Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

Pemanfaatan tumbuhan obat Zingiberaceae pada suku Rawas di Desa Jajaran Baru I Kecamatan Megang Sakti Kabupaten Musi Rawas Fitria Noor Rahmawati; Harmida Harmida; Nita Aminasih
Sriwijaya Bioscientia Vol 2 No 1 (2021)
Publisher : Biology Department, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Sriwijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (288.05 KB) | DOI: 10.24233/sribios.2.1.2021.212

Abstract

Masyarakat suku Rawas yang bermukim di Desa Jajaran Baru I, Kecamatan Megang Sakti Kabupaten MusiRawas, telah menggunakan berbagai jenis Zingiberaceae sebagai bahan obat tradisional. Namun dalam hal ini data tersebut belum terdokumentasi dengan baik dan jelas, untuk perlu diketahui jenis apa sajakah dari Zingiberaceae tersebut yang digunakan untuk pengobatan oleh masyarakat suku Rawas tersebut. .Untuk itu telah dilakukan penelitian pada bulan November 2019 sampai Februari 2020, dengan tujuan untuk mengetahui jenis tumbuhan Zingiberaceae yang berkhasiat obat dan bagaimana cara pemanfaatannya pada suku Rawas. Metoda yang digunakan adalah survey deskriptif,dengan melakukan tehnik observasi dan tanyajawab kepada batra (dukun). Pada penelitian ini didapatkan 9 jenis tumbuhan Zingiberaceae, yaitu : Spesies tumbuhan obat Zingiberaceae:urcuma xanthorrhiza Roxb., Kaempferia galanga L., Curcuma domestica Val., Alpinia galangal L. , Zingiber offchinale Rosc., C. zedoaria (Berg.) Roscoe, Curcuma aeruginosa Roxb., Zingiber zerumbet (L.) Smith., Zingiber purpureum Roxb. Tumbuhan obat ini digunakan untuk menyembuhkan batuk, demam meriang, jamu setelah melahirkan, masuk angin, menghilangkan bau amis pada ASI , penambah nafsu makan, sakit kepala dan sakit gigi, keseleo, dan kolesterol. Penggunaan tumbuhan ini biasanya bisa secara tunggal, atau dicampur dengan jenis jahe-jehean lain dan dapat juga dengan bahan tambahan lain, seperti beras, gula merah dan kapur sirih.
Orchid (Orchidaceae) Inventory in Isau-Isau Wildlife Conservation Resort Area IX Lawang Agung Village, South Sumatra Felia Melinda. H; Harmida Harmida; Nita Aminasih
Jurnal Biodjati Vol 7, No 2 (2022): November
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/biodjati.v7i2.19271

Abstract

Orchidaceae is one of the plant families which occupies 7-10% of the total flowering plants in the world. Of the 25,000 species of orchids in the world, 6,000 species are found in various forests in Indonesia, including Sumatra. South Sumatra save high diversity of orchid and one of them is in Isau-Isau Wildlife Conservation. This area has various types of plants, including orchids. Diversity orchids in the area have not gotten any attention, so the data regarding orchids in the Isau-Isau Wildlife Conservation, especially in Resort Conservation Area IX Lawang Agung Village, Mulak Ulu District, Lahat Regency, South Sumatra still limited and not well documented, so that need further research to know types of orchids in the area. The research found 22 species, consisting of 21 epiphyte orchids and 1 terrestrial orchid. Many orchids were found in the secondary forest of 16 species. An endemic orchid of South Sumatra was found in this research, it is Vanda foetida. Host plants found were 11 plants, 7 can identify and 4 not can be identified.
Keragaman Lichen pada Batang Palem Ekor Tupai (Wodyetia bifurcata L.) Berdasarkan Tingkat Kepadatan Lalu Lintas yang Berbeda Mitra Turahmi; H Harmida; Nita Aminasih
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) 2022: Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Lichen merupakan simbiosis antara fungi dan alga yang membentuk individu yang unik sehingga dari segi morfologi dan fisiologi merupakan suatu kesatuan. Keragaman lichen yang tumbuh di pohon dipengaruhi oleh keadaan lingkungan misalnya tingkat pencemaran udara yang dihasilkan oleh gas buangan kendaraan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifkasi jenisjenis lichen secara morfologi yang ditemukan di batang Wodyetia bifurcata serta mengetahui perbedaan jenis lichen yang ditemukan di masing-masing tingkat kepadatan lalu lintas dan jenis lichen yang dapat dijadikan sebagai bioindikator pencemaran udara. Penelitian ini dilaksanakan bulan Desember 2021- Februari 2022, Bertempat di Jl. Parameswara Palembang dan Kawasan Universitas Sriwijaya Indralaya. Identifikasi bertempat di Laboratorium Fisiologi dan Perkembangan Jurusan Biologi. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode jelajah dan untuk hasil dianalisis menggunakan deskriptif kualitatif. Dari penelitian yang dilakukan didapatkan 21 jenis lichen yang hidup di batang palem ekor tupai dan didapatkan 2 tipe talus yakni tipe talus crustose dan foliose dengan organ reproduksi seksual berupa apothecia, perithecia dan pycnidia, dan aseksual berupa soredia dan isidia. Kepadatan lalu lintas berpengaruh kepada warna dan keragaman lichen, semakin tinggi tingkat kepadatan lalu lintas maka warna lichen semakin pudar atau kusam. Pada kawasan kepadatan lalu lintas tinggi didapatkan 2 jenis lichen, kepadatan lalu lintas sedang didapatkan 16 jenis, dan kepadatan lalu lintas rendah didapatkan 18 jenis. Dari hasil didapatkan ada 5 jenis lichen yang dapat dijadikan sebagai bioindikator pencemaran udara antara lain Buellia stellulata, Glyphis cicatricosa, Glyphis scyphulifera, Pyrenula platysoma, Sarcographa tricosa.
Etnobotani tumbuhan obat Suku Ogan di Desa Beringin Dalam Kecamatan Rambang Kuang Kabupaten Ogan Ilir Ayu Sarina; Harmida Harmida; Nita Aminasih
Sriwijaya Bioscientia Vol 3 No 3 (2022)
Publisher : Biology Department, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Sriwijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24233/sribios.3.3.2022.347

Abstract

Penggunaan  tumbuhan berkhasiat obat telah dikenal sejak lama oleh Suku Ogan di Desa Beringin Dalam kabupaten Ogan Ilir, sudah diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi, tetapi dengan berkembangnya zaman, penggunaan tumbuhan obat oleh Suku Ogan sudah mulai berkurang, sehingga penting untuk menggali kembali pengetahuan mengenai tumbuhan berkhasiat obat untuk mempertahankan warisan nenek moyang Suku Ogan. Penelitian ini bertujuan  mengidentifikasi jenis tumbuhan obat, bagaimana cara pengolahan  dan cara penggunaannya oleh Suku Ogan di Desa Beringin Dalam., yang  Penelitian dilakukan Februari - Mei 2021, bertempat di Desa Beringin Dalam Kecamatan Rambang Kuang Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan. Metoda yang digunakan adalah  wawancara secara langsung pada sumber informan yaitu dukun dan pemangku adat Suku Ogan di Desa Beringin Dalam. Hasil penelitian menunjukkan masyarakat suku Ogan menggunakan 65 jenis dari 35 famili sebagai bahan oba, yang didominasi oleh kelompok Euphorbiaceae yaitu 6 spesies. Habitus tumbuhan didominasi pohon sebanyak  23 jenis tumbuhan. Bagian tumbuhan yang banyak digunakan ialah daun yaitu  22 spesies. Sumber perolehan tumbuhan obat banyak diperoleh dari budidaya yaitu sebanyak 38 spesies. Cara pengolahan dan penggunaan tumbuhan obat banyak dilakukan dengan cara direbus dan diminum yaitu sebanyak 36 spesies dan 39 spesies.
Pengolahan Bunga Telang (Clitoria Ternatea) Sebagai Minuman Kaya Antioksidan Dan Pewarna Alami Makanan Hary Widjajanti; Nita Aminasih; Muharni Muharni; Arwinsyah Arwinsyah
Jurnal Altifani Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 3 No. 3 (2023): Mei 2023 - Jurnal Altifani Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Publisher : Indonesian Scientific Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59395/altifani.v3i3.399

Abstract

Bunga telang (Clitoria ternatea) semakin populer di Indonesia sebagai bunga yang memberikan banyak manfaat kesehatan. Pemanfaatan tanaman bunga telang (Clitoria ternatea) sangat berguna untuk peningkatan kesehatan manusia karena bunga telang memiliki beberapa potensi farmakologis sebagai antioksidan, anti mikroba, anti depresan, antelmintik, anti kanker dan anti diabetes. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan di Desa Pulau Semambu Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan meliputi demonstrasi, pelatihan, pendampingan dan evaluasi. Demonstrasi dan pelatihan pembuatan teh celup bunga telang dan penggunaan bunga telang sebagai pewarna alami berbagai makanan telah dilaksanakan dan dapat diterima dengan baik oleh khalayak sasaran yang terdiri atas ibu-ibu remaja putri. Kegiatan evaluasi dirancang dengan mewajibkan khalayak sasaran yang mewakili 6 (enam) dusun yang ada untuk membuat teh celup bunga telang dan menggunakan bunga telang sebagai pewarna alami makanan yang kemudian akan dinilai dan diberi penghargaan sesuai dengan hasil yang dibuat. Kegiatan penyuluhan Pengolahan bunga telang (Clitoria ternatea) sebagai minuman kaya antioksidan dan pewarna alami makanan telah memberikan pengetahuan dan ketrampilan baru bagi masyarakat  Desa Pulau Semambu yang diharapkan dapat memberikan alternatif usaha untuk meningkatkan pendapatan keluarga.  Masyarakat Desa Pulau Semambu kecamatan Indralaya Utara memberikan respon positif  dan partisipasi aktif dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat.
Anthocyanin, Antioxidant and Metabolite Content of Butterfly Pea Flower (Clitoria ternatea L.) Based on Flowering Phase Juswardi Juswardi; Rina Yuliana; Nina Tanzerina; Harmida Harmida; Nita Aminasih
JURNAL PEMBELAJARAN DAN BIOLOGI NUKLEUS Vol 9, No 2 (2023): Jurnal Pembelajaran Dan Biologi Nukleus July 2023
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Labuhanbatu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36987/jpbn.v9i2.4064

Abstract

The butterfly flowers (Clitoria ternatea L.) are used as natural dyes and herbal medicines because they contain metabolites, anthocyanins and antioxidants. The content of these metabolites is influenced by the phase of flower development. This study aims to determine the levels of anthocyanins, antioxidants and metabolites of butterfly pea flowers from different flowering phases. The Butterfly flower collection was taken from the village of Mulyaguna, Teluk Gelam, Ogan Komering Ilir, South Sumatra. The extraction was carried out with 70% ethanol solvent, and determination of the amount of anthocyanin content by spectrophotometry, antioxidant content by DPPH method, and metabolite compounds by GC-MS. Data on anthocyanin and antioxidant content were analyzed with averages and standard deviations, and GC-MS chromatograms were traced for compounds with reference to the PubChem, KEGG, ChEBI, PlantCyc, and Spectrabase websites, which then determined the dominant compound group. The results of the study on blooming butterfly pea flowers found that the antioxidant content was 6.58 ppm, higher than that of bud flowers, which were 2.55 ppm, and wither flowers, which were 1.74 ppm. The anthocyanin content of the blooming butterfly pea flower was 40.33 ppm, the withering flower was 4.36 ppm, and the bud flower was 3.60 ppm. The dominant metabolites were identified as fatty acids, organic acids, aromatics and flavanoids, followed by differences in antioxidant and anthocyanin content in the flowering phase of the butterfly pea flower
Ethnobotany of Medicinal Plants for Infectious Diseases in the Besemah Tribe, Lahat Regency, South Sumatra Province, Indonesia Nina Tanzerina; Desti Safitri; Harmida Harmida; Nita Aminasih; Juswardi Juswardi
Asian Journal of Social and Humanities Vol. 2 No. 1 (2023): Asian Journal of Social and Humanities
Publisher : Pelopor Publikasi Akademika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59888/ajosh.v2i1.163

Abstract

Knowledge about medicinal plants in the Besemah tribe community in Jarai District and Sukamerindu District, Lahat Regency, South Sumatra Province, has long been known and used for generations and stored as local wisdom of the community. The use of medicinal plants as one of the community's solutions to cure infectious diseases, with natural medicinal materials the side effects caused are relatively less. This study aims to inventory and identify the types of medicinal plants and types of medicinal plants typical of the Besemah tribe, how to process, how to use, and how to use specifically to treat infectious diseases in the Besemah tribe in Jarai District and Sukamerindu District, Lahat Regency, South Sumatra Province. This research will be conducted from January to March 2023. The study was conducted using quantitative descriptive methods by conducting interviews with 9 traditional medicine (battra) as sources of information. The results showed that plants used as medicine by the Besemah tribe community as many as 94 species of plants from 47 families to treat 29 infectious diseases. There are seven species of typical plants of the Besemah tribe, namely Tetap kadam (Hadgsonia macrocarpa (Blume) Cogn.), Tetungau (Debregeasia longifolia (Burm.f) Wedd), Memban burung (Donax canniformis (G.Forst) K.Schum), Temperingat (Rubus moluccanus L.), Tapal selembar (Monophyllaea horsfieldii R.Brown), Sedingin hutan (Fissistigma fulgens (Hook.f & Thomson) Merr.), Memaye (Leea indica (Burm.f.) Merr), and the typical way of processing is that the stem is cut, the water is collected and drunk directly. The most widely used plant part is the 38% leaf part. The most processing method is used by boiling 46% and the most use method by drinking 53%.
Peran masyarakat lokal terhadap konservasi tumbuhan obat di Desa Sidomulyo, Kecamatan Air Kumbang, Banyuasin Sumatera Selatan Indriani, Dwi Puspa; Rohmah, Intan Aisyah Nor; Aminasih, Nita; Tanzerina, Nina; Juswardi, Juswardi; Setiawan, Doni; Patriono, Enggar
Sriwijaya Bioscientia Vol 4 No 2 (2023)
Publisher : Biology Department, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Sriwijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24233/sribios.4.2.2023.419

Abstract

Pengetahuan dan keberlanjutan jenis tumbuhan obat di Indonesia berpotensi punah dengan adanya kehidupan serta adanya peningkatan degradasi lingkungan. Tradisi bercocok tanam di pekarangan rumah pada masyarakat pedesaan memiliki peran penting sebagai alat konservasi bagi keberlanjutan jenis tumbuhan obat dan mewariskan pengetahuan tradisional pada generasi mendatang. Penelitian bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran masyarakat lokal terhadap pelestarian tumbuhan obat tradisional berdasarkan (1) pengetahuan spesies tumbuhan obat dan (2) pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2021 di desa Sidomulyo Kecamatan Air Kumbang Banyuasin, Sumatera Selatan yang meliputi 4 dusun. Data diperoleh dengan metode observasi langsung dan wawancara berdasarkan kuisioner terstruktur (open-ended) pada 50 responden (20% dari total rumah). Hasil penelitian menunjukan terdapat 31 famili dan 51 spesies tumbuhan obat didominasi Zingereaceae (18%), berhabitus herba (39%) yang telah dibudidayakan dan dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional untuk penyakit luar dan penyakit dalam. Etnis Jawa yang mendominasi (94%) selain etnis Melayu. Tingkat pengetahuan tentang tumbuhan obat dan pemanfaatannya lebih tinggi dimiliki oleh Wanita (88%) dan yang telah Menikah (74%). Keterkaitan erat masyarakat lokal terhadap tumbuhan obat diindikasikan dari jumlah seluruh anggota keluarga (66%) yang menggunakan, sumber pengetahuan yang diperoleh dari orangtua (90%), durasi waktu yang lama (11-20 tahun) dalam penggunaan tumbuhan hidup selama masa hidupnya (40%). Keterkaitan erat tersebut memperlihatkan bahwa masyarakat lokal memiliki peran penting terhadap konservasi tumbuhan obat.
Inovasi Makanan Berbasis Labu Kuning Untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Petani Di Desa Pulau Semambu Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir Aminasih, Nita; Widjajanti, Haryati Ahda; Nurnawati, Elisa; Harmida, Harmida; Sarno, Sarno
Jurnal Altifani Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 4 No. 1 (2024): Januari 2024 - Jurnal Altifani Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Publisher : Indonesian Scientific Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59395/altifani.v4i1.502

Abstract

Desa Pulau Semambu adalah sebuah desa di Kecamatan Indralaya Utara, Kabupaten Ogan Ilir yang memiliki mayoritas masyarakatnya berprofesi sebagai petani. Salah satu komoditi pertanian yang banyak dibudidayakan adalah labu kuning. Namun sayangnya pemanfaatan dari labu kuning masih belum dilakukan secara optimal karena hanya dijual dalam bentuk segar atau diolah menjadi makanan yang terbatas jenisnya. Pelatihan dilakukan dengan cara melakukan paparan atau presentasi secara langsung serta mendemonstrasikan cara pengolahan labu kuning menjadi makanan yang lezat dan menarik kepada target sasaran berupa ibu-ibu dan remaja putri. Pelatihan ini diharapkan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat petani melalui inovasi pembuatan makanan berbasis labu kuning.
Anatomy and Secretory Structure of Leea indica (Burm.f.) Merr (Memaye) as a Typical Medicinal Plant of the Besemah Tribe for Anti-Infection and Degenerative in Lahat Regency, South Sumatra, Indonesia Nina Tanzerina; Febrin Yohana Purba; Nita Aminasih; Endri Junaidi; Juswardi Juswardi
Eduvest - Journal of Universal Studies Vol. 4 No. 10 (2024): Journal Eduvest - Journal of Universal Studies
Publisher : Green Publisher Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59188/eduvest.v4i10.17481

Abstract

Leea indica (Burm.f.) Merr, commonly known as Memaye, is a shrub utilized by the Besemah tribe in Lahat Regency, South Sumatra, for treating infectious diseases such as hepatitis and warts, as well as degenerative diseases like liver disorders. This plant's medicinal properties are primarily derived from its roots and fruits, which contain secondary metabolites like alkaloids, flavonoids, and terpenoids. Anatomical studies are crucial to identify specific structures within the plant that may store these metabolite compounds. This research aims to analyze the anatomical structure and distribution of secretory structures in the vegetative organs (leaves, stems, and roots) of Leea indica. Using a descriptive method, the study employed Paraffin and Whole mount techniques to prepare samples for microscopic observation. Results revealed the presence of epidermal tissue, basic tissue, and vascular tissue. Additionally, internal secretory structures, including cavities and two types of idioblast cells, were found to function as storage sites for secondary metabolites. These secretory structures were distributed throughout the leaves, stems, and roots of the plant.