Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search
Journal : Journal of Indonesian History

Stasiun Kereta Api Kedungjati dan Perekonomian Desa Kedungjati Tahun 1966-1989 Apiwie, Vebio Wohing; Utomo, Cahyo Budi
Journal of Indonesian History Vol 4 No 1 (2015): JIH
Publisher : Journal of Indonesian History

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Stasiun Kedungjati dengan kode (KED) merupakan stasiun kereta api yang terletak di Kedungjati, Grobogan. Stasiun yang terletak pada ketinggian +36 mdpl ini berada di Daerah Operasi (Daop) 4 Semarang. Stasiun Kedungjati diresmikan pada 21 Mei 1873. Arsitektur stasiun ini serupa dengan Stasiun Willem I di Ambarawa, bahkan dulu beroperasi jalur kereta api dari Kedungjati ke Ambarawa, yang sudah tidak beroperasi pada tahun 1978. Pada tahun 1907, stasiun kereta  api Kedungjati awalnya dibangun dari kayu dan direnovasi menjadi bata berplester dengan peron berkonstruksi baja dengan atap dari seng setinggi 14,65 cm. Stasiun ini menjadi salah satu tempat untuk meningkatkan perekonomian desa Kedungjati.
POSTER DAN UPAYA MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA DI YOGYAKARTA TAHUN 1945-1949 Limah, Hutri; Utomo, Cahyo Budi; Suryadi, Andy
Journal of Indonesian History Vol 7 No 1 (2018): Journal of Indonesian History (JIH)
Publisher : Journal of Indonesian History

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Memaparkan gambaran umum Yogyakarta pada masa revolusi tahun 1945-1949. (2) Menjelaskan perkembangan poster di Yogyakarta tahun 1945-1949. (3) Menganalisis fungsi dan dampak poster bagi masyarakat Yogyakarta pada tahun 1945-1949. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang meliputi tahap heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa poster pada masa revolusi dibuat oleh seniman sanggar seni PTPI, SIM dan Pelukis Rakyat atau kerja sama sanggar dengan pemerintah atau badan pemerintah tertentu yang memiliki bagian pembuat poster sendiri. Fungsi poster sebelum Agresi Militer Belanda II ialah provokasi kepada musuh dan penerangan masyarakat umum, sedangkan fungsinya ketika Agresi Militer Belanda II adalah pembinaan kalangan pejuang, pembinaan masyarakat umum dan jawaban provokasi musuh. Karena poster pada masa revolusi sangat efektif di lapangan, maka dampak poster mengikuti fungsinya. Semangat tempur para pejuang tinggi, bangkitnya kesadaran masyarakat umum untuk mengakomodasi para pejuang di garis depan, dan motivasi positif para pejuang maupun rakyat untuk berjuang bersama-sama sampai akhir.
PERISTIWA 03 OKTOBER 1945 DI KOTA PEKALONGAN (ANALISIS DAMPAK SOSIAL & DAMPAK POLITIK) Nugraha, Adhi Wahyu; Utomo, Cahyo Budi
Journal of Indonesian History Vol 7 No 1 (2018): Journal of Indonesian History (JIH)
Publisher : Journal of Indonesian History

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perang Kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945 yang dilakukan oleh pahlawan dan proklamator telah membuahkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Secara langsung maupun tidak langsung, hal tersebut membawa dampak bagi masyarakat Indonesia di masing-masing daerah tak terkecuali di Kota Pekalongan. Dampak yang dihasilkan dari perang kemerdekaan meliputi berberapa bidang yakni bidang sosial, politik, psikologis, dan ekonomi. Penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menyertakan beberapa sumber primer dan sumber sekunder untuk mendukung data hasil penelitian serta menggunakan teori sosial dan teori politik untuk menganalisis dampak akibat pertempuran 03 Oktober 1945 di Kota Pekalongan. Hasil penelitian diketahui bahwa terdapat dampak sosial psikologis yang dialami oleh para korban, tenaga medis kesehatan serta beberapa relawan yang secara langsung maupun tidak langsung ikut berperan dalam peristiwa tersebut. Dampak sosial psikologis berupa trauma pasca perang (Post Traumatic Stress Disorder) serta duka yang mendalam bagi keluarga yang kehilangan suami atau anaknya yang menjadi korban dari peristiwa tersebut. Sementara dampak politik terlihat dari kekosongan kepemimpinan yang berlangsung sementara di Kota Pekalongan.
Stasiun Kereta Api Kedungjati dan Perekonomian Desa Kedungjati Tahun 1966-1989 Apiwie, Vebio Wohing; Utomo, Cahyo Budi
Journal of Indonesian History Vol 4 No 1 (2015): JIH
Publisher : Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Stasiun Kedungjati dengan kode (KED) merupakan stasiun kereta api yang terletak di Kedungjati, Grobogan. Stasiun yang terletak pada ketinggian +36 mdpl ini berada di Daerah Operasi (Daop) 4 Semarang. Stasiun Kedungjati diresmikan pada 21 Mei 1873. Arsitektur stasiun ini serupa dengan Stasiun Willem I di Ambarawa, bahkan dulu beroperasi jalur kereta api dari Kedungjati ke Ambarawa, yang sudah tidak beroperasi pada tahun 1978. Pada tahun 1907, stasiun kereta api Kedungjati awalnya dibangun dari kayu dan direnovasi menjadi bata berplester dengan peron berkonstruksi baja dengan atap dari seng setinggi 14,65 cm. Stasiun ini menjadi salah satu tempat untuk meningkatkan perekonomian desa Kedungjati.
POSTER DAN UPAYA MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA DI YOGYAKARTA TAHUN 1945-1949 Limah, Hutri; Utomo, Cahyo Budi; Suryadi, Andy
Journal of Indonesian History Vol 7 No 1 (2018): Journal of Indonesian History (JIH)
Publisher : Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Memaparkan gambaran umum Yogyakarta pada masa revolusi tahun 1945-1949. (2) Menjelaskan perkembangan poster di Yogyakarta tahun 1945-1949. (3) Menganalisis fungsi dan dampak poster bagi masyarakat Yogyakarta pada tahun 1945-1949. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang meliputi tahap heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa poster pada masa revolusi dibuat oleh seniman sanggar seni PTPI, SIM dan Pelukis Rakyat atau kerja sama sanggar dengan pemerintah atau badan pemerintah tertentu yang memiliki bagian pembuat poster sendiri. Fungsi poster sebelum Agresi Militer Belanda II ialah provokasi kepada musuh dan penerangan masyarakat umum, sedangkan fungsinya ketika Agresi Militer Belanda II adalah pembinaan kalangan pejuang, pembinaan masyarakat umum dan jawaban provokasi musuh. Karena poster pada masa revolusi sangat efektif di lapangan, maka dampak poster mengikuti fungsinya. Semangat tempur para pejuang tinggi, bangkitnya kesadaran masyarakat umum untuk mengakomodasi para pejuang di garis depan, dan motivasi positif para pejuang maupun rakyat untuk berjuang bersama-sama sampai akhir.
PERISTIWA 03 OKTOBER 1945 DI KOTA PEKALONGAN (ANALISIS DAMPAK SOSIAL & DAMPAK POLITIK) Nugraha, Adhi Wahyu; Utomo, Cahyo Budi
Journal of Indonesian History Vol 7 No 1 (2018): Journal of Indonesian History (JIH)
Publisher : Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perang Kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945 yang dilakukan oleh pahlawan dan proklamator telah membuahkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Secara langsung maupun tidak langsung, hal tersebut membawa dampak bagi masyarakat Indonesia di masing-masing daerah tak terkecuali di Kota Pekalongan. Dampak yang dihasilkan dari perang kemerdekaan meliputi berberapa bidang yakni bidang sosial, politik, psikologis, dan ekonomi. Penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menyertakan beberapa sumber primer dan sumber sekunder untuk mendukung data hasil penelitian serta menggunakan teori sosial dan teori politik untuk menganalisis dampak akibat pertempuran 03 Oktober 1945 di Kota Pekalongan. Hasil penelitian diketahui bahwa terdapat dampak sosial psikologis yang dialami oleh para korban, tenaga medis kesehatan serta beberapa relawan yang secara langsung maupun tidak langsung ikut berperan dalam peristiwa tersebut. Dampak sosial psikologis berupa trauma pasca perang (Post Traumatic Stress Disorder) serta duka yang mendalam bagi keluarga yang kehilangan suami atau anaknya yang menjadi korban dari peristiwa tersebut. Sementara dampak politik terlihat dari kekosongan kepemimpinan yang berlangsung sementara di Kota Pekalongan.
Co-Authors Abdul Muntholib Agus Wahyudin Agus Yuwono Amin Pujiati Andy Suryadi Anifah, Rifqi Nurul Apiwie, Vebio Wohing Apiwie, Vebio Wohing Arif Yulianto Bain Bain Bakhri, Mohammad Syaiful Chasanah, Anisatul Dewi Liesnoor Setyowati Eko Pujiono Erma Susilowati, Erma Eva Banowati Fadli, Mohamad Fadli, Mohamad Fadly Husain FAJRIN, FITROTUL Fatmawati, Noor Fu?adah, Laily Fu’adah, Laily Ganda Febri Kurniawan Haifani, Ayun Haifani, Ayun Hamdan Tri Atmaja Hanik, Kumila Ibnu Sodiq irawan, gejek slamet Kartikasari, Meilatia Kartikasari, Meilatia Karyono Karyono Limah, Hutri Limah, Hutri Maftukin, Ali Mailina, Laiva Maman Rachman Mayangsari, Cintya Anindita Moh Yasir Alimi Muh Sholeh Muh. Sholeh Nimas Puspitasari, Nimas Noviani Achmad Putri Nufitriani Kartika Dewi Nugraha, Adhi Wahyu Nugraha, Adhi Wahyu Nugroho Trisnu Brata Prabawati, Ratna Juwita Dian Pranichayudha Rohsulina Priyanto, Agustinus Sugeng Purnomo, Suwito Eko Puspitasari, Wendy Putri Agus Wijayati Putri, Sella Ewinda Rahma Hayati Rahman, Andri Ratulangi, Ziva Syah Raudya Setya Wismoko Putri Romadi Romadi Rusdarti - Safitri, Indirawati Safitri, Indirawati Safitri, Noviana Samsudi . SANTOSO SANTOSO Sari, Amalia Devita Septiani, Endah Sinta Selvi Windrianingsih, Sinta Selvi Siregar, Elfrida Herawati Siswati Siswati Slamet Suroso, Slamet SRI WARDANI Sugi Sugi, Sugi Sunarto Sunarto Suwito Eko Pramono Suyahmo Suyahmo Syah, Imam Ma`arif Syaiful Amin Syaiful Bakhri Syifa Fauziah Thriwaty Arsal Tiara Nove Ria Tjaturahono Budi Sanjoto Tri Joko Raharjo Tri Marhaeni Pudji Astuti Tsabit Azinar Ahmad Wasino Wasino Winarsih, Idha Winarsih, Idha Wulandari, Aniza Oktarina Yusuf Falaq, Yusuf