Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

Aktivitas larvasida fraksi aktif daun bakau hitam Rhizophora mucronata Lamk. terhadap larva Nyamuk Aedes aegypti Linn Lamin, Syafrina; Aminasih, Nita; Pasya, Azira Nadia; Nofyan, Erwin; Purwoko, Agus
Jurnal Penelitian Sains Vol 25, No 1 (2023)
Publisher : Faculty of Mathtmatics and Natural Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56064/jps.v25i1.782

Abstract

Rhizophora mucronata merupakan tumbuhan mangrove yang banyak tersebar dipinggir pantai. R. mucronata memiliki metabolit sekunder yang dapat dijadikan sebagai bahan pestisida alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fraksi dari daun R. mucronata yang bersifat larvasida terhadap larva nyamuk Aedes aegypti, mengetahui LC50 dari fraksi aktif daun R. mucronata, mengetahui perbandingan aktivitas fraksi aktif daun R. mucronata dengan abate, dan mengetahui senyawa aktif dari daun R. mucronata yang diamati secara kualitatif terdapat pada fraksi aktif. Metode ekstraksi dengan metode maserasi dan fraksinasi dengan fraksinasi cair-cair, uji aktivitas fraksi dan uji aktivitas larvasida dengan metode eksperimental laboratorium, penentuan golongan senyawa aktif dengan metode kromatografi lapis tipis. Hasil penelitian diperoleh, diketahui bahwa fraksi metanol air dari daun R. mucronata memiliki aktivitas larvasida yang lebih tinggi daripada fraksi n-heksan dan etil asetat. LC50 fraksi metanol air dari daun R. mucronata yang mampu membunuh 50% dari total larva uji yaitu 1621,297 ppm. Fraksi metanol air membutuhkan konsentrasi yang tinggi untuk membunuh larva uji dibandingkan dengan bubuk abate. Fraksi metanol air dari daun R. mucronata mengandung senyawa tanin dan fenol. Kesimpulannya fraksi metanol air dari daun R. mucronata memiliki aktivitas larvasida yang lebih tinggi daripada fraksi n-heksan dan etil asetat, LC50 fraksi metanol air dari daun R. mucronata yang mampu membunuh 50% dari total larva uji yaitu 1621,297 ppm, fraksi metanol air dari daun R. mucronata memiliki pengaruh yang lebih kecil terhadap kematian larva A. aegypti karena pada konsentrasi 3000 ppm membunuh 21 larva uji sedangkan abate memiliki pengaruh yang lebih besar karena pada konsentrasi 1000 ppm dapat membunuh 30 larva uji, dan fraksi metanol air dari daun R. mucronata mengandung senyawa tanin dan fenol.
DNA Barcoding Using the Chloroplast Gene MatK for Genetic Diversity Analysis of Lansium domesticum Corr. Plants Growing in South Sumatra, Indonesia Wardana, Singgih Tri; Hanum, Laila; Nursela, Dewi; Aminasih, Nita; Kasiamdari, Rina Sri
Biosfer: Jurnal Tadris Biologi Vol 16 No 1 (2025): Biosfer: Jurnal Tadris Biologi
Publisher : UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24042/biosfer.v16i1.27296

Abstract

Lansium domesticum Corr. known as duku, langsat, and kokosan is a popular fruit in Indonesia, particularly in South Sumatra. Furthermore, the fruit is cherished in this region because of the nice smell, sweet taste, and high economic value. Until now, South Sumatra local duku is rarely investigated, even though information on the genetic diversity of the germplasm is useful in supporting breeding and conservation programs. Therefore, this study aimed to determine the genetic diversity and phylogenetics of local duku and langsat (Lansium domesticum) based on matK gene DNA barcoding. DNA genome was extracted using Tiangen Plant Genomic DNA Kit DP305, then amplified using GoTaq Green Master Mix (Promega) and primers 3F_KIM-F and 1R_KIM-R. The product was sequenced by 1st Base Singapore and seven amplification results had a DNA size of 900 bp. The results showed that the matK gene is capable of determining Lansium domesticum interspecies. According to the DNA sequence phylogenetic analysis conducted using the maximum likelihood method, all the DNA samples were designated as Lansium domesticum Corr. with a fairly high genetic variation, indicated by DNA sequence differences caused by gene mutations. DNA Barcoding Menggunakan Gen Kloroplas MatK untuk Analisis Keragaman Genetik Tanaman Lansium domesticum Corr. yang Tumbuh di Sumatera Selatan, Indonesia ABSTRAK: Lansium domesticum Corr. yang dikenal dengan sebutan duku, langsat, dan kokosan merupakan buah yang populer di Indonesia, khususnya di Sumatera Selatan. Selain itu, buah ini digemari di daerah ini karena baunya yang harum, rasanya yang manis, dan bernilai ekonomis tinggi. Hingga saat ini, duku lokal Sumatera Selatan jarang diteliti, padahal informasi mengenai keragaman genetik plasma nutfahnya bermanfaat dalam mendukung program pemuliaan dan konservasi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman genetic dan filogenetik duku dan langsat (Lansium domesticum) berdasarkan DNA barcoding gen matK. DNA genom diekstraksi menggunakan Tiangen Plant Genomic DNA Kit DP305, kemudian diamplifikasi menggunakan GoTaq Green Master Mix (Promega) dan primer 3F_KIM-F dan 1R_KIM-R. Produk tersebut disekuensing oleh 1st Base Singapore dan tujuh hasil amplifikasi memiliki ukuran DNA 900 bp. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gen matK mampu mengidentifikasi Lansium domesticum antarspesies. Berdasarkan analisis filogenetik sekuens DNA yang dilakukan dengan metode kemungkinan maksimum, semua sampel DNA ditetapkan sebagai Lansium domesticum Corr. dengan variasi genetik yang cukup tinggi, ditunjukkan oleh perbedaan sekuens DNA yang disebabkan oleh mutasi gen.
Anthocyanin, Antioxidant and Metabolite Content of Butterfly Pea Flower (Clitoria ternatea L.) Based on Flowering Phase Juswardi, Juswardi; Yuliana, Rina; Tanzerina, Nina; Harmida, Harmida; Aminasih, Nita
JURNAL PEMBELAJARAN DAN BIOLOGI NUKLEUS Vol 9, No 2: Jurnal Pembelajaran Dan Biologi Nukleus July 2023
Publisher : Universitas Labuhanbatu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36987/jpbn.v9i2.4064

Abstract

The butterfly flowers (Clitoria ternatea L.) are used as natural dyes and herbal medicines because they contain metabolites, anthocyanins and antioxidants. The content of these metabolites is influenced by the phase of flower development. This study aims to determine the levels of anthocyanins, antioxidants and metabolites of butterfly pea flowers from different flowering phases. The Butterfly flower collection was taken from the village of Mulyaguna, Teluk Gelam, Ogan Komering Ilir, South Sumatra. The extraction was carried out with 70% ethanol solvent, and determination of the amount of anthocyanin content by spectrophotometry, antioxidant content by DPPH method, and metabolite compounds by GC-MS. Data on anthocyanin and antioxidant content were analyzed with averages and standard deviations, and GC-MS chromatograms were traced for compounds with reference to the PubChem, KEGG, ChEBI, PlantCyc, and Spectrabase websites, which then determined the dominant compound group. The results of the study on blooming butterfly pea flowers found that the antioxidant content was 6.58 ppm, higher than that of bud flowers, which were 2.55 ppm, and wither flowers, which were 1.74 ppm. The anthocyanin content of the blooming butterfly pea flower was 40.33 ppm, the withering flower was 4.36 ppm, and the bud flower was 3.60 ppm. The dominant metabolites were identified as fatty acids, organic acids, aromatics and flavanoids, followed by differences in antioxidant and anthocyanin content in the flowering phase of the butterfly pea flower
Pelatihan pembuatan sabun transparan antibakteri dari ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum) di desa Tanjung Baru Harmida, Harmida; Tanzerina, Nina; Lamin, Safrina; Salni, Salni; Aminasih, Nita; Loekitowati Hariani, Poedji
Abdimas Mandalika Vol 3, No 2 (2024): Februari
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/am.v3i2.21246

Abstract

Abstract:  The use of chemicals in soap can have a negative effect on sensitive skin and has the potential to pollute the environment. This community service activity aims to provide education about the importance of maintaining health, especially skin, and giving training in making transparent antibacterial soap with the addition of salam leaves extract (Syzygium polyanthum) in Tanjung Baru village, North Indralaya sub-district, Ogan Ilir. The activity participants were 30 young women and mothers. The activity method is carried out in stages: (i) education about infectious skin diseases and the importance of maintaining healthy skin, (ii) training on how to extract antibacterial compounds from salam leaves by maceration, (iii) training on making transparent soap, and (iv) activity evaluation. The activity results showed that 86.67% of participants did not understand antibacterial transparent soap before the training. After the activity, the percentage of understanding and very understanding increased to 98.67%. The soap products produced are very popular with the public (86.68%) based on aroma, shape, color, comfort, and foam characteristics. Through this activity, it is hoped that public awareness of skin health will increase, and the use of antibacterial transparent soap, proven safe, economical, and easy to make from natural ingredients, will also increase.Abstrak: Penggunaan bahan kimia dalam sabun dapat memberikan efek negatif pada kulit yang sensitif, dan berpotensi mencemari lingkungan. Kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan ini bertujuan memberikan penyuluhan tentang pentingnya menjaga kesehatan terutama kulit, dan memberikan pelatihan pembuatan sabun transparan yang bersifat antibakteri dengan penambahan ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum) di desa Tanjung Baru, kecamatan Indralaya Utara, Ogan Ilir. Peserta kegiatan adalah remaja putri dan ibu-ibu sebanyak 30 orang. Metode kegiatan dilaksanakan dengan tahapan (i) penyuluhan tentang infeksi penyakit kulit dan pentingnya menjaga kesehatan kulit, (ii) pelatihan cara mengekstraksi senyawa antibakteri dari daun salam dengan cara maserasi, (iii) pelatihan pembuatan sabun transparan, dan (iv) evaluasi kegiatan. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa sebelum pelatihan sebanyak 86,67 % peserta kurang memahami tentang sabun transparan yang bersifat anti bakteri. Setelah kegiatan persentase paham dan sangat paham meningkat menjadi 98,67 %. Produk sabun yang dihasilkan sangat disukai masyarakat (86,68 %) berdasarkan karakteristik aroma, bentuk, warna, kenyamanan dan busa. Melalui kegiatan ini, diharapkan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan kulit meningkat, serta penggunaan sabun transparan antibakteri yang terbukti aman, ekonomis, dan mudah dibuat dari bahan alami semakin meningkat pula.
Anatomy and Secretory Structure of Leea indica (Burm.f.) Merr (Memaye) as a Typical Medicinal Plant of the Besemah Tribe for Anti-Infection and Degenerative in Lahat Regency, South Sumatra, Indonesia Tanzerina, Nina; Purba, Febrin Yohana; Aminasih, Nita; Junaidi, Endri; Juswardi, Juswardi
Eduvest - Journal of Universal Studies Vol. 4 No. 10 (2024): Journal Eduvest - Journal of Universal Studies
Publisher : Green Publisher Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59188/eduvest.v4i10.17481

Abstract

Leea indica (Burm.f.) Merr, commonly known as Memaye, is a shrub utilized by the Besemah tribe in Lahat Regency, South Sumatra, for treating infectious diseases such as hepatitis and warts, as well as degenerative diseases like liver disorders. This plant's medicinal properties are primarily derived from its roots and fruits, which contain secondary metabolites like alkaloids, flavonoids, and terpenoids. Anatomical studies are crucial to identify specific structures within the plant that may store these metabolite compounds. This research aims to analyze the anatomical structure and distribution of secretory structures in the vegetative organs (leaves, stems, and roots) of Leea indica. Using a descriptive method, the study employed Paraffin and Whole mount techniques to prepare samples for microscopic observation. Results revealed the presence of epidermal tissue, basic tissue, and vascular tissue. Additionally, internal secretory structures, including cavities and two types of idioblast cells, were found to function as storage sites for secondary metabolites. These secretory structures were distributed throughout the leaves, stems, and roots of the plant.
Ethnobotany of Medicinal Plants for Infectious Diseases in the Besemah Tribe, Lahat Regency, South Sumatra Province, Indonesia Tanzerina, Nina; Safitri, Desti; Harmida, Harmida; Aminasih, Nita; Juswardi , Juswardi
Asian Journal of Social and Humanities Vol. 2 No. 1 (2023): Asian Journal of Social and Humanities
Publisher : Pelopor Publikasi Akademika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59888/ajosh.v2i1.163

Abstract

Knowledge about medicinal plants in the Besemah tribe community in Jarai District and Sukamerindu District, Lahat Regency, South Sumatra Province, has long been known and used for generations and stored as local wisdom of the community. The use of medicinal plants as one of the community's solutions to cure infectious diseases, with natural medicinal materials the side effects caused are relatively less. This study aims to inventory and identify the types of medicinal plants and types of medicinal plants typical of the Besemah tribe, how to process, how to use, and how to use specifically to treat infectious diseases in the Besemah tribe in Jarai District and Sukamerindu District, Lahat Regency, South Sumatra Province. This research will be conducted from January to March 2023. The study was conducted using quantitative descriptive methods by conducting interviews with 9 traditional medicine (battra) as sources of information. The results showed that plants used as medicine by the Besemah tribe community as many as 94 species of plants from 47 families to treat 29 infectious diseases. There are seven species of typical plants of the Besemah tribe, namely Tetap kadam (Hadgsonia macrocarpa (Blume) Cogn.), Tetungau (Debregeasia longifolia (Burm.f) Wedd), Memban burung (Donax canniformis (G.Forst) K.Schum), Temperingat (Rubus moluccanus L.), Tapal selembar (Monophyllaea horsfieldii R.Brown), Sedingin hutan (Fissistigma fulgens (Hook.f & Thomson) Merr.), Memaye (Leea indica (Burm.f.) Merr), and the typical way of processing is that the stem is cut, the water is collected and drunk directly. The most widely used plant part is the 38% leaf part. The most processing method is used by boiling 46% and the most use method by drinking 53%.
Keragaman Lichen pada Batang Palem Ekor Tupai (Wodyetia bifurcata L.) Berdasarkan Tingkat Kepadatan Lalu Lintas yang Berbeda Turahmi, Mitra; Harmida, H; Aminasih, Nita
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) 2022: Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Lichen merupakan simbiosis antara fungi dan alga yang membentuk individu yang unik sehingga dari segi morfologi dan fisiologi merupakan suatu kesatuan. Keragaman lichen yang tumbuh di pohon dipengaruhi oleh keadaan lingkungan misalnya tingkat pencemaran udara yang dihasilkan oleh gas buangan kendaraan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifkasi jenisjenis lichen secara morfologi yang ditemukan di batang Wodyetia bifurcata serta mengetahui perbedaan jenis lichen yang ditemukan di masing-masing tingkat kepadatan lalu lintas dan jenis lichen yang dapat dijadikan sebagai bioindikator pencemaran udara. Penelitian ini dilaksanakan bulan Desember 2021- Februari 2022, Bertempat di Jl. Parameswara Palembang dan Kawasan Universitas Sriwijaya Indralaya. Identifikasi bertempat di Laboratorium Fisiologi dan Perkembangan Jurusan Biologi. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode jelajah dan untuk hasil dianalisis menggunakan deskriptif kualitatif. Dari penelitian yang dilakukan didapatkan 21 jenis lichen yang hidup di batang palem ekor tupai dan didapatkan 2 tipe talus yakni tipe talus crustose dan foliose dengan organ reproduksi seksual berupa apothecia, perithecia dan pycnidia, dan aseksual berupa soredia dan isidia. Kepadatan lalu lintas berpengaruh kepada warna dan keragaman lichen, semakin tinggi tingkat kepadatan lalu lintas maka warna lichen semakin pudar atau kusam. Pada kawasan kepadatan lalu lintas tinggi didapatkan 2 jenis lichen, kepadatan lalu lintas sedang didapatkan 16 jenis, dan kepadatan lalu lintas rendah didapatkan 18 jenis. Dari hasil didapatkan ada 5 jenis lichen yang dapat dijadikan sebagai bioindikator pencemaran udara antara lain Buellia stellulata, Glyphis cicatricosa, Glyphis scyphulifera, Pyrenula platysoma, Sarcographa tricosa.