Claim Missing Document
Check
Articles

PEMBUATAN WEBSITE MAGAZINE “IKILHO” BEKERJASAMA DENGAN EKSPRESI SUARA REMAJA ( Divisi Reporter, Videografer dan Video Editor) Renis Susani Karamina; Nurist Surayya Ulfa; M Bayu Widagdo; Adi Nugroho
Interaksi Online Vol 3, No 1: Januari 2015
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (318.885 KB)

Abstract

Internet saat ini menjadi media baru di dalam dunia jurnalistik. Masyarakat modern khususnya kalangan remaja sering kali menggunakan internet dalam mencari informasi, begitu pula dengan anak remaja di kota Semarang yang membutuhkan informasi seputar gaya hidup atau informasi-informasi apapun tentang kota Semarang. Dengan melihat peluang tersebut website magazine Ikilho hadir untuk memberikan informasi-informasi seputar kota Semarang dengan gaya remaja.Pada website magazine Ikilho, Seorang reporter bertugas sebagai pencari berita-berita menarik yang akan diangkat ke website sebelum di edit oleh sang editor. Selain itu dalam Website Magazine Ikilho juga terdapat videografer dan juga video editor. Videografer bertugas mengambil video untuk beberapa rubrik Ikilho, sedangkan video editor bertugas untuk mengedit hasil pengambilan video dari sang videografer untuk dikemas agar lebih bagus untuk dilihat para pengunjung website. Pada saat pelaksanaan berlangsung, ada beberapa hambatan yang dihadapi oleh Reporter, Videografer dan juga Video editor mulai dari perubahan perencanaan isi berita untuk reporter, cahaya dalam pengambilan gambar untuk videografer dan juga teknis pengeditan untuk sang video editor. Dari hasil pasca riset yang dilakukan, banyak nya pengunjung yang puas dengan isu berita dan juga dengan video-video yang disertakan di beberapa rubrik Website Magazine Ikilho. Namun ada beberapa pula yang kurang puas dengan isu berita yang diliput oleh sang reporter, namun hal tersebut adalah sebuah masukan untuk website magazine Ikilho agar lebih baik kedepannya.Kata kunci : Website Magazine, Lifestyle, Internet, Semarang, Reporter, Videografer, Video Editor, Karya Bidang.
Batman Sebagai Pahlawan Borjuis (Analisis Semiotika pada Film Batman Returns) Shafira Indah Muthia; AdI Nugroho; Triyono Lukmantoro
Interaksi Online Vol 1, No 4: Oktober 2013
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (436.678 KB)

Abstract

Nama : Shafira Indah MNIM : D2C009036Judul : Batman Sebagai Pahlawan Borjuis(Analisis Semiotika pada Film Batman Returns)ABSTRAKBatman merupakan salah satu karakter superhero (pahlawan super) yangeksistensinya dalam dunia perfilman Hollywood tidak dapat diragukan lagi. Mengawalikesuksesan melalui komik dan serial TV, Batman telah berhasil menjadi film superheroterbaik dan terlaris sepanjang masa. Namun penelitian ini akan mengkritik sosok pahlawanborjuis yang direpresentasikan dalam karakter Batman sebagai superhero dalam film BatmanReturns. Bruce Wayne dengan latar belakang keluarga milyarder yang memiliki kekuasaandalam masyarakat memanfaatkan kekayaannya untuk menjadi seorang Batman.Tipe penelitian ini adalah deskriptif, di mana penelitian yang dilakukan berusahamengungkapkan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan bertujuan untukmembuat gambaran secara sistematis pada tanda-tanda yang direpresentasikan dalam filmBatman Returns. Metode analisis yang digunakan adalah analisis semiotika Roland Barthesdengan membedah teks melalui dua tataran penandaan, yaitu makna denotasi dan maknakonotasi. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dokumentasi, yaitu denganmengumpulkan informasi yang berkaitan dengan penelitian.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa tanda yang merepresentasikanBatman sebagai pahlawan borjuis yaitu status sosial Batman sebagai kelas atas, sikap yangmenunjukkan kekuasaan dan pro-kapitalis, dan sosoknya yang individualis. Bertentangandengan Batman, Penguin, yang muncul sebagai musuh Batman justru memegang peransebagai sosok proletariat. Hal ini dapat dilihat dari aspek pakaian, lingkungan, kamera, dansikap Penguin yang memperjuangkan haknya secara revolusioner sebagai bentuk perlawananterhadap ketidakadilan yang diterimanya. Dengan adanya penelitian ini, penulis berharap agarmasyarakat dapat lebih kritis dalam memahami hal-hal yang ditampilkan oleh media. Sosokyang ditampilkan protagonis dalam media tidak selalu dapat dinilai sebagai sosok yanginnocent (polos), namun dapat dilihat sisi lainnya melalui kaitannya dengan nilai-nilai sepertinilai kemanusiaan, kelas sosial, dan kapitalisme. Begitu juga sebaliknya, sosok yangditampilkan media secara antagonis tidak dapat selalu dipahami sebagai sosok yang buruk.Kata kunci: Film, Superhero, Pahlawan BorjuisNama : Shafira Indah MNIM : D2C009036Judul : Batman Sebagai Pahlawan Borjuis(Analisis Semiotika pada Film Batman Returns)ABSTRACTBatman is a superhero character whose existence in the Hollywood film industry can not bedoubted. Venturing through the success of the comic and TV series, Batman has managed tobe the best superhero movie and best-selling of all time. However, this study will criticizebourgeois hero who represented by Batman as a superhero in the film Batman Returns. BruceWayne with a family background of billionaires who have power in society utilizing hiswealth to become Batman.The type of research is descriptive, where research is done trying to tell a problem orsituation as it is and aims to make a systematic overview on the signs that represented in thefilm Batman Returns. The analytical method used was Roland Barthes semiotic analysis todissect the text through two level tagging, i.e the meaning of denotation and connotations.Techniques of data collection is documentation, which is to gather information related to theresearch .The results showed that there are some signs that represent the bourgeois hero asBatman's status as an upscale social, power, and attitude that shows pro-capitalist andindividualist figure. Contrary to Batman , Penguin , which appears as an villain of Batmanactually holds the role as a figure of the proletariat. It can be seen from the aspect of clothing(dress), environment, camera , and attitudes Penguin fought revolutionary for their rights inthe struggle against injustice is received. Given this research, the author hopes that people canbe understanding the things shown by the media critically. The protagonist figure shown inthe media can‟t always be assessed as being innocent, but can be seen through the other sideof relation with values such as human values, social class, and capitalism . Vice versa , thefigure shown is antagonistic media can‟t always be understood as a bad figure.Keywords: Film, Superhero, Bourgeoise HeroesBatman Sebagai Pahlawan Borjuis(Analisis Semiotika pada Film Batman Returns)SkripsiDisusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikanPendidikan Strata 1Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas DiponegoroPenyusunNama : Shafira Indah MNIM : D2C009036JURUSAN ILMU KOMUNIKASIFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS DIPONEGOROSEMARANG2013PENDAHULUANA. Latar BelakangBatman merupakan salah satu karakter superhero (pahlawan super) yang eksistensinyadalam dunia perfilman Hollywood tidak dapat diragukan lagi. Mengawali kesuksesanmelalui komik dan serial TV, Batman telah berhasil menjadi film superhero terbaik danterlaris sepanjang masa (Sofyan, 2012). Film Batman pertama sudah hadir pada tahun1966 dan terus diproduksi sekuelnya oleh beberapa sutradara terkenal di antaranya TimBurton dan Christoper Nolan. Seperti salah satu film masterpiece bikinan Tim Burtonyang diadaptasi dari komik karya Bob Kane dan Bill Finger ini berjudul Batman Returns.Menjadi sekuel dari film Batman (1989), Batman Returns (1992) masih bercerita seputarkehidupan Bruce Wayne (Michael Keaton), milyarder asal kota Gotham yang memilikialter ego sebagai Batman. Bruce Wayne bukanlah manusia atau makhluk khayalan yangdapat terbang di atas awan, menembakkan laser dari bagian tubuhnya, atau dapat berubahmenjadi makhluk kuat selain manusia. Bruce Wayne adalah orang biasa yangmemanfaatkan kekuatan teknologi dan uang untuk memberantas ketamakan dankeserakahan di Gotham City (Wiyoto, 2012).Kehadiran sosok Batman sebagai pahlawan pembela kebenaran yang mengandalkanteknologi, iptek, ilmu bela diri, dan tentunya kekayaan, tentu membuat audiens larutdalam karakter heroik yang mulia dan innocent. Namun jika ditilik melalui sudutpandang Marxisme, karakter Batman sebagai bourgeois heroes merupakan sosokpahlawan pendukung kapitalisme yang memiliki kekuasaan dalam masyarakat. Denganlatar belakang sebagai anak milyarder dan pewaris utama perusahaan paling berpengaruhdi Gotham, Wayne Enterprise, Bruce/Batman berfungsi untuk mempertahankan statusquo dengan menjajakan ideologi kapitalis dalam bentuk terselubung dan denganmembantu menjaga keinginan konsumen tetap tinggi. Salah satu nilai dijual dalamkonsep pahlawan borjuis adalah individulisme, sebuah nilai yang muncul dalam berbagaibentuk (the self-made man, the American dream, the “me generation”, dan sebagainya)(Berger, 1991: 47-48). The Penguin dalam film ini berperan sebagai villain justru hadirsebagai seseorang pimpinan gang kelas bawah yang mewakili kaum yang ditinggalkan,dibuang, dikucilkan. Penguin di sini mewakili kaum kelas bawah. Kaum kelas bawahmerupakan kaum yang tertindas dimana harapan dan hak mereka dirampas (Magnis-Suseno, 2003:114).B. Perumusan MasalahPenelitian ini akan mengkritisi dan menjelaskan kepada masyarakat mengenai sosokpahlawan borjuis yang digambarkan dalam karakter Batman sebagai superhero dalamfilm Batman Returns. Bruce Wayne dengan latar belakang keluarga milyarder yangmemiliki kekuasaan dalam masyarakat memanfaatkan kekayaannya untuk menjadiseorang Batman. Dari hal tersebut maka dapat membuka permasalahan penelitian yaitubagaimana sosok pahlawan borjuis pada Batman direpresentasikan dalam film BatmanReturns?C. Tujuan PenelitianPenelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana sosok pahlawan borjuis padaBatman direpresentasikan dalam film Batman Returns.D. Kerangka Pemikiran- Sosok Superhero- Stratifikasi Sosial- Film sebagai RepresentasiE. Metodologi Penelitian- Tipe Penelitian: deskriptif-kualitatif. Penelitian deskriptif digunakan untukmendeskripsikan fenomena sosial yang menyajikan gambaran tentang detil spesifikdari situasi, lingkungan sosial, atau sebuah hubungan (Neuman, 2007 : 16). Tujuanutama penelitian kualitatif adalah untuk mengetahui motif yang mendasari perilakumanusia (Kothari, 2004: 3-4)- Pendekatan Penelitian: Teori semiotika Roland Barthes- Subyek Penelitian: Film Batman Returns yang diproduksi Warner Bros pada tahun1992 dan disutradarai oleh Tim Burton.- Sumber Data: Data primer diperoleh langsung dari mengamati dan mengkaji filmBatman Returns. Data sekunder diperoleh dari: internet, kepustakaan, buku, jurnalataupun informasi lain yang mampu membantu penelitian dan relevan denganpermasalahan yang diteliti.- Teknik Pengumpulan Data: Dokumentasi. Yaitu dengan mengumpulkan berbagaiinformasi tentang film tersebut yang berkaitan dengan tema penelitian ini.- Analisis dan Interpretasi Data: Kode-kode sosial “Codes of Television” John Fiskeyang terdiri dari 3 level (Level Realitas, Level Representasi, dan Level Ideologis).PEMBAHASANPada bagian ini dilakukan analisis secara sintagmatik dan paradigmatik yang berisi level“reality”, “representation”, dan “ideology”. Dalam bukunya ”Television Culture” (1987: 7)John Fiske menggunakan Codes of Television untuk menganalisis objek yang bergerak. Levelpertama yakni realitas (reality) meliputi penampilan dan lingkungan dalam film antara lain:penampilan, busana/kostum, tata rias, lingkungan, gaya bicara, dan ekspresi. Tataran keduaadalah representasi (representation) yang dibangun lewat kerja teknis seperti kamera,pencahayaan, musik dan selanjutnya ditransmisikan ke dalam konflik, karakter, dan dialog.Untuk level ketiga yaitu level ideologi (ideology) dianalisis secara paradigmatik denganberusaha mengungkapkan kode-kode ideologi yang tersembunyi dalam suatu objek sepertipatriarki, ras, feminisme, kelas, dan sebagainya.Analisis sintagmatik yang sudah dilakukan sebelumnya pada tokoh Batman, Penguin,dan Max sebagai tiga tokoh yang paling menonjol dalam film membawa beberapa nilai danideologi tersembunyi di antaranya:1. Kemunculan Batman menunjukkan status sosial ekonominya yaitu kelas atas (upperclass). Hal tersebut dapat dilihat pada beberapa elemen yaitu: Pakaian. Menggunakanpakaian tertentu memiliki beberapa alasan, sama halnya saat kita berbicara. Beberapaalasannya di antaranya, „untuk membuat hidup lebih mudah, untuk menunjukkanmaupun menyembunyikan identitas kita, dan untuk menarik perhatian lawan jenis‟(Kuruc, tt:198). Pada Batman, kostum yang digunakan memiliki fungsi untukmenunjukkan identitasnya sebagai seorang superhero sekaligus menyembunyikanidentitas aslinya sebagai Bruce Wayne melalui topeng yang ia gunakan. Pakaianpakaianyang dikenakan oleh Batman, Penguin, dan Max memiliki fungsi secaradenotatif yang sama, yaitu sebagai sumber perlindungan tubuh dalam bertahan hidupyang berupa tambahan bagi rambut (topi) dan ketebalan kulit (baju dan celana) padatubuh yang berfungsi melindungi. Namun, seperti halnya semua sistem buatanmanusia, pakaian akan selalu memperoleh selingkupan konotasi dalam latar sosial(Danesi,2010:257). Pakaian digunakan untuk melegitimasi posisi pemakainya dalamidentifikasi simbolik dengan tradisi yang ada pada masyarakat mereka. Kaum elitperkotaan berpakaian berbeda dari yang lainnya dalam fungsinya sebagai simbol kelasatau peringkat (Kawamura, 2005:24). Dari beberapa pakaian yang dikenakan Bruceseperti tuxedo, setelan jas, kemeja, dan dasi juga pada koleksi kostumnya sebagaiBatman yang melimpah menunjukkan Bruce/Batman sebagai seseorang dengan statusekonomi yang tinggi. Menurut pandangan Spencer, fashion adalah simbol manifestasidari hubungan antara superior dan inferior yang berfungsi sebagai kontrol sosial.Fashion juga merupakan simbol dari peringkat sosial dan status (Spencer 1966[1896]dalam Kawamura,2005:22).2. Batman adalah sosok yang berkuasa dan pro-kapitalis. Sebagai tokoh utama dalamfilm, hampir keseluruhan alur cerita tentu didominasi dengan kemunculanBatman/Bruce. Ditemukan beberapa aspek yang memunculkan tanda yangmenegaskan bahwa Batman merupakan sosok yang memiliki kekuasaan di Gothamnamun sekaligus sosok yang pro-kapitalis, di antaranya: Aspek kamera. Penggunaanbeberapa teknik dalam kamera mengandung beberapa tanda yang kemudian dapatsaling terkait dengan aspek-aspek lain hingga menemukan sebuah ideologi tertentu.Penggunaan framing kamera long-shot pada Batman merupakan petanda yangmemiliki makna sebagai sebuah konteks, ruang lingkup, dan jarak publik. Teknik lowangle memaknai adanya kekuasaan (power) dan wibawa (authority) (Berger,1982:27). Keterlibatan Batman dalam kebijakan pemerintah. Pada kelompok statussosial lapisan atas biasanya juga memiliki beberapa aspek lain yang juga dihargai dandiakui oleh masyarakat. Kekayaan tentu erat kaitannya dengan kekuasaan dankehormatan dari lingkungan sosialnya. Bruce memegang peran sebagai pemilikWayne Enterprises. Sebagai seseorang yang berpengaruh di Gotham, Brucemenunjukkan adanya hubungan dan keterlibatannya dengan pemerintah Gotham.Tanda tersebut dapat terbaca melalui potongan dialog Bruce yang mengungkapkanketidaksetujuannya pada upaya Max membangun pembangkit listrik di Gothammelalui kalimat “I'll fight you. I've already spoken to the mayor and we agree.”(“Aku akan menentangmu. Aku sudah berbicara dengan Walikota dan kitamenyepakati hal ini.”). Bruce menjadi sosok yang memiliki kekuasaan dan pengaruhbagi para kalangan elit Gotham.Meskipun tidak digambarkan secara langsung dalam film ini karena film inimerupakan sekuel kedua kisah Batman namun latar belakang keluarga Batmanmenyebutkan bahwa Bruce menjadi pewaris tunggal dari perusahaan terbesar diGotham yaitu Wayne Enterprises. Hal itu tentu saja secara otomatis membawaBruce/Batman pada status sosial kelas atas melalui ascribed status, yaitu status sosialyang diberikan berdasarkan jenis kelamin, ras, kasta, golongan, keturunan, suku, usia,dan lain-lain. Dapat juga merujuk pada posisi secara hierarki dan menandakan prestiseseseorang (Bruce, 2006, 289).3. Individualisme pada sosok Bruce/Batman. Marx dalam menganalisis media jugameliputi hubungannya dengan figur heroik dalam suatu film, drama televisi, bukukomik, dll. Bagi beberapa orang, sosok pahlawan dalam film dapat mencerminkanusia dan masyarakat mereka. Bagi yang lain, sosok pahlawan memberi dampakadanya imitasi yang dilakukan untuk mencapai identitaas. Konsep pahlawan yangborjuis dalam suatu tatanan masyarakat dianggap sebagai sebuah penyimpangan yangdapat mengganggu ekuilibrium masyarakat (Berger, 1982:47). Pahlawan borjuismemiliki fungsi utama untuk menjaga status quo dengan „menjajakan‟ ideologikapitalis dalam berbagai bentuk. Kelas borjuis, secara hakiki berkepentingan untukmempertahankan status quo, untuk menentang segala perubahan dalam strukturkekuasaan termasuk usaha perubahan yang dilakukan kelas proletar secararevolusioner. Salah satu konsep yang „dijajakan‟ pahlawan borjuis adalahindiviualisme, di mana hal tersebut juga dapat ditemui pada sosok Batman. Padaanalisis sintagmatik yang telah diuraikan sebelumnya, baik Batman maupun Bruceditampilkan dalam lingkungan sosialnya sebagai sosok yang jarang bersosialisasidengan rekan maupun sahabat terdekat. Hanya Alfred Pennyworth, sebagai pelayandan orang kepercayaan keluarganya saja yang terlihat selalu menemani, melayani, danmembantu aktivitas Batman.PENUTUP1. Status sosial Batman sebagai kelas atas. Dapat dilihat dari cara berpakaian. Gayaberpakaian seseorang juga berfungsi untuk menunjukkan simbol dari peringkat sosialdan status seseorang dalam masyarakat. Beberapa jenis pakaian yang digunakanBruce/Batman seperti tuxedo, kostum berteknologi Batman yang terdiri dari basicsuit, topeng, jubah, dan sepatu boots merupakan pakaian dan aksesoris yang seringdigunakan oleh masyarakat kelas atas untuk menandai kedudukan sosialnya dimasyarakat. Kostum Batman yang hi-tech (berteknologi tinggi) tentunya memerlukanbiaya yang sangat besar dalam pembuatannya dan Batman merupakan salah satusuperhero dengan kapabilitas tersebut.2. Batman adalah sosok yang berkuasa dan pro-kapitalis. Dilihat dari aspek kameradengan framing long-shot merupakan petanda yang memiliki makna sebagai sebuahkonteks, ruang publik, dan jarak pubilk. Sedangkan teknik low-angle memaknaiadanya kekuasaan (power) dan wibawa (authority). Selain itu ditemukan pula ideologikapitalis yang dilihat dari kepemilikan modal (uang dan alat-alat produksi) Batmandalam perusahaan yang dikelolanya dan keterlibatan Batman dalam suatu kebijakanpemerintah, hal ini ditunjukkan melalui dialognya dengan Max Schreck yangmengungkapkan pertentangannya dan Walikota Gotham terhadap rencanapembangunan pembangkit listrik Power Plant di Gotham.3. Nilai individualisme yang ditemukan dalam sosok Batman menegaskan sosoknyasebagai pahlawan borjuis. Menurut Marx, salah satu konsep yang „dijajakan‟pahlawan borjuis adalah individualisme. Hal ini dapat dilihat dari analisis mengenailingkungan pada analisis sintagmatik. Bruce/Batman ditampilkan dalam lingkungansosialnya sebagai sosok yang jarang bersosialisasi dengan rekan maupun sahabatterdekat. Hanya Alfred Pennyworth, sebagai pelayan dan orang kepercayaankeluarganya yang terlihat selalu menemani, melayani, dan membantu aktivitasBatman.4. Bertentangan dengan Batman, Penguin, yang hadir sebagai musuh Batman justrumemunculkan tanda-tanda yang dapat dibaca sebagai sosok proletariat. Proletariatmemegang peranan sebagai strata terbawah dari masyarakat. Sebagai kelas termiskindari sebuah masyarakat yang tidak memiliki alat-alat produksi. Pada aspek gayaberpakaian Penguin digambarkan pakaian yang digunakan hanya berupa longunderwear(pakaian dalam berbentuk terusan) sebagai pelindung tubuh dari udaradingin dan sebuah sepatu boots bertali dan berbahan kulit. Aksesori lain seperti topitinggi (top hat) yang digunakan merupakan topi untuk semua kalangan kelas sosialyang menjadi populer di Abad ke-19. Lingkungan tempat tinggal Penguin adalahgorong-gorong, pipa pembuangan untuk limbah atau air permukaan yang terletak dibawah tanah. Aspek kamera dengan teknik high-angle memberikan kesan inferioritas,ketidakberdayaan, dan lemah.5. Penguin melakukan perlawanan secara revolusioner untuk memperjuangkan haknyasebagai rakyat Gotham yang telah dirampas karena dampak kapitalisme. Dengankeadaan fisiknya yang cacat juga membuat Penguin menjadi sosok yang terbuang dandikucilkan. Hal tersebut dapat dilihat pada dialog-dialog yang digunakan dankemunculannya di Gotham dengan cara revolusioner seperti membuat kekacauandengan kawanan sirkusnya Red Triangle Circus.DAFTAR PUSTAKABuku:Berger, Arthur Asa. (1991). Media Analysis Techniques. New Delhi: Sage Publications Ltd.Bruce, Steve, and Yearley, Steven. (2006). The SAGE Dictionary of SOCI OLOGY .London:Sage Publications Ltd.Danesi, Marcel. (2010). Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotikadan Teori Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra.Kawamura, Yuniya. (2005). Fashion-ology. Berg: New York.Kothari, R. C. (2004). Research Methodology. New Delhi: New Age International Ltd.Magnis-Suseno, Franz. (2003). Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis kePerselisihan ke Revisionisme. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.Neuman, Lawrence W. (2007). Basic of Social Research. Amerika: Pearson Education.Internet:Sofyan, Eko Hendrawan. (2012). Ini Dia, 10 Film Terlaris di Tahun 2012. Dalamhttp://entertainment.kompas.com/read/2012/12/27/16341739/Ini.Dia.10.Film.Terlaris.di.Tahun.2012%20Sofyan%2027%20desember%202012. Diunduh pada 1 April pukul20.15 WIB.Wiyoto (2012). 10 Fakta Batman Yang Tidak Anda Ketahui. Dalamhttp://uniqpost.com/49215/10-fakta-batman-yang-tidak-anda-ketahui/. Diunduh pada 1April pukul 21.00 WIB.Jurnal:Kuruc, Katarina.tt. Fashion as Communication: A semiotic Analysis of Fashion on „Sex andthe City‟
Divisi Brand Communication Manager dalam Kampanye PR Undip Environmentally Friendly Campus "Grenade (Green Action To Avoid Earth Destruction)" Arditya Drimulrestu; Adi Nugroho; Agus Naryoso; Nurrist Suraya Ulfa
Interaksi Online Vol 2, No 2: April 2014
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (387.14 KB)

Abstract

 Peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan di bumi yang disebabkan oleh global warming yang terjadi belakangan ini, menjadi perhatian tersendiri bagi masyarakat dunia. Universitas sebagai salah satu bagian dari penting dari masyarakat memiliki andil yang sangat besar dalam usaha pelestarian lingkungan sebagai usaha melindungi dan memperbaiki kerusakan yang telah terjadi di lingkungannya. Undip, sebagai salah satu bagian dari kota Semarang, juga memiliki komitmen untuk mereduksi pemanasan yang terjadi di bumi, terutama di kota Semarang dan sekitarnya. Undip memiliki komitmen yang kuat untuk melestarikan lingkungan melalui tagline Environmentally Friendly Campus.              Berdasarkan analisis situasi, khalayak dan mempertimbangkan indikator universitas ramah lingkungan perlu dilakukan sebuah event yang dapat memberikan mereka pengetahuan yang menyenangkan mengenai Undip Environmentally Friendly Campus dan kegiatan apa saja didalamnya yang pernah dilakukan Undip agar Undip lebih tertanam dalam benak mereka tidak hanya sebagai universitas yang bergengsi dalam hal akademik tapi juga dalam komitmennya dalam menjaga lingkungan. Adapun khalayak target yang dipilih adalah berasal dari kalangan siswa SMA/SMK di sekitar wilayah Undip Tembalang. Event diberi nama "Grenade (Green Action To Avoid Earth Destruction)" dengan format sepeda santai, Photography Challange, Journalist Writing Contest, serta Talkshow mengenai Undip Envinronmentally Friendly Campus.Kegiatan promosi ini merupakan usaha untuk memberikan pengetahuan mengenai Universitas yang ramah lingkungan kepada target audience dan membutuhkan publikasi yang meluas. Karenanya, posisi brand communication manager merupakan salah satu komponen penting dalam panitia pengelola kegiatan ini. Posisi ini berguna untuk mengelola usaha publikasi, merancang sekaligus mewujudkan identitas Universitas untuk keperluan event. Dengan memiliki pemahaman tentang segmen khalayak yang dituju, kemampuan berkoordinasi, kemampuan membangun relasi serta kemampuan mengambil keputusan dengan cepat, tugas yang dibebankan kepada posisi ini dapat diselesaikan dengan baik. Kata kunci : Brand Communication Manager, Undip Environmentally Friendly Campus, Grenade
Pembingkaian Kasus Pembekuan PSSI Oleh Menpora (Analisis Framing Pemberitaan Dalam Harian Kompas) Tri Yoga Adibtya Tama; Turnomo Rahardjo; Adi Nugroho; Triyono Lukmantoro
Interaksi Online Vol 4, No 1: Januari 2016
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (187.659 KB)

Abstract

Pembekuan PSSI oleh Menpora merupakan salah satu isu yang menjadi perhatian seluruh lapisan masyarakat, khususnya bagi para pecinta olahraga sepak bola. Tentu saja hal tersebut menarik para media untuk memberitakan kasus tersebut sebagai bahan pemberitaannya. Pemberitaan yang ditampilkan lebih bisa dilihat dari berbagai sudut pandang.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana konstruksi harian Kompas dalam menanggapi kasus pembekuan PSSI yang dianalisis melalui pemberitaan-pemberitaannya. Analisis yang digunakan adalah model analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, yang terdiri dari struktur Sintaksis, Skrip, Tematik, dan Retoris. Sementara teori yang dipakai adalah teori konstruksi realitas sosial dari Peter L. Berger dan Thomas Luckmann yang kemudian disempurnakan oleh Burhan Bungin dengan menambahkan unsur media massa, sehingga tercipta teori konstruksi realitas media massa.Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pemberitaan dari harian Kompas berusaha bersikap netral, tidak memihak sisi manapun. Bahkan harian Kompas cenderung memberi arahan agar semua pihak menghilangkan kepentingan pribadi masing-masing. Hal ini dapat dilihat dari beberapa berita yang membenarkan apa yang menjadi keputusan pemerintah lewat Kemenpora. Di lain sisi terdapat juga berita yang berusaha menyoroti kinerja pemerintah lewat terbentuknya tim transisi. Konstruksi realitas dari harian Kompas juga dipengaruhi oleh pemilihan narasumber dan kutipan pernyataan yang ada di pemberitaan. Tujuan dari harian Kompas ini cenderung untuk mengawal kasus Pembekuan PSSI oleh Menpora sehingga masyarakat bisa tahu dan ikut mengawasi tentang perkembangan kasus tersebut. Serta tujuan untuk meningkatkan prestasi sepak bola dan juga kinerja dari PSSI setelah adanya surat keputusan pembekuan tersebut.
Pengaruh Terpaan Iklan Hijau di Televisi dan Pengetahuan tentang Manfaat Air Putih terhadap Minat Konsumsi Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Merek Ades pada Komunitas Atlet di Kota Semarang Andhika Putra Nugraha; Adi Nugroho; Agus Naryoso; Joyo NS Gono
Interaksi Online Vol 3, No 2: April 2015
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (128.588 KB)

Abstract

Peran komunikasi pemasaran semakin penting dalam pengelolaan suatu perusahaan, apalagi di tengah situasi global yang semakin kompetitif. Strategi komunikasi pemasaran juga mengalami perubahan orientasi seiring perkembangan ilmu dan teknologi, serta kesadaran terhadap lingkungan hidup. Salah satu strategi komunikasi pemasaran tersebut adalah strategi pemasaran hijau, yang dianggap memberikan keunggulan bersaing berkelanjutan. Pemasaran hijau dikembangkan tidak hanya bertumpu kepada pemenuhan kebutuhan masyarakat, tetapi juga dapat mensejahterakan masyarakat melalui tanggung jawab terhadap lingkungan hidup sekitar.Tujuan penelitian adalah mengetahui dan menganalisis pengaruh terpaan iklan hijau di TV dan pengetahuan tentang manfaat air putih terhadap minat konsumsi AMDK merek ADES pada komunitas atlet di Kota Semarang. Subjek penelitian adalah 111 orang atlet binaan DINPORA Provinsi Jawa Tengah yang diperoleh secara proportional random sampling. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan analisis regresi linier berganda.Hasil penelitian adalah (1) Terpaan iklan hijau di televisi berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat konsumsi air minum dalam kemasan (AMDK) merek Ades pada komunitas atlet di Kota Semarang (t=3,805 atau p=0,000); dan (2) Pengetahuan tentang manfaat air putih berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat konsumsi air minum dalam kemasan (AMDK) merek Ades pada komunitas atlet di Kota Semarang (t=2,751 atau p=0,007). Saran penelitian adalah kesadaran akan kelestarian lingkungan membawa dampak besar terhadap bentuk komunikasi pemasaran. Pemasaran hijau dianggap sebagai strategi yang unggul untuk meningkatkan minat konsumsi. Implikasi dari pemasaran hijau adalah meningkatkan terpaan iklan hijau.
Perempuan Sebagai Objek Seksual dalam Tabloid Otomotif (Analisis Semiotika Foto pada Rubrik “Cepot” hal 34 Tabloid Motorplus) Ulya Anggie Pradini; Dr Sunarto; Adi Nugroho; Hapsari Dwiningtyas
Interaksi Online Vol 2, No 3: Agustus 2014
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (402.042 KB)

Abstract

Media massa kini hadir dengan berbagai kemasan dan segmen. Diantaranya adalah media cetak yang berpengaruh besar terhadap perkembangan media massa, sebagai contoh adalah tabloid "Motorplus" yang merupakan tabloid dengan segmentasi pembaca pria. Pada salah satu rubrik tabloid Motorplus yang berjudul "Cepot", terdapat foto-foto perempuan yang menonjolkan sisi sensualitasnya. Jika dicermati secara kritis, tabloid tersebut menjadikan perempuan sebagai objek. Lalu, bagaimana bentuk objektifikasi perempuan dalam tabloid ini? Dan apa ideologi yang melatarbelakanginya?Penelitian ini bertujuan untuk melihat posisi perempuan sebagai objek melalui foto-foto yang terdapat dalam rubrik tersebut, dan menjelaskan ideologi dominan yang melatarbelakanginya. Teori dalam penelitian ini menggunakan teori standpoint dan teori feminis radikal kultural. Metode dalam penelitian ini menggunakan analisis semiotika Roland Barthes, yang terdiri dari analisis sintagmatik dan paradigmatik.Hasil dalam penelitian ini adalah pada tabloid "Motorplus" terdapat dua temuan bahwa perempuan dijadikan objek seksual. Pertama, perempuan dijadikan sebagai "objek santapan" atau komodifikasi seksual, yaitu perempuan dan nilai sensualitasnya dijadikan komoditas yang dijual kepada pembaca tabloid tersebut. Kedua, perempuan dijadikan sebagai objek tatapan atau objek hasrat seksual bagi pria pembaca tabloid ini. Kemudian pada penelitian ini subjek menjadi objektivikasi seksual aktif yang mana subjek juga dengan aktif dan sadar melakukan pose-pose sensual. Dan dalam hal ini ideology yang melatarbelakangi adalah patriarki. Dimana laki-laki lebih berkuasa penuh atas kontrol seksualnya.Kata Kunci: objek seksual, perempuan
REPRESENTASI TOLERANSI ANTARUMAT BERAGAMA DALAM FILM “?” Nilna Rifda Kholisha; Adi Nugroho; Triyono Lukmantoro; M Bayu Widagdo
Interaksi Online Vol 2, No 3: Agustus 2014
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (469.478 KB)

Abstract

Film merupakan sebuah media yang mampu menghadirkan kembali gambaran realitas yang terjadi dalam masyarakat, meskipun tidak sepenuhnya realitas tersebut dapat digambarkan dalam film. Realitas dalam film merupakan realitas bentukan dari sang pembuat film. Film “?” berusaha merepresentasikan (menghadirkan kembali) gambaran mengenai toleransi antarumat beragama melalui simbol-simbol visual dan linguistik. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengungkap ideologi atau gagasan-gagasan lain yang ingin disampaikan dalam film “?”.Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode analisis semiotika. Pendekatan ini mengungkapkan signifikansi dua tahap Roland Barthes pada berbagai teks yang ditampilkan dalam Film “?”. Teknik analisis data dilakukan berdasarkan pada teori John Fiske, yakni “The Codes of Television”. Film “?” diuraikan secara sintagmatik melalui analisis scene yang setiap aspeknya dijelaskan pada level realitas (reality) dan level representasi (representation). Selanjutnya level ideologi (ideology) dianalisis secara paradigmatik.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa film “?” menggambarkan tentang hubungan antarumat beragama dengan didasarkan pada sikap toleransi antarumat beragama dalam beberapa scene melalui kode-kode ideologis yang direpresentasikan dalam shot-shot dan dialog-dialog dari para tokoh. Penggambaran secara visual dan suara melalui analisis sintagmatik mendukung terciptanya kesan dramatis di dalam film. Sedangkan berdasarkan analisis paradigmatik penggambaran sikap umat beragama yang berusaha menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya masing-masing berdasarkan toleransi antarumat beragama ditampilkan dalam film “?”. Hal tersebut mewujudkan sikap yang mengandung nilai-nilai inklusivisme yang mewujud dari masing-masing tokoh yang berbeda agama. Sikap inklusivisme tersebut merupakan ideologi lain yang terdapat dalam film „?”.Pada bagian akhir cerita digambarkan bahwa toleransi antarumat beragama merupakan solusi yang tepat di tengah pluralitas keagamaan yang terjadi dan dialami oleh masing-masing tokoh dalam film “?”. Kerukunan antarumat beragama dan keharmonisan dalam hubungan antarumat beragama dapat tercipta sebagai akibat dari perwujudan sikap toleransi antarumat beragama dan perwujudan nilai-nilai inklusivisme yang ditampilkan oleh masing-masing tokoh dalam film “?” dengan berbagai karakter yang melekat di dalamnya.Kata Kunci : Representasi, toleransi, umat beragama
INTERPRETASI KHALAYAK TERHADAP GAYA BERHUMOR SENTILAN SENTILUN Kevin Devanda Sudjarwo; Hedi Pudjo Santosa; Adi Nugroho; Triyono Lukmantoro
Interaksi Online Vol 2, No 2: April 2014
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (225.089 KB)

Abstract

Humor telah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari manusia, bisa dibilang sebagai bentuk paling dasar, sederhana, dan tua dari hiburan. Humor telah mewarnai aktivitas kita sehari-hari, mulai dari interaksi sosial hingga mewarnai media massa. Humor menjadi produk dari televisi dalam kemasan komedi, Sentilan Sentilun salah satunya. Acara yang ditayangkan oleh Metro TV ini merupakan talk show dengan genre politainment. Dipandu oleh Slamet Rahardjo dan Butet Kertaradjasa, acara ini membahas kondisi sosial dan politik Indonesia dari sudut pandang humor. Sentilan Sentilun mengajak khalayaknya untuk menertawakan keganjilan kondisi sosial dan politik. Mereka bergunjing mengenai pembesar-pembesar negara yang korup, mewakili uneg-uneg dan ketidakpuasan yang ada pada masyarakat.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interpretasi khalayak terhadap gaya berhumor Sentilan Sentilun. Bagaimana mereka memaknai pesan yang diberikan berdasar kerangka pikirnya masing-masing, gaya berhumor yang seperti apa yang kemudian membuat mereka tertawa. Berangkat dari hal-hal tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan analisis resepsi dari Stuart Hall. Data diperoleh dari studi kepustakaan dan teknik indepth interview. Yang menjadi subyek penelitian ini adalah empat narasumber dengan latar belakang sosial dan budaya yang berbeda, guru, seniman, dan mahasiswa dengan latar belakang budaya Jawa, dan seorang fresh graduated dengan latar belakang budaya Minang. Yang diharapkan dari keempat narasumber tersebut adalah keragaman jawaban dan pendapat yang kemudian dapat ditarik kesimpulan berdasar teori Stuart Hall.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemaknaan keempat narasumber sebagai khalayak Sentilan Sentilun benar dipengaruhi oleh kerangka pikir mereka masing-masing. Narasumber menyadari bahwa apa yang dilakukan Sentilan Sentilun merupakan bentuk representasi dari apa yang mereka juga lakukan dalam kehidupan sehari-hari, menggunjingkan para pembesar negara dengan humor. Dan bagaimana pada dasarnya mereka menunjukkan sikap suportif terhadap apa yang dilakukan Sentilan Sentilun tersebut. Dalam hal mengapa Sentilan Sentilun memilih untuk menggunakan humor terdapat perbedaan pendapat tetapi juga mereka menunjukkan kesetujuan bahwa humor dipakai untuk membuat topik yang sensitif dan tabu menjadi lebih sopan, tidak terlalu “menusuk”, dan mendatamgkan penerimaan. Maka dari itu, humor pada akhirnya menjadi semacam bentuk kontrol sosial bagi siapa saja khususnya para pelaku dunia sosial dan politik Indonesia. Keywords: humor, interpretasi, media, Sentilan-Sentilun.
Pengalaman Akomodasi Komunikasi (Kasus: Interaksi Etnis Jawa dengan Etnis Batak) Osa Patra Rikastana; Turnomo Rahardjo; Lintang Ratri Rahmiaji; Adi Nugroho
Interaksi Online Vol 4, No 1: Januari 2016
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (39.245 KB)

Abstract

Geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau, berada diantara dua benua dan dua samudra, dan pernah menjadi jalur utama perdagangan kuno menjadikan kultur yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia menjadi beragam. Keberagaman budaya, selain menjadi anugerah negeri juga menjadi potensi masalah. Potensi masalah yang bisa muncul yaitu kesalahpahaman ketika proses komunikasi antarbudaya, bahkan dalam taraf yang drastis dapat memicu konflik. Kasus yang diangkat merupakan interaksi antara etnis Jawa dengan Batak. Nilai dan norma yang dipegang oleh anggota dari etnis ini dinilai saling bertolak belakang.Penelitian ini bertujuan untuk memahami bentuk akomodasi komunikasi serta kendala yang muncul ketika individu dari etnis Jawa dengan Batak berinteraksi pada tahap perkenalan. Penelitian ini menggunakan paradigma Interpretif dan pendekatan fenomenologi yang digunakan untuk memahami suatu fenomena menurut perspektif informan, dalam hal ini yaitu individu dari etnis Jawa dengan Batak ketika melakukan proses akomodasi komunikasi pada tahap perkenalan. Teori Akomodasi Komunikasi digunakan sebagai alat untuk membaca bentuk akomodasi yang digunakan oleh masing-masing informan. Peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam kepada empat informan yang masing-masing berasal dari etnis Jawa dan Batak.Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk akomodasi komunikasi yang digunakan oleh individu dari etnis Jawa dan Batak adalah Konvergensi, dimana individu berusaha untuk menyamakan perilaku komunikasi dengan lawan bicaranya. Selama proses komunikasi mereka mengesampingkan atribut-atribut kultural yang mereka miliki dengan tujuan mengakomodasi, hal ini menunjukkan adanya kesadaran untuk melakukan akomodasi pada komunikasi antarbudaya. Kedua etnis ini memiliki perbedaan faktor yang mendorong mereka untuk melakukan akomodasi, individu dari etnis Jawa mengakomodasi karena dorongan kultural, sedangkan individu dari etnis Batak mengakomodasi agar diterima kedalam kelompok. Kendala yang muncul selama proses komunikasi adalah stereotip, penggunaan bahasa, dan kurangnya informasi kultural.
Pengembangan dan Pengelolaan Situs Berita Pandu Hidayat; Turnomo Rahardjo; Adi Nugroho; Triyono Lukmantoro
Interaksi Online Vol 4, No 1: Januari 2016
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (239.211 KB)

Abstract

Menyadari tidak adanya media resmi yang fokus membahas isu terkait dengan alam, sejarah, dan budaya di Dieng, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Dieng Pandawa berinisiatif untuk membuat situs berita yang bernama www.diengsavanaindonesia.com. Hal ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada khalayak luas berkaitan dengan tema-tema tersebut.Konten yang ditampilkan di situs ini, ditulis dalam ragam tulisan jurnalistik. Karena itu, pembagian tugas dalam pengelolaan situs ini pun terdiri dari; reporter, fotografer, editor dan desainer grafis. Reporter bertugas mencari dan menulis berita. Fotografer mencari gambar terkait dengan berita yang ingin dimuat. Editor menyunting tulisan yang akan dimuat. Sementara itu, desainer grafis merancang tampilan pada laman yang tersedia di situs tersebut, serta mengunggah berita yang sudah siap muat.Selama satu bulan pengelolaan, situs ini berhasil memuat 31 berita di rubrik atau kanal-kanal yang tersedia. Kanal-kanal itu terdiri dari kanal alam yang berisi tentang potensi dan keadaan alam di Dieng. Kanal sejarah yang menyajikan informasi berkaitan dengan peristiwa sejarah yang pernah terjadi di sana. Kanal budaya, berisi tentang keragaman budaya, adat istiadat dan kesenian yang ada di Dieng dan sekitarnya, dan terakhir, kanal galeri, yang berisi foto essai dan foto-foto yang diambil di Kawasan Dieng.Dalam pelaksanaannya, karya bidang ini tidak lepas dari kendala yang terjadi selama proses pengelolaan. Kendala berupa pelaksanaan yang tertunda akibat terjadinya kesalahan komunikasi, tema berita yang tidak bisa diliput sesuai dengan jadwal yang sudah dibuat serta sulitnya mencari sumber untuk berita yang akan ditulis. Meskipun begitu, kendala-kendala tersebut dapat diatasi melalui diskusi dari anggota tim yang ada di „Dieng Savana Indonesia‟. Selain pengelolaan dalam bidang jurnalistik, karya bidang ini juga melaksanaan pengeloaan dalam penyebaran informasi. Media yang digunakan adalah jejaring sosial seperti instagram, twitter, dan facebook.Selanjutnya, untuk mengetahui jumlah pengunjung situs selama satu bulan pengelolaan, digunakan aplikasi webalizer. Hasil penghitungan sebanyak 31 berita yang telah diunggah, meraih total 5538 pengunjung. Hasil tersebut didapat dari empat kanal yang ada pada situs “Dieng Savana Indonesia”, yaitu kanal alam, sejarah, budaya dan galeri. Meskipun begitu masih terdapat beberapa kekurangan dalam situs berita ini, seperti kualitas tulisan berita yang tidak terjaga, tampilan situs yang kerap mengalami gangguan teknis serta kurangnya publikasi untuk berita yang dimuat. Hal tersebut perlu diperbaiki agar situs “Dieng Savana Indonesia‟ menjadi lebih baik.
Co-Authors A. Muthalib Nawawi Agus Naryoso S.Sos, M.Si, Agus Naryoso Aidul Fitriciada Azhari Alaya Fadllu Hadi Mukhamad Amalia Andersona , Kevin Ferdinand Andhika Putra Nugraha Aprillia N S Arditya Drimulrestu Arfianto Adi Nugroho Arie Surachman Arinda Putri Oktaviani Brillian Barro Vither Choirul Ulil Albab David Fredy Christiyanto Delia Meldra Desfita Eka Putri Destika Fajarsylva Anggraini Djoko Setyabudi Dody Tisna Kurniawan DR Sunarto Dr. Sunarto Dubha Kaldota Diptapramana Eko Suharton Fauzan Faiz Fauzie Rahman Fetiyana Luthfi Prihandini Fuad Dwi Hanggara Galih Arum Sri Gelar Mukti Ghanes Eka Putera Hapsari Dwiningtyas Hari Basuki Haris Pramudia Hartono Hartono Hedi Pudjo Santosa Imanda Aulia Akbarian Indah Purnama Indartono Indartono Indra Prayoga Joyo NS Gono Karina Puspadiati Kevin Devanda Sudjarwo Khabib Mustofa Kiky Rizkiana Krisna Adhi Nugroho Lintang Andini Lintang Ratri Rahmiaji Lintang Ratri Ramiaji Lussy Vidya Citra M Bayu Widagdo M Yulianto Marliana Nurjayanti Nasoetion Marni Oktavia Mellisa Indah Purnamasari Mohammad Dede Rahmatullah Much Yulianto Much. Yulianto Muchammad Yulianto Muhammad Syamsud Duha Ni Made Dinna Caniswara Nilna Rifda Kholisha Nurist Surayya Ulfa Nurrist Suraya Ulfa Nurriyatul Lailiyah Osa Patra Rikastana Pandu Hidayat Purwoko, Agus Rachmi Renis Susani Karamina Ricki Apriliono Rosihan Adhani, Rosihan Salsabila, Unik Hanifah Sarah Tri Rahmasari Sembiring, Rinawati Seno Darmanto Seno Darmanto Shafira Indah Muthia Sri Nofidiyahwati Sulastri _ Sunarso Sugeng Sutan to Suwarman - Tandiyo Pradekso Taufik Suprihartini Taufik Suprihatini Tineke Kristina Siregar Tommy Ardianto Tri Yoga Adibtya Tama Trisni Suryarini Triyono Lukmantoro Turnomo Rahardjo Ulya Anggie Pradini Vidya Ayunita Wardah Yuspin Widyaningsih, Murti Wiwid Noor Rakhmad Yoga M Pamungkas Yuanisa Meistha Yubal Nugroho Paseneke Yulistra Ivo Azhari Yusuf Umardani Yusuf Umardani