Claim Missing Document
Check
Articles

INTERPRETASI KHALAYAK TERHADAP PEMBERITAAN KASUS KEKERASAN SEKSUAL DI JAKARTA INTERNATIONAL SCHOOL DI TELEVISI Brillian Barro Vither; Hedi Pudjo Santosa; Turnomo Rahardjo; Adi Nugroho
Interaksi Online Vol 3, No 2: April 2015
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (138.317 KB)

Abstract

Televisi merupakan teknologi audio visual yang dapat menyajikan informasi dan hiburan secara cepat, terjangkau, dan umum dimiliki oleh masyarakat. Setiap stasiun televisi berusaha memberikan program-program terbaru sesuai dengan tren yang berlangsung. Begitu beranekaragam produk yang disajikan televisi, salah satu produk unggulan yang disajikan televisi adalah program berita.Berita yang memuat peristiwa kekerasan dan kriminalitas mendapat perhatian yang cukup tinggi dari para penonton televisi. Bahkan berita kriminal dan kekerasan sering disiarkan pada jam-jam produktif untuk menarik minat masyarakat. Pemberitaan kekerasan yang berlebihan ditakutkan dapat menimbulkan efek bagi pemirsa yang menyaksikan berita tersebut secara terus menerus. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerimaan audiens mengenai pemberitaan kasus kekerasan seksual di Jakarta International School yang tayang pada program berita di televisi. Penelitian ini menggunakan model encoding-decoding Stuart Hall untuk menjelaskan jalannya proses encoding-decoding pemberitaan dari program berita.Penelitian ini adalah penelitian dengan tipe deskriptif yang bersifat kualitatif dan menggunakan pendekatan analisis resepsi. Dalam analisis resepsi khalayak dipandang sebagai produser makna yang tidak hanya menjadi konsumen isi media. Hasil penelitian akan membagi khalayak ke dalam tiga posisi pemaknaan. Yaitu kelompok dominat reading, khalayak yang menerima fakta yang ditayangkan oleh program berita sesuai dengan prefered reading (makna yang ditawarkan media). Kelompok ini diisi oleh mereka yang menganggap bahwa kasus kekerasan seksual di JIS merupakan kasus yang menyeramkan. Kelompok negotiated reading, memaknai fakta yang ditayangkan sesuai dengan kenyataan, namun tidak setuju dengan cara penyampaiannya dalam program berita. Sedangkan kelompok oppositional reading, adalah khalayak yang memiliki pemaknaan yang berbeda sama sekali dengan makna dominan.Kelompok ini terdiri dari mereka yang menganggap bahwa kasus kekerasan seksual di JIS adalah kasus kriminalitas biasa dan tidak takut terhadap hal tersebutPenelitian ini sangat terbuka untuk dikaji dari sudut pandang dan metode berbeda dan menjadi dasar penelitian selanjutnya, terutama hal mengenai pemberitaan pesohor di infotainment dan khalayak aktif sehingga dapat menambah kajian penerimaan khalayak.
ANALISIS FRAMING BERITA KASUS SUAP KETUA MAHKAMAH KONSTITUSI PADA KORAN TEMPO Lintang Andini; Adi Nugroho; Taufik Suprihatini; Much Yulianto
Interaksi Online Vol 2, No 2: April 2014
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (32.206 KB)

Abstract

Mahkamah Konstitusi adalah salah satu lembaga tinggi negara yang harus menjaga konstitusi dan menegakkan hukum di Indonesia. Namun, yang terjadi justru Ketua Mahkamah Konstitusi ditangkap KPK karena terlibat suap dalam sengketa Pilkada Gunung Mas dan Pilkada Lebak. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana Koran Tempo membingkai kasus suap yang melibatkan Ketua Mahkamah Konstitusi, Akil Mochtar. Penelitian dilakukan terhadap Koran Tempo, karena koran ini dianggap layak dan memiliki keunggulan dibanding koran lain.Teori yang digunakan adalah teori konstruksi realitas sosial dari Peter L. Berger dan Thomas Luckman. Penelitian menggunakan pendekatan analisis framing yang dikembangkan Robert N. Entman, yang terdiri dari empat perangkat, yaitu Define Problems(pendefinisian masalah), Diagnose Cause (memperkirakan sumber masalah), Make Moral Judgement (membuat keputusan moral) dan Treatment Recommendation(menekankan penyelesaian). Hasil penelitian menunjukkan, define problem adalah Koran Tempo memahami kasus ini sebagai skandal besar di Indonesia. Kasus suap ini melibatkan ketua Mahkamah Konstitusi yang seharusnya menegakkan hukum dan memberantas korupsi. Diagnose Cause adalah Akil dianggap sebagai pihak yang bersalah dalam kasus ini. Make Moral Judgementyang diberikan Koran Tempo adalah penilaian negatif terhadap Akil, misalnya Akil dianggap hakim yang tidak netral dan diduga melakukan pencucian uang. Penilaian negatif juga ditujukan pada Mahkamah Konstitusi dengan memberitakan bahwa praktek pemerasan pihak berperkara sudah biasa terjadi disana. Treatment Recommendationdari Koran Tempo adalah KPK harus mengusut tuntas kasus ini. Koran Tempo memiliki ciri khas yang memberi perhatian khusus dan berani mengungkap kasus-kasus khusunya kasus korupsi dan suap. Bahasa yang digunakan Koran Tempo cenderung lebih berani. Pemberitaan Koran Tempo juga didukung dengan hasil investigasi yang mengungkap fakta bahwa banyak kejanggalan yang dilakukan Akil. Dapat disimpulkan, Koran Tempo membentuk konstruksi bahwa Akil Mochtar adalah pihak yang bersalah dalam kasus ini. Mahkamah Konstitusi juga dikonstruksikan sebagai lembaga yang tidak bersih dari tindak korupsi. Koran Tempo bersikap tidak netral dengan cenderung memihak pada KPK. Key Words: Mahkamah Konstitusi, Praktik Suap, Koran Tempo
Sikap Harian Kedaulatan Rakyat Terhadap Pemberitaan Kasus Penembakan di Lapas Cebongan Tineke Kristina Siregar; Taufik Suprihatini; Adi Nugroho
Interaksi Online Vol 1, No 4: Oktober 2013
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (335.604 KB)

Abstract

Sikap Harian Kedaulatan Rakyat Terhadap Pemberitaan Kasus Penembakan di LapasCebongan(Analisis Framing: Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat Periode 24 Maret – 23 Mei2013)ABSTRAKOrganisasi media massa dalam membingkai sebuah berita diharapkan dapat membingkaisuatu peristiwa atau berita sesuai dengan fakta yang di dapat pada saat melakukan liputan dilapangan. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruksionis. Metode penelitian yangdigunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif, dengan analisis framing untuk melihatbagaimana SKH Kedaulatan Rakyat dalam membingkai pemberitaan kasus penenembakan diLP Cebongan. Penelitian ini menggunakan teori Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberitaan yang dilakukan oleh SKH KedaulatanRakyat tentang kasus penembakan empat tahanan di Lapas Cebongan oleh anggota Kopassusbahwa adanya keberpihakan SKH Kedaulatan Rakyat secara tidak langsung kepada pihakKopassus. Pada awal pemberitaan yang disajikan oleh SKH Kedaulatan Rakyat dalammenentukan sikapnya, isi berita masih terlihat “abu-abu”. Surat kabar ini terlalu fokus padaunsur Who (Siapa) dan cenderung mengabaikan How (Bagaimana) sebagai salah satu unsuryang seharusnya dipenuhi dalam mengkonstruksi suatu pemberitaan.Kata Kunci : Kopassus, Lapas Cebongan, Tahanan.The Demeanor of Harian Kedaulatan Rakyat About Reporting The Shooting Case inCebongan Prisons(Framming Analysis: Daily News of Kedaulatan Rakyat Period 24th March – 23rd May2013)ABSTRACTIn order to framming an event, mass media organization has been expected to offer newsappropriately in according to reality which is gotten when reasearching in the field. Thisresearch use constructive paradigm and descriptive-qulitative as the method, with framminganalysis. This research uses theory which is given by Zhongdang Pan and Gerald M Kosicki.This research results showed that based on SKH Kedaulatan Rakyat’s reports about firingcase of four prisoners in Cebongan penitentiary by Army Social Forces members indicates.SKH Kedalautan Rakyat has indirectly certain interest with Army Social Forces. In thebeginning of the news which provided by SKH Kedaulatan Rakyat in choosing theirbelonging, the content of the news seems unclearly. This newspaper extremely focus on thesubject (Who), instead of analyze the news comprehensively (How).Keywords : Kopassus, Cebongan penitentiary, prisons.Sikap Harian Kedaulatan Rakyat Terhadap Pemberitaan KasusPenembakan di Lapas Cebongan(Analisis Framing: Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat Periode 24Maret – 23 Mei 2013)SkripsiBAB IPENDAHULUAN1.1. Latar BelakangPemenuhan kebutuhan manusia akan informasi adalah merupakan suatu hal yang dianggapbegitu penting. Sama halnya dengan pemberitaan yang dilakukan oleh harian KedaulatanRakyat, dimana dalam hal ini, Kedaulatan Rakyat sebagai salah satu surat kabar lokal DIYjuga memberikan pemberitaan mengenai kasus penembakan 4 di Lapas Cebongan,Yogyakarta. Berikut berita yang dihasilkan oleh harian Kedaulatan Rakyat:Segerombolan pria bersenjata api laras panjang, Sabtu (23/3) dini harimenyerbu Lapas Sleman yang terletak di Cebongan Sleman.Berhasil masuk ke dalam, para pelaku kemudian menembak empattersangka, yakni Andrianus Candra alias Dedi (33), Hendrik BenyaminSahetapi alias Dicky (38), Gameliel Yermianto alias Adi Lado (29), danYohanes Juan Mambait (38).(Sumber : harian Kedaulatan Rakyat, 24 Maret 2013, Lapas Cebongan SlemanDiserbu 4 Tahanan Tewas).Peneliti menggunakan surat kabar harian Kedaulatan Rakyat sebagai objek dalampenelitian ini karena peneliti menilai bahwa surat kabar harian Kedaulatan merupakan suatusurat kabar lokal yang isi teks beritanya dianggap layak untuk digunakan dalam penelitiankhususnya analisis framing. Dalam hal ini peneliti mencoba melakukan penelitian denganmenggunakan analisis framing dalam kasus ini.1.2. Perumusan MasalahPermasalahan yang akan diteliti oleh peneliti yaitu: Bagaimana sikap harianKedaulatan Rakyat dalam membingkai (frame) pemberitaan Kasus Penembakan 4 orangTahanan oleh Anggota Kopassus di Lembaga Pemasyarakatan Cebongan?1.3. Tujuan PenelitianUntuk mengetahui sikap harian Kedaulatan Rakyat dalam mengkonstruksipemberitaan Kasus Penembakan Lembaga Pemasyarakatan Cebongan.1.4. Kegunaan Penelitian1.4.1 Kegunaan SosialPenelitian ini diharapkan nantinya dapat membantu masayarakat umum khususnyadalam mengkonsumsi media. Diharapkan masyarakat dapat dengan kritis dalammemilah dan memilih media yang ingin dikonsumsi1.4.2 Kegunaan TeoritisPenelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan ilmiah dan memperkayakajian ilmu komunikasi khususnya mengenai persoalan yang berkaitan denganpembingkaian berita dengan menggunakan teori Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki1.4.3 Kegunaan PraktisAgar dengan membaca penelitian ini, pembaca mengetahui sikap media massadalam peran surat kabar sebagai media massa yang memiliki pandangan yangberbeda-beda dalam mengonstruksi realitas yang ada.1.5. Kerangka Pemikiran Teoritis1.5.1. Paradigma Penelitian1.5.2. State of the art1.5.3. Media Massa1.5.4. Skema dan Produksi Berita1.5.5. Konstruksi Sosial1.5.6. Teori Analisis Framing1.5.6.1. Definisi dan Ideologi Framing1.5.6.2. Efek Framing1.5.6.3. Model Framing : Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki1.6. Metode Penelitian1.6.1. Tipe PenelitianPenelitian yang akan dilakukan ini menggunakan tipe penelitian kualitatif yang bersifatdeskriptif dengan menggunakaan metode analisis framing.1.6.2. Subjek PenelitianHarian Kedaulatan Rakyat periode 24 Maret- 23 Mei 2013.1.6.3. Sumber Dataa. Data PrimerHarian Kedaulatan Rakyat periode 24 Maret- 23 Mei 2013.b. Data sekunderData Sekunder dalam penelitian ini berupa data yang diperoleh diluar dariHarian Kedaulatan Rakyat seperti literatur-literatur, sumber bacaan bukutertulis .1.6.4. Teknik Pengumpulan DataDokumen eksternal, yaitu data-data unit analisis dikumpulkan dengan cara mengumpulkandata dari bahan-bahan tertulis yang disiarkan dari media massa.1.6.5. Analisis Data.Perangkat frame dapat dibagi ke dalam struktur besar menurut Zhongdang Pan dan GeraldM. Kosicki. Pertama, struktur Sintaksis. Kedua, struktur Skrip. Ketiga, struktur Tematik.Keempat, struktur Retoris.BAB IIGAMBARAN UMUM HARIAN KEDAULATAN RAKYAT DAN PEMBERITAANKASUS PENEMBAKAN 4 TAHANAN LP CEBONGAN DALAM HARIANKEDAULATAN RAKYAT2.1. Perkembangan Surat Kabar CetakSurat kabar adalah media massa yang paling tua dibandingkan dengan media massalainnya. Di Indonesia, surat kabar berkembang pesat dengan peran dan fungsinya sendirisebagai penyampai informasi kepada masyarakat luas hingga saat ini.2.2. Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat2.2.1. Sejarah Berdirinya Harian Kedaulatan Rakyat2.2.2. Kepemilikan dan Kepemimpinan Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat2.2.3. Visi dan Misi Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat2.2.4. Kegiatan Sosial dan Penghargaan yang diterima Surat Kabar HarianKedaulatan Rakyat2.2.5. Rubrik Dalam Cetakan SKH Kedaulatan Rakyat dan Tiras SKHKedaulatan Rakyat .2.2.5.1. Rubrik Dalam Cetakan SKH Kedaulatan Rakyat2.2.5.2. Tiras Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat2.2.6. Jumlah Pembaca dan Profil Pembaca SKH Kedaulatan Rayat2.2.6.1. Jumlah Pembaca SKH Kedaulatan Rakyat2.2.6.2. Profil Pembaca SKH Kedaulatan Rakyat2.2.7. Struktur Organisasi dan Profil Harian Kedaulatan Rayat2.3. Deskripsi Kasus Penembakan 4 Orang Tahanan LP Cebongan Dalam HarianKedaulatan RakyatBAB IIISTRUKTUR FRAME PEMBERITAAN KASUS PENEMBAKAN EMPAT ORANGTAHANAN LP CEBONGAN1. Berita tanggal 24 Maret 2013Sintaksis : Menjelaskan kronologis penyerangan LapasSkrip : Unsur Why dalam berita ini tidak disebutkan.Tematik :Seluruh paragraf menerangkan mengenai kronologis penyerangan.Retoris : Gambar2. Berita tanggal 25 Maret 2013Sintaksis : Pihak kepolisian belum berhasil mengidentifikasi pelaku penyerang.Skrip : 5W+1H : sudah memenuhi kriteria.Tematik : menerangkan mengenai pengidentifikasian dan proses pencarian fakta-faktamengenai pelaku penyerang Lapas.Retoris : -3. Berita tanggal 26 Maret 2013Sintaksis : Menerangkan belum ditemukannya sidik jari penyerbu Lapas.Skrip : Tidak terdapat unsur how.Tematik : Seluruh paragraf menerangkan mengenai tahanan yang masih mengalamitrauna akibat penyeranganRetoris : Gambar4. Berita tanggal 27 Maret 2013Sintaksis : Menerangkan bahwa presiden SBY meminta Panglima TNI untuk membantuPolri mengungkap identitas pelaku penyerang.Skrip : Tidak terdapat unsur how.Tematik : terdapat keterkaitan antara paragraf 3 dan 5 yang menekankan peran polridalam pengungkapan penyerang Lapas.Retoris : Gambar.5. Berita tanggal 28 Maret 2013Sintaksis : Polri sudah mulai menemukan titik terang pelaku Lapas dan terdapat sandikhusus pelaku penyerangan.Skrip : Tidak terdapat unsur why dan how.Tematik : Isi berita merupakan pemberitaan terkait pengumpulan fakta dan buktipenyerangan LapasRetoris : Idiom6. Berita tanggal 30 Maret 2013Sintaksis : memberikan keterangan bahwa Tim 9 diterjunkan untuk mengusut kasusCebongan.Skrip : Tidak terdapat unsur why dan how.Tematik : isi pemberitaan hanya memberikan keterangan mengenai keterlibatan oknumTNI AD dalam penyerangan Lapas.Retoris : Gambar7. Berita tanggal 01 April 2013Sintaksis : memberikan keterangan mengenai pengamanan Polda DIY dan sketsaPenyerang Lapas akan disebar.Skrip : Hanya terdapat unsur where dan when saja.Tematik : Tidak begitu menunjukkan bahwa adanya keterkaitan antar paragraf.Retoris : Gambar8. Berita tanggal 02 April 2013Sintaksis : mengenai belum adanya tersangka kasus penyerangan Lapas Cebongan.Skrip : Tidak terdapat unsur who, why dan how.Tematik : Adanya keterkaitan antara paragraf 4 dan 6. Dimana dalam hal ini lebihmenekankan adanya keterkaitan TNI dalam penyerangan Lapas.Retoris : Gambar9. Berita tanggal 04 April 2013Sintaksis : memberikan keterangan mengenai penerjunan tim 9 ke Lapas belummenunjukkan adanya petunjuk pelaku penyerang Lapas.Skrip : Hanya terdapat unsur what, where dan when.Tematik : seluruh paragraf dari berita ini memberikan keterangan mengenai investigasiyang dilakukan oleh tim 9.Retoris : -10. Berita tanggal 05 April 2013Sintaksis : memberikan keterangan bahwa oknum Kopassus mengaku serang Lapas danPenyerang siap bertanggung jawab atas peristiwa tersebut.Skrip : Unsur how tidak terdapat dalam berita.Tematik : berisi tentang pengakuan oknum Kopassus terhadap serangan ke Lapas danterkait dengan kronologis penyerangan.Retoris : Gambar11. Berita tanggal 06 April 2013Sintaksis : tentang pertanggung jawaban Komandan Jenderal terhadap penyerbuan anakbuahnya ke Lapas Cebongan.Skrip : Unsur how tidak terdapat dalam berita.Tematik : berisi tentang pertanggung jawaban Danjen terhadap anak buahnya yangmenyerang Lapas.Retoris : -12. Berita tanggal 10 April 2013Sintaksis : Judul berita : Judul ini memberikan keterangan terkait proses hukum yangakan dilakukan oleh 11 oknum Kopassus.Kutipan sumber: memberikan keterangan terkait persidangan yang akandilakukan.Skrip : Unsur how tidak terdapat dalam berita.Tematik : seluruh berita ini berisi tentang mengenai penyelidikan dan status 11 oknumKopassus.Retoris : Gambar13. Berita tanggal 12 April 2013Sintaksis : memberikan keterangan bahwa tidak perlunya menggunakan DewanKehormatan Militer karena kasus ini dinilai bukanlah pelanggaran HAM.Skrip : Unsur how tidak terdapat dalam berita.Tematik : berisi tentang memberikan penekanan bahwa tidak perlunya menggunakanUU Peradilan HAM karena kasus ini tidak menyangkut HAMRetoris : -14. Berita tanggal 22 Mei 2013Sintaksis : memberikan keterangan bahwa tersangka pelaku penyerangan Lapasbertambah menjadi 12 orang.Skrip : Unsur why dan how tidak terdapat dalam berita.Tematik : berisi tentang sidang yang akan dilakukan secara terbuka dan bertambahnyapelaku menjadi 12 orang.Retoris : Gambar15. Berita tanggal 23 Mei 2013Sintaksis : memberikan keterangan bahwa Odmil telah menerima berkas Cebongan.Skrip : How tidak terdapat dalam berita.Tematik : berisi tentang berisi tentang kelengkapan berkas dan barang bukti dalampenyelidikan.Retoris : -BAB IV4.1. Kasus Cebongan Diserahkan Kepada “TIM 9” Yang Dibentuk TNISintaksis : Lead yang merujuk pada kutipan yang diberikan oleh unsur who dalam hal inisebagai pandangan awal dalam pembentukan body berita.Skrip: Berita ini tidak terdapat unsur Why dan How.Tematik: SKH Kedaulatan Rakyat sendiri belum terlihat memberikan kritikannya dalamkasus ini.Retoris: Adapun gambar yang diberikan oleh SKH Kedaulatan Rakyat yaitu menggambarkanseorang berpenutup wajah lengkap dengan pakaian tertutup dan sarung tangan dimana orangtersebut terlihat sedang membidik sesuatu dengan senjata api laras panjang, seolah-olah inginmenembak sesuatu.4.2. Oknum Kopassus Turun Gunung, Akui Eksekusi Preman, Penyerang LapasSiap Tanggung JawabSintaksis: Melalui judul berita ini SKH Kedaulatan Rakyat memberikan penonjolan melaluipemilihan kata yang digunakan.Skrip: Dalam berita ini tidak ditemukan unsur How.Tematik:. SKH Kedaulatan Rakyat masih terlihat abu-abu dapat menentukan sikap danarahnya terkait penyerangan Lapas Cebongan.Retoris: Gambar yang dicantumkan dalam berita ini yang paling menonjol yaitumenunjukkan gambar seorang pria menggunakan seragam TNI AD.4.3. Tak Perlu Dewan Kehormatan MiliterSintaksis: Dalam berita ini terlihat jelas sikap SKH Kedaulatan Rakyat. Hal ini terlihat darijudul atau headline berita yang diberikan.Skrip: Dalam berita ini tidak ditemukan unsur How.Tematik: Media sudah dengan jelas menunjukkan sikapnya.Retoris: Tidak ditemukan.4.4. Odmil Terima Berkas Cebongan, KSAD Jamin Tak IntervensiSintaksis: Melalui pemilihan kata memberikan penegasan kembali bahwa KSAD dijamin takakan intervensi apa pun dari proses peradilan.Skrip: Dalam berita ini tidak ditemukan unsur How.Tematik: Struktur tematik penulisan yang dilakukan SKH Kedaulatan Rakyat dalam beritaini, media dengan jelas menunjukkan sikapnya.Retoris: Tidak ditemukan.BAB VPENUTUP5.1 Kesimpulan1. Penyajian realitas menjadi sebuah berita dikonstruksi oleh SKH Kedaulatan Rakyat denganpemilihan narasumber berita yang kredibel.2. Surat kabar ini terlalu fokus pada unsur Who (Siapa) dan cenderung mengabaikan How(Bagaimana) sebagai salah satu unsur yang seharusnya dipenuhi juga.3. Struktur retoris yang diberikan dominan tidak sesuai antara gambar dan isi pemberitaanyang diberikan. Banyak gambar ataupun grafik yang tidak konsisten antara isi berita dangambar.5.2 Implikasi Hasil Penelitian1. Implikasi AkademikSecara teoritis, permasalahan dalam penelitian ini berhasil dipecahkan dengan menggunakanteori yang diberikan oleh Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki2. Implikasi PraktisPenelitian yang dilakukan ini memperlihatkan bagaimana media mengkonstruksi suaturealitas ke dalam sebuah pemberitaan. Pada penelitian yang akan dilakukan selanjutnya,peneliti baru dapat menggunakan menggunakan metode penelitian yang berbeda.3.Implikasi SosialMelalui hasil penelitian ini, peneliti menyarankan agar audiens atau seluruh orang yangmengkonsumsi media dapat dengan lebih cermat dan bijaksana dalam menilai setiappemberitaan yang disajikan oleh berbagai media.DAFTAR PUSTAKABaran , Stanley J dan Dennis K. Davis. 2010. Teori Komunikasi Massa: Dasar, Pergolakan,dan Masa Depan (5th ed.). (Terj.) Jakarta : Salemba HumanikaBungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi, Teori, Paradigma, dan Diskursi TeknologiKomunikasi di Masyarakat. Jakarta : KencanaD’Angelo Paul dan Jim A. Kuypers. 2010. Doing News Framing Analysis: Empirical andTheoretical Persfectives. New York : Routledge Communication SeriesEriyanto. 2002. Analisis Framing Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta : LkisYogyakartaLittlejohn, Stephen W dan Karen A. Foss. 2009. Teori Komunikasi, Theories of HumanCommunication. Jakarta : Salemba HumanikaMoleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja RosdakaryaMulyana, Deddy. 2008. Komunikasi Massa Kontroversi, Teori, dan Aplikasi. Bandung:Widya PadjajaranPawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta : PT Lkis Pelangi AksaraYogyakartaSeverin, Werner J dan James W. Tankard, JR. 2008. Teori Komunikasi: Sejarah, Metode,,dan Terapan di Dalam Media Massa (5th ed.) Jakarta : KencanaSobur, Alex. 2004. Analisis Teks Media Massa, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung : Remaja RosdakaryaSudibyo, Agus. 2001. Politik Media dan Pertarungan Wacana. Yogyakarta : Lkis PelangiAksara YogyakartaSulistiono, 2013. Senangnya Menjadi Wartawan. Yogyakarta : PT Intan SejatiSuyanto, Bagong dan Sutinah. 2010. Metode Penelitian Sosial Berbagai AlternatifPendekatan. Jakarta : KencanaSumber Skripsi:Yunusiana Ariana, (2012) “Pembingkaian Majalah Tempo Pada Pemberitaan Pansus BankCentury” (Analisis Framing Majalah Tempo). Skripsi. UNDIPIka Kumala Wati, (2009) “Sikap Harian Suara Merdeka Tentang Pemberitaan BambangSadono dalam Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2008” (Analisis framing HarianSuara Merdeka Periode Mei-Juni 2008). Skripsi. UNDIPSumber Tesis:Noor Irfan, (2011) Analisis Framing : Pemberitaan Harian Kompas atas RUUK-DIY. Tesis.UNDIPSumber Internet:Aris Fourtofour (2013). Sejarah Koran (Surat Kabar)http://www.kumpulansejarah.com/2013/01/sejarah-koran-surat-kabar.html diakses : 03Juli 2013, pukul 10.38David Straker (2002). The Newspaper Methods Go From Headline To Minor Detail.http://changingminds.org/description/methods/newspaper_method.html diakses : 20Mei 2012, pukul 22.10Febriana (2013). Perkembangan Media Cetak ; Surat Kabar dan Majalahhttp://ohninaaa.blogspot.com/2012/05/perkembangan-media-cetak-surat-kabar.htmldiakses 03 Juli 2013, pukul 11.14I Nyoman Wija, SE, AK (2011). Membungkam Pers dan Media Massa? Antara Fakta,Somasi, dan Hak Jawab. http://www.isi-dps.ac.id/berita/membungkam-pers-dan-mediamassa-antara-fakta-somasi-dan-hak-jawab diakses: 23 April 2013, pukul 12:30Iwan Awaludin Yusuf (2011). Bisnis Surat Kabar, Masihkah Menjanjikan?http://bincangmedia.wordpress.com/tag/suratkabar-di-indonesia/ diakses : 02 Juli 2013,pukul 14:49Jessica (2009). Konstruksi Pemberitaan Pencalonan Sri Sultan Hamengku Buwono X SebagaiCalon Presiden Pada Harian Kedaulatan Rakyathttp://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=1&submit.x=28&submit.y=15&submit=next&qual=high&submitval=next&fname=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Fikom%2F2009%2Fjiunkpe-ns-s1-2009-51405069-11641-sri_sultan-chapter4.pdf diakses : 03 Juli, pukul 13.20Mario (2009). Harian Kedaulatan Rakyat. http://id.shvoong.com/books/1873152-hariankedaulatan-rakyat/#ixzz2XsHbvcNx diakses : 02 Juli 2013, pukul 15:34Mesya Mohhamad (2013). Kronologi Pengeroyokan Anggota Kopassus Sertu Heru Didugajadi Pemicu Penyerangan Lapas Cebonganhttp://www.jpnn.com/read/2013/03/23/164068/Kronologi-Pengeroyokan-Anggota-Kopassus-Sertu-Heru- diakses : 02 Juli 2013, pukul 19.50Octa (2011). Perkembangan Pers di Indonesia. http://klikbelajar.com/umum/perkembanganpers-di-indonesia/ diakses : 02 Juli 2013, pukul 14.16Syaiful Hakim (2013). Penyerang LP Cebongan 11 Oknum Kopassus.http://www.antaranews.com/berita/367063/penyerang-lp-cebongan-11-oknum-kopassusdiakses: 23 April 2013, pukul 14:13Syamrilaode (2010). Pengertian Media Massa. http://id.shvoong.com/writing-andspeaking/2060385-pengertian-media-massa/#ixzz2Q8aDpKJJ diakses : 23 April 2013,pukul 14:38Tim Dishub Kominfo Pemerintah Provinsi DIY (2013). Kedaulatan Rakyat (KR)http://www.plazainformasi.jogjaprov.go.id/index.php/media-streaming/mediacetak/864-kr diakses : 02 Juli 2013, pukul: 20.45Tim Redaksi KR Yogya (2013). Profile SKH Kedaulatan Rakyat Yogyakartahttp://krjogja.com/images/SKH%20Kedaulatan%20Rakyat.html diakses: 08 Juli 2013,pukul: 12.31Umi dan Daru (2013). Kronologi Penembakan Brutal di Lapas Sleman yang Tewaskan 4Orang "Sipir tidak bisa berbuat apa-apa dan menunjukkan lokasi sel"http://nasional.news.viva.co.id/news/read/399633-kronologi-penembakan-brutal-dilapas-sleman-yang-tewaskan-4-orang diakses : 02 Juli 2013, pukul 20.27Widhie Kurniawan (2012). Bentrok TNI VS Polri Berulang Kembalihttp://rri.co.id/index.php/editorial/72/Bentrok-TNI-vs-Polri-Berulang-Kembali#.Ua2gppyE9NE diakses : 04 Juni 2013, pukul 16.49
Penerimaan Pemirsa Mengenai Pemberitaan Partai Nasdem di MetroTV Krisna Adhi Nugroho; Adi Nugroho; Muchammad Yulianto
Interaksi Online Vol 2, No 2: April 2013
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (256.155 KB)

Abstract

ABSTRAKSIDengan berkembangnya televisi di Indonesia, keberagaman acara di televisimenjadi ajang kesempatan bagi partai-partai politik yang ada untuk melakukanpemberitaan mengenai partainya di televisi, dan hal yang serupa juga dilakukanoleh Partai Nasdem melalui Metro Tv, Partai Nasdem mampu menyampaikaninformasi yang ada dalam partainya dalam berbagai pemberitaan-pemberitaanuntuk diberitahukan kepada masyarakat luas. Namun kegiatan di bidang mediamassa dewasa ini termasuk di Indonesia telah menjadi industri. Dengan masuknyaunsur kapital, media massa mau tak mau harus memikirkan pasar demimemperoleh keuntungan, baik dari penjualan maupun dari iklan. Dalam hal inimedia massa juga dapat mempengaruhi persepsi masyarakat tentang suatupermasalahan atau pemberitaan.Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisiskeberagaman interpretasi khalayak mengenai pemberitaan seputar Partai NasDemdi MetroTV. Teori yang digunakan adalah Uses and Gratifications. Penelitian inimenggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode analisis resepsikhalayak. Peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam terhadap pemirsayang secara aktif mengikuti berbagai segmen acara berita yang ditayangkanMetroTV. Para pemirsa kemudian dipilih berdasarkan tingkat pendidikan danjenis kelamin. Sehingga didapatkan makna yang berbeda-beda mengenaipemberitaan Partai Nasdem.Hasil dari penelitian ini menunjukkan gencarnya pemberitaan Partai Nasdemdi MetroTV mampu membentuk bahkan mengkonfigurasi resepsi Partai Nasdemdi mata khalayak. Pemberitaan tersebut mempengaruhi sebagian besar khalayakuntuk memberikan resepsi sesuai dominant-reading yang diharapkan pembuatberita, dalam hal ini adalah MetroTV. Informan menginterpretasi teks mediasesuai dengan struktur pengetahuan dan pengalaman subjektif yang berkaitandengan situasi tertentu. Dalam proses konsumsi dan produksi makna yangdilakukan oleh informan, ternyata latar belakang dan faktor pendidikan bukanmerupakan faktor penentu informan dalam mengkritisi makna dominan yangditawarkan media. Informan yang menjadi khalayak sasaran pemberitaan belumtentu terpengaruh oleh isi berita yang disajikan.Kata Kunci : MetroTV, Pemberitaan Partai NasDem, Analisis ResepsiABSTRACTWith increasingly television in Indonesia, various programs in televisionbecome opportunity arena for political parties presence in order to carried outnews about their parties in television, NasDem party could deliver informationexist within their party within various news informed to wide societies. Butactivity within this adult mass media sector already industrial in Indonesia. Byincluding capital element, mass media have think the market in order to obtainprofit, both from sale or advertisement. In this case mass media also couldinfluence society perception about such problem or news.This research aimed to describe and analyze the diversity of interpretationsof the audience on report NasDem Party on MetroTV. Theory used was Uses andGratifications. This study used a qualitative descriptive approach to audiencereception analysis method. Researcher used depth interview technique toaudience that actively participate in various program news segments whichpresent by MetroTV. Audiences, then, elected based on education level andgender. Therefore obtained difference meanings about NasDem Party news.This research result showed news unceasing of Nasdem Party on MetroTVable to formed event configurate reception of NasDem Party in public view.Those news was influence most public to giving reception due to dominantreadingwhich expected by news maker, in this case was MetroTV. Informant wasinterpreted media text due to knowledge structure and subjective experiencerelated to certain situation. Within both consumption and meaning productionprocess carried out by informant, in fact background and education factor werenot informant determinant factor to criticizes dominant meaning offered by media.Informan who became target public of news and indefinite influence by newscontent provided.Keywords: MetroTV, Nasdem Party News, Reception AnalysisPENDAHULUANRumusan MasalahPemberitaan media massa begitu cepat dengan pemberitaannya yangbegitu bebas tanpa ada pembatasan dan juga sensor semakin memberikanalternatif seseorang untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Televisidengan kemampuan untuk menyediakan informasi dalam bentuk audio-visualmenjadikannya sebagai salah satu media pilihan masyarakat untuk mendapatkaninformasi dalam rangka memenuhi kebutuhan akan informasinya. Persainganyang ketat diantara stasiun televisi yang ada juga sangat menguntungkan pemirsa.Dengan kelebihan yang dimiliki televisi, informasi-informasi yang disampaikantampak begitu nyata dengan tampilan gambar dan suaranya.MetroTV sebagai salah satu televisi swasta di Indonesia tidak berbedadengan stasiun televisi yang lain, yang berdiri untuk memenuhi kebutuhankhalayak akan informasi. MetroTV lebih mengutamakan pemberitaan yang aktualdan terkini, hal ini dapat dilihat dari kebanyakan program acara di MetroTV yanghampir semuanya tidak lepas dari berita. Beragam tayangan berita disajikan olehMetroTV, baik itu berita kebudayaan, hukum, kriminal, dan politik. Keberagamanpemberitaan politik yang dikemas dalam berbagai segmen acara di MetroTVtentunya sedikit banyak akan menimbulkan terpaan pemberitaan politik terhadapaudiensnya.Pemirsa sebagai audiens yang aktif memaknai teks berita yang disuguhkantelevisi, tentu diharapkan dapat menyadari bahwa tidak semua tayangan beritamemiliki nilai-nilai positif, namun juga disusupi oleh kepentingan-kepentinganmedia untuk mendapat perhatian pemirsa dan upaya pembentukan opini publikterhadap sebuah pemberitaan. Begitu halnya dengan pemberitaan Partai NasDemyang terlalu sering ditayangkan oleh MetroTV, karena sedikit banyak akanmenimbulkan penerimaan dari pemirsa MetroTV yang berbeda-beda. Mengamatifenomena tersebut, maka penelitian ini bermaksud untuk merumuskanpermasalahan secara garis besar, yaitu bagaimana resepsi pemirsa terhadapgencarnya pemberitaan yang dilakukan oleh MetroTV mengenai Partai NasDem?Tujuan PenelitianPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisisinterpretasi khalayak mengenai pemberitaan seputar Partai NasDem di MetroTV.Kerangka TeoritisState of The ArtPenelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini telah banyakdilakukan, salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Maya Monoarfapada tahun 2011 dengan judul Memahami Strategi Komunikasi Ormas NasionalDemokrat sebagai Embrio Partai Politik di Indonesia mempunyai tujuan untukmenganalisis strategi komunikasi yang digunakan ormas Nasional Demokrat,selain itu untuk menjelaskan strategi komunikasi apa saja yang diterapkan sebagaisarana bersosialisasi, memperkenalkan nama, tagline, serta lambing dari ormasNasional Demokrat. Penelitian tersebut menggunakan metode kualitatif denganmenggunakan metode studi kasus. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebutmenunjukkan bahwa ormas Nasional Demokrat dalam menerjemahkan sebuahgagasan dengan sebuah gerakan yang bernama Restorasi Indonesia menggunakantiga strategi komunikasi, yaitu : pendekatan tematik, mediated, dan non mediated.Analisis Resepsi KhalayakAnalisis resepsi menyatakan bahwa teks dan penerimanya adalah elemenyang saling melengkapi dalam aspek-aspek komunikasi. Dengan kata lain, analisisresepsi mengasumsikan bahwa tidak akan ada akibat (effect) tanpa makna(meaning) (Jensen, 2002: 135). Pada akhirnya, masyarakat ingin mengetahuibagaimana efek media massa dan analisis resepsi dapat menjawab pertanyaantersebut. Wacana media terbuka atau bersifat polisemis dan dapat diposisikan olehkhalayak yang merupakan agen budaya yang berkuasa.Yang menarik menurut Hoijer dalam Hagen dan Wasko (2000: 200&202),tidak satupun pemirsa mempertanyakan realitas dari berita. Pemirsa dapatbersikap kritis dan menganggap berita sebagai bias, tetapi tidak ada keraguanbahwa berita dianggap representasi dari realitas. Menariknya lagi, status realitasgenre tampaknya meningkatkan daya emosionalnya. Penelitian resepsi secaralebih lanjut menunjukkan bahwa pemirsa juga menjadi terlibat secara emosionaldalam berita. Bahkan, dalam penelitian survei representatif, mayoritas penonton(57%) menyatakan bahwa mereka biasanya menjadi sangat menaruh perhatianketika menonton berita.Khalayak dianggap aktif dalam menginterpretasikan isi media, dalam halini berita. Terdapat beberapa tipe dari khalayak aktif, antara lain : 1) Selektifitas,khalayak aktif dianggap selektif dalam proses konsumsi media yang mereka pilih.Konsumsi media khalayak aktif didasari alasan dan tujuan tertentu. 2)Utilitarianisme, di mana khalayak aktif mengkonsumi media dalam rangkamemenuhi kebutuhan dan tujuan tertentu yang mereka miliki. 3) Intensionalitas,yaitu penggunaan secara sengaja dari isi media. 4) Keikutsertaan, hal ini berartikhalayak secara aktif berpikir mengenai alasan mereka dalam mengkonsumsimedia. 5) Khalayak aktif dipercaya sebagai komunitas yang tahan dalammenghadapi pengaruh media dan tidak mudah dibujuk oleh media itu sendiri. 6)Khalayak yang terdidik, khalayak dianggap lebih bisa memilih media yangmereka konsumsi sesuai kebutuhan dibandingkan dengan khalayak yang tidakterdidik (Junaedi, 2007:82-83).Sebagai khalayak aktif, pemirsa televisi dalam menerima danmenginterpretasikan tayangan televisi menggunakan filter personalnya masingmasingdan tidak selalu sesuai dengan kemauan produsen. Begitu pula halnya saatpemirsa menonton tayangan pemberitan mengenai Partai Nasdem di MetroTv. Disatu sisi, media ingin menyampaikan pesan bahwa keterbukaan komunikasimengenai apa itu Partai Nasdem dan apa tujuan utama dengan dibentuknya PartaiNasdem, serta ingin menunjukkan model positif bagaimana berpolitik yang baiksesuai dengan arah Partai Nasdem. Namun, di sisi lain khalayak dapat menerimapesan tersebut dengan cara yang berbeda. Khalayak dengan frame of referencetertentu akan menganggap tayangan tersebut sekedar pencitraan Partai terhadappublik.Untuk mengetahui bagaimana penerimaan khalayak dapat berbeda-beda,dalam studi resepsi terdapat metode „encoding-decoding‟ milik Hall. Hallmenyebutkan bahwa teks berada di antara produsernya, yang menyusun maknadengan cara tertentu, dan khalayaknya, yang „men-decode‟ makna tersebutberdasarkan pada situasi sosial dan kerangka interpretasi yang berbeda. Transmisikomunikasi digambarkan sebagai sebuah loop yang meliputi rangkaian produksi,sirkulasi, distribusi/konsumsi, dan reproduksi (Hall, 1980 dalam O‟Shea, 2004:10).Hall menyebutkan, pesan yang komunikatif dibuat oleh pengirim danditafsirkan oleh penerima. Masalah timbul ketika ada ketidakcocokan antara kodeyang digunakan encoder dan decoder. Pesan-pesan media memikul berbagaimakna dan dapat diinterpretasikan dengan cara yang berbeda. Teks akandistrukturkan dalam dominasi yang mengarah kepada makna yang dikehendaki,yaitu makna yang dikehendaki teks dari kita. Khalayak dikondisikan sebagaiindividu yang secara sosial akan dikerangkakan oleh makna budaya dan praktikyang dimiliki bersama. Sejauh khalayak berbagi kode budaya dengan produsenatau pengode, mereka akan mengkode pesan di dalam kerangka kerja yang sama.Namun, ketika khalayak ditempatkan pada posisi sosial yang berbeda (misalkelas, usia, pengetahuan) dengan sumber daya budaya yang berbeda, dia mampumengkode program dengan cara alternatif. Hall juga menghipotesis bahwa adatiga posisi potensial decoding, antara lain :a) Dominan-hegemonik, yaitu ketika pemirsa mencode dan menerima maknayang dikehendaki. Karena posisi decoder dekat dengan encoder, makadecoder akan mengiterpretasi dengan bingkai kode dominan.b) Negosiasi, yaitu ketika decoder menerima beberapa aspek maknadominan, tapi menolak dan mengubah makna lainnya, untukmenyesuaikannya dengan pengertian dan tujuan sendiri.c) Oposisional, yaitu ketika posisi decoder berlawanan dengan encoder,mereka menciptakan cerita versi mereka sendiri dengan perhatian yangberbeda. Jadi decoder memaknai teks berlawanan dengan makna dominandari sudut pandang oposisional (Hall, 1980: 174-175).Gagasan Hall tersebut membuktikan adanya kesadaran untuk memikirkan teoriideologi dan kesadaran palsu. Dengan gagasan ini mereka diarahkan untukmeneliti potensi dari „differential decoding‟ yang menunjukkan adanyaperlawanan terhadap pesan media dominan. Selain itu, dapat dilihat bahwa mediamempunyai peran dalam mentransmisikan pesan-pesan dalam tayangan yangbergenre hiburan. Bagaimana masyarakat memaknai tayangan tersebut tentunyaakan beragam sesuai dengan latar belakang pengetahuan dan pengalamannya.Begitu pula tayangan pemberitan mengenai Partai Nasdem di MetroTv yangmungkin dimaknai secara berbeda-beda oleh individu yang berbeda.Berita Sebagai RealitasKehadiran program siaran berita yang dikemas dalam paket informasi olehtelevisi swasta memiliki banyak keunggulan dibanding media cetak. Beritatelevisi otomatis lebih cepat. Keistimewaannya lagi adalah gambar lebih hidupdengan dukungan suara yang persuasif dari para reporter televisi. Stasiun televisiswasta pantas bangga karena menyiarkan berbagai peristiwa secara audio danvisual.Selisih waktu yang hanya beberapa jam antara peristiwa dan penayangansudah cukup menjadikan kekuatan televisi swasta tak tertandingi media cetak.Tayangan televisi jelas lebih hidup, karena sifatnnya yang audio visual. Pemirsatidak perlu lagi bergantung pada wartawan Koran. Paket informasi berita televisimampu menjangkau banyak pemirsa bukan hanya karena kemampuanteknologinya saja, tetapi juga karena dalam menonton televisi pemirsa takmemerlukan keahlian apa-apa. Artinya mereka yang buta huruf pun dapatmengkonsumsi tayangan program televisi (Kuswandi, 2008:101-102).Birgitta Hoijer (Hagen dan Wasko, 2000:21) melaporkan dari beberapastudi tentang konsumsi audiens, tiga genre populer di televisi : berita, fiksi sosialrealitas,dan opera sabun prime-time. Hoijer menjelaskan bagaimana narasi tidakhanya dapat ditemukan dalam teks, tetapi adalah bentuk umum pengorganisasianpengalaman dalam pikiran. Dia menggambarkan bagaimana harapan penontonfiksi berbeda dari harapan mereka terhadap berita.Pemirsa berita televisi menginginkan prinsip berita harus singkat, jelas,sistematis, dan berpijak pada budaya tutur (story telling). Penyebaran beritasebagai salah satu bentuk industri informasi menyebabkan pemirsa televisi dapatmemperoleh berita tanpa harus membeli, seperti halnya media cetak.Dalam membuat berita, reporter harus mampu membedakan antarakejadian (fact) dan pendapat (opinion), agar penyiaran berita menjadi lebihobjektif. Kekhawatiran terjadinya subjektifitas antara kejadian (fact) dan pendapat(opinion) dalam berita yang dibuat reporter, bias mengakibatkan rusaknya proseskomunikasi sosial. Reporter dilarang memasukkan opini dalam membuat berita,agar tidak terjadi bias bagi audiens dalam menerima informasi atau berita. Sistempers Indonesia yang bebas dan bertanggung jawab bermakna bahwa arti bebasialah, berita reporter tidak „disusupi‟ unsure kepentingan golongan atau pribadidan institusi tertentu. Dalam hal ini, reporter bukan hanya sebagai sosok penyebarinformasi, tetapi sekaligus „penyaring‟ berita-berita yang layak terbit atau tidak.Sedangkan bertanggung jawab mengandung sisi etika sosial. Hal ini secaraetis menentukan posisi reporter untuk memahami dan menyadari bahwa hasilkaryanya (berita) mempunyai efek sosial. Dalam membuat berita, reporter dituntutobjektif. Tetapi karena sulitnya masalah objektivitas berita, pada akhirnya beritayang dibuat, bersifat „ganda‟ (objektivitas yang subjektif). Ini disebabkan reportertidak bisa menghindari unsur-unsur opini dalam membuat berita. Landasanobjektivitas dalam membuat berita, berhubungan erat dengan konsep etika, yaituselalu melihat tindakan manusia yang dibenarkan secara moral (Kuswandi,2008:84-86).Wartawan kenamaan Peter Arnett menegaskan bahwa pada dasarnyapenyajian berita dan penjelasan masalah aktual tidak lain adalah “…just to presentthe fact and opinion…!” reporter tidak boleh memasukkan opininya kedalam faktayang disusunnya (Kuswandi, 2008:98).Berita televisi adalah genre nonfiksi lain yang bersifat jelas tetapi genre iniakan tampak lebih fiktif ketika kita secara cermat menyelidikinya. Tokoh-tokohminor dalam program berita ini adalah reporter, subjek bintang dari peristiwaperistiwadunia, pakar, dan saksi mata. Alur kisah utama program berita inimemiliki fluktuasi drama seperti halnya kisah yang lain. Kisah-kisah individualdidramatisasi pada tingkat tertentu, memiliki pelbagai kualitas konflik dan akhiryang menggantung sehingga kita menonton episode berikutnya untuk melihatsiapa yang akan menang. Situasi-situasi minor ada karena program berita tersebutmemiliki pelbagai konvensi dan presentasi seperti halnya genre yang lain.Konvensi-konvensi ini berfungsi sebagai nilai-nilai berita (Burton, 2008:112).PenutupKesimpulanBerdasarkan pada penelitian yang dilakukan terhadap informan dapatditarik beberapa kesimpulan :1. Pada penelitian ini, terdapat tiga tipe pemaknaan oleh informan. Pertama,informan membaca dan memaknai pemberitaan Partai NasDemberdasarkan makna dominan yang ditawarkan. Mereka tidak melakukankritisi terhadap tayangan dan menerima teks apa adanya (tipe dominanthegemonic).Informan memaknai Partai NasDem sebagai sebuah partaialternative yang sangat cocok bagi pemilu 2014 ditengah berkurangnyakepercayaan khalayak dengan situasi politik dan partai politik yang ada diIndonesia sekarang ini. Kedua, informan melakukan tipe pembacaan yangbersifat negosiatif (negotiated reading). Meski mengkonstruksi PartaiNasdem sesuai dengan konsep pemberitaan, informan juga menciptakanalternatif makna baru berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yangmereka miliki. Ketiga, informan melakukan pembacaan secara berlawanan(oppositional reading). Informan ini bersikap lebih kritis dan tidakmenerima konstruksi Partai Nasdem sesuai dengan yang diberitakan.Informan dalam tipe ini tidak mempercayai apa yang digambarkanpemberitaan karena tidak sesuai dengan kenyataan.2. Gencarnya Pemberitaan Partai NasDem di MetroTV mampu membentukbahkan mengkonfigurasi resepsi Partai NasDem di mata khalayak.Pemberitaan tersebut mempengaruhi sebagian besar khalayak untukmemberikan resepsi sesuai dominant-reading yang diharapkan pembuatberita, dalam hal ini adalah MetroTV.3. Informan menginterpretasi teks media sesuai dengan struktur pengetahuandan pengalaman subjektif yang berkaitan dengan situasi tertentu. Dalamproses konsumsi dan produksi makna yang dilakukan oleh informan,ternyata latar belakang dan faktor pendidikan bukan merupakan factorpenentu informan dalam mengkritisi makna dominan yang ditawarkanmedia. Informan yang menjadi khalayak sasaran pemberitaan belum tentuterpengaruh oleh isi berita yang disajikan.4. Penelitian menganjurkan bahwa teks media yang sama tidak mutlak akandimaknai secara sama oleh individu dari status sosial yang sama. Tingkatpendidikan dan kondisi sosial yang sama masing memungkinkanterjadinya perbedaan pemaknaan. Maka dapat dikatakan bahwa latarbelakang yang paling menentukan sikap informan dalam memaknai teksmedia adalah faktor psikologis yang berupa selera dan kebiasaanmenonton televisi atau media yang lain.SaranPemberitaan di media merupakan salah satu cara efektif untukmendapatkan perhatian dari khalayak luas. Pemberitaan politik, memainkanperanan strategis dalam political marketing. Berikut ini peneliti ingin memberikanbeberapa saran yaitu :1. Khalayak dalam membaca pemberitaan partai politik, harusmengkaitkannya dengan konteks yang ada saat ini, track record dan latarbelakang partai, terbentuknya partai, serta tokoh yang berada di dalamnyaserta informasi terkait lainnya. Selain itu audience hendaknya mencariinformasi tentang partai politik yang bersangkutan tidak hanya di satumedia saja, tetapi bisa mencari di media yang netral sehingga audiencetidak terjebak dalam pemberitaannya.2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan, acuan, dan pengetahuantambahan bagi khalayak media, sehingga di masa mendatang masyarakatdapat turut serta mengawasi isi media dan lebih kritis terhadappemberitaan media demi kemajuan di bidang komunikasi massa sertamenjadi kontribusi bagi partai politik dalam memberikan danmengarahkan pendidikan politik khalayak.Daftar PustakaReferensi BukuBaran, Stanley J. & Dennis K. Davis. (2000). Mass Communication Theory.Belmont: WadsworthBungin, Burhan. (2008). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: RajaGrafindoPersadaBurton, Graeme. (2007). Membincangkan Televisi: Sebuah Pengantar KepadaKajian Televisi. Yogyakarta: JalasutraBurton, Graeme. (2008). Yang Tersembunyi Di Balik Media; Pengantar KepadaKajian Media. Yogyakarta: JalasutraCangara, Hafied. (2007). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja GrafindoPersadaDowning, John,Ali Mohammadi, Annabelle Sreberny-Mohammadi. (1990).Questioning The Media: A Critical Introduction. California: SAGEPublication.Gordon, A. David. (1999). Controversies in Media Ethics. Addison-WesleyLongman Educational Pub;ishers IncHagen, Ingunn & Janet Wasko. (2000). Consuming Audience? Production andReception In Media Research. New Jersey: Hampton Press, Inc\Hall, Stuart. (1980). “Encoding Decoding”. Stuart Hall, Dorothy Hobson, AndrewLowe, and Paul Willis (eds). Culture, Media, Language. London:Hutchinson.Hamad, Ibnu. (2004). Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa. Jakarta:GranitHaryatmoko. (2007). Etika Komunikasi. Yogyakarta: KanisiusHill, Annette. (2005). Reality TV Audiences and Popular Factual Television.London and New York: Routledge.Jensen, Klaus Bruhn. (2002). “Media Audiences Reception Analysis: MassCommunication as The Social Production of Meaning”. Klaus BruhJensen and Nicholas W. Jnkowski. A Handbook of Qualitative Methodologies forMass Communication Research. USA: Routledge.Junaedi, Fajar. (2007). Komunikasi Massa Pengantar Teoretis. Yogyakarta:Santusa.Kuswandi, Wawan. (2008). Komunikasi Massa : Analisis Interaktif BudayaMassa. Jakarta: Rineka CiptaLittlejohn, Stephen W. (2008). Theories of Human Communication. California:Thomson WadsworthLivingstone, Sonia. (1998). Making Sense of Television: The Psychology ofAudience Interpretation. London: RoutledgeMcQuail, Denis. (1987). Teori Komunikasi Massa, Agus Dharma (terj.). Jakarta:Erlangga.McQuail, Denis. (1996). Teori Komunikasi Massa. Jakarta: ErlanggaMulyana, Deddy. (2008). Komunikasi Massa: Kontroversi, Teori, dan Aplikasi.Bandung; Widya PadjajaranNimmo, Dan. (2005). Komunikasi Politik. Bandung: Rosda KaryaPawito. (2008). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LkiSRakhmat, Jalaluddin. (2007). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT RemajaRosdakaryaStrauss, A.L & Corbin, J. (1998). Basics of qualitative research: techniques andprocedures for developing grounded theory. Thousand Oaks, CA: SageSukmadinata, Nana Syaodih. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Remaja Rosdakarya.Warren, Samuel D and Louis D. Brandeis. (1980). The Right To Privacy. BostonWinarni. (2003). Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Malang: UMM Press.Wright C.R. (1985). Sosiologi Komunikasi Massa. Bandung: CV. PenerbitRemadja KaryaReferensi JurnalAfdjani Hadiono & Soemirat Soleh. (2010). Makna Iklan Televisi (StudiFenomenologi Pemirsa Di Jakarta Terhadap iklan Televisi Minuman“KUKU BIMA ENERGI” VERSI KOLAM SUSU ). Bandung: UniversitasPadjajaranAgus Setianto, Widodo. (2012) Penerimaan Khalayak Terhadap Berita-BeritaPolitik di Internet. Yogyakarta: Universitas Gajah MadaMichelle, Carolyn. (2009). Recontextualising Audience Receptions of Reality TV.Participations Journal of Audience & Reception Studies. New Zealand: Universityof Waikato.O‟Shea, Catherine Mary. (2004). Making Meaning, Making A Home: StudentsWatching Generations. Rhodes UniversityReferensi Internet:Priyatna, Adri. (2012). Berita dan Konstruksi Realitas.http://media.kompasiana.com/mainstream-media/2012/04/18/berita-dankonstruksi-realitas. Diakses 5 Mei 2012Gustia, Firdha Yuni. (2011). Konstruksi Harian Media Indonesia terhadap PartaiGolkar dalam Berita Hak Angket Kasus Mafia Pajak.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26233/6/Cover.pdf.Diakses 5 Mei 2012Anonim. (2012). Surya Paloh : Saatnya Kader NasDem Bersikap Tegas.http://www.metrotvnews.com/mobilesite/read/newsvideo/2012/02/26/146084/Surya-Paloh-Saatnya-Kader-Nasdem-Bersikap-Tegas. Diakses 6 Mei 2012Ramli, Gusti. (2011). Berdirinya Partai Nasional Demokrat.http://politik.kompasiana.com/2011/03/28/berdirinya-partai-nasionaldemokrat-351150.html. Diakses 2 April 2013Tampubolon, Jimmy. (2010). Deklarasi Nasional Demokrat.http://r-panuturi.blogspot.com/2010/02/deklarasi-nasional-demokrat.htmlDiakses 2 April 2012
Kampanye Public Relations Untuk Penguatan Positioning Batik Jayakarta Melalui Event Batik Fashion Week 2014 Kiky Rizkiana; Agus Naryoso; Lintang Ratri Ramiaji; Adi Nugroho
Interaksi Online Vol 2, No 4: Oktober 2014
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (239.708 KB)

Abstract

Batik Jayakarta merupakan salah pilihan untuk fashion batik di kota Semarang. Batik Jayakarta melakukan pendekatan promosi yang baik untuk masyarakat Kota Semarang. Promosi melalui media baru telah ditekuni oleh Batik Jayakarta seperti adlips di lampu merah, mini baliho yang bekerja sama dengan pos polisi, dan mencari endorse untuk memasarkan produknya. Namun, pemasaran ini belum menyentuh segmentasi anak muda. Minat anak muda untuk mengunjungi toko batik dan minat menggunakan batik masih rendah. Maka, laporan karya bidang ini disusun untuk meningkatkan brand awareness Batik Jayakarta dan meningkatkan minat anak muda memakai batik.Karya bidang ini disusun dengan menggunakan pendekatan persuasive serta penerapan teori -teori kampanye PR untuk mendukung keberhasilan tujuan komunikasinya. Melalui penyelenggaraan serangkaian event “Batik Fashion Week 2014”. Acara ini dinilai efektif untuk meningkatkan awareness masyarakat terhadap Batik Jayakarta. Roadshow diselenggarakan di berbagai sekolah dan universitas di kota Semarang. Acara puncak “Batik Fashion Week” diselenggarakan di kawasan Kota Lama Semarang dengan bekerjasama dengan para desainer batik dan komunitas - komunitas yang ada di Jawa Tengah.Keberhasilan dalam mencapai tujuan komunikasi dapat diketahui berdasarkan riset pasca event. Setelah event berlangsung, awareness audiens meningkat sebanyak 16% dari yang semula 30% menjadi 46%. Sedangkan minat untuk memakai batik juga meningkat sebesar 15 % dari yang semula 20% menjadi 35%. Dengan demikian, rangkaian kampanye PR melalui event ini efektif untuk mencapai tujuan komunikasi awal.Karya bidang ini diharapkan dapat memberikan implikasi-implikasi dalam aspek akademis dan praktis. Implikasi akademis karya bidang ini berupa kontribusi untuk memperkaya pengetahuan akan penerapan strategi persuasive dan penerapan teori kampanye PR dalam pencapaian tujuan komunikasi. Sementara itu, implikasi praktis memberikan pengetahuan dan pengalaman untuk membuat kegiatan promosi yang efektif sesuai dengan target audiens serta tujuan komunikasinya.Keywords : fashion, batik, skripsi, event
RESEPSI KHALAYAK TERHADAP SOSOK USTADZ DALAM KASUS USTADZ GUNTUR BUMI PADA TAYANGAN INFOTAINMENT Sulastri _; Adi Nugroho; Hedi Pudjo Santosa; M Bayu Widagdo
Interaksi Online Vol 3, No 1: Januari 2015
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (98.045 KB)

Abstract

Televisi merupakan teknologi audio visual yang dapat menyajikan informasi dan hiburan secara cepat, terjangkau, dan umum dimiliki oleh masyarakat. Setiap stasiun televisi berusaha memberikan program-program terbaru sesuai dengan tren program yang berlangsung. Begitu beranekaragam produk yang disajikan televisi, salah satu produk unggulan yang disajikan televisi adalah infotainment.Ustadz adalah sosok seorang guru agama dan menjadi panutan bagi jemahnya. Ustadz Guntur Bumi yang terseret kasus penipuan menjadi target pemberitaan oleh infotainment. Tayangan infotainment sangat menarik untuk di teliti,karena selalu melakukan blow up yang berlebihan dari suatu masalah yang sedang dihadapi oleh pesohor. Infotainment juga melakukan judging terhadap berita-berita yang memojokan pesohor. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerimaan audiens mengenai pemberitaan Guntur Bumi di infotainment. Penelitian ini menggunakan model encoding-decoding Stuart Hall untuk menjelaskan jalannya proses encoding-decoding pemberitaan dari infotainment.Penelitian ini adalah penelitian dengan tipe deskriptif yang bersifat kualitatif dan menggunakan pendekatan analisis resepsi. Hasil penelitian ini adalah analisis resepsi khalayak dipandang sebagai produser makna yang tidak hanya menjadi konsumen isi media. Hasil penelitian akan membagi khalayak ke dalam tiga posisi pemaknaan. Yaitu kelompok dominat reading, khalayak yang menerima sosok ustadz yang ditayangkan oleh infotainment sesuai dengan preferred reading (makna dominan). Kelompok negotiated reading, memaknai sosok ustadz sesuai dengan pemberitaan, namun tidak setuju dengan pemberitaannya di infotainment.Sedangkan kelompok oppositional reading, adalah khalayak yang memiliki pemaknaan yang berbeda sama sekali dengan makna dominan.Penelitian ini sangat terbuka untuk dikaji dari sudut pandang dan metode berbeda dan menjadi dasar penelitian selanjutnya, terutama hal mengenai pemberitaan pesohor di infotainment dan khalayak aktif sehingga dapat menambah kajian penerimaan khalayak.Kata Kunci : analisis resepsi, infotainment, sosok, pemberitaan, ustadz
STRUKTUR NARASI PADA TAYANGAN STAND UP COMEDY Yoga M Pamungkas; Adi Nugroho; Triyono Lukmantoro; M Bayu Widagdo
Interaksi Online Vol 2, No 3: Agustus 2014
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (147.425 KB)

Abstract

Stand  Up Comedy, merupakan sebuah wadah bagi beberapa masyarakat untuk menyalurkan pendapat, pikiran, dan kritik terhadap keadaan sekitar yang pada mulanya dianggap tabu kemudian layak untuk diperbincangkan seperti pemerintahan yang buruk, isu sosial, politik, Tuhan, dan SARA (Suku, Agam, Ras, dan Antargolongan). Seseorang yang seringkali melakukan aksi Stand Up Comedy atau disebut dengan comic memegang perang penting dalam memberikan sebuah suguhan yang menarik kepada penonton. Materi Stand Up Comedy yang dibuat oleh comic berangkat dari observasi yang dilakukan untuk kemudian dituangkan ke dalam sebuah materi dengan memiliki struktur yang tersusun sedemikian rupa serta untuk menghasilkan tawa dari penonton. Struktur narasi pada materi Stand Up Comedy pada akhirnya memegang peranan penting bagaimana comic dapat menyampaikan pendapat, pikiran, dan kritiknya tanpa menyakiti hati penonton bahkan bersama-sama menertawakan hal-hal yang seringkali dianggap tabu bahkan sensitif untuk diperbincangkan.Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur narasi pada tayangan Stand Up Comedy oleh Pandji Pragiwaksono dan Sam D Putra yang ditayangkan oleh Metro TV dan Kompas TV. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dalm kajian budaya dan media terkati struktur narasi untuk memahami materi Stand Up Comedy yang dibuat oleh comic. Selain itu, juga menggunakan paradigma naratif, istilah atau pakem yang menjadi acuan dalam dunia Stand Up Comedy yaitu set up dan punchline, serta menggunakan teori humor.Hasil penelitian menunjukkan baik Pandji Pragiwaksono maupun Sam D Putra sama-sama memberikan kritik kepada pemerintahan serta tingkah laku masyarakatnya. Pandji memiliki kemampuan berinteraksi dengan penonton serta menirukan gerakan-gerakan unik dalam menunjang penampilan Stand Up Comedy miliknya. Sedangkan Sammy memiliki kemampuan untuk mengajak penonton sejenak berpikir dari materi yang disampaikan olehnya untuk kemudian menertawakan hal yang sebenarnya sangat-sangat sensitif bahkan tabu untuk diperbincangkan dan sangat berani dalam membeberkan fakta-fakta bahkan berani untuk menyindir dengan menyebutkan nama baik secara langsung maupun tidak langsung. Keduanya memiliki gaya penyampaian yang berbeda untuk menarik perhatian dan tawa namun tetap memberikan pengetahuan dan pendidikan kepada penonontonnya. Kata Kunci: Struktur Narasi, Humor, Paradigma Naratif, Pandji Pragiwaksono, Sam D Putra
Fenomena Gitaran Sore Sore Di PRO TV Dalam Mendidik Masyarakat Yuanisa Meistha; Adi Nugroho; Hedi Pudjo Santosa; Joyo NS Gono
Interaksi Online Vol 2, No 4: Oktober 2014
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (214.605 KB)

Abstract

Sebagai sebuah acara hiburan yang mendidik, program acara “Gitaran Sore Sore” di ProTVdirasakan masih kurang mampu menarik minat masyarakat, khususnya di kalangan pelajar danmahasiswa sebagai targetnya. Hal ini dibuktikan walaupun Kota Semarang yang merupakan kotapelajar, namun animo pelajar dan mahasiswa untuk menonton acara “Gitaran Sore Sore” tergolongmasih rendah. Hasil survey suaramerdeka.com menegaskan fenomena yang serupa. Mengacufenomena di atas, peneliti tertarik untuk meneliti “mengapa acara Gitaran Sore Sore di ProTVkurang mampu menarik minat masyarakat?.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuikeunikan acara “Gitaran Sore Sore” di ProTV sehingga kurang mampu menarik minat masyarakat.Permasalahan penelitian di atas didekati melalui social learning theory dan model uses andgratification, di mana salah satu fokus dasarnya adalah adanya asumsi bahwa menarik tidaknyasuatu acara sangat tergantung dalam perseptual dan fokus dari penerima pesan. Model uses andgratification menekankan bahwa audiens akan cenderung mengkonsumsi suatu acara di mediamassa apabila sesuai dengan kepentingannya dan memperoleh kepuasan dari aktivitas konsumsiyang dilakukan terhadap media massa. Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian, makatipe deskriptif analitis yang digunakan, karena tujuan penelitian deskriptif analisis adalah untukmembuat gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifatpopulasi atau daerah tertentu. Narasumber yang digunakan sebanyak 5 (lima) orang yangdianggap mengetahui masalah penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian diketahui: 1) Terjadi penurunan minat menonton yang cukupsignifikan pada program acara yang edukatif dan menghibur di Pro TV, seperti; Made In Indonesia,Gitaran Sore Sore, Jejak Jelajah Wisata, Bio7 dan Cooking Show Dimarco, di mana pada saatyang sama mengalami penurunan pemasukan iklan, khususnya di tahun 2013 dan 2014. Kebijakanperubahan strategi programming yang kurang kondusif bagi segmentasi pasar yang dilakukanProTV diduga merupakan aspek dan faktor penting, yaitu sebagai determinasi pokok terhadapminat menonton ProTV; 2) Langkah strategis berupa perubahan strategi programming ke arahacara yang lebih edukatif dan menghibur yang ternyata belum mampu meningkatkan minatmenonton, dapat dijelaskan dengan uses and gratification model yang mengidentifikasi segmentasidan target audience-nya sebagai salah satu informasi dalam menentukan format dan programacara yang disajikan, melakukan berbagai promo on air dan off air, di samping urgensi tentangperlunya melakukan monitoring terhadap pasar; 3) Program–program yang ditayangkan ProTVseperti; Gitaran Sore-Sore, dan program in house yang ditayangkan cukup memberikan imagestation Pro TV karena sesuai dengan segmentasi dan target audience-yang dibidiknya, walaupunsecara kuantitatif belum mampu meningkatkan minat menonton secara umum; 4) Perluasan pasaryang dilakukan ProTV yang diikuti dengan program– program yang lebih variatif beserta segalastrategi programming-nya ini mampu meningkatkan audience share ProTV yang berimbas pulapada meningkatnya pendapatan melalui iklan karena rating yang tinggi.Keywords: Gitaran Sore Sore, Program acara hiburan yang Mendidik.
INTERPRETASI KHALAYAK TERHADAP KONSTRUKSI REALITAS DALAM ACARA PARODI POLITIK SENTILAN SENTILUN Karina Puspadiati; Turnomo Rahardjo; Much Yulianto; Adi Nugroho
Interaksi Online Vol 2, No 4: Oktober 2014
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (80.199 KB)

Abstract

Seiring dengan adanya kebebasan pers khususnya penyiaran di Indonesia, semakin banyak media yang memproduksi tayangan di televisi dengan berbagai konsep yang menarik. Talk show bertemakan parodi politik salah satunya yang kini menghiasi program di berbagai stasiun televisi di Indonesia. Masyarakat yang kini sudah mulai jenuh dengan kegiatan politik praktis, menjadikan acara parodi politik sebagai salah satu pilihan acara hiburan yang sekaligus memberikan pendidikan politik. Acara Sentilan Sentilun merupakan salah satu acara parodi politik yang dikemas dengan konsep teater yang membahas mengenai isu sosial politik di Indonesia.Penelitian ini bertujuan untuk memberikan penjelasan mengenai pemaknaan khalayak terhadap konstruksi realitas dalam acara parodi politik Sentilan Sentilun. Berangkat dari persoalan tersebut, maka penelitian ini menggunakan metode analisis resepsi. Dalam pelaksanaannya, proses penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara mendalam secara tatap muka dengan empat informan. Khalayak yang menjadi informan dalam penelitian ini merupakan khalayak yang pernah menonton acara Sentilan Sentilun. Keempat informan tersebut memiliki tingkat pendidikan dan lingkungan sosial yang berbeda. Dalam wawancara tersebut informan sebagai penghasil makna menyampaikan interpretasi mereka masing-masing terkait dengan tayangan Sentilan Sentilunsecara beragam.Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa para informan memiliki kemampuan untuk memfilter diri dari apa yang disajikan oleh media massa. Para informan memiliki dasar sebagai khalayak aktif, mereka dapat memilih dan mengambil keputusan sesuai kehendaknya masing-masing dalam penggunaan media apa dan media mana yang diinginkannya. Dalam mengkonsumsi media didasari dengan alasan dan tujuan tertentu yaitu untuk mendapatkan pengetahuan mengenai isu sosial politik yang ada di Indonesia. Terdapat kesamaan pendapat dari para informan bahwa acara Sentilan Sentilun mampu menyampaikan informasi mengenai isu sosial politik yang selama ini terkesan kaku dan berat dengan penyampaian pesan yang lebih santai dan mudah dimengerti oleh khalayak.Kata kunci: parodi politik, Sentilan Sentilun dan konstruksi realitas.
Interpretasi Khalayak Terhadap Adegan Kekerasan Dalam Tayangan Sinetron Tendangan Si Madun Serial 3 Tommy Ardianto; Taufik Suprihatini; Adi Nugroho
Interaksi Online Vol 2, No 1: Januari 2014
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (250.847 KB)

Abstract

Interpretasi Khalayak Terhadap Adegan KekerasanDalam Tayangan Sinetron Tendangan Si Madun Serial 3AbstrakPenelitian ini dilakukan dengan latar belakang bahwa tayangan sinetron Tendangan SiMadun Serial 3 yang hanya menghibur tapi juga memberikan pendidikan ternyata menonjolkanunsur kekerasan di dalamnya baik itu kekerasan fisik maupun kekerasan verbal. Tujuanpenelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana interpretasi khalayak terhadap adegankekerasan fisik maupun verbal yang terdapat dalam sinetron Tendangan Si Madun Serial 3. Teoriyang digunakan yaitu Teori Stimulasi Agresif (John Vivian,1995), Teori Pembelajaran Sosial(Albert Bandura,1996), dan Teori Kekerasan (Johan Galtung,1992). Penelitian ini menggunakanmetode penelitian kualitatif,yang memerlukan keterlibatan yang lebih mendalam denganpenonton itu sendiri, termasuk teknik wawancara untk mengetahui perilaku penonton dalamkaitannya dengan konsumsi media,dengan pendekatan analisis resepsi yang bertujuan untukmenemukan bagaimana khalayak dengan konteks sosial dan latar belakang yang berbedamembuat bermacam-macam pengertian mengenai teks media.Penelitian ini merupakan kajianparadigma interpretative atau content media berupa teks. Teknik pengumpulan data dilakukandengan menggunakan indepth interview kepada enam informan yang telah dipilih oleh penelitiyakni khalayak anak SMA yang aktif menonton sinetron Tendangan Si Madun Serial 3. (Rayner,Wall dan Kruger,2004:96)Hasil penelitian ini ditunjukkan dengan pembagian posisi khalayak menurut Stuart Hallada tiga yakni posisi dominan hegemonik, posisi dinegosiasikan, dan posisi oposisional. Sepertiinforman 1 yang masuk dalam oposisional meihat sinetron ini dari segi alur ceritanya yangdiceritakan oleh Si Madun yang selalu pantang menyerah dan ingin menjadi pemain sepak bolayang hebat. Sedangkan informan 2 yang masuk posisi dinegosiasikan menganggap bahwaadegan kekerasan dalam sinetron ini hanya sebagian dari akting, meskipun informan ini jugatidak terlalu suka dengan adegan kekerasan tersebut, kemudian informan 3 yang masuk dalamdominan hegemonik menganggap bahwa adegan kekerasan ini tidak baik untuk perkembaganremaja yang menontonnya dan hanya membuang waktu saja. Informan 4 masuk dalam dominanhegemonic karena sinetron tersebut dianggap tidak layak ditonton setiap hari karena terdapatadegan kekerasannya.Sedangkan informan 5 masuk dalam dinegosiasikan karena informan initidak suka dengan adegan kekerasannya namun adegan verbalnya tidak perlu dihilangkan karenaadegan tersebut menghibur.Informan 6 masuk oposisional karena informan ini lebih melihat darisegi alur ceritanya yang menarik tentang perjalanan Si Madun yang semangat dalam menjalanikehidupannya. Berdasarkan hasil FGD menunjukkan bahwa keenam informan setuju terdapatadanya adegan kekerasan di dalam sinetron Tendangan Si Madun Serial 3, baik itu kekerasanfisik maupun kekerasan verbal. Kekerasan fisik yaitu kekerasan nyata yang dapat dilihat,dirasasakan oleh tubuh, contoh: penganiayaan, pemukulan, menendang. Sedangkan kekerasanverbal yaitu kekerasan yang memiliki sasaran pada rohani atau jiwa sehingga dapat mengurangibahkan menghilangkan kemampuan normal jiwa, contoh : mengejek, memfitnah, menyinggungorang lain.Kata Kunci : sinetron, media televisi, khalayak, resepsi.Audience Interpretation Against Violence ScenesImpressions Soap Opera Tendangan Si Madun Serial 3abstractThis study was conducted with a background that sinetrons kick Si 3 Serial Madun onlyentertain but also educate turns accentuating the violence in it either physical violence or verbalabuse . The purpose of this study was to determine how the public interpretation of the physicaland verbal violence contained in the soap opera The Madun Serial kick 3 . The theory used isAggressive Stimulation Theory ( John Vivian , 1995) , Social Learning Theory ( Albert Bandura, 1996) , and Theory of Violence ( Johan Galtung , 1992) . This study used a qualitative researchmethod , which requires a deeper engagement with the audience itself, including interviewtechniques to know the behavior of the audience remedy in relation to media consumption , witha reception analysis approach that aims to discover how the social context and the audience withdifferent backgrounds make diverse understanding of the text media.Penelitian interpretativeparadigm , we study the form of text or media content . Data was collected using in-depthinterview to six informants who had been chosen by the researchers active high school audiencewatching soap operas Madun Serial kick Si 3 . (Rayner,WallandKruger2004:96)The results of this study indicated the position of the division according to Stuart Hallaudience that there are three dominant hegemonic position , the position negotiated , andoppositional position . Like the first informant who fall into this soap opera meihat oppositionalterms of the plot is told by Si Madun who never give up and always wanted to be a great footballplayer . While the two informants who entered a negotiated position assumes that violence in theshow is only part of the act , although the informant is also not too happy with the scenes ofviolence , then the informant 3 are included in the dominant hegemonic assume that violence isnot good for teenagers perkembagan watch and just a waste of time . Informant 4 into thedominant hegemonic because soap is considered not worth watching every day because there isscene 5 kekerasannya.Sedangkan informants included in the negotiated because the informantdid not like the verbal scenes of violence but the scene does not need to be removed because thescene because menghibur.Informan 6 incoming oppositional this informant is more seen in termsof the plot is interesting about the Madun the journey through life in the spirit . Based on theresults of focus group discussions showed that the six informants agreed there has been noviolent scenes in the soap opera The Madun Serial Kick 3 , both physical violence and verbalabuse . Physical violence is real violence that can be seen , dirasasakan by the body , eg torture,beating , kicking . While verbal violence is violence that has targeted the spiritual or soul thatcan reduce or even eliminate the ability of normal life , eg, ridicule, slander , offend others .Keywords : soap operas , television media , audiences , receptions .BAB IPENDAHULUAN1.1.Latar BelakangSinetron Tendangan Si Madun Serial 3 ini menceritakan perjuangan Madun untukmenjadi pesepak bola yang terkenal dan hebat, namun dilarang oleh kedua orang tuanya,disebabkan ayah dan ibunya menginginkan Madun untuk menjadi Kyai atau Ustad saja,agar meniru seperti ayahnya. Namun Madun tetap memperjuangkan cita-citanya untukmenjadi pesepak bola walaupun banyak rintangan yang harus dihadapinya dari orangtuanya maupun dari lingkungan sekitarnya. Termasuk Martin yang selalu menjadipenghalang bagi Madun saat berada di lapangan,begitu juga ayahnya Martin,yangbernama Safe’i ini selalu menggunakan berbagai cara untuk menghalangi keinginanMadun untuk menjadi pesepakbola terkenal.1.2. Perumusan MasalahTendangan Si Madun Serial 3 merupakan sinetron yang cukup banyak disukaikarena program acara ini mempunyai unsur hiburan yang cukup banyak khususnyadalam permainan sepak bola, terutama bagi anak –anak. Apalagi isi ceritanyamenampilkan teknik-teknik menendang dengan cara yang menarik sehingga penontonpun semakin ingin menonton terus, selain itu juga memberikan hiburan atau canda tawadari para pemain.Namun tayangan ini kerap diabaikan oleh penonton mengenai adegan kekerasanyang selalu ada dalam setiap episodenya. Apalagi sebelumnya terdapat larangan dariKomisi Penyiaran Indonesia (KPI) agar tidak menayangkan sinetron ini, karena KPI jugamelarang film naruto, Sponge Bob serta sinetron Tendangan Si Madun Serial 3. Untukitulah dalam penelitian ini dirumuskan bagaimana Interpretasi khalayak terhadaptayangan Sinetron Tendangan Si Madun Serial 3 yang di peruntukkan bagi anak-anak?1.3. Tujuan Penelitian:Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interpretasi khalayak dalam menontontayangan Sinetron Tendangan Si Madun Serial 3 di MNC TV.1.4. Signifikansi Penelitian :1.4.1 Signifikansi Teoritis : penelitian ini secara teoritis diharapkan mampumemberikan kontribusi dalam mengkaji teori Stimulasi Agresif (AlbertBandura,1974) dan teori Pembelajaran Sosial (McCleland,1954) yangberhubungan dengan adegan-adegan kekerasan yang terdapat didalam televisidigunakan untuk mengkaji khalayak terutama anak atau remaja untukmeninterpretasikan pendapatnya terhadap tayangan sinetron.1.4.2 Signifikansi Praktis : dalam tataran praktis, peneliti menganjurkan kepadainforman yaitu para remaja yang menonton sinetron Tendangan Si Madun agarmemilih tayangan yang baik dan pantas untuk ditonton yaitu acara yang jauhdari adegan kekerasan karena dapat membahayakan perkembangandirinya,karena masa remaja merupakan masa yang cepat merekam sesuatuyang dilihat dan didengarnya secara cepat masuk ke otak sehingga butuhdidampingi serta bimbingan dari orang tua.1.4.3 Signifikansi Sosial : dalam tataran sosial, pemahaman dari penonton SinetronTendangan Si Madun Serial 3 ini memberikan masukan berharga agar dapatmemberikan tayangan yang lebih bermanfaat dan mempunyai unsurpendidikan di dalamnya, sehingga khalayak dapat selektif untuk memilihsinetron yang layak untuk ditonton anak-anak maupun remaja.1.5 Kerangka Pemikiran Teoritis1.5.1 Teori Stimulasi AgresifTeori ini menjelaskan bahwa seseorang cenderung mempraktikkan kekerasan yangdiganbarkan di media, bahwa khalayak dengan mudah terpengaruh atau menirukanterhadap hal-hal yang dilihat nya secara terus menerus melalui media televisi khususnyatelevisi.Dalam National Television Violence Study 1995-1997 menyatakan bahwa:“Menonton kekerasan di Televisi cenderung lebih meningkatkan perilaku kekerasanpemirsa dalam satu situasi di banding situasi lainnya.(Vivian,2008:487)1.5.2 Teori Pembelajaran Sosial (Social Learning Theory)Selain teori stimulasi agresif , teori pendukung lainnya yaitu teori PembelajaranSosial , teori ini menjelaskan bahwa kita cenderung melakukan tindakan kekerasansetelah menonton tayangan kekerasan yang ada di dalam televisi. Selain itu jugamenjelaskan bahwa menonton televisi yang penuh dengan kekerasan akan membuatpenonton merasa takut atau terjadi kekhawatiran karena televisi menanamkan didalamgamabaran dunia yang kejam dan berbahaya. Teori ini dapat menganalisis kemungkinandampak kekerasan yang ditayangkan ditelevisi. (Winarso,2005:184)1.5.3 Teori KekerasanKekerasan mengingatkan kita pada sebuah situasi yang menyakitkan danmenimbulkan dampak negatif. Kekerasan mengilustrasikan sifat, aturan sosial, yangmerupakan suatu pelanggaran aturan dan reaksi sosial terhadap pelanggaran aturan yangkompleks dan seringkali bertentangan.Namun kebanyakan orang hanya memahamikekerasan sebagai suatu bentuk perilaku fisik yang kasar, keras, dan penuh dengankekejaman. Istilah kekerasan digunakan untuk menggambarkan perilaku, baik yangterbuka (overt) atau yang tertutup (covert), dan baik yang bersifat menyerang (offensive)atau bertahan (defensive), yang disertai dengan penggunaan kekeuatan pada orang lain.(Sunarto,2009:11)1.5. Metode Penelitian1.7.1 Pendekatan dan Tipe PenelitianTipe penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif ini menghasilkandata deskriptif berupa kata-kata tertentu atau lisan dari orang-orang dan perilaku yangdapat diamati. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan untukmenjelaskan fenomena sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya.Riset kualitatif tidak menggunakan besarnya populasi atau sampel. Persoalan kedalaman(kualitas) data lebih ditekankan daripada banyaknya (kuantitas) data. Peneliti adalahbagian integral dari data, artinya peneliti ikut dalam menentukan jenis data yangdiinginkan. Peneliti menjadi instrumen penelitian yang harus terjun langsung di lapangan.Oleh karena itu, penelitian ini bersifat subjektif dan hasilnya lebih kasuistik, bukan untukdigeneralisasikan. (Kriyantono,2006:58-59)BAB IIPEMBAHASANGambaran pengalaman didapat melalui indepth interview atau wawancaramendalam yang dilaksanakan peneliti terhadap beberapa informan terhadap kegiatankomunikasi yang dilakukan oleh para informan.Informan dalam penelitian ini yaitu para pelajar yang menonton sinetron ini.Peneliti mengambil informan dari kalangan pelajar dengan alasan mereka aktif atauselalu menonton sinetron tersebut. Wawancara merupakan suatu cara untuk mengetahuipendapat para informan mengenai adegan kekerasan dalam tayangan sinetron TendanganSi Madun Serial 3. Hasil dari wawancara tersebut kemudian dimasukkan dalam opencoding. Open coding dilakukan untuk mendapatkan pengelompokkan hasil wawancarainforman yang berbeda-beda ke dalam kategori, konsep, dan tema-tema pokok.Selanjutnya para informan dilibatkan kembali dalam focus group discussion (FGD). FGDini digunakan untuk mengetahui pendapat dari enam informan. Pendapat dari keenaminforman ini akan dianalisis menggunakan analisis resepsi dari Stuart Hall (dalam Barandan Dennis K. Davis,2000:262) berdasarkan penggolongan interpretasi informanberdasarkan tiga posisi pemaknaan khalayak yaitu posisi dominan hegemonik, posisidinegosiasikan, dan posisi oposisional.Enam informan dalam penelitian ini, yakni:2.1. Identitas informanTabel 3.1. Identitas InformanNo Nama Usia JenisKelaminPendidikan Keterangan1. Muhammad Fikar Prasetya 16 Laki-laki SMA Informan 12. Sekar Sae Khoirunnisa 17 Perempuan SMA Informan 23. Putri Kemala Sari 16 Perempuan SMA Informan 34. Cahyaningtyas Wahyuningrum 15 Perempuan SMA Informan 45. Damar Pratama Putra 16 Laki-laki SMA Informan 56. Bisma Narendra 16 Laki-laki SMA Informan 6Untuk mengetahui lebih dalam mengenai interpretasi khalayak terhadap adegankekerasan dalam tayangan sinetron Tendangan Si Madun Serial 3, hasil wawancaradikelompokkan menjadi dua sub pokok bahasan. Yang pertama, terkait penggunaan unsurkekerasan dalam tayangan sinetron ini yang menjadi teks dominan dalam tayangantersebut. Dalam bahasan ini juga disertakan hasil FGD yang membahas masalahkekerasan dalam tayangan ini. Kedua, terkait dengan kapasitas tayangan Tendangan SiMadun Serial 3 sebagai sebuah program hiburan. Masing-masing tema pembahasan inimasih dibagi lagi ke dalam beberapa sub bahasanPembahasan akan dikelompokkan ke dalam dua sub judul yang mengambil temasesuai dengan interpretasi khalayak dari hasil wawancara mendalam dan satu sub judulyang berisi penggolongan interpretasi khalayak berdasarkan tiga posisi pemaknaankhalayak (posisi dominan hegemonik, posisi dinegoisasikan, dan posisi oppositional).Tiga sub judul tersebut adalah : Interpretasi khalayak terhadap tayangan sinetronTendangan Si Madun serial 3, Komodifikasi remaja terhadap tayangan sinetronTendangan Si Madun Serial 3 terkait dengan norma di Indonesia dan Pedoman PerilakuPenyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS) , serta tipe dan posisi pemaknaaninforman terhadap adegan kekerasan dalam tayangan sinetron Tendangan Si MadunSerial 3.Menurut Stuart Hall (dalam Baran dan Dennis K. Davis, 2000:262) ada 3 (tiga) tipeposisi pemaknaan khalayak yakni Posisi Dominan Hegemonik, Posisi Dinegosiasikan,dan Posisi Oppositional :1. Posisi Dominan HegemonikPosisi Dominan Hegemonik : ketika preferred reading atau pendapat daripeneliti mengenai adegan kekerasan yang ada di sinetron Tendangan Si Madun Serial3 sama dengan pendapat dari informan.2. Posisi DinegosiasikanPosisi Dinegosiasikan : ketika preferred reading atau pendapat dari penelititidak sepenuhnya sependapat dengan informan mengenai adegan kekerasan yangterdapat di sinetron Tendangan Si Madun Serial 3. Informan ada yang berpendapatbahwa dalam sinetron tersebut mempunyai tujuan untuk menghibur.3. Posisi OppositionalPosisi Oppositional : ketika informan sama sekali tidak sependapat denganpreferred reading atau pendapat dari peneliti mengenai adegan kekerasan tersebut,mereka berpendapat bahwa sinetron Tendangan Si Madun Serial 3 tidak adakekerasannya sama sekali,sinetron tersebut hanya bertujuan untuk menghibur.BAB IIIPENUTUPPenelitian mengenai interpretasi khalayak terhadap adegan kekerasan dalam tayangansinetron Tendangan Si Madun Serial 3 ini merupakan penelitian dengan menggunakanmetode analisis resepsi. Dalam pelaksanaannya, proses penelitian ini dilakukan denganmenggunakan teknik wawancara mendalam secara tatap muka dengan enam informan.Khalayak yang menjadi informan dalam penelitian ini merupakan khalayak yang masihaktif menonton tayangan Tendangan Si Madun, dan pernah aktif menonton tayangantersebut. Dalam wawancara tersebut masing –masing informan menyampaikaninterpretasi mereka terkait dengan tayangan tersebut. Khalayak yang dalam hal inimerupakan penghasil makna, memaknai tayangan tersebut secara beragam, karena teksyang berbeda dapat menghasilkan pemaknaan yang beragam.5.1. KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian dan wawancara dapat disimpulkan sebagai berikut:1. Kesimpulan dari peneliti terhadap keenam informan yang mempunyai beranekaragam pendapatnya mengenai adegan kekerasannya maupun isi dari cerita sinetronTendangan Si Madun Serial 3 bahwa mereka mempunyai pendapat masing –masingseperti informan 1 , informan 2 dan informan 3 yang berpendapat bahwa sinetronTendangan Si Madun Serial 3 ini lucu dan menghibur, namun mereka mempunyaiketidaksamaan pendapat sewaktu ditanya mengenai pendapatnya tentang adegankekerasan yang terdapat dalam sinetron tersebut seperti informan 1 yang berpendapatbahwa adegan itu hanya akting yang tujuan hanya menghibur, informan 2berpendapat bahwa tidak setuju dengan adegan keekrasan tersebut dikarenakan jikayang melihat anak-anak maka akan terjadi hal peniruan adegan kekerasan. Sedngkaninforman 3 berpendapat bahwa tidak setuju terhadap adegan kekerasan itudikarenakan sering dibuatnya kaget sewaktu adegan kekerasan itu muncul.2. Lain lagi dengan pendapat dari informan 4, 5 dan 6 yang mempunyai pendapat yanghampir sama tentang sinetron Tendangan Si Madun Serial 3 yaitu suka karenasinetron ini bertema olahraga sepak bola. Informan 4 yang menyukai sinetron tersebutdikarenakan berbeda dengan sinetron lainya dan sinetron ini bertema sepak bola yangmenurut informan 4 pemainnya juga keren. Mengenai adegan kekerasan tidakmenjadikan masalah buat informan 4 menurutnya selagi masih ada adegan yangmembuat informan 4 ini tertawa itu tidak menjadikannya masalah.Informan juga sukadengan sinetron ini dikarenakan sinetron ini bertema olah raga sepak bola yangmenurutnya berbeda dengan sinetron yang lainnya. Mengenai adegan kekerasandalam sinetron tersebut informan 5 berpendapat bahwa jam taynagnya supaya di ubahmenjadi lebih malam lagi pendapat ini sama dengan pendapat dari informan6.Informan 6 juga hampir sama dengan informan 5 suka dengan sinetron ini karenabertema sepak bola .dan mengenai adegan kekerasan informan 6 berpendapat hampirsama dengan informan 5 supaya jam tayangnya diubah menjadi lebih malam lagi.5.2. Saran5.2.1 Implikasi TeoritisPenelitian ini berusaha mengembangkan pemikiran akademis atau teoritik dalam kajianmedia dan budaya khususnya media televisi dan media anak-anak yang mengandungkekerasan. Dengan menggunakan teori Pembelajaran Sosial dari Albert Bandura yangberkaitan dengan penelitian ini yang menjelaskan bahwa tidak semua sinetrondidalamnya terdapat unsur kekerasan namun juga terdapat unsur pendidikannya sepertidijelaskan dalam teori ini, acara di dalam televisi hampir sebagian mengandung unsurpendidikan dan pengetahuan yang berguna untuk menambah informasi. Dikaitkan denganhasil penelitian yang diungkapkan semua informan bahwa menonton tayangan di televisidilihat dari alur ceritanya dan tidak melihat dari adegan kekerasannya. Namun padapenelitian selanjutnya dapat menggunakan metode yang berbeda yaitu metode penelitiankualitatif dan menggunakan unit analisis resepsi semisal acara film kartun lain yang jugamengandung unsur kekerasan didalamnya.5.2.2. Implikasi PraktisTelevisi, sebagai media yang paling digemari oleh anak-anak maupun remaja,hendaknya mendapatkan lebih banyak perhatian dari KPI (Komisi Penyiaran Indonesia).Sebagai pengatur Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3-SPS),KPI dapat memilah siaran mana yang aman untuk dikonsumsi anak-anak. Selain itu, KPIjuga dapat mengajak masyarakat Indonesia supaya lebih melek media siaran (medialiteracy) yang mereka saksikan setiap harinya.5.2.3. Implikasi SosialOrang tua diharapkan mendampingi putra-putri mereka saat sedang menonton televisi.Walaupun acara-acara tersebut ditujukan untuk anak-anak maupun remaja, seringkalilebih banyak mengandung muatan negatif daripada positifnya. Orang tua juga diharapkanmampu menjadi gatekeeper (penyaring) acara mana yang boleh dikonsumsi serta acaraacarayang ternyata tidak baik untuk dikonsumsi oleh anak-anak mereka. Karena anakanaktanpa pengawasan orang tua dapat mengalami kesulitan untuk membedakan hal-halyang benar-benar terrjadi pada kehidupan sehari-hari serta hal hal-ahal lain yang hanyaterdapat di televisi. Selain itu, sebagai penonton pasif, mereka dpat dengan mudahnyamenelan apa saja yang mereka tonton tanapa adanya filter dari orang tua, sehingga orangtua perlu waspada terhadap tayangan-tayangan yang ditujukan untuk anak-anak tetapimemiliki muatan atau konten yang tidak baik untuk masa pertumbuhan mereka, seperticontohnya adalah sinetron Tendangan Si Madun Serial 3 ini.DAFTAR PUSTAKABUKU:Ardianto, Elvinaro, dan Lukiati Komala Erdinaya.2005.Komunikasi Massa suatuPengantar.Bandung: Simbiosa Rekatama Media.Arswendo.2008. Pengertian sinetron atau soap opera.Jakarta:Gramedia.Burhan, Bungin.1990.Teori Komunikasi Massa,Jakarta:Gramedia.Burton.2007.Komunikasi Massa.Jakarta:GramediaByerly, Ross.2006. Kekerasan di media televisi.Bandung:SalembaDarwanto.2001.Sejarah dan perkembangan sinetron di Indonesia.Jakarta:GramediaDominick.1983.Teori kekerasan dalam media televisi.Jakarta:Salemba Humanika.Effendy.1996.Industri Pertelevisian Indonesia.Jakarta: Salemba Pustaka.Hadi,Baran.2008.Interview informan dan Interview guide.Jakarta:Gramedia.Hall,Storey.2007.Persepsi dalam analisis data.Jakarta:Salemba Pustaka.Jersey,Jensen.1993.Analisis Data Kualitatif.Jakarta:Salemba Pustaka.Kriyantono,Ahmad.2006.Metodologi penelitian: Pendekatan dan Tipe PenelitianKualitatif. Jakarta : Gramedia.Littlejohn, Stephen W dan Karen A.Foss.2005.Teori Komunikasi.(Terj)Jakarta:Salemba Humanika.Littlejohn, Stephen W.1996.”Communication Theory”. In Encyclopedia of Rhetoricand Composition :Communication from Ancient Times to the InformationAge, edited by Theresa Enos , 117-121.New York : Garland.Lynn.H.Turner,RichardWest.2008.Teori Komunikasi, Analisis dan Aplikasi.Jakarta:Salemba Humanika.McQuail, Denis. 1987.Mass Communication Theory. An Introduction.London:Sage.Mohammadi,Sreberny.1990.Pengertian Analisis Resepsi,Bandung:SimbiosaRekatama Media.Rakhmat,2003.Teori Komunikasi Massa,Jakarta:GramediaSunarto,2009.Televisi, Kekerasan, dan Perempuan.Jakarta:GramediaSuyanto,Sujarwa.2005.Tayangan sinetron Indonesia yang mengandung unsurkekerasan.Bandung:Simbiosa Rekatama Media.Vivian,John.2008.Teori Komunikasi Massa,Edisi Kedelapan.Jakarta:Kencana.Wawan, Kuswandi.2008.Komunikasi Massa. Jakarta: GramediaWinarso,Wiryawan.2005.Komunikasi Massa,.akarta:GramediaWindhu.1992.Teori Kekerasan Teori John Galtung.Jakarta: Salemba Humanika.SKRIPSI:Astuti, Indri.2010. Skripsi Penelitian “Menginterpretasikan Kekerasan DalamTayangan Komedi (Analisis resepsi terhadap tayangan Opera Van Java diTrans 7)” Universitas Diponegoro.Tripuspita,Hana.2010. Skripsi Penelitian “Naturalisasi Kekerasan dalam komediOpera Van Java (Analisis Semiotika)” Universitas Diponegoro.WEBSITE:Azis,I.2012.RatingSinetrondiTelevisi(http://hiburan.kompasiana.com/televisi/2013/07/01/ac-nielsen-rating-dan-pesanan/,diakses tanggal 11 November 2012, jam 13.00)Hermanto,Budi.2013.Acara tayangan Sinetron Tendangan Si Madun Season3(http://televisi_sinetrontendangansimadunseason3.com/,diakses tanggal 1 Juli 2013,jam 16.00)Budiono,Ardi.2013.kekerasanpadasinetronanakanak(http://wikipedia.kekerasan.sinetronanak-anak.com/,diakses tanggal 6 Maret 2013,jam 21.00)
Co-Authors A. Muthalib Nawawi Agus Naryoso S.Sos, M.Si, Agus Naryoso Aidul Fitriciada Azhari Alaya Fadllu Hadi Mukhamad Amalia Andersona , Kevin Ferdinand Andhika Putra Nugraha Aprillia N S Arditya Drimulrestu Arfianto Adi Nugroho Arie Surachman Arinda Putri Oktaviani Brillian Barro Vither Choirul Ulil Albab David Fredy Christiyanto Delia Meldra Desfita Eka Putri Destika Fajarsylva Anggraini Djoko Setyabudi Dody Tisna Kurniawan DR Sunarto Dr. Sunarto Dubha Kaldota Diptapramana Eko Suharton Fauzan Faiz Fauzie Rahman Fetiyana Luthfi Prihandini Fuad Dwi Hanggara Galih Arum Sri Gelar Mukti Ghanes Eka Putera Hapsari Dwiningtyas Hari Basuki Haris Pramudia Hartono Hartono Hedi Pudjo Santosa Imanda Aulia Akbarian Indah Purnama Indartono Indartono Indra Prayoga Joyo NS Gono Karina Puspadiati Kevin Devanda Sudjarwo Khabib Mustofa Kiky Rizkiana Krisna Adhi Nugroho Lintang Andini Lintang Ratri Rahmiaji Lintang Ratri Ramiaji Lussy Vidya Citra M Bayu Widagdo M Yulianto Marliana Nurjayanti Nasoetion Marni Oktavia Mellisa Indah Purnamasari Mohammad Dede Rahmatullah Much Yulianto Much. Yulianto Muchammad Yulianto Muhammad Syamsud Duha Ni Made Dinna Caniswara Nilna Rifda Kholisha Nurist Surayya Ulfa Nurrist Suraya Ulfa Nurriyatul Lailiyah Osa Patra Rikastana Pandu Hidayat Purwoko, Agus Rachmi Renis Susani Karamina Ricki Apriliono Rosihan Adhani, Rosihan Salsabila, Unik Hanifah Sarah Tri Rahmasari Sembiring, Rinawati Seno Darmanto Seno Darmanto Shafira Indah Muthia Sri Nofidiyahwati Sulastri _ Sunarso Sugeng Sutan to Suwarman - Tandiyo Pradekso Taufik Suprihartini Taufik Suprihatini Tineke Kristina Siregar Tommy Ardianto Tri Yoga Adibtya Tama Trisni Suryarini Triyono Lukmantoro Turnomo Rahardjo Ulya Anggie Pradini Vidya Ayunita Wardah Yuspin Widyaningsih, Murti Wiwid Noor Rakhmad Yoga M Pamungkas Yuanisa Meistha Yubal Nugroho Paseneke Yulistra Ivo Azhari Yusuf Umardani Yusuf Umardani