Claim Missing Document
Check
Articles

ESTETIKA TRADISONAL RAGAM HIAS ISTANA RAJA GUNUNG SAHILAN RIAU Jenni Masrita; Ediwar Ediwar; Harrisman Harrisman
Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 3, No 2 (2016): Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (143.929 KB) | DOI: 10.26887/bcdk.v3i2.548

Abstract

ABSTRACT This research discusses the traditional aesthetics of King Gunung Sahilan’s palace decorations in Riau. Initially, Gunung Sahilan Palace was the governmental center of Kingdom Gunung Sahilan. However nowadays, palace and its decorations become the cultural artifacts of Gunung Sahilan people. Therefore, the existence of palace and its decorations is still maintained until today. This research used the theories of sociology, aesthetics, semiotics and acculturation; and qualitative research method with its descriptive-interpretative characteristic. Palace shape and its description were described, interpreted and analyzed by observing them directly. The aesthetics of palace decorations can be seen from their shapes inspired from nature or surrounding environment. These decorations are applied on the palace roof and wall, and above the palace door and window. They contain philosophical and meaningful elements for the life of Gunung Sahilan people formed from the existed cultures. Keywords: Palace, Aesthetics, Decorations, Acculturation
PENGARUH TEKNOLOGI DALAM PENCIPTAAN KOMPOSISI MUSIK “NOMOPHOBIA” Hamzaini Hamzaini; Ediwar Ediwar; Elizar Elizar
Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 4, No 2 (2017): Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (78.395 KB) | DOI: 10.26887/bcdk.v4i2.567

Abstract

ABSTRACT Music composition “Nomophobia” is a music inspired by a psychological aberra-tion influenced by someone’s dependency toward gadget or smart-phone in tech-nological development.            Nowadays, wherever and whenever the situation is, it will be found many people that are engrossed with their own gadgets. Playing with hand-phone seems to be more fun than having a discussion with other people. As if hand-phone has become the style or the taste that attracts all their awareness. This nomophobia phenomenon is one of the bad impacts given by technological advancement.            The magnitude of the lifestyle influence requires people to follow globalization and consume new things related to the advancement and development of today technology, particularly in modern society, there are no more boundaries in socializing, communicating, and so on. Therefore, it emerges a change of behavioral pattern from social behavior to asocial behavior because of that impact. This phenomenon also results on the narrowness of space and time. The differences between real things and illusions have become very thin. As if they live in the real imaginary space. Keywords: Nomophobia, Composition, Social, Asocial, Gadget, Technology
KESENIAN GAMBANG SEBAGAI IDENTITAS ETNIS TIONGHOA DI KAMPUNG PONDOK KOTA PADANG Rizdki Rizdki; Nursyirwan Nursyirwan; Ediwar Ediwar
Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 2, No 1 (2014): Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (243.344 KB) | DOI: 10.26887/bcdk.v2i1.37

Abstract

ABSTRAKKesenian Gambang merupakan salah satu bentuk kesenian yang bukan lahir dari tradisi masyarakat Minangkabau. Kesenian Gambang hadir karena terjadinya perpaduan dengan berbagai kebudayaan dari luar tradisi Minangkabau yaitu pengaruh kebudayaan Tiongkok. Kesenian Gambang pada awalnya adalah kesenian penghibur oleh sebagian masyarakat keturunan Cina atau disebut etnis Tionghoa yang ada di Kota Padang. Dalam tulisan ini dibahas tentang budaya apa saja yang mempengaruhi kesenian Gambang tersebut serta simbol dan bentuk komunikasi seperti apa yang teramati dalam kesenian tersebut. Pertunjukan kesenian Gambang juga dijadikan sebagai media interaksi sosial bagi masyarakat Kampung Pondok. Interaksi sosial dalam bentuk kerjasama, persaingan, pertikaian, dan akomodasi. Kajian kesenian Gambang Sebagai media interaksi simbolis dan non simbolis juga terdapat didalam pertunjukannya. Kesenian Gambang juga dijadikan sebagai media komunikasi intrapersonal bagi masyarakat Kampung Pondok untuk proses berfikir melahirkan ide-ide dalam berkreativitas, lain halnya dengan komunikasi interpersonal yang merupakan komunikasi antara individu dengan individu, dan komunikasi antar kelompok, serta sebagai media komunikasi antarbudaya. Selanjutnya untuk menyatakan bagaimana bentuk dan analisis musik dari kesenian Gambang di Kampung Pondok penulis menggunakan berbagai metode dalam mengungkap, menganalisa data sesuai dengan prosedur dan dengan teknik pengolahan. Metode kualitatif dan kuantitatif yang dipakai dalam penelitian ini serta transriptif analisis musik yang dibantu dengan wawancara dari berbagai pihak yang berkompeten dalam kelompok kesenian Gambang diharapkan mampu menjelaskan bagaimana bentuk dan fungsi pertunjukan Gambang sebagai media interaksi secara detail. dengan memakai disiplin kajian etnomusikologi sebagai teori utama, juga memakai pendekatan antropologi dan sosiologi sebagai teori pendukung. Adapun teori yang dipakai adalah teori fungsi, difusi, akulturasi dan analisis musik. Setelah melakukan penelitian maka dapat dijelaskan hasil temuan dari tesis ini. Pertama terjadinya interaksi dalam pertunjukan kesenian Gambang itu sendiri, mulai dari bentuk dan fungsi sebagai komunikasi dalam pertunjukan kesenian Gambang, sampai kepada analisis style dari musiknya. Kata kunci : Pertunjukan, Kesenian Gambang, Interaksi, Komunikasi.ABSTRACT Gambang art is one art form that is not born of a tradition of Minangkabau society. Gambang arts present for the blend with a variety of cultures outside the Minangkabau tradition, namely China. Art is art Gambang at first entertainer by most people of Chinese descent or called ethnic Chinese in the city of Padang. In accordance with the thesis title Gambang Performance Art As A Media Interaction In Chinese Ethnic Village Cottage In Tokyo City Chinatown, in this thesis discussed about the culture that influence the arts and the Gambang symbols and forms of communication such as what was observed in the arts. Performing Arts Gambang also be used as a medium of social interaction for the community of Kampung Pondok. Social interaction in the form of cooperation, competition, conflict, and accommodation. As a media arts studies Gambang symbolic and non-symbolic interaction is also contained in the show. Art Gambang also be used as a medium of interpersonal communication for the public to lodge village thought processes spawned ideas in creativity, another case with interpersonal communication is communication between the individual and the individual, and group communication, as well as intercultural communication medium. Furthermore, to state how the shape and analysis of art Gambang music in Kampung Pondok author uses a variety of methods in uncovering, analyzing the data in accordance with the procedures and processing techniques. Qualitative and quantitative methods of analysis used and transriptif music assisted with interviews from various parties who are competent in the Gambang Art is expected to explain how the form and function as a medium of interaction Gambang performances in detail. using the discipline of ethnomusicology as the study of the major theories, the approach also uses anthropology and sociology as the supporting theory. The theory used is the theory of functions, diffusion, acculturation and musical analysis. After doing research, it can be explained the findings of this thesis. The first occurrence of interactions in art performances Gambang itself, ranging from shape and function as communication in art performances Gambang to the analysis of the style of music. Key words: Performance, Art Gambang, Interaction, Communication.
MODIFIKASI TARI RENTAK GUMANTAN DARI RITUAL KE SENI PERTUNJUKAN PADA MASYARAKAT PISANG BEREBUS KECAMATAN GUNUNG TOAR KABUPATEN KUANTAN SINGINGI Iit Muharti Iit; Ediwar Ediwar Ediwar
Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 1, No 1 (2013): Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/bcdk.v1i1.21

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini membahas tentang tari Rentak Gumantan sebagai modifikasi dari ritual gumantan pada masyarakat Pisang Berebus Kecamatan Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau. Penelitian ini mengangkat fenomena yang ada di dalam ritual gumantan tersebut ke dalam sebuah tarian yang dinamai dengan tari Rentak Gumantan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif analisis. Ucapan, tulisan dan prilaku yang dapat diamati dari orang atau subjek itu sendiri dideskripsikan dan dianalisis dengan cara menyaksikan secara langsung pertunjukan tari Rentak Gumantan tersebut. Ritual Gumantan ini pada awalnya selalu dipercayai oleh masyarakatnya sebagai sarana pengobatan yang berhubungan dengan makhluk ghaib. Namun seiring dengan pergeseran waktu ritual gumantan ini dimodifikasi menjadi seni pertunjukan yaitu tari Rentak Gumantan yang tidak terikat dengan sifatnya yang ritual. Kini tari tersebut sudah digunakan dalam berbagai acara dengan memasukkan unsur-unsur estetika, seperti gerak, musik, pola lantai, properti dan kostum, sehingga menjadi karya yang mempunyai nilai-nilai estetika dibandingkan dengan yang sebelumnya.  Kata kunci : Ritual Gumantan, Tari Rentak Gumantan, Estetika    ABSTRAK             This experimente about Rentak Gumantan dance for modification from ritual gumantan for society Pisang Berebus subdistrict Gunung Toar regency Kuantan Singingi Riau Provice. This experimence about fenomenal in ritual gumantan from a dance with nama Rentak Gumantan dance. This experimence use the kualitatif metode bi in readiness deskription analysis, express, written and behaviour can quietly from person or perform live Rentak Gumantan dance. At first time this ritual gumantan always believe for society as clearance sale with abuse. However a long time, this ritual gumantan in modification increase to performance art that is Rentak Gumantan dance not bound with ritual characteristic. Now this dance already use in program aesthetics elemen, like a movement, music, composition, thing and costum, finally outward a work have aesthetics value as before as.Keywords: Ritual Gumantan, Rentak Gumantan Dance, Aesthetics
TRADISI RAPEK KARAMBIE DI PANINJAUAN DALAM KOMPOSISI MUSIK KARAWITAN Martis Martis; Ediwar Ediwar; Elizar Elizar
Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 2, No 1 (2014): Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (77.367 KB) | DOI: 10.26887/bcdk.v2i1.43

Abstract

ABSTRAK Paninjauan adalah sebuah Nagari yang terletak di Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar, Propinsi Sumatra Barat. Sebagian besar penduduknya adalah petani, kemudian PNS dan pedagang. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari diatur dengan Adat atau aturan-aturan yang berlaku di Nagari Paninjaun. Adat atau aturan-aturan tersebut sudah menjadi tradisi dan budaya bagi Masyarakat Paninjauan. Hal ini terlihat pada sehari-harinya dalam pelaksanaan, bercocok tanam, bergontong-royong, dalam pelaksanaan ibadah, dalam pelaksanaan adat, seperti; budaya pelaksanaan sunatan, perkawinan, cara berpakaian dan sebagainya.  Termasuk tradisi mencari atau memilih minantu/sumando, yaitu mencarikan jodoh seorang anak gadis yang akan dikawinkan di Nagari Paninjauan. Prosesi ini tidaklah mudah, karena orang yang akan di jadikan minantu/sumando tersebut betul-betul diteliti dan disepakati oleh pihak keluarga terdekat dari si gadis, kemudian  kaum adat yaitu sebagai mamak, dan kaum ayah sebagai pihak urang sumando terdekat juga urang sumando sekaum. Mencari minantu/sumando di Paninjauan diibaratkan memproses untuk mencari inti pati dalam sebuah karambie (kelapa). Keputusan dalam mufakat karambie diambil secara bersama dan diputuskan oleh pengulu dengan menanamkan prinsip kehati-hatian.  Kata Kunci: Setuju, Sepakat dan Kehati-hatian        ABSTRACT Paninjauan is a Nagari located in District X Koto , Tanah Datar , West Sumatra Province . Most of the population are farmers , then civil servants and merchants . In living everyday life governed by Indigenous or rules applicable in Nagari Paninjaun . Indigenous or the rules has become a tradition and culture for Paninjauan Society . This can be seen on a daily basis in the implementation , farming , bergontong mutual , in the implementation of worship , in a custom implementation , such as ; cultural implementation of circumcision , marriage , how to dress and so on .               Including traditional search or choose minantu / sumando , namely to find a mate a girl who will be married in Nagari Paninjauan . The procession is not easy , because the people who will be made minantu / sumando is really scrutinized and approved by the immediate family of the girl , then the custom is as mamak , and the father as the nearest sumando urang also urang sumando sekaum . Looking minantu / sumando in Paninjauan likened to find a core process of starch in a karambie ( coconut ) . Decisions taken in consensus karambie together and decided by pengulu to embed the principles of prudence . Keywords : Agree, Agree, and Precautionary 
BENTUK AKULTURASI ESTETIKA ISLAMI DAN MUSIK POPULER DALAM PERTUNJUKAN SALAWAIK DULANG GROUP ARJUNA MINANG Robby Suhendra; Ediwar Ediwar; Andar Indra Sastra
Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 3, No 2 (2016): Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (114.566 KB) | DOI: 10.26887/bcdk.v3i2.550

Abstract

ABSTRACT This writing aims at revealing the acculturation of Islamic aesthetics and popular music in salawaik dulang performance. Salawaik (salawat) literally means praise or adulation toward Prophet Muhammad SAW; dulang is a bronze vessel commonly used as means of serving drinks or as big plate in the ceremony of makan bajamba. Salawaik dulang is religious song that uses dulang as rhythm arranger and also functions as music instrument in salawaik dulang performance. Problem discussed in this writing is religious values packed together with popular music in salawaik dulang performance. Keywords: acculturation, Islamic aesthetics, popular music, salawaik dulang 
PETATAH-PETITIH MINANGKABAU DALAM PENCIPTAAN KOMPOSISI MUSIK "BATAMPEK" Jhori Andela; Ediwar Ediwar; Elizar Elizar
Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 2, No 2 (2014): Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (54.392 KB) | DOI: 10.26887/bcdk.v2i2.49

Abstract

ABSTRAK Karya komposisi musik “ Batampek”  merupakan musik yang terinspirasi dari sebuah pepatah minangkabau nan buto paambuih lasuang, nan pakak palapeh badia, nan lumpuah paunyi rumah, nan kuaik pambao baban, nan binguan disuruah-suruah, nan cadiak lawan barundiang. pepatah tentang penggambaran seorang pemimpin yang bijaksana yang bisa memanfaatkan sesuatu dan menempatkan sesuatu pada tempatnya. Bagaimana seorang peimpin memposisikan dirinya terhadap beragam bentuk manusia yang dipimpinnya.  Kata kunci: Komposisi, Batampek, Pepatah, pemimpin,    ABSTRACT Work of musical composition "Batampek" a musical inspired by a Minangkabau proverb buto paambuih lasuang nan, nan pakak palapeh badia, nan lumpuah paunyi rumah,nan kuaik pambao baban, nan binguang disuruah-suruah, nan cadiak dibao barundiang. adage about the portrayal of a wise leader who can take advice of something and put something in place. How a leader positioned it self against various forms of human lead.  Key words: Composition, proverb, leader, position
EKSISTENSI TARI ANDUN DALAM UPACARA ADAT NUNDANG PADI MASYARAKAT PINO RAYA KABUPATEN BENGKULU SELATAN Septri Mizliati; Ediwar Ediwar; Suherni Suherni
Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 2, No 1 (2014): Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (44.68 KB) | DOI: 10.26887/bcdk.v2i1.39

Abstract

ABSTRAKTulisan ini membahas tentang tari Andun dalam upacara adat Nundang padi di Desa Selali Kecamatan Pino Raya Kabupaten Bengkulu Selatan. Penelitian ini bersifat deskriptif analisis yaitu mencoba mendeskripsikan aspek-aspek pertunjukan tari Andun dan menganalisis upacara adat Nundang padi sesuai dengan prosesi pelaksanaanya. Upacara adat Nundang padi ini dilaksanakan oleh masyarakat Desa Selali setiap lima tahun sekali, kegiatan upacara ini merupakan ritus kesuburan untuk pembenihan padi, yang didalamnya terkandung aspek spiritual yang mencerminkan semangat kebersamaan dan kegotong-royongan masyarakat Desa Selali dalam melakukkan aktifitasnya bertani.Tari Andun adalah tari tradisional masyarakat Bengkulu selatan, tari ini didalam upacara adat Nundang padi sebagai rangkaian dari upacara adat. Tari Andun ditampilkan pada hari pertama dan hari ketiga, hari pertama berfungsi sebagai hiburan diitarikan oleh masyarakat selali, selanjutnya hari ketiga ditarikan oleh remaja dan berfunggsi sebagai kesuburan. Kata kunci: Tari Andun, Nundang padi. ABSTRACTThis paper, discusses the ceremonial dance Andun Nundang rice in Pino Raya village Selali District of South Bengkulu. This study is a descriptive analysis that tries to describe aspects of dance perpormance and tries to describe aspects of dance performance and analyze Andun ceremonial procession Nundang rice according to the implementation. The traditional ceremony was conducted by Nundang rice of fertility for rice seeding, in which there are spiritual aspects that reflect the spirit of togedherness and community Selali vilage in conducting farming activities.Dance is a traditional dance community Andun south Bengkulu, this dance Nundang rice in traditional ceremonies as  a series of traditional ceremonies. Andun dance show on the first day and the third day, the first day of intertainment serves as danced by the community Selali. theree days later danced by teenagers and serves as fertility. Keywords: Andun dance, Nundang rice
SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT PARIANGAN DALAM KARYA FILM DOKUMENTER “ISHLAH” Nolly Media Putra; Ediwar Ediwar; Gerzon Ajawaila
Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 2, No 2 (2014): Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (82.698 KB) | DOI: 10.26887/bcdk.v2i2.50

Abstract

 ABSTRAKKarya film dokumenter “Ishlah” merupakan sebuah karya yang terinspirasi dari peristiwa sosial budaya. gagasan dasar diusung berdasarkan beberapa kebiasan bersama masyarakat nagari Pariangan yang dinilai sebagai ruang sosial, sekaligus wadah bagi semua lapisan masyarakat dalam dalam membina hubungan silaturahmi antar sesama, baik itu kebiasaan sehari-hari ataupun kebiasaan-kebiasan seperti upacara adat bahkan keagamaan (upacara Ratik Tagak dan Maulid Nabi) Tema yang diacu adalah nilai sosial budaya yang terdapat pada setiap kebiasan, selain fungsi dasarnya sebagai wadah spiritual, beberapa dari kebiasaan tersebut juga merupakan sebagai ruang sosial (media) yang mampu mempersatukan hubungan antarsesama dan mempererat hubungan silaturahim. Metode garapan dilakukan melalui riset, pengolahan data, penulisan naskah berupa treatment, proses shooting dan editing. Karya ini dibagi kedalam lima segmen. Bagian pertama memvisualkan geografis daerah, bagian kedua, sistem mata pencaharian, bagian ketiga, memvisualkan unsur relegius dan aktivitas mayarakat (anak-anak belajar mengaji, para pemuda belajar pasambahan dan main koa. Pada bagian keempat menggambarkan upacara Ratik Tagak dan Maulid Nabi. Bagian kelima adalah bagian penutup, menggambarkan beberapa rumah gadang yang telah ditinggalkan bahkan sudah mulai rusak, pada bagian ini juga digambarkan beberapa orang yang sedang memperbaiki rumah gadang yang telah rusak tersebut.  Kata Kunci: Dokumenter, Upacara Ratik Tagak, Maulid Nabi, silaturrrahmi, nilai sosial.        ABSTRACT Ishlah is a documentary movie wich inspired by local culture. Basic idea contructed by social behaviour of  peoples who life in Pariangan this social behaviour contains whole peoples live activity such daily activity and cultural ceremony and religious ceremony. ( Ratik Tagak dan Maulid Nabi). The Theme is about social-cultural value in each behaviour, beside the base function in religion, some behaviuours are social-media wich unite the relationship (silaturahim). Production method starts by research, analising, making the script as treatment, shooting and editing. This documentary movie contains 5 segments. First segment, visualizing landscape of location. The second segment visualizing the economic and social system. The third segment visualizing the religious path and peoples activity (the children learns Al-Qur’an, the teenager learn pasambahan dan playing koa. In the fourth segment, visualizing the traditional foclore Ratik Tagak  and Maulid Nabi. The five segment is the last part, visualizing the traditional architecture =, Rumah Gadang, wich had been leaved, poor condition and the same segment, also visualizing some people try to reconstruct the Rumah gadang. Key word: Documentary, Ritual Ratik Tagak and Maulid Nabi, social behaviour contains.
MAKNA DAN FUNGSI TARI KAIN DALAM UPACARA BEGAWAI DI INDERAGIRI HULU, RIAU Sri Raudah Basya; Erlinda Erlinda; Ediwar Ediwar
Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 2, No 1 (2014): Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (171.141 KB) | DOI: 10.26887/bcdk.v2i1.45

Abstract

ABSTRAKTari Kain merupakan tari tradisional yang terdapat pada masyarakat Talang Mamak di desa Talang Jerinjing Kabupaten Inderagiri Hulu Provinsi Riau, yang ditarikan oleh dua orang laki-laki. Tari ini merupakan tari yang dilakukan pada upacara Begawai masyarakat Talang Mamak Upacara Begawai adalah upacara perkawinan. Tari Kain berasal dari gerak yang berasal dari fenomena dan kejadian alam kemudian dibentuk menjadi sebuah gerak baku yang tidak boleh dirubah ataupun diganti di dalam upacara Begawai tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana bentuk tari Kain dalam upacara Begawai. Adapun metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Teori yang digunakan untuk membedah fenomena tari Kain ini adalah teori struktural dari Levi Strauss, teori semiotik Roland barthes.Hasil temuan dari penelitian ini adalah bahwa tari Kain merupakan tari untuk pengesahan perkawinan bagi masyarakat Talang Mamak, seandainya pada upacara perkawinan tidak dilaksanakan tari Kain maka perkawinan dianggap tidak sah secara adat. Dalam gerak-gerak tari Kain mengandung simbol-simbol dan makna-makna tertentu yang terkait dengan kepercayaan masyarakat Talang Mamak. Dengan demikian penelitian ini diberi judul Makna tari kain dalam upacara Begawai pada masyarakat Talang Jerinjing kecamatan Rengat Barat Kabupaten Inderagiri Hulu Provinsi Riau.Kata kunci: Tari Kain, Upacara Begawai, Makna, dan Inderagiri Hulu. ABSTRACTKain dance is a traditional dance that is present in the community in the village Talang Talang Mamak Jerinjing Inderagiri Hulu district of Riau province , which is danced by two men . This dance is a ritual dance performed in public Begawai Talang Mamak Begawai ceremony is the marriage ceremony . Cain dance derived from the motion derived from natural phenomena and events then formed into a raw motion should not be changed or replaced in the Begawai ceremony . The purpose of this study was to determine how the dance form fabrics in Begawai ceremony . The method used is qualitative method . The theory is used to dissect this phenomenon Kain dance is a structural theory of Levi Strauss , Roland Barthes' semiotic theory . The findings from this study is that Cain dance is a dance for the public endorsement for the Talang Mamak marriage , if the marriage ceremony was not held dance Cain then marriage is considered invalid by custom . In the dance movements of fabrics containing symbols and meanings associated with a particular public trust Talang Mamak . This study therefore entitled Meanings dance fabric Begawai ceremony at the sub-district community Jerinjing Gutter West Rengat Inderagiri Hulu Regency Riau Province . Keywords: Dance Fabrics, Begawai ceremony, Meaning, and Inderagiri Hulu.
Co-Authors Ahmad Nafis Ahmad Wanda Ajawaila, Gerzon Al Yubbi Alfalah Alfalah Andar Indra Sastra Andela, Jhori Andika Bayu Putra Asep Saepul Haris, Asep Saepul ASRIL ASRIL Basya, Sri Raudah DESMAWARDI DESMAWARDI Desmawardi, Desmawardi EFENUR, MUHAMMAD HARIO Elizar Elizar Elizar Elizar Elizar Elizar Elizar Elizar, Elizar Erlinda Erlinda Erlinda Fauzi Fauzi Febri Yulika Firman Firman Gerzon Ajawaila Hamzaini, Hamzaini Hanefi Hanefi Hanefi Hanefi Hanefi Hanefi Hanefi, Hanefi Harrisman Harrisman Harrisman, Harrisman Hernando Saputra I Gusti Ngurah Antaryama Iit Muharti Iit Muharti Iit Iit, Iit Muharti Indah Yuni Indah Indah Yuni Pangestu Indah, Indah Yuni Intan Rizki Intan Intan Rizki Junita Tri Utami Intan, Intan Rizki Jenni Masrita Jhori Andela JONNI JONNI Jufri Jufri Jufri Jufri Laila Okta Triani M. Halim Martion Martion Martion Martion Martion Martion Martion Martion, Martion Martion Martis Martis Martis, Martis Masrita, Jenni Mizliati, Septri Muhammad Halim Muhammad Halim, Muhammad MUHAMMAD HARIO EFENUR Muhammad Zulfahmi Muhammad Zulfahmi Nafis, Ahmad Nolly Media Putra Nursyirwan Nursyirwan Putra, Nolly Media Putra, Rio Eko Rafiloza Rafiloza Rahma Yunita Mah Yully Putri Rasmida, Rasmida Resmi Kurnia Julia Sari Ridho Zani Rina Oktavia Rio Eko Putra Rizdki Rizdki Rizdki, Rizdki Robby Suhendra Robby Suhendra Rosta Minawati Rustim Rustim Sabri Marba Sabri Marba Sari, Gustika Septri Mizliati Shindi Lara Sati Sri Raudah Basya Sriyanto Sriyanto SRIYANTO SRIYANTO Sriyanto Sriyanto Suherni Suherni Suherni Suherni, Suherni Susandra Jaya Susas Rita Loravianti Syafniati Syafniati Syafrizaldi Syafrizaldi Syafrizaldi, Syafrizaldi Syahri Anton Tommy Wahyudi Venny Rosalina Vicky Fernando Wenhendri, Wenhendri Wirandi, Rika Yoga Ardiyanto Yurnalis Yurnalis Yusril, Yusril