Claim Missing Document
Check
Articles

Stereotip Etnis Tionghoa Dalam Stand-Up Comedy pada lakon “KOPER” (Analisis Semiotika) Nur Aini; Adi Nugroho; Triyono Lukmantoro
Interaksi Online Vol 2, No 2: April 2013
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (247.113 KB)

Abstract

1ABSTRAKSIJudul Skripsi : Stereotip Etnis Tionghoa Dalam Stand-Up Comedy padalakon “KOPER” (Analisis Semiotika)Nama : Nur AiniNim : D2C308012Jurusan : Ilmu KomunikasiKaum minoritas dapat dianggap sebagai kelompok subkultur yang dapat menyebabkan pergolakan di sebuah negara. Perbedaan identitas menjadi kerap muncul sebagai awal permasalahan SARA yang salah satunya ditandai dengan adanya stereotip kelompok, terutama pada kaum minoritas. Kemunculan stand-up comedy di Indonesia yang turut meramaikan hiburan tanah air, menjadi salah satu media bagi kaum minoritas untuk lebih terbuka dalam mengkomunikasikan hal tabu seperti rasisme yang dialami oleh etnis Tionghoa. Melalui stand-up comedy hal tersebut diangkat dengan perspektif dan cara yang lebih dapat diterima.Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran kepada pembaca tentang makna yang diungkapkan dalam pertunjukan stand-up comedy lakon “Koper” pada sesi Ernest Prakasa, seorang keturunan etnis Cina-Betawi. Penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis semiotika Roland Barthes untuk memaknai kode-kode secara denotatif dan konotatif, juga teknik analisis Fiske dengan menguraikan simbol-simbol tayangan yang disajikan melalui tiga level analisis yaitu reality, representation, dan ideology.Hasil penelitian menunjukkan adanya temuan mengenai representasi etnis Tionghoa yang digambarkan melalui stand-up comedy dalam lakon “Koper”. Pertama mengenai diskriminasi sosial yang dialami, etnis Tionghoa seringkali mendapatkan perilaku yang berbeda dari masyarakat karena dianggap sebagai liyan. Kedua, adanya stereotip tentang fisikalitas Tionghoa terutama bentuk mata sipit sebagai ciri khas yang dimiliki masyarakat Tionghoa atau keturunannya, hingga sekarang masih seringkali muncul. Dan yang ketiga adalah kemampuan sosial-ekonominya yang selalu dianggap berada di tingkat menengah ke atas, di mana hal tersebut berdampak pada kecemburuan sosial masyarakat.Disetujui oleh Pembimbing 1Semarang, Maret 2013Drs. Adi Nugroho, M.SiNIP 19651017.199311.1.0012PENDAHULUANIndonesia, sebuah negara besar yang terdiri dari berbagai kepulauan, memiliki begitu banyak ragam etnis kebudayaan. Salah satunya etnis Tionghoa yang meskipun dianggap sebagai kelompok subkultur, namun secara faktual merupakan warga Indonesia. Berbagai peristiwa yang terjadi, di negara ini seolah memandang etnis tersebut dengan sebelah mata. Adanya ketimpangan sosial yang terjadi pada masa lalu antara kelompok pribumi dan Tionghoa (keturunan) membuat pribumi merasa takut dan terancam. Refleksi ketakutan yang muncul dari kalangan pribumi tersebut pada akhirnya berubah menjadi persepsi umum. Charless A. Coppel dan Rizal Sukma (dalam http: //www.yusufmaulana.com/2009/07/menakar-diaspora-etnis-tionghoa.html) mengidentifikasi lima persepsi masyarakat pribumi terhadap karakter umum etnis Tionghoa, yaitu :1. Mereka adalah bangsa (ras) yang terpisah, yakni bangsa Cina;2. Posisi mereka diuntungkan dalam struktur sosial di bawah pemerintahan kolonial Belanda;3. Struktur sosial diskriminatif selama penjajahan Belanda menempatkan mayoritas mereka lebih suka mengidentifikasi dengan bangsa Belanda, memiliki sikap arogan, memandang rendah masyarakat Indonesia asli, cenderung eksklusif, dan mempertahankan hubungan kekerabatan dengan Cina daratan;4. Merupakan kelompok yang tidak mungkin berubah dan akan selalu memperhatikan nilai-nilai kulturalnya di mana pun mereka berada;35. Merupakan kelompok yang hanya peduli kepada kepentingan mereka sendiri, khususnya kepentingan ekonomi.Pemerintahan pasca-reformasi akhirnya kembali mengakui keberadaan etnis Tionghoa. Warga etnis Tionghoa diakui sebagai Warga Negara Indonesia (WNI) sah yang dilindungi dengan UU No 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Etnis Tionghoa mulai menunjukkan eksistensinya pada berbagai aspek kehidupan bermasyarakat mulai dari bidang politik, sosial, budaya, tidak terkecuali dalam bidang hiburan.Dalam dunia hiburan, Indonesia kembali mengalami satu era baru dengan kemunculan stand-up comedy. Stand-up comedy adalah komedi tunggal secara monolog yang ditampilkan di atas panggung, berinteraksi secara langsung dengan audiens, dan memiliki konten atau materi humor yang lebih tajam dan kritis. Dalam bukunya, Sudarmo juga menyebutkan bahwa dengan stand-up comedy, orang-orang berbagi tawa untuk melepas kegetiran hidup (Sudarmo, 2012: 175).Sudarmo (2012: 175) juga menyebutkan bahwa dengan SUC, orang-orang berbagi tawa untuk melepas kegetiran hidup. Ia juga mendefinisikan stand-up comedy sebagai kombinasi antara teater dan lawak improvisasi. Tradisi teater mensyaratkan kesiapan naskah/skenario, latihan, dan arahan sutradara. Lawak improvisasi, meskipun sebenarnya memiliki konsep/naskah, namun tidak tertulis, atau hanya mengandalkan kesepakatan dalam brifing sutradara (Sudarmo, 2012: 182). Dalam Stand-up comedy lakon “Koper”, setiap comic menyampaikan materi mereka dengan tetap menjaga karakter kentalnya masing-masing. Pertunjukan ini menceritakan perjalanan sebuah koper yang tua dan besar yang hendak dibuang4oleh pemiliknya di sebuah terminal karena dianggap berisi kenangan tentang istrinya yang membawa sial. Koper tersebut kemudian berpindah tangan, dari orang yang satu ke orang lainnya yang tidak saling mengenal.Berkaitan dengan penelitian ini, stereotip etnis minoritas yang sudah ada sejak dulu dan secara umum dianggap negatif, digambarkan menggunakan humor yang pada penelitian ini dikemukakan dalam stand-up comedy lakon “KOPER”. Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui adalah bagaimana representasi “Stereotip Etnis Tionghoa dalam Stand Up Comedy “KOPER”?”Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan representasi stereotip etnis Tionghoa dalam Stand Up Comedy pada lakon “KOPER”. Peneliti juga berharap agar penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan informasi kepada pembaca dalam memahami serta mengetahui studi semiotik mengenai representasi Stereotip Etnis Tionghoa dalam Stand Up Comedy “KOPER” serta dapat dijadikan bahan rujukan ataupun pertimbangan untuk kajian ilmu komunikasi dan menjadi sumber informasi bagi penelitian selanjutnya, serta menjadi masukan tersendiri di bidang Stand Up Comedy.Metodologi Penelitian1. Tipe PenelitianMenggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Metode penelitian yang digunakan adalah semiotik Barthes.2. Subyek PenelitianSasaran penelitian ini adalah stand-up comedy lakon “KOPER”, dengan subjek penelitian yaitu comic Ernest Prakasa.53. Unit AnalisisItem-item dalam stand-up comedy lakon “Koper” yang terdiri atas scene-scene, monolog yang terdiri dari bit-bit dan punchline yang mempunyai relevansi dengan rumusan masalah.4. Teknik Pengumpulan DataData primer penelitian ini berupa potongan gambar scene-scene dari pertunjukan yang disiarkan di Metro TV pada tanggal 19 dan 26 Februari 2012 dengan tajuk stand-up comedy lakon “Koper”. Sedangkan data sekundernya adalah studi pustaka mengenai sosok tionghoa yang diperoleh dari artikel, buku maupun sumber dari internet.5. Teknik Analisis DataTeknik analisis data pada penelitian ini didasarkan pada konsep The Codes of Television dipaparkan oleh Fiske (1987:5) bahwa peristiwa yang akan disiarkan telah dienkode oleh kode-kode sosial. Kode-kode tersebut terdiri dari beberapa level, sebagai berikut:a. Level 1: “Reality”b. Level 2: “Representation”c. Level 3: “Ideology”6HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANSosok Tionghoa dalam stand-up comedy lakon Koper hanya diwakili oleh karakter Ernest Prakasa sebagai comic. Dalam beberapa bagian, Ernest menggambarkan sebuah keadaan yang menjadi stereotip mengenai etnis Tionghoa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rahardjo (2005), dikemukakan persepsi orang Jawa tentang stereotip Cina dalam komunikasi antaretnis, sebagai berikut:Tabel 4.1Persepsi tentang stereotip dalam komunikasi antaretnisNoStereotipJawa - Cina (skala 1-5)1Pelit2,482Licik2,343Curiga2,144Sombong2,445Eksklusif2,276Mementingkan diri sendiri2,397Memandang rendah2,068Malas bekerja1,929Mudah disuap2,4110Hemat3,6611Jujur3,5012Sopan3,9213Ramah3,831. Diskriminasi Sosial Etnis TionghoaMonolog menggunakan kata “rasis” terdengar menyindir (meskipun dengan bercanda), yang ditujukan kepada panitia acara yang memilihkan peran itu untuknya sebagai penjaga toilet.7Seragam PDL. Seragam adalah simbol kepatuhan, kepasrahan, dan tunduk kepada peraturan. Pakaian yang dikenakan Ernest (PDL) adalah pakaian seragam yang digunakan oleh seorang pekerja lapangan, bekerja di luar kantor dan lebih banyak menggunakan tenaga. Seperti yang dikemukakan oleh Bungin (2006: 48), bahwa pekerja kasar, buruh harian, buruh lepas, dan semacamnya yang lebih banyak menggunakan tenaga dari pada kemampuan manajerial distratakan sebagai kelas sosial bawah (lower class).Gesture tubuh yang menyindir, terlihat dari cara mengibaskan baju seragamnya sembari melihat ke arah di luar penonton serta mengucapkan kata “ck..!”. Secara keseluruhan dimaknai sebagai sindiran akan diskriminasi sosial yang dialami oleh kelompok etnis Cina di masa lalu.2. Fisikalitas Etnis TionghoaBentuk mata sipit yang apabila dilihat oleh penonton dari kejauhan seperti orang yang berbicara dengan keadaan mata terpejam.Konotasinya, kalimat-kalimat yang muncul dalam bit tentang bentuk mata sipit merupakan hal yang lucu, ketika seorang comic membuat penonton menertawakannya melalui keadaan fisik yang berbeda pada dirinya. Humor semacam ini menunjukkan sebuah pengakuan atas ketidaksempurnaan dan kelemahan diri kepada penonton. Menurut Malcolm Khusner (dalam Sathyanarayana, 2007 92), meskipun pada menertawakan diri sendiri dapat menjatuhkan, namun sesungguhnya8humor tersebut dapat meningkatkan daya tarik dan membangun empati penonton.Adapun monolog yang sengaja mengganti istilah mata sipit dengan kurang belo, ciri khas yang biasa ditemui pada keturunan India dan Timur Tengah. Dalam teori humor, Ernest menggunakan self deprecating humor dimana mencela kaumnya sendiri merupakan salah satu bagian dari pengungkapan diri dengan menambahkan, “...lha mandang dua mata aja susah..! Apa lagi sebelah..!”. Ungkapan ini memiliki konotasi bahwa orang Cina tidak pernah merendahkan orang lain.Adanya stereotip bahwa orang Cina memiliki sifat angkuh, eksklusif dan memandang rendah etnis lain sengaja ditekankan bahwa hal tersebut tidak benar adanya. Dalam catatan Taher, disebutkan faktor kultural yang memiliki kaitan yang erat dengan permasalahan ini. Meskipun pada masa Orde Baru mengeluarkan kebijakan pemerintah tentang asimilasi (pembauran), ternyata Cina yang merupakan kebudayaan yang tertua di dunia ini cukup kuat dan berpengaruh di wilayah tertentu. Sebagai konsekuensinya, masyarakat Cina menjadi cenderung bersifat chauvinistik, sering memandang rendah kebudayaan bangsa-bangsa lain (Rahardjo, 2005: 19). Namun tentu saja tidak semua dari mereka memiliki sikap yang demikian. Tidak adil apabila stereotip itu dilekatkan pada semua orang Tionghoa padahal masih ada orang Tionghoa yang sangat bersahabat.93. Kelas Sosial-Ekonomi Etnis TionghoaDalam sebuah bit, dimana Ernest menemukan sebuah koper tidak bertuan yang tergeletak begitu saja di jalan. Kemudian dengan rasa penasaran, Ernest memperlihatkan dia sedang memeriksa koper tersebut dan mencoba menentengnya sembari berjalan. Ernest bercerita bahwa ternyata orang Cina tidak semuanya kaya.Konotasinya yaitu anggapan bahwa semua orang Tionghoa di negeri ini dianggap kaya dan memiliki kemampuan ekonomi yang mencukupi. Koper tersebut diartikan sebagai simbol kekayaan yang digunakan untuk menyimpan uang. Dalam bit tersebut Ernest menyebutkan, “gaya ya, kaya business man Shanghai!”. Secara harfiah, kalimat tersebut memiliki makna bahwa comic yang merupakan keturunan Cina-Betawi ini adalah bukan seorang pengusaha kaya seperti yang distereotipkan oleh masyarakat.Stereotip ini sendiri bermula dari pemerintahan kolonial Hindia-Belanda yang membagi masyarakat waktu itu menjadi tiga golongan, yaitu 1) orang Eropa yang kedudukannya paling tinggi; 2) orang Cina, India, dan Arab sebagai golongan Timur Asing dengan kedudukan sosial menengah; dan 3) golongan pribumi yang menempati kedudukan sosial terendah (Rahardjo, 2005: 18). Keistimewaan yang diberikan kepada masyarakat keturunan Cina memiliki posisi (ekonomi) yang lebih dominan dibanding komunitas masyarakat lokal. Hal ini membuat interaksi mereka dengan pribumi menjadi berjarak.10Keberhasilan banyak orang Tionghoa di bidang ekonomi memang seringkali menimbulkan kecemburuan sosial. Hanya saja keberhasilan ini tidak terjadi pada seluruh orang Tionghoa. Masih banyak orang Tionghoa biasa yang hidup secara sederhana dengan usaha mereka dan masih berjuang untuk memenuhi kebutuhannya. Banyak orang Tionghoa yang memiliki kemapanan finansial, namun perlu ditekankan pula bahwa kemapanan tersebut adalah buah dari kerja keras mereka.Selain itu pada bit yang menyampaikan bahwa Engkong atau kakek Ernest adalah seorang warga Tionghoa asli yang merantau ke negeri ini, kemudian ditambahkan bahwa tidak semua produk Cina itu KW, diambil dari kata kualitas dengan pelafalan kwalitas, yang artinya barang tiruan.Ketika dianalisis berdasarkan makna konotasi, terdapat kalimat yang ambigu. Disebutkan di dalam penampilannya, kata asli dalam bit tersebut memiliki artinya yang lain. Stereotip yang ingin diperjelas disini adalah anggapan masyarakat yang menggeneralisasikan bahwa barang made in China (yang berupa produk tekstil/ garmen dan elektronik) bahwa barang Cina seringkali disebut sebagai barang yang memiliki image peyoratif/negatif. dikenal dengan barang tiruan, bermutu rendah, dan murah (dikutip dari republika.co.id), Hal ini seringkali dikaitkan dengan isu ekonomi kapitalis yang digencarkan di negeri tersebut, yang lebih mementingkan bisnis dan ekonomi daripada aspek yang lain, menghalalkan segala cara demi mendapatkan kekayaan yang berlimpah.11PENUTUPStereotip yang direpresentasikan dalam stand-up comedy lakon Koper berbicara mengenai diskriminasi terhadap etnis Tionghoa dengan anggapan bahwa etnis Tionghoa adalah sebuah kelompok ras yang terpisah, sehingga dibeda-bedakan dengan kelompok masyarakat pribumi. Adapun ciri fisik yang khas dan mencolok yaitu bentuk mata sipit yang menjadi bahan untuk menyudutkan mereka dalam interaksi mereka dengan kaum mayoritas pribumi, dan menyebabkan etnis Tionghoa seringkali mendapatkan serangan verbal sebagai bentuk pengungkungan eksistensi mereka.Status sosial-ekonomi etnis Tionghoa distereotipkan sebagian besar lebih baik dari para pribumi. Padahal untuk mencapai tingkat kesuksesan seperti demikian, kaum Tionghoa telah menjalani kerja keras secara turun temurun. Namun demikian kecemburuan sosial yang merebak dan terstruktur dalam masyarakat Indonesia menyebabkan labelisasi „kaya‟ dan „eksklusif‟ bagi masyarakat Tionghoa. Akibatnya, gerak kaum Tionghoa seolah terkurung dalam ranah ekonomi yang semakin mengukuhkan dominasi finansial mereka.
Hubungan Intensitas Memperoleh Informasi dari Majalah Hijabella dan Daya Tarik Konten dengan Perilaku Imitasi Hijab Modern Syar’i. Dubha Kaldota Diptapramana; Agus Naryoso; Adi Nugroho; Nurriyatul Lailiyah
Interaksi Online Vol 4, No 1: Januari 2016
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (503.95 KB)

Abstract

Busana Hijab sedang digemari oleh muslimah pengguna jilbab saat ini. Model hijabyang dikenakan semakin modern dan up to date. Hal ini dilirik oleh Dian Pelangi selakudesigner hijab terkemuka untuk menerbitkan majalah khusus membahas tentang dunia Islamdan Hijab. Majalah yang diterbitkan oleh Dian pelangi ialah Majalah Hijabella. Tujuanpenelitian ini untuk mengkaji hubungan intensitas memperoleh informasi dari majalahHijabella dan daya tarik konten dengan perilaku imitasi hijab modern syar’i. Teori yangdigunakan adalah Teori Pembelajaran Sosial.. Tipe penelitian yang digunakan dalampenelitian ini adalah tipe penelitian explanatory (penjelasan). Sedangkan Teknik pengambilansampelnya adalah Random dengan total sampel sebanyak 90 responden. Alat yang digunakanuntuk analisis data adalah uji statistik Kendall’s tau_b.Hasil penelitian pada pengujian hipotesis pertama menunjukkan terdapat hubunganyang kurang signifikan antara intensitas memperoleh informasi dari Majalah Hijabelladengan Perilaku imitasi hijab modern syar’i. Ditunjukkan pada angka kurang signifikansebesar 0.102 dengan koefisien korelasi -.136. Hasil pengujian hipotesis kedua yangmenunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara daya tarik konten dan perilakuimitasi hijab modern syar’i. Hipotesis kedua ini ditunjukkan dengan hasil signifikan yaitusebesar 0,001 dengan koefisien korelasi 0,249.
REDESAIN RUANG TUNGGU PENUMPANG BUS TRANS KOTA BATAM : STUDI TEKNIS EVALUASI LAYANAN TRANSPORTASI PUBLIK KOTA BATAM Adi Nugroho; Delia Meldra
JURNAL REKAYASA SISTEM INDUSTRI Vol 3 No 1 (2017): (Desember 2017)
Publisher : Universitas Putera Batam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (814.773 KB)

Abstract

Ministry of Transportation’s regulation no. 10/2011 defines that every public service, including public transportation, need to meet the minimum standard of service set by the government. It means that it has to qualify on criterias such as regularity, equality, accessability, comfort, safety and security. This research aims to find out the feasible design of Batam Trans Bus stop that fit the criterias.To achieve the goal, this research use qualitative technique, to gain th e information about service performance and sort the users need, and quantitative technique to draw the conclusions. This research also use Qualify Function Deployment (QFD) and Anthropometri. After the observation and measurement analysison some of bus stop in Batam , as example bus stop at Kepri Mall, Batamindo and kavling Baru, it had been found that facilities at Batam Trans Bus Stop haven’t met the minimum standard defines by regulation no.10/2011. Benches, stairs, pavilions, roofs, are facilities that are needed to be upgraded based on user of bus stop. The size differences on facilities are also being the users concern, such as benches height and width, stairs height and doors size.
Pengaruh Variasi Kuat Arus Pengelasan Terhadap Kekuatan Tarik dan Kekerasan Sambungan Las Plate Carbon Steel ASTM 36 Adi Nugroho
JURNAL REKAYASA SISTEM INDUSTRI Vol 3 No 2 (2018): Mulai tersedia daring sejak Juni 2018
Publisher : Universitas Putera Batam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (869.935 KB)

Abstract

This study aims to determine the effect of variations in the welding current to tensile strength and hardness welding SMAW with electrode E7016 on plate carbon steel ASTM A36 with a thickness 10 mm. large variations in use of welding current is 90 amps, 100 amps, 110 amps and 120 amps. This research was carried out by making spesiment test with the variation of welding current at 90 amperes, 100 amperes, 110 amperes and 120 amperes hereinafter spesiment test carried tensile testing and hardness to seek information influences that caused by the variation of welding current to the tensile strength and hardness of the welded joints. The results showed that the highest tensile strength (Ultimate Tensile Strength) were obtained on a sample of 110 amperes with value - average UTS at 467.78 MPa. While the highest hardness values obtained on a sample of 120 amperes with value - average in the region of 191 HV HAZ and in the region of 228 HV Weld metal.
Prioritas Perbaikan Layanan Ruang Tunggu Penumpang Bus Trans Kota Batam Adi Nugroho
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTRANSLOG) Vol 6, No 2 (2019): JULI
Publisher : Institut Transportasi dan Logistik Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54324/j.mtl.v6i2.308

Abstract

This study aims to determine the priority of improving trans bus public transportation services in Batam City. Research focuses on passenger waiting room facilities which are one of the highlights of the local community because they are directly related to the security and comfort aspects of service users. This research method uses a quantitative descriptive approach by combining it with the importance-performance analysis (IPA) method to group attributes based on the perspective of service users. From the results of measurements that have been made, information on facilities that need to be the top priority for improvement includes the addition of lighting in the waiting room of the bus corridor, the availability of special space for service users who use wheelchairs, seats intended for persons with disabilities and the elderly, children - children and pregnant women, special stairs for service users who use wheelchairs, trash bins available in the waiting room of the bus corridor and increase the number of seats in the waiting room of the bus corridor. This statement is a factor that is considered important by service users but has not been met by the trans city bus service provider Batam
KAJIAN DAN ANALISA PELAPISAN SPRAY GUN UNTUK FINISHING PRODUK UKIR TEMBAGA Seno Darmanto; Yusuf Umardani; Adi Nugroho; Sunarso Sugeng; Indartono Indartono; Hartono Hartono; Alaya Fadllu Hadi Mukhamad
Jurnal Pengabdian Vokasi Vol 1, No 2 (2019): Nopember 2019
Publisher : Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (496.748 KB)

Abstract

Industri Ukir Tembaga dan Kuningan Mbed Doer Anather Craft merupakan salah satu industri tembaga dan kuningan yang masih eksis di Tumang Cepogo Boyolali. Keberadaan industri ukir tembaga dan kuningan di Kelurahan Tumang Cepogo memberikan potensi yang besar terutama di bidang ekonomi, sosial, pendidikan dan lapangan kerja. Industri ukir kuningan dan tembaga juga memberikan dukungan pada wisata alam dan agro di daerah lereng gunung Merapi dan Merbabu khususnya wisata alam pegunungan Selo. Pengerjaan produk ukir dengan teknik pemanasan, pembentukan dan penyelesaian akhir untuk desain rumit dan ukuran relative besar masih menjadi kendala. Tujuan kegiatan pengabdian adalah kajian dan analisa spray gun untuk proses pelapisan produk ukir tembaga dan sejenisnya. Proses pelapisan logam perlu perlakuan awal yakni dengan pembersihan. Peralatan spray gun pada prinsipnya terdiri dari injektor (nozzle), selang dan kompresor. Jarak semprot atau nozzle dengan permukaan yang akan dicat 100 – 200 mm. Jarak semprot itu prinsipnya tegak lurus. Beberapa cacat pelapisan dengan spry gun meliputi orange peel, runs, pinholing, peeling, polishing marks, solvent pop, mottling, matting, lifting, cracking, colour mismatch, fish eyes, dan srinkage. Peningkatan kualitas pelapisan dengan spry gun dapat dilakukan dengan mekanisme pemanasan atau termal
Pemetaan dan Klasifikasi Kesesuaian Jenis Tanah Terhadap Tanaman Menggunakan Metode Naïve Bayes di Desa Cukilan Yubal Nugroho Paseneke; Adi Nugroho
AITI Vol 19 No 2 (2022)
Publisher : Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24246/aiti.v19i2.199-212

Abstract

Cukilan Village is one of the villages in the Suruh sub-district, Semarang Regency, Central Java. Almost all of the villagers in Cukilan Village work as farmers. Agriculture can generally be done anywhere, but the problem is how to increase and maintain production. For this reason, a classification system is needed to determine the suitability of soil types to plant species. Classification is carried out using the Naive Bayes method. After doing the calculations, it was found that the soil types of brown andosol, brown latosol, and reddish brown latosol have the highest suitability. In contrast, the dark brown Mediterranean has the lowest suitability. The classification results are then compared to the production results. Sweet potato plants have 100% suitability for all types of soil, but their production is not optimal. It was found that there are still many factors needed in the process of plant development, such as temperature, pH, fertilization, etc. Therefore, other calculation attributes are required to get maximum results, k. Then the mapping is carried out using a Geographic Information System (GIS), which visualizes agricultural land, drainage routes, and transportation routes.
Desain dan Pembuatan Tungku Bakar Arang untuk Proses Pemanasan dan Pembersihan bagi Industri Ukir Tembaga dan Kuningan Seno Darmanto; Adi Nugroho; Yusuf Umardani; Sutan to
Retii Prosiding Seminar Nasional ReTII ke-11 2016
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Industri Ukir Tembaga dan Kuningan Bintang Pamungkas merupakan salah satu industri tembaga dan kuningan yang masih eksis di Tumang Cepogo Boyolali. Keberadaan industri ukir tembaga dan kuningan di Kelurahan Tumang Cepogo memberikan potensi yang besar terutama di bidang ekonomi, sosial, pendidikan dan lapangan kerja. Industri ukir kuningan dan tembaga juga memberikan dukungan pada wisata alam dan agro di daerah lereng gunung Merapi dan Merbabu khususnya wisata alam pegunungan Selo. Tantangan pengerjaan produk ukir dengan teknik pemanasan, pembentukan dan penyelesaian akhir untuk desain rumit dan ukuran relative besar masih menjadi kendala. Tujuan yang telah dicapai dalam kegiatan penerapan teknologi adalah desain dan pembuatan mesin pembangkit kalor melalui beberapa tahapan kegiatan meliputi pelatihan,  konsultasi, perancangan dan pengerjaan mesin pembangkit kalor. Mesin pembangkit kalor di industri ukir tembaga, kuningan dan sejenisnya pada prinsipnya terdiri dari tungku arang dan mesin las (asetilin dan modifikasi instalasi pengelasan jenis asetilin dan LPG). Tungku arang sebagai pembangkit kalor terdiri dari ruang bakar dan pipa saluran udara bertekanan. Dasaran pendukung ruang bakar didesain dengan ukuran panjang 3 m, lebar 2 m dan tinggi 15 cm. Ruang bakar dibuat dengan diameter 20 cm dan kedalaman 15 – 20 m. Pipa saluran udara bertekanan dan luaran blower dirancang dengan diameter 2,5 – 3 inch. Kata Kunci: tungku, arang, blower, ukir, tembaga, kuningan
Rancang Bangun Alat Pencuci Kentang Berpenggerak Motor Listrik Marni Oktavia; Adi Nugroho
Journal of Green Engineering for Sustainability Vol 1 No 2 (2024): April 2024
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Universal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This research examines the effectiveness of the manual potato washing process and explores the use of an electric motor-based washing machine as an alternative solution. The machine was designed to improve washing efficiency and ensure the potatoes reach a predetermined standard of cleanliness. The focus of the research was to determine the duration required for the machine to wash the potatoes clean. The methodology used included direct observation and literature study. Data analysis was done quantitatively, with the application of Measurement System Analysis (MSA) to assess the consistency of the measuring instruments used. A 5 kg sample of potatoes was washed in three test iterations. Washing quality was measured using a nominal scale that included three key characteristics of clean potatoes. Results showed that 5 kg of potatoes could be washed to cleanliness standards within 10 minutes. Analysis of variance (ANOVA) yielded a P value of 0.787, indicating no significant difference between test iterations. Meanwhile, Gage R&R indicated a Repeatability value of 0.270833 and Reproducibility of 0.010417, indicating minimal variation between tests conducted by different testers.
Transformasi Pendidikan di Era Digital Tantangan dan Peluang Rachmi; Arie Surachman; Desfita Eka Putri; Adi Nugroho; Salfin
Journal of International Multidisciplinary Research Vol. 2 No. 2 (2024): Februari 2024
Publisher : PT. Banjarese Pacific Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62504/6y4qb169

Abstract

Era digital telah membawa transformasi mendalam dalam bidang pendidikan, mengubah paradigma pembelajaran tradisional menjadi lingkungan yang lebih dinamis dan terkoneksi. Meskipun banyak peluang yang muncul, terdapat pula sejumlah tantangan yang perlu diatasi agar manfaat transformasi ini dapat dirasakan secara merata. Salah satu tantangan utama adalah ketidaksetaraan akses teknologi di kalangan siswa. Meskipun teknologi memungkinkan pembelajaran jarak jauh, tidak semua siswa memiliki akses yang setara terhadap perangkat dan konektivitas internet. Hal ini dapat menciptakan kesenjangan pembelajaran dan memerlukan solusi inklusif agar semua siswa dapat mengikuti perkembangan pendidikan digital. Pergeseran paradigma pembelajaran dari guru sebagai penyampai informasi menjadi fasilitator juga menimbulkan tantangan. Guru perlu mengadaptasi peran mereka sebagai pendukung pembelajaran mandiri siswa, yang menuntut penguasaan keterampilan teknologi dan perubahan dalam metode pengajaran. Kurva belajar teknologi bagi guru perlu diatasi melalui pelatihan yang kontinu. Meski demikian, transformasi ini membuka sejumlah peluang signifikan. Guru dapat menciptakan pembelajaran lebih personal dan relevan dengan memanfaatkan teknologi. Pendekatan pembelajaran berbasis proyek, penggunaan kecerdasan buatan, dan kolaborasi global menjadi peluang untuk merancang pengalaman belajar yang lebih bermakna. Dengan kesadaran akan tantangan dan kemampuan untuk memanfaatkan peluang ini, transformasi pendidikan di era digital dapat menjadi fondasi untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif, inovatif, dan sesuai dengan tuntutan zaman.
Co-Authors A. Muthalib Nawawi Agus Naryoso S.Sos, M.Si, Agus Naryoso Aidul Fitriciada Azhari Alaya Fadllu Hadi Mukhamad Amalia Andersona , Kevin Ferdinand Andhika Putra Nugraha Aprillia N S Arditya Drimulrestu Arfianto Adi Nugroho Arie Surachman Arinda Putri Oktaviani Brillian Barro Vither Choirul Ulil Albab David Fredy Christiyanto Delia Meldra Desfita Eka Putri Destika Fajarsylva Anggraini Djoko Setyabudi Dody Tisna Kurniawan DR Sunarto Dr. Sunarto Dubha Kaldota Diptapramana Eko Suharton Fauzan Faiz Fauzie Rahman Fetiyana Luthfi Prihandini Fuad Dwi Hanggara Galih Arum Sri Gelar Mukti Ghanes Eka Putera Hapsari Dwiningtyas Hari Basuki Haris Pramudia Hartono Hartono Hedi Pudjo Santosa Imanda Aulia Akbarian Indah Purnama Indartono Indartono Indra Prayoga Joyo NS Gono Karina Puspadiati Kevin Devanda Sudjarwo Khabib Mustofa Kiky Rizkiana Krisna Adhi Nugroho Lintang Andini Lintang Ratri Rahmiaji Lintang Ratri Ramiaji Lussy Vidya Citra M Bayu Widagdo M Yulianto Marliana Nurjayanti Nasoetion Marni Oktavia Mellisa Indah Purnamasari Mohammad Dede Rahmatullah Much Yulianto Much. Yulianto Muchammad Yulianto Muhammad Syamsud Duha Ni Made Dinna Caniswara Nilna Rifda Kholisha Nurist Surayya Ulfa Nurrist Suraya Ulfa Nurriyatul Lailiyah Osa Patra Rikastana Pandu Hidayat Purwoko, Agus Rachmi Renis Susani Karamina Ricki Apriliono Rosihan Adhani, Rosihan Salsabila, Unik Hanifah Sarah Tri Rahmasari Sembiring, Rinawati Seno Darmanto Seno Darmanto Shafira Indah Muthia Sri Nofidiyahwati Sulastri _ Sunarso Sugeng Sutan to Suwarman - Tandiyo Pradekso Taufik Suprihartini Taufik Suprihatini Tineke Kristina Siregar Tommy Ardianto Tri Yoga Adibtya Tama Trisni Suryarini Triyono Lukmantoro Turnomo Rahardjo Ulya Anggie Pradini Vidya Ayunita Wardah Yuspin Widyaningsih, Murti Wiwid Noor Rakhmad Yoga M Pamungkas Yuanisa Meistha Yubal Nugroho Paseneke Yulistra Ivo Azhari Yusuf Umardani Yusuf Umardani