Kualitas sperma merupakan salah satu indikator utama dalam menentukan tingkat kesuburan pria. Penurunan kualitas sperma menjadi isu yang semakin sering ditemukan, terutama pada pasien infertil. Beberapa faktor gaya hidup dan lingkungan seperti kebiasaan merokok, paparan radiasi, serta gangguan tidur diyakini berperan dalam menurunkan kualitas sperma. Di tengah meningkatnya angka infertilitas, pemahaman yang lebih dalam mengenai pengaruh faktor-faktor tersebut sangat penting untuk mendukung upaya preventif dan penanganan infertilitas secara menyeluruh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Merokok, Keterpaparan Radiasi dan Kualitas tidurdengan Kualitas Sperma pada Pasien Infertil di Klinik Otentik Kota Makassar. Jenis penelitian yang digunakan adalah survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 49 orang yang mengalami infertilitas pria pada periode 1 Januari hingga 22 Mei 2025. Pengumpulan data mengenai Merokok, Keterpaparan Radiasi dan Kualitas tidur dilakukan menggunakan kuesioner. Hasil pengujian statistik menggunakan uji Chi-Square menunjukkan bahwa: (1) Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara merokok dengan kualitas sperma. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p = 0,619 > 0,05. (2) Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keterpaparan radiasi dengan kualitas sperma. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p = 0,464 > 0,05. (3) Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas tidur dengan kualitas sperma. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p = 0,151 > 0,05. Hal ini berarti bahwa dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan antara Merokok, Keterpaparan Radiasi dan Kualitas tidur yang dialami responden dengan kualitas sperma pada pria infertil di Klinik Otentik Kota Makassar. Penanganan pasangan infertil merupakan masalah medis yang kompleks dan melibatkan beberapa disiplin ilmu kedokteran dan ilmu kesehatan masyarakat sehingga diperlukan konsultasi dan pemeriksaan yang lebih kompleks pula. Proses ini belum sepenuhnya dipahami karena dipengaruhi oleh berbagai faktor. Diperlukan penelitian berskala besar sebelum dapat ditarik kesimpulan yang mutlak.