang ditemukan di Pantai Blebak yaitu Thalassia hemprichii dan Cymodocea rotundata. Spesies lamun yang ditemukan di Pantai Bandengan yaitu yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Halodule uninervis, dan Oceana serrulata. Prosentase tutupan lamun yang didapatkan di Pantai Bandengan yaitu 41,5% dengan ketegori sedang dan Pantai Blebak yaitu 16,8% termasuk kategori jarang. Hasil tutupan makroalga yang terdapat pada kedua tempat tersebut secara berturut – turut  yaitu 3,03%, dan 3,1% dengan kategori sedikit. Hasil tutupan epifit di Pantai Blebak yaitu 14,2% dengan kategori baik dan Pantai Bandengan yaitu 32,72% dengan kategori sedang.Nilai indeks kesehatan ekologi lamun tergolong buruk dengan nilai yang didapatkan di perairan pantai Blebak dan Pantai Badengan secara berturut – turut yaitu berkisar antara 0,404 dan 0,44 dengan kategori buruk. The seagrass bed ecosystem is one of the shallow marine ecosystems that has an important role for life in the sea and is one of the most productive ecosystems. The purpose of this research was to determine the composition of seagrass species, seagrass cover and seagrass ecological quality index at Bandengan Beach and Blebak Beach. The research method used is descriptive analysis. The results of the study there were two species of seagrass found on Blebak Beach and five species of seagrass found on Badengan Beach. Seagrass species found in Blebak Beach are Thalassia hemprichii and Cymodocea rotundata. Seagrass species found on Bandengan Beach are Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Halodule uninervis, and Oceana serrulata. The percentages of seagrass cover found in Blebak Beach and Bandengan Beach are 41.5% and 16,8% are in the medium category. The results of macroalgae cover found in these two places respectively were 3,03%, and 3.1% with a little category. The results of epiphytic cover at Blebak Beach and Bandengan Beach were obtained respectively, namely 14,2% and 32.72% in the medium category. that is ranged between 0.404 and 0.44 
Komposisi Jenis dan Kelimpahan Perifiton Pada Daun Lamun Oceana serrulata di Perairan Pulau Panjang dan Pantai Prawean Bandengan, Jepara Islam, Anastasya Devi Septanovia; Suryono, Suryono; Riniatsih, Ita
Journal of Marine Research Vol 12, No 4 (2023): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v12i4.38681

Abstract

Padang lamun merupakan ekosistem pesisir berfungsi sebagai tempat mencari makanan, berlindung, serta berkembang biak. Perifiton ditemukan melekat pada permukaan daun lamun, dapat menjadi faktor pendukung produktivitas primer tetapi dapat juga mengurangi cahaya yang masuk untuk fotosintesis, sehingga dapat mengurangi komposisi padang lamun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis perifiton dan kelimpahan perifiton pada lamun Oceana serrulata  di Pulau Panjang dan Pantai Prawean Bandengan, Jepara. Metode penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survei. Penentuan lokasi sampling dilakukan dengan metode purposive sampling. Pendataan data kerapatan lamun dilakukan menggunakan  metode line transek kuadran. Preparasi sampel daun lamun dilakukan guna mengetahui komposisi perifiton menggunakan metode pengerikan menggunakan kuas dan diamati menggunakan mikroskop. Jenis perifiton yang ditemukan pada daun lamun Oceana serrulata terdiri dari 2 genus (Cyanophyceae) dan 11 genus (Bacillariophyceae). Nilai kelimpahan perifiton pada daun lamun Oceana serrulata di Pulau Panjang dan Pantai Prawean Bandengan adalah 5349,98 ind/cm2 dan 8357,37 ind/cm2. Keberadaan perifiton di Pulau Panjang lebih sedikit dibandingkan dengan Pantai Prawean Bandengan.  The seagras ecosystem are coastal ecosystems that function as places to find food, shelter, and breed. Periphyton was found attached to the surface of seagrass leaves, which can be supporting factor for primary productivity but can also reduce incoming light for photosynthesis, thereby reducing the composition of seagrass beds. This study aims to determine the composition of periphyton species and the abundance of periphyton in seagrass Oceana serrulata on Panjang Island and Prawean Bandengan Beach, Jepara. The research method was carried out using a survey method. Determination of sampling locations was determined using a purposive sampling method. Data collection on seagrass density was carried out using the quadrant transect method. Seagrass leaf sample preparation was carried out to determine the composition of periphyton using the scraping method using a brush and observed using a microscope. The types of periphyton found on the leaves of seagrass Oceana serrulata consist of 2 genera (Cyanophyceae) and 11 genera (Bacillariophyceae). Periphyton abundance values in leaves of seagrass Oceana serrulata on Panjang Island and Bandengan Prawean Beach were 5349.98 ind/cm2 and 8357.37 ind/cm2. The presence of periphyton on Panjang Island is less than on Prawean Bandengan Beach.
Kajian Morfometri Rajungan (Portunus pelagicus) di Perairan Kabupaten Pemalang Jawa Tengah Hira, Khansa Yatita; Pratikto, Ibnu; Riniatsih, Ita
Journal of Marine Research Vol 13, No 1 (2024): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v13i1.37986

Abstract

Rajungan (Portunus pelagicus) adalah komoditas hasil tangkapan perikanan laut yang bernilai  ekonomi yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui variasi ukuran lebar karapas dan berat tubuh, rasio jenis kelamin, dan tingkat kematangan gonad dari rajungan (Portunus pelagicus) di Perairan Desa Danasari Pemalang dan sekitarnya. Penelitian ini mempergunakan metoda deskriptif kuantitatif untuk mengetahui tingkat kematangan gonad rajungan dan metode purposive sampling untuk menentukan titik pengambilan sampel. Penelitian dilakukan pada satu periode di bulan Juni 2022. Pengambilan data rajungan yang dilakukan meliputi lebar karapas dan berat tubuh, jenis kelamin, dan tingkat kematangan gonad. Sampel rajungan yang telah dikumpulkan berjumlah 1283 ekor (759 ekor rajungan jantan dan 524 ekor rajungan betina). Hasil dari penelitian ini menunjukkan rajungan yang paling banyak ditemukan memiliki ukuran lebar karapas yang berkisar antara 107-115 milimeter dan berat tubuh 73-93 gram dengan persamaan hubungan lebar karapas dan berat tubuh sebesar 0,0003L2,6983 untuk rajungan betina dan 0,0002L2,7431 untuk rajungan jantan. Rajungan yang ditemukan lebih banyak berkelamin jantan dibandingkan betina. Rajungan betina yang ditemukan sudah dalam usia dewasa dengan TKG kategori 2 (Matured). Hasil tersebut menunjukkan kondisi rajungan (Portunus pelagicus) di Perairan Desa Danasari Pemalang memiliki komposisi berdasarkan ukuran, dan tingkat kematangan gonad yang cukup ideal, namun untuk rasio jenis kelamin didapatkan tidak ideal karena menunjukkan hasil perbandingan rajungan jantan dengan rajungan betina tidak seimbang.  Blue swimming crab (Portunus pelagicus) is a marine fisheries product which has high economic value. The purpose of this study was to determine variations in carapace width and body weight, sex ratio, and gonadal maturity level of blue swimming crab (Portunus pelagicus) in the waters of Danasari Pemalang Village and its surroundings. The method used in this research is descriptive quantitative to determine the level of maturity of the gonads and purposive sampling method to determine the point of sampling. The research was conducted in one period in June 2022. Data collection for blue swimming crabs included carapace width and body weight, sex, and gonadal maturity level. The total number of crab samples collected was 1283 (759 male crabs and 524 female crabs). The results of this study showed that the most commonly found crabs had a carapace width ranging from 107-115 millimeters and a body weight of 73-93 grams with an equation for the relationship between carapace width and body weight of 0,0003L2,6983 for female crabs and 0,0002L2,7431 for the male crab. The crabs found were more male than female. The female swimming crab found was in adulthood with TKG category 2 (Matured). These results indicate that the condition of the blue swimming crab (Portunus pelagicus) in the waters of Danasari Pemalang Village has a composition based on size, and the level of gonadal maturity is quite ideal, but the sex ratio is not ideal because it shows the results of the comparison between male and female crabs are not balanced. 
Kajian Kondisi Kesehatan Padang Lamun di Perairan Desa Wabula dan Desa Karya Jaya Kabupaten Buton Firil, Nis Aura Sadida; Endrawati, Hadi; Riniatsih, Ita
Journal of Marine Research Vol 13, No 3 (2024): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v13i3.42599

Abstract

Ekosistem lamun memiliki kontribusi dalam produktivitas perairan bagi keberlanjutan ekosistem perairan laut dangkal dan kelangsungan hidup biota laut di dalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kesehatan ekosistem lamun yang terdapat di perairan Desa Wabula dan Desa Karya Jaya, Kabupaten Buton. Metode penelitian yang digunakan adalah metode line transect pada kedua lokasi dengan masing-masing terdapat dua stasiun pengambilan data. Hasil penelitian ditemukan total 5 jenis lamun yang terdapat pada kedua lokasi penelitian, yaitu; Cymodocea rotundata, Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Halodule uninervis, dan Syringodium isoetifolium. Persentase rata-rata penutupan lamun di Desa Wabula adalah 56,11% dan di Desa Karya Jaya adalah 27,77%. Komposisi jenis lamun tertinggi pada kedua lokasi penelitian adalah spesies Cymodocea rotundata dengan rata-rata kerapatan 616,4 ind/m2 di Desa Wabula dan 446,4 ind/m2 di desa Karya Jaya. Status kesehatan ekosistem padang lamun yang terdapat di perairan Desa Wabula memiliki kategori baik dengan nilai indeks kesehatan ekosistem lamun sebesar 0,78 dan perairan Desa Karya Jaya memiliki kategori sedang dengan nilai indeks kesehatan ekosistem lamun sebesar 0,68. Parameter hidro-oseanografi di kedua lokasi penelitian dapat mendukung pertumbuhan ekosistem lamun karena sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 perihal baku mutu perairan laut untuk ekosistem lamun.  Seagrass ecosystems contribute to aquatic productivity for the sustainability of shallow marine ecosystems and the survival of marine biota within them. This research aims to determine the health condition of the seagrass ecosystem in the waters of Wabula Village and Karya Jaya Village, Buton Regency. The research method used is the line transect method at both locations with two data collection stations each. The research results found a total of 5 types of seagrasses found in both research locations, namely, Cymodocea rotundata, Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Halodule uninervis, and Syringodium isoetifolium. The average percentage of seagrass cover in Wabula Village is 56.11% and in Karya Jaya Village it is 27.77%. The highest composition of seagrass species at both research locations was the Cymodocea rotundata species with an average density of 616.4 ind/m2 in Wabula Village and 446.4 ind/m2 in Karya Jaya village. The health status of the seagrass ecosystem in the waters of Wabula Village is in the good category with a seagrass ecosystem health index value of 0.78 and the waters of Karya Jaya Village are in the medium category with a seagrass ecosystem health index value of 0.68. Hydro-oceanographic parameters at both research locations can support the growth of seagrass ecosystems because they are in accordance with Government Regulation Number 22 of 2021 concerning marine water quality standards for seagrass ecosystems.
Co-Authors Adelia Hilma Sugiarto Adi Santoso Alfi Satriadi Alfi Satriadi Ali Djunaedi Almira Nadia Kusuma Ambariyanto Ambariyanto Amin Nur Kolis Rela Hidayah Anggada, Rama Anggun Sri Hardiyanti Antonius Budi Susanto Ardian Nurrasyid Chamidy Arum Wahyuning Prita Azizah T.N., Ria Baeti, Tiara Nur Baeti Bagaskara, Widigdo Bagus Bagus Apriana Putra Bambang Yulianto Baskoro Rochaddi Cantika Elistyowati Andanar Chamidy, Ardian Nurrasyid Chrismanola, Verena Chrisna Adhi Suryono Chrisna Adi Suryono Dedi . Dedi Setiawan Deftika Mulyawati Delianis Pringgenies Delianis Pringgenies Delianis Pringgenis Dewi, Septiyani Kusuma Dimpos Jonathan Sianipar Dinda Monita Dwi Wulandari Dwi Wulandari Dyanita Havshyari Putri Andrykusuma Edy Supriyo Edy Wibowo Ega Widyatama Rachmawan ELza Lusia Agus Endang Sri Susilo Endika Meirawati Ervia Yudiati Faishal Falah Falah, Faishal Febriyantoro Febriyantoro Firil, Nis Aura Sadida Fitriyan, Jodhi Kusumayudha Gita Lestari Gunawan Widi Santosa Hadi Endrawati Hadi Endrawati Hadi Endrawati Hafizt, Muhammad Hartati, Retno Hartati Hayati, Amaliya Tsiqotul Hendra Kurniawan Hidayah, Amin Nur Kolis Rela Hira, Khansa Yatita Huda, Juan Syamsul Ibnu Pratikto Ibnu Pratikto Islam, Anastasya Devi Septanovia Iswari, Marindah Yulia Ita Widowati Jan Ericson Wismar Josua Kristanto Pandiangan Jusup Suprijanto Jusup Suprijanto Ken Asti Harimbi Khozin Khozin Khudin, Miftah Kiki Pebli Ningrum Klau, Fransiska Reni Kusuma, Almira Nadia Lestari, Gita Lilik Maslukah Marthin Ricky Sipayung Melinda Sri Asih Miftah Khudin Monica Virgiana Silvi Monita, Dinda Muhamad Syahrul Ramadhani Muhammad Adhim Widiyo Putera Muhammad Adi Saputro Muhammad Adi Saputro Muhammad Raihan Faqiha Bintang Azzura Muhammad Taufiqur Rahman, Muhammad Taufiqur Muhammad Zainuri Muhammad Zainuri Muhammad Zainuri Mulyawati, Deftika Munasik Munasik Munasik Nando Arta Gusti Pamungkas Nashih, Muhammad Dhiaulhaq Fakhruddin Ningrum, Kiki Pebli Nirwani Soenardjo Nirwani Soenardjo Nur Taufiq-Spj Nursanti Nursanti Nursanti Nursanti Ocky Karna Radjasa Pangga, R. M. Dio Dwi Pratiwi Megah Sundari Putera, Muhammad Adhim Widiyo Putra, Rio Adista Widodo R. Sapto Hendri Boedi Soesatyo Rachmantino Wibowo Rachmawan, Ega Widyatama Raden Ario Rafdi Abdillah Harjuna Retno Hartati Ria Azizah Ria Azizah Ria Azizah Ria Azizah Ria Azizah Ria Azizah Tri Nuraini Ria Azizah Trinuraini Riana Mentarijuita Riana Mentarijuita Rio Adista Widodo Putra Robertus Triaji Mahendrajaya Robertus Triaji Mahendrajaya Rr. Citra Permata Rr. Citra Permata Rudhi Pribadi Ryandha Idris Ryandha Idris Saputri, Noviyani Sasi Vita Aphrodita Septiyani Kusuma Dewi Sri Redjeki Sri Redjeki Subagiyo Subagiyo Subagiyo Subagiyo Subiakto, Achmad Yusuf Sudarmawan, Wisnu Satriyo Sugiarto, Adelia Hilma Sunaryo Sunaryo Supriyadi, Indarto Happy Suryono Suryono Susi Rahmawati Suyarso Suyarso Tarisa Sekar Ayuningrum Tasa Hibatul Taufiq-Spj, Nur Tiara Finishia Tiara Finishia, Tiara Tiara Nur Baeti Baeti Untung Sujianto W.L. Saputra Wibowo, Rachmantino Widianingsih Widianingsih Widianingsih Widianingsih Widigdo Bagus Bagaskara Wilis Ari Setyati Wisnu Satriyo Sudarmawan Yasmin Noor Yundari, Yundari Zaenal Arifin