Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

Utilization of the Chronic Disease Management Program (Prolanis) at Suak Ribee Primary Health Center, Indonesia Darmayanti, Osaria; Darmawan, Darmawan; Kusumawardani, Eva Flourentina; Safrizal, Safrizal; Siregar, Siti Maisyaroh Fitri
An Idea Health Journal Vol 5 No 03 (2025)
Publisher : PT.Mantaya Idea Batara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53690/ihj.v5i03.504

Abstract

Background: The Prolanis Program at the Suak Ribee Health Center includes monthly health education, biannual supporting examinations, pharmaceutical services (DRR), group exercise sessions, and home visit activities. This study aimed to identify the determinants influencing the utilization of the BPJS Health Prolanis program at the Suak Ribee Health Center.Method: The research was conducted from January 7 to February 7, 2025, involving 66 randomly selected participants using a quantitative cross-sectional design. Data were analyzed through univariate and bivariate analyses using the chi-square test, and multivariate analysis using logistic regression..Result: The results revealed that age (p = 0.048), gender (p = 0.003, OR = 6.167), knowledge (p = 0.042, OR = 3.630), the role of health workers (p = 0.015, OR = 4.750), and family support (p = 0.045, OR = 3.600) were significantly associated with the utilization of Prolanis. Education level, however, showed no significant effect (p = 0.374, OR = 1.875). Gender emerged as the most dominant factor (p = 0.002, OR = 8.930).Conclusion: n conclusion, age, gender, knowledge, the role of health workers, and family support influence the utilization of the Prolanis program, whereas education does not. It is recommended that the Suak Ribee Health Center increase male participation in Prolanis, for example by organizing exercise sessions on weekends or in the afternoon, and by conducting home visits as a separate program to better target less active participants
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Kiri, Kota Subulussalam Nadiatul Ulfa; Siti Maisyaroh Fitri Siregar; Mardi Fadillah; Kiswanto; Ihsan Murdani
Public Health and Safety International Journal Vol. 5 No. 01 (2025): Public Health and Safety International Journal (PHASIJ)
Publisher : YCMM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ISPA merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada balita, terutama di negara berkembang. Pada tahun 2023, Provinsi Aceh mencatat 17.271 kasus ISPA pada seluruh kelompok umur, dengan prevalensi ISPA pada balita sebesar 22,1% (1.920 kasus). Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara pengetahuan ibu, paparan asap rokok, dan kepadatan hunian dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Simpang Kiri, Kota Subulussalam. Penelitian kuantitatif ini menggunakan desain cross sectional dengan sampel 96 responden dari total populasi 2.676 ibu yang memiliki balita, dipilih melalui teknik cluster random sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner dan wawancara, serta dianalisis secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan signifikan antara pengetahuan ibu (p=0,013), paparan asap rokok (p=0,000), dan kepadatan hunian (p=0,000) dengan kejadian ISPA pada balita. Disimpulkan bahwa ketiga faktor tersebut berhubungan dengan ISPA. Disarankan agar institusi kesehatan meningkatkan penyuluhan mengenai ISPA, khususnya bahaya asap rokok dan pentingnya hunian yang sehat.
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bengkel Las Kecamatan Teunom Kabupaten Aceh Jaya Pipi Wahyuni; Susy Sriwahyuni; Fikri Faidul Jihad; Siti Maisyaroh Fitri Siregar; Onetusfifsi Putra
Public Health and Safety International Journal Vol. 5 No. 01 (2025): Public Health and Safety International Journal (PHASIJ)
Publisher : YCMM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kecelakaan kerja merupakan permasalahan yang sering terjadi di sektor informal, termasuk bengkel las yang memiliki tingkat risiko tinggi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan tentang K3, sikap terhadap K3, dan penggunaan alat pelindung diri (APD) dengan kejadian kecelakaan kerja pada pekerja bengkel las di Kecamatan Teunom, Kabupaten Aceh Jaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross-sectional dan melibatkan 35 responden yang dipilih melalui teknik total sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dan dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan signifikan antara pengetahuan K3 dengan kejadian kecelakaan kerja (p = 0.002), sikap terhadap K3 (p = 0.020), serta penggunaan APD (p = 0.015). Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan pengetahuan, sikap positif terhadap K3, dan kepatuhan dalam penggunaan APD berperan penting dalam menurunkan risiko kecelakaan kerja. Oleh karena itu, disarankan agar pemilik bengkel rutin memberikan edukasi K3, menyediakan APD yang memadai, serta membentuk budaya kerja yang berorientasi pada keselamatan.
Hubungan Unsafe Antion Dan Unsafe Condition Terhadap Kecelakaan Kerja Di Area Operasional PT X Ummami, Husnul; Sriwahyuni, Susy; Murdani, Ihsan; Is, Jun Musnadi; Siregar, Siti Maisyaroh Fitri
Public Health and Safety International Journal Vol. 5 No. 01 (2025): Public Health and Safety International Journal (PHASIJ)
Publisher : YCMM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kecelakaan kerja merupakan isu serius di sektor industri karena berdampak pada produktivitas, kesehatan, dan keselamatan tenaga kerja. Berdasarkan data BPJS Ketenagakerjaan, sepanjang tahun 2023 tercatat sebanyak 370.747 kasus kecelakaan kerja. Dua faktor utama penyebabnya adalah tindakan tidak aman (unsafe action) dan kondisi kerja yang tidak aman (unsafe condition). Unsafe action mencakup perilaku pekerja yang tidak mengikuti prosedur keselamatan, sedangkan unsafe condition mengacu pada kondisi lingkungan kerja yang berisiko, seperti alat kerja yang rusak atau lantai licin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara unsafe action dan unsafe condition dengan kejadian kecelakaan kerja di area operasional PT X. Metode yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional, yang dilaksanakan pada November hingga Desember 2024. Sebanyak 76 responden dipilih menggunakan teknik random sampling. Data dikumpulkan melalui kuesioner dan dianalisis menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan hubungan signifikan antara unsafe action dengan kecelakaan kerja (p = 0,002 < 0,05) dan antara unsafe condition dengan kecelakaan kerja (p = 0,001 < 0,05). Oleh karena itu, perusahaan disarankan untuk meningkatkan pengawasan, melakukan inspeksi rutin, serta mengadakan pelatihan keselamatan kerja secara berkala.
“FACTORS ASSOCIATED WITH MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDS) COMPLAINTS AMONG PALM OIL HARVESTERS” Siti Aisyah; Siti Maisyaroh Fitri Siregar; Yulizar Kasma; Yarmaliza; Fakhrurradhi Lutfhi
MEDALION JOURNAL: Medical Research, Nursing, Health and Midwife Participation Vol. 6 No. 2 (2025): June
Publisher : PT. Radja Intercontinental Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59733/medalion.v6i2.209

Abstract

Repetitive motions, poor posture, and overuse injuries may lead to musculoskeletal diseases (MSDs), which manifest as pain in the muscles, joints, and tendons. The physical demands, frequent motions, and reliance on hand tools put palm oil harvesters at a higher risk of developing MSDs than other types of workers. The purpose of this research was to identify causes of work-related injuries (MSDs) reported by palm oil harvesters in North Sumatra's PTPN IV Regional I Sei Putih. The method used was quantitative and cross-sectional in nature. Using complete sampling, 34 participants were chosen for the survey. Nordic Musculoskeletal Questionnaire (NMQ) was used for data collection. The data were examined with the use of univariate and bivariate approaches, with a significance threshold of p < 0.05, utilizing the Chi-square and Fisher's Exact tests. Aging (p = 0.000), length of service (p = 0.001), and smoking behaviors (p = 0.002) were shown to be significantly associated with complaints of MSDs. The correlation between BMI and the outcome was not statistically significant (p = 0.704). There was a strong correlation between age and complaints of MSDs. Companies should prioritize the implementation of ergonomic programs and frequent health monitoring as preventative measures for MSDs, particularly for employees aged 35 and above who have been with the company for at least five years, according to these results. It is also important to improve health education on the dangers of smoking. To get stronger and more thorough findings, further study with a bigger sample and deeper analysis is needed.
HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN DIABETES MELITUS DI DESA PENUNTUNGAN KECAMATAN PENANGGALAN KOTA SUBULUSSALAM Nurlaily, Nadyah; Anwar, Sufyan; Fadillah, Mardi; Siregar, Siti Maisyaroh Fitri; Fera, Dian
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 9 No. 2 (2025): AGUSTUS 2025
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v9i2.47564

Abstract

Dengan total 90 pasien, Desa Penuntungan memiliki konsentrasi diabetes mellitus (DM) tertinggi di wilayah yang dilayani oleh Pusat Kesehatan Masyarakat Jontor pada tahun 2024. Tahun lalu tercatat 45 pasien DM, sehingga angka ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis korelasi antara tingkat stres, variabel gaya hidup (seperti merokok, kurang olahraga, dan kebiasaan makan tidak sehat), dan prevalensi diabetes mellitus. Penelitian ini merupakan studi kuantitatif cross-sectional. Sebanyak 229 individu memenuhi kriteria inklusi, yaitu berusia minimal 15 tahun. Ukuran sampel sebesar 70 dihitung menggunakan metode Slovin dengan tingkat kesalahan 10%. Data penelitian ini dikumpulkan melalui penggunaan kuesioner yang valid dan sampling acak sederhana. Analisis data dilakukan menggunakan analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola makan (P-value = 0.018), aktivitas fisik (P-value = 0.005), dan tingkat stres (P-value = 0.000) secara signifikan terkait dengan insidensi diabetes mellitus, sedangkan perilaku merokok (P-value = 1.0) tidak. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat stres, tingkat aktivitas fisik, dan kebiasaan pola makan semuanya terkait dengan perkembangan diabetes mellitus.
Gambaran Kebiasaan Makan Pagi Sebagai Faktor Risiko Status Gizi Pada Remaja Adelina Irmayani Lubis; Siti Maisyaroh Fitri Siregar
Journal Education for All: Media Informasi Ilmiah Bidang Pendidikan Luar Sekolah Vol 13 No 2 (2024): December-Journal Education For All
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/jefa.v13i2.65360

Abstract

Makan pagi merupakan makanan penting yang memberikan energi pada remaja untuk memulai hari. Makan pagi memiliki peran untuk aktivitas, fungsi kognitif, emosional, dan fisik remaja. Kebiasaan tidak makan pagi cenderung memicu konsumsi makanan jajanan tidak sehat seperti makanan cepat saji dan cemilan tinggi kalori yang berkontribusi gizi lebih. Penelitian bertujuan mengetahui kebiasaan makan pagi pada remaja sebagai faktor risiko status gizi. Penelitian menggunakan desain cross-sectional pada 61 remaja. Pengumpulan data dengan teknik random sampling menggunakan kuesioner untuk mendapatkan data kebiasaan makan pagi dan alasan tidak makan pagi pada remaja. Data dianalisis secara univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 82% remaja memiliki kebiasaan makan pagi yang tidak baik yaitu tidak pernah atau kadang-kadang saja makan pagi dalam seminggu. Sekitar 52% remaja tidak makan pagi karena alasan terburu-buru berangkat pagi ke sekolah, 22% remaja dengan alasan tidak menyukai makanan di pagi hari serta 14 % dan 12 % remaja dengan alasan merasa malas untuk makan pagi dan merasa mual jika makan di pagi hari. Edukasi pada remaja dan orangtua tentang pentingnya sarapan sehat dan peran orangtua dalam menyediakan makanan sehat sangat penting. Sekolah juga memiliki peranan dalam menyediakan akses terhadap sarapan bergizi yang mudah diakses bagi remaja di lingkungan sekolah.