Claim Missing Document
Check
Articles

Found 34 Documents
Search

Revitalisasi Ragam Hias Batik Keraton Cirebon dalam Desain Baru Kreatif Kudiya, Komarudin; Sabana, Setiawan; Sachari, Agus
PANGGUNG Vol 24, No 2 (2014): Modifikasi, Rekonstruksi, Revitalisasi, dan Visualisasi Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v24i2.116

Abstract

ABSTRACT Respecting traditions of the nation, which is preserving a batik tradition. Cirebon is the region that has a rich cultural treasures batik varied. Given its development, with a variety of Cirebon Kraton, Kraton Batik Cirebon products nowadays have more characteristics, e.g.: (1) Kasepuhan Kraton on Singa Barong’s ornament; (2) Kanoman Kraton on Paksi Naga Liman’s ornament; (3) Kacirebonan Kraton on Bintulu’s ornament and (4) Kaprabonan on Dalung’s ornament and motif without pictures of animals.This research needs to exploring, discovering, and formulating design elements (ornament, mate- rial, and color). This study used ethnographic method and experimental visuals method for ornaments on Kraton Batik Kasepuhan, Kanoman, Kaprabonan, and Kacirebonan based on historical cultural influences from Hinduism, Islam, China, and Europe.As long batik owned by all Cirebon Kraton which is available during this condition can not be iden- tified and their physical condition is damage. Thus in order to preserving the old batiks, it is necessary to reproduce a creative new batik designs with any dimensional aspects. Keywords: Revitalization, Kraton Batik Cirebon, Creative,    ABSTRAK Dalam kerangka menghargai tradisi suatu bangsa, yaitu melestarikan sebuah tradisi di an- taranya berkarya batik, yang merupakan warisan budaya Indonesia. Cirebon adalah wilayah yang memiliki kekayaan khasanah budaya batik yang variatif, baik yang masih tetap ada hing- ga kini, maupun yang sudah punah. Mengingat di dalam perkembangannya, Keraton Cirebon dengan aneka produk Batik Keraton Cirebon kini terbagi dalam tiga keraton dan satu peguron yang mempunyai ciri khas, antara lain: (1) Keraton Kasepuhan pada ragam hias Singa Barong; (2) Keraton Kanoman pada ragam hias Paksi Naga Liman; (3) Keraton Kacirebonan pada ra- gam hias Bintulu; (4) Peguron Kaprabonan pada ragam hias Dalung dan motif tanpa gambar hewan.Perlu dilakukan penelitian untuk menggali, menemukan, dan memformulasikan khusus- nya unsur teraga (ragam hias termasuk di dalamnya corak, bahan, dan warna). Penelitian ini menggunakan metode etnografi dan eksperimen visual terhadap ragam hias Batik Keraton Kasepuhan, Kanoman, Keprabonan, dan Kacirebonan yang berlandaskan pada kesejarahan mulai dari pengaruh budaya Hindu, Islam, Cina, dan Eropa.Adapun batik-batik lama yang dimiliki oleh seluruh Keraton Cirebon yang ada selama ini kondisinya tidak bisa dikenali secara umum dan kondisi fisiknya sudah rapuh menuju kondisi rusak. Dengan demikian guna menjaga kelestarian batik-batik lama tersebut maka diperlukan penelitian agar bisa dibuat reproduksinya menjadi desain batik baru kreatif. Kata kunci: Revitalisasi, Batik Keraton Cirebon, Kreatif,
Seni Rupa Pasemah: Arah Hadap dan Orientasi Karya Seni Rupa Pasemah Suryanegara, A. Erwan; Sachari, Agus
PANGGUNG Vol 26, No 4 (2016): Orientalisme & Oksidentalisme Sebagai Relasi, Dominasi, dan Batasan dalam Este
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v26i4.208

Abstract

ABSTRACT In Bukit Barisan of southern Sumatra, exactly in Lahat and Pagaralam, South Sumatra, was found remains of megalithic artifacts. The artifacts in the form ofvisual arts are in larger quantities, particu- larly sculptures other than paintings,reliefs, etc. Surveys and literature studies show that visual arts as those contemporary Pasemah visual arts are not yet discovered in other regions. One ofspecial charac- teristics is Point of the Orientation and the Orientation of sculptures which is not referring to point of the compass, rather to the object of nature surroundings. The Pasemah visual arts are never apart from the underlyingEcocentric concept and in harmony with the worship of ancestral souls in a cosmocentric mystical culture. The uniqueness of Pasemah visual arts is, actually, potential that must be excavated and prolif- erated as learning for citizens and, thus, inspire community surroundings in particular and Nusantara societies in general. Keywords: Pasemah, sculpture, megalithic, point, orientation     ABSTRAK Bukit Barisan bagian selatan Sumatra, tepatnya di Lahat dan Pagaralam, Sumatra Selatan, ditemukan peninggalan artefak-artefak megalitik. Secara kuantitatif memperlihatkan bahwa jumlah artefak berwujud karya seni rupa (visual) lebih banyak, terutama yang berbentuk pa- tung selain lukisan, relief, dan sebagainya. Kajian atas hasil survei dan studi literatur membuk- tikan bahwa seperti karya visual Pasemah itu memang tidak ditemukan di kawasan lain yang sezaman. Satu kekhasannya adalah Arah Hadap dan Orientasi patung yang tidak mengacu ke- pada arah mata angin, tetapi kepada objek alam di sekitarnya. Karya-karya visual Pasemah itu tidak pernah lepas dari konsep ekosentris yang menjadi konsep mendasar dan selaras dengan pemujaan arwah leluhur dalam peradaban mistis yang kosmosentris. Keunikan karya visual Pasemah sesungguhnya merupakan potensi yang harus digali dan ditumbuhkembangkan se- bagai pembelajaran bagi anak bangsa, sehingga dapat menginspirasi masyarakat sekitar khu- susnya maupun masyarakat Nusantara umumnya. Kata kunci: Pasemah, patung, megalitik, arah, orientasi
Konsep Desain Venakular Dalam Bentuk pagawéan barudak di Baduy-Dalam Alif, Mohamad Zaini; Sachari, Agus; Sabana, Setiawan
PANGGUNG Vol 25, No 4 (2015): Representasi, Transformasi, Identitas dan Tanda Dalam Karya Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v25i4.46

Abstract

ABSTRACTThe term, Toys and Games in Inner Baduy society, are not familiar. They recognize them as Pagawéan Barudak. It is action using tools as media. The study was conducted in Inner Baduy, which focused on three villages, named Cibeo, Cikeusik and Cikartawana. The toys and games de- sign in Baduy is a process of transmitting moral, and socialization skills. Its form is presented through the study of vernacular design, which explains how the value of the transmission processes. In the pagawean barudak, determination and obedience are delivered through skills (skills training) in making, using it, obedience is delivered through the use of materials, forms, processes and the results of it. In the making process of the creation in pagawéan barudak portrays relationship of human being with the needs of surrounding nature. Then, those needs will be filled with rules, which are interconnected between them and the environment, emerging pikukuh and pitutur that must be followed in conducting all activity.Keyword: Design, Vernacular, Toys, Inner Baduy. ABSTRAKIstilah Mainan dan Pe rmainan di masyarakat Baduy, tidak dike nal. Me re ka menyebutnya Pagawéan Barudak, ini merupakan hasil kegiatan dengan menggunakan alat sebagai medianya. Penelitian dilakukan di Baduy, difokuskan ke tiga kampung, yaitu Cibeo, Cikeusik dan Cikartawana. Desain Mainan dan permainan di Baduy, adalah proses transmisi keterampilan, moral, dan sosialisasi. Bentuknya yang disajikan melalui studi desain vernakular yang akan menjelaskan bagaimana nilai dari proses transmisi itu berlangsung. Pada barudak melakukanpagawean, keteguhan dan kepatuhan disampaikan melalui keterampilan (skill training) dalam membuat, menggunakan pagawean barudak, kepatuhan disampaikan melalui penggunaan bahan, bentuk, proses dan hasil pagawean barudak. Dalam proses pembuatan produk dalam bentuk pagawéan barudak adalah, hubungan manusia dengan kebutuhan alam sekitarnya. Kemudian, kebutuhan tersebut akan dipenuhi oleh aturan yang saling berhubungan antara mereka dan lingkunganya, sehingga lahir pikukuh dan pitutur yang harus diikuti dalam melakukan seluruh kegiatanya.Kata kunci : Desain, Vernacular, Mainan, Baduy-Dalam
Dinamika Budaya Material pada Desain Furnitur Kayu di Indonesia Puspita, Arianti Ayu Puspita Ayu; Sachari, Agus; Sriwarno, Andar Bagus
PANGGUNG Vol 26, No 3 (2016): Visualisasi Nilai, Konsep, Narasi, Reputasi Seni Rupa dan Seni Pertunjukan
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v26i3.189

Abstract

AbstrakKayu merupakan material yang banyak dimanfaatkan di Indonesia, salah satunya adalah untuk furnitur. Perubahan kondisi ekonomi hingga abad ke-21, kemudian meningkatnya kebutuhan furnitur baik dari luar dan dalam negeri, dan perkembangan ilmu desain di Indonesia, secara tidak langsung berhubungan dengan permasalahan ekologi. Ketersediaan sumber daya alam seperti kayu, semakin berkurang walaupun kebutuhannya semakin tinggi. Hingga kini kondisi tersebut mendorong industri furnitur di Indonesia untuk menggunakan alternatif berbagai macam kayu solid, kayu olahan hingga kayu limbah. Selain karena faktor keterbatasan persediaan kayu, aspek sosial dan budaya juga turut mempengaruhi kemunculan berbagai jenis alternatif kayu tersebut. Dari waktu ke waktu, perubahan kondisi sosial, ekonomi, dan gaya hidup, turut berperan pada kemunculan bentuk-bentuk furnitur baru di Indonesia. Pada penelitian ini, transisi kebutuhan material kayu pada furnitur akan dikaitkan dengan dinamika sosial budaya yang terjadi dari abad ke-18 hingga abad ke-21 di Indonesia. Transisi akan dilihat berdasarkan perubahan teori Material Cultural Studies, yang kemudian akan menghasilkan kesimpulan bahwa sebuah material memiliki pengaruh besar terhadap karakter desain furnitur di Indonesia.Kata kunci: transisi, furnitur, kayu, Indonesia, ekologiAbstractWood is a material that is widely used in Indonesia, particularly for furniture. The impact of Indonesia economic development in 21st century, then the increasing needs of furniture both from outside and within the country, and the development of design in Indonesia, are directly related to ecological problems.The high demand for wood can reduce timber supply.Until now, these conditions encourage the furniture industry in Indonesia to use alternate various kinds of solid wood, wood processing and wood waste.Wood has a role in the dynamic cultural development of Java, both from the aspect of spiritual, philosophical, aesthetic and economic.The role can be assessed through one of the symbols of culture, namely furniture products. This study aims to describe the shift in social and cultural values that occurred on the island of Java, in particular the use of wood materials.The development of wood utilization will be explained based on the changing needs of the community, through Material Cultural Studies viewpoint. By looking at the changes in technological trends, social conditions and public taste, will be known tendency of any type of wood used today. Sustainable and ecologicalconcept for furniture design in Indonesia would be seen as an opportunity to maintain the continuity of wood materials.Keyword: transition, furniture, wood, Indonesia, ecology
Fungsi dan Nilai pada Kain Batik Tulis Gedhog Khas Masyarakat di Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban, Jawa Timur Ciptandi, Fajar; Sachari, Agus; Haldani, Achmad
PANGGUNG Vol 26, No 3 (2016): Visualisasi Nilai, Konsep, Narasi, Reputasi Seni Rupa dan Seni Pertunjukan
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v26i3.190

Abstract

ABSTRACTKerek subdistrict, Tuban residence in East Java is an area whose people work on field and have a tradition on making fabric with gedhog weaving. Each fabric produced by Kerek people have specific characteristic which distinguish them from batik fabric on another area in Indonesia. This is because they have special knowledge concerning fungtion, cosmology, aesthetics, as well as their ability on making fabric which they have been learned from generation to generation.Then, through art and design approaching through method of etnograph,visual morphology, and Focus Group Disscusion, which is convinced able to give tangible contribution for developing of art and design and impact on sustainability of tradition.Keywords: Fungtion, Kerek subdistrict, Textile, Tradition, ValueABSTRAKKecamatan Kerek, Kabupaten Tuban di Jawa Timur merupakan sebuah kawasan dengan karakteristik masyarakat peladang dan memiliki tradisi membuat kain dengan teknik tenun tradisional gedhog. Setiap lembar kain yang dihasilkan oleh masyarakat Kerek ini memiliki ciri khas pada tampilan visual, teknik, serta makna yang membedakannya dengan kain-kain batik dari daerah lain di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh adanya kekhasan pengetahuan masyarakat Kerek terhadap konsep kosmologi dan estetika, akulturasi budaya asing dengan budaya lokal stempat, serta bekal keterampilan yang dimilikinya dalam menciptakan kain yang dipelajari secara turun temurun dari generasi ke generasi.Maka melalui pendekatan ilmu seni dan desain dengan metodologi etnografi, morfologi visual, dan kelompok diskusi terarah yang diyakini mampu memberikan kontribusi nyata bagi perkembangan dunia seni dan desain serta berdampak terhadap keberlangsungan tradisi tersebut.Kata kunci: Fungsi, Kecamatan Kerek, Nilai, Tekstil. Tradisi
Konsep Desain Venakular Dalam Bentuk pagawéan barudak di Baduy-Dalam Alif, Mohamad Zaini; Sachari, Agus; Sabana, Setiawan
PANGGUNG Vol 25, No 4 (2015): Representasi, Transformasi, Identitas dan Tanda Dalam Karya Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1508.605 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v25i4.46

Abstract

ABSTRACTThe term, Toys and Games in Inner Baduy society, are not familiar. They recognize them as Pagawéan Barudak. It is action using tools as media. The study was conducted in Inner Baduy, which focused on three villages, named Cibeo, Cikeusik and Cikartawana. The toys and games de- sign in Baduy is a process of transmitting moral, and socialization skills. Its form is presented through the study of vernacular design, which explains how the value of the transmission processes. In the pagawean barudak, determination and obedience are delivered through skills (skills training) in making, using it, obedience is delivered through the use of materials, forms, processes and the results of it. In the making process of the creation in pagawéan barudak portrays relationship of human being with the needs of surrounding nature. Then, those needs will be filled with rules, which are interconnected between them and the environment, emerging pikukuh and pitutur that must be followed in conducting all activity.Keyword: Design, Vernacular, Toys, Inner Baduy. ABSTRAKIstilah Mainan dan Pe rmainan di masyarakat Baduy, tidak dike nal. Me re ka menyebutnya Pagawéan Barudak, ini merupakan hasil kegiatan dengan menggunakan alat sebagai medianya. Penelitian dilakukan di Baduy, difokuskan ke tiga kampung, yaitu Cibeo, Cikeusik dan Cikartawana. Desain Mainan dan permainan di Baduy, adalah proses transmisi keterampilan, moral, dan sosialisasi. Bentuknya yang disajikan melalui studi desain vernakular yang akan menjelaskan bagaimana nilai dari proses transmisi itu berlangsung. Pada barudak melakukanpagawean, keteguhan dan kepatuhan disampaikan melalui keterampilan (skill training) dalam membuat, menggunakan pagawean barudak, kepatuhan disampaikan melalui penggunaan bahan, bentuk, proses dan hasil pagawean barudak. Dalam proses pembuatan produk dalam bentuk pagawéan barudak adalah, hubungan manusia dengan kebutuhan alam sekitarnya. Kemudian, kebutuhan tersebut akan dipenuhi oleh aturan yang saling berhubungan antara mereka dan lingkunganya, sehingga lahir pikukuh dan pitutur yang harus diikuti dalam melakukan seluruh kegiatanya.Kata kunci : Desain, Vernacular, Mainan, Baduy-Dalam
PENGEMBANGAN DESAIN INFORMASI DAN PEMBELAJARAN AKSARA JAWA MELALUI MEDIA DIGITAL INTERAKTIF Fakhruddin, Dimas; Haswanto, Naomi; Sachari, Agus
JADECS Vol 3, No 2 (2018)
Publisher : Jurusan Seni dan Desain, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (24.441 KB)

Abstract

Perkembangan aksara di Indonesia erat kaitannya dengan tradisi budaya serta bahasa yang berlaku dalam berbagai macam suku yang ada. Dimulai dari masuknya aksara Palawa hingga berkembang dan diolah sesuai dengan ciri khas budaya daerah masing-masing. Aksara Jawa yang lebih dikenal sebagai Hanacaraka atau Carakan merupakan salah satu dari beberapa warisan budaya Indonesia. Seiring perkembangan jaman, aksara Jawa perlahan demi perlahan mulai dilupakan oleh masyarakat, khususnya generasi muda. Dengan variasi ragam bentuk aksara Jawa yang khas, keindahan manuskripnya, serta nilai sejarah yang panjang menarik untuk diangkat sebagai sumber gagasan perancangan desain informasi aksara Jawa. Untuk mencapai hal tersebut, terlebih dahulu dilakukan proses penelitian dengan menggunakan pendekatan etnografi yang berangkat dari fenomena aksara Jawa yang ada di masyarakat. Observasi, studi literatur, dan wawancara etnografi dilakukan untuk proses pengumpulan data. Kemudian dilakukan analisa anatomi aksara Jawa secara tipografis untuk mendeskripsikan elemen-elemen aksara Jawa sesuai dengan terminologi yang relevan dengan konteks tipografi yang berlaku di Indonesia. Data tersebut menjadi dasar dalam perancangan desain informasi aksara Jawa yang mampu memberikan informasi tentang sejarah, ragam bentuk aksara, dan cara penulisannya. Sebuah desain informasi aksara Jawa dengan menggunakan media digital website adalah solusi yang efektif sebagai sebuah media alternatif untuk mengenal dan mempelajari aksara Jawa. Hasil pengujian yang dilakukan terhadap pengguna menghasilkan presenetase sebesar 79,4% untuk aspek visual, 76,8% untuk aspek komunikatif, 80,9% untuk aspek pembelajaran dan 76,6% untuk aspek apresiasi.
KESENIAN TRADISI REOG SEBAGAI PEMBENTUK CITRA PONOROGO Yurisma, Dhika Yuan; EBW, Agung; Sachari, Agus
Visualita Jurnal Online Desain Komunikasi Visual Vol 7 No 1 (2018): Agustus
Publisher : Universitas Komputer Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (264.092 KB) | DOI: 10.33375/vslt.v7i1.1081

Abstract

Manunggale Cipto, Roso, Karso Agawe Rahayuning Bumi Reog slogan ini terpampang pada Pendopo Agung Ponorogo yang terletak di alun-alun pusat Kota Ponorogo. Ponorogo memanfaatkan kesenian tradisonalnya yaitu Reog untuk mengkomunikasikan kotanya. Reog merupakan kesenian khas daerah Ponorogo yang telah ada sejak berabad-abad yang lalu dan diwariskan secara turun-temurun di kalangan masyarakat Ponorogo hingga saat ini. Kesenian ini juga banyak mengandung tradisi dan nilai-nilai luhur budaya yang harus dilestarikan, untuk itu pemerintah mengangkat Reog sebagai inspirasi dalam menciptakan sebuah brand bagi kotanya. Reog dihadirkan melalui berbagai elemen pembentuk citra kota, tujuan utama dari pencitraan ini adalah mengundang hadirnya para wisatawan domestik maupun asing, terutama pada acara tahunan yang diadakan oleh pemerintah yaitu Grebeg Suro. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penggalian data melalui observasi dan wawancara. Penggalian data dilakukan selama empat hari di Ponorogo untuk mengetahui citra kota yang dihadirkan melalui Reog. Analisis citra kota ditinjau berdasarkan hasil wawancara terhadap masyarakat dan pengunjung Kota Ponorogo. Hasil penelitian menunjukan adanya paradoks yang terjadi pada Reog ketika digunakan sebagai pembentuk citra kota Ponorogo. Citra kota yang dihasilkan tidak sesuai dengan makna secara tradisi yang terkandung pada Reog Ponorogo.
NAPAK TILAS TATA RUPA DAN CETAK SAMPUL NOVEL DI INDONESIA (1931-2010) Wantoro, A M; Zpalanzani, Alvanov; Sachari, Agus
Visualita Jurnal Online Desain Komunikasi Visual Vol 5 No 1 (2013): August
Publisher : Universitas Komputer Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (921.768 KB) | DOI: 10.33375/vslt.v5i1.1105

Abstract

Sebagai salah satu produk budaya, sampul buku terus mengalami perkembangan seiring zaman. Salah satu perkembangan paling signifikan dari sampul buku adalah tata rupanya, khususnya pada sampul novel. Perkembangan tata rupa sampul buku khususnya jenis buku novel di Indonesia dipengaruhi oleh perubahan dinamika sosial, iklim politik, budaya, kondisi ekonomi, perkembangan teknologi, serta peran institusi-institusi pendidikan desain. Penelitian ini mengkaji perkembangan tata rupa termasuk pergeseran nilai estetis pada sampul buku khususnya novel di Indonesia, yang merupakan pemetaan nilai-nilai tata rupa yang dapat dijadikan model bagi strategi pengembangan nilai-nilai estetis pada karya desain khususnya sampul buku novel di Indonesia.
TEKNIK KLOWONG DALAM UPAYA PENGEMBANGAN MODEL PEWARISAN TRADISI MEMBATIK WARGA RIFA'IYAH DI DESA KALIPUCANG WETAN, JAWA TENGAH Prizilla, Aquamila Bulan; Sachari, Agus
Visualita Jurnal Online Desain Komunikasi Visual Vol 7 No 2 (2019): February
Publisher : Universitas Komputer Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (929.332 KB) | DOI: 10.33375/vslt.v7i2.1455

Abstract

Batik Rifa’iyah is a batik created and developed by followers of Shaikh Ahmad Rifa’i, also known as the Rifa’iyah. The tradition stemmed from Shaikh Ahmad Rifa’i's prohibition of drawing living beings. Today, the Batik making tradition is in decline, and would go extinct without proper preservation efforts. One way to preserve the tradition is by passing the Rifa’iyah batik making tradition to the next generation of the community. This study is limited to the next generation of Rifa’iyah community in Kalipucan Wetan whose age between 15-30 years old. This study focuses on one of batik making technique called the klowong. The study’s methodology is adopted from ethnographic approaches. The approach analyzes socio-cultural aspects, of which are experimented and applied by using the klowong technique to pass down the batik making tradition to Rifa’iyah in Kalipucang Wetan. Qualitative methods used are literature studies, field study by observation, in-depth interviews, voice recordings, and photography. Currently, the klowong technique is passed down by imitation. Preservation of the klowong technique requires innovation to help apprentices learn the technique. It is found different models of passing down the klowong technique are required to suit a batik maker’s skills.