Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

Consumer Global Orientation and Its Impact on Consumers’ Positive Emotions Sulhaini, Sulhaini; Dayani, Rahman; Sulaimiah, Sulaimiah; Rusdan, Rusdan
INTERNATIONAL RESEARCH JOURNAL OF BUSINESS STUDIES Vol 11, No 2 (2018): August-November 2018
Publisher : Universitas Prasetiya Mulya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (269.328 KB)

Abstract

The objective of this study is to examine the role of consumer global orientation and the inferior image of foreign brands in young, educated consumers admiration for foreign brands and willingness to pay more for foreign brands. As its sample, this study used students of the University of Mataram, with data collected in a classroom setting following the end of lectures using a carefully developed instrument that was carefully developed and tested through a stepwise procedure. Its findings suggest that consumer global orientation and the inferior image of local brands have no direct effect on consumers willingness to pay more for foreign brands. Nonetheless, they do indirectly affect consumer intentions by creating positive emotions about foreign brands. This positive emotion, i.e. foreign brand admiration, seems to have a critical role, as it fully mediates the effects of the two studied constructs. Consumer global orientation and the inferior image of local brands nurture consumers positive views of foreign brands, which in turn increase consumer willingness to pay higher prices for foreign brands. The paper also conceptualizes consumer global orientation and provides important managerial and recommendations for future research.Keywords: Consumer global orientation, inferior image of local brands,foreign brand admiration https://doi.org/10.21632/irjbs.11.2.81-92
PENGARUH KECENDERUNGAN CONSUMER ETHNOCENTRISM DOMESTIC PRODUCT BELIEF TERHADAP KEIGINAN UNTUK MEMBELI PRODUK ELEKTRONIK DI KOTA MATARAM, NUSA TENGGARA BARAT Rusdan Rusdan; Baiq Ismiwati; Sulhaini Sulhaini; Rahman Dayani
Distribusi - Journal of Management and Business Vol. 6 No. 1 (2018): Distribusi, Maret 2018
Publisher : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/distribusi.v6i1.26

Abstract

The main objective of the study was to examine the effect of consumer ethnocentrism toward domestic product belief and willingness to buy. The survey was carried out among students of the University of Mataram. A hundred of student sample were accidently determined during two weeks of data collection. Majority of them were students of the Faculty of Economic and Businesess. The study found that ethncentrism among students (young consumers) is still not really strong/medium level. This was seen also on domestic product belief and willingness to buy. Nevertheless, the tendency has a strong effect on domestic product belief and willingness to buy domestically made electronic products. This means it is important to strengthen the tendency among young (educated) consumers for the national economy.
Measurement Of Visitors' Perceptions And Attitudes Towards Business Location, Product Quality, And Promotion Rusdan, Rusdan; Sulhaini, Sulhaini; Dayani, Rahman
AMWALUNA (Jurnal Ekonomi dan Keuangan Syariah) Vol 7, No 1 (2023)
Publisher : Univeristas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (245.06 KB) | DOI: 10.29313/amwaluna.v7i1.11170

Abstract

This research seeks to confirm the internal views of café managers in Sembalun Area obtained from the results of previous research which stated that the main strength of cafes in Sembalun consists of three factors, namely business location, product quality, and promotion. The purpose of this research is to determine the perception and attitude of café visitors towards these three factors and provide alternative strategies that can be used in developing a café business. This study was a quantitative study using a descriptive approach The aspects analyzed were accessibility, distance, panoramic beauty, environmental cleanliness, environmental neatness, taste of dishes, cleanliness of dishes, variety of menus, neatness of presentation, content of promotion, types of promotional media, variations of promotional media, and frequency of promotion. The results of the analysis show that visitors' perceptions and attitudes towards business location, product quality, and promotion are at a Good/Positive level but with an average value that is close to the lower limit of the good level value. Business location is a key factor in the success of café business in Sembalun Area with the highest perception and attitude values. In addition, promotion is a very crucial factor because it has the lowest perception and attitude values. Therefore, the alternative strategy offered is to develop more massive and creative promotions using social media with a wide market coverage and increasing the capacity of service personnel and café managers. This research also provides more detailed solutions to implement the suggested strategy.
DINAMIKA DIALEKTIKA ULAMA’ MAZHAB TENTANG PEMANFAATAN BARANG GADAI (AR-RAHN) Rusdan, Rusdan; Rusandi, Haeruman
Jurnal El-Hikam Vol 13 No 2 (2020): EL-HIKAM: Jurnal Kajian Pendidikan dan Keagamaan
Publisher : LP2M Institut Agama Islam Nurul Hakim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (564.943 KB)

Abstract

Gadai atau ar-rahn adalah akad utang piutang antara ar-rahin dengan al-murtahin, di mana ar-rahin selaku pihak yang berutang menyerahkan suatu barang sebagai jaminan pelunasan utang yang telah diterimanya (al-marhun bih) kepada al-murtahin. Al-marhun yang berada dalam penguasaan al-murtahin menjadi amanah baginya. Sehingga ia berkewajiban menjaga dan memeliharanya sebagaimana ia menjaga harta bendanya sendiri. Jika barang yang menjadi al-marhun hilang atau rusak dalam penjagaan dan pemeliharaannya, maka ia tidak berkewajiban menggantinya. Dalam Islam, harta benda, tak terkecuali al-marhun yang berada di bawah penguasaan al-murtahin tidak boleh disia-siakan dan ditelantarkan. Kenyataan ini memunculkan masalah hukum. Siapakah yang mesti memanfaatkan al-marhun tersebut.? Ar-rahin selaku pemilik barang ataukah al-murtahin selaku pihak yang menguasai al-marhun? Untuk menjawab masalah hukum tersebut, artikel ini disusun secara sistematis. Metode penulisan yang digunakan adalah studi kepustakaan atau biasa disebut library research, dengan jalan mengumpulkan, menelaah, dan mengkaji berbagai literatur terkait, kemudian disusun dalam sebuah artikel ilmiah. Dari hasil telaah terhadap berbagai literatur, dapat disimpulkan bahwa ulama’ tidak mencapai kata sepakat tentang pemanfaatan al-marhun, baik oleh ar-rahin sendiri maupun oleh al-murtahin. Menurut jumhur ulama’, ar-rahin selaku pemilik barang tidak dibenarkan memanfaatkan al-marhun. Adapun ulama’ Syafi’iyah berpendapat bahwa ar-rahin dibolehkan memanfaatkan al-marhun sepanjang dapat dijamin dalam pemanfaatan tersebut tidak merugikan dan menimbulkan kemudharatan bagi pihak al-murtahin. Sementara pemanfaatan al-marhun oleh al-murtahin menurut pendapat jumhur ulama’ adalah tidak boleh. Berbeda dengan pendapat jumhur, ulama’ Hanabilah menyatakan bahwa jika yang dijadikan sebagai al-marhun adalah binatang, maka al-murtahin dibolehkan memanfaatkan al-marhun tersebut sesuai dengan kadar biaya yang dikeluarkan untuk menafkahi al-marhun.
REKONSTRUKSI PARADIGMA HAK CIPTA SEBAGAI OBJEK WAKAF Rusdan, Rusdan
Jurnal El-Hikam Vol 14 No 1 (2021): EL-HIKAM: Jurnal Kajian Pendidikan dan Keagamaan
Publisher : LP2M Institut Agama Islam Nurul Hakim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (599.167 KB)

Abstract

Secara historis, wakaf memiliki peran yang sangat strategis dalam mengembangkan kegiatan sosial, budaya, ekonomi, bahkan pendidikan masyarakat Islam yang ditransformasikan ke dalam berbagai macam sarana fisik seperti sarana ibadah, pendidikan, kesehatan, sosial budaya, dan sebagainya. Seiring perkembangan zaman, objek wakaf dan hal-hal yang berkenaan dengannya mengalami perkembangan. Objek wakaf tidak lagi terbatas pada benda-benda tidak bergerak semisal tanah dan bangunan, namun telah dikembangkan juga wakaf uang, surat berharga, hak kekayaan intelektual secara umum atau hak cipta secara khusus. Dewasa ini, hak cipta yang dimiliki oleh seseorang tidak jarang memiliki nilai ekonomi yang lebih besar dari benda berwujud(real asset) lainnya. Fokus artikel ini adalah hendak menelusuri legalitas wakaf hak cipta dalam perspektif hukum Islam (fiqh) dengan dua permasalahan turunan, yakni pertama, apakah hak cipta termasuk harta (al-mal), kedua, apakah hak cipta telah memenuhi kriteria sebagai objek wakaf?. Dilihat dari sisi hukum Islam (fiqh) hak cipta termasuk ke dalam kategori hak ibtikar yang dipandang sebagai harta yang bernilai. Hak cipta sebagai bagian dari hak kekayaan intelektual telah memenuhi kriteria sebagai objek wakaf, yaitu merupakan harta bernilai, dibolehkan oleh syara’ (halal), bisa dimiliki atau dipindah hak kepemilikannya, bisa diwariskan, diwasiatkan, jelas diketahui atau sekurang-kurangnya akan diketahui, serta dapat dimiliki oleh pewakaf (waqif) secara penuh. Dengan begitu, hak cipta dilihat dari posisinya sebagai harta yang bernilai dan syarat lain yang melekat padanya dapat dijadikan sebagai objek wakaf.
MELACAK MAQASHID ASY-SYARI’AH DI BALIK PELARANGAN RIBA Rusdan, Rusdan
Jurnal El-Hikam Vol 15 No 1 (2022): EL-HIKAM: Jurnal Kajian Pendidikan dan Keagamaan
Publisher : LP2M Institut Agama Islam Nurul Hakim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam segala bentuknya, riba telah diharamkan dalam Islam. Latar belakang pelarangan ini erat kaitannya dengan mashlahah yang hendak diraih dan mafsadah yang hendak dihindari. Ditilik dari sisi maslhahah, pengharaman riba ini semata-mata demi melindungi kemaslahatan manusia, baik secara individu maupun kolektif, baik yang menyangkut akhlak, sosial, ekonomi, dan sebagainya. Sementara sisi mafsadah yang hendak dihindari dalam praktik riba ini adalah karena adanya unsur kezaliman di dalamnya, bukan hanya pada salah satu pihak, melainkan pada kedua belah pihak sekaligus. Oleh karenanya, dengan diharamkannya riba, maka kezaliman yang melekat pada riba akan hilang dan musnah dengan sendirinya. Penelitian ini termasuk penelitian pustaka (library research) yang menghimpun berbagai referensi akademik yang berkaitan dengan persoalan yang menjadi fokus penelitian. Berbagai referensi yang diperoleh melalui teknik dokumetasi kemudian disistematisasi, ditelaah, hingga akhirnya disusun dalam suatu karya ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademik. Secara spesifik, maqashid asy-syariah di balik pengharaman riba bertumpu pada empat hal, yakni: (1) agar uang tidak menjadi komoditas yang diperjualbelikan sehingga uang tidak melahirkan uang, akan tetapi uang sesuai dengan fungsinya tetap menjadi alat tukar menukar dalam sirkulasi barang dan jasa; (2) agar tercipta keadilan dalam bermuamalah; (3) agar tidak terjadi perubahan motif dalam memberi pinjaman yang semula berorientasi tabarru’ (sosial) menjadi transaksi yang berorientasi mu’awadhah (bisnis); dan (4) dimaksudkan untuk mencegah para rentenir berbuat kezaliman kepada penerima pinjaman.
PRINSIP-PRINSIP DASAR FIQH MUAMALAH DAN PENERAPANNYA PADA KEGIATAN PEREKONOMIAN Rusdan, Rusdan
Jurnal El-Hikam Vol 15 No 2 (2022): EL-HIKAM: Jurnal Kajian Pendidikan dan Keagamaan
Publisher : LP2M Institut Agama Islam Nurul Hakim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Aqidah, syari’ah dan akhlaq adalah tiga dimensi ajaran Islam. Masing-masing memiliki karakter tersendiri. Aqidah menyangkut aspek esoteris, syari’ah menyangkut aspek eksoteris, sementara akhlak menyangkut etika atau adab pergaulan. Mu’amalah dalam spektrum yang lebih luas merupakan bagian dari syariah bersama-sama dengan ibadah. Keduanya memiliki prinsip dan karakter yang khas. Fiqh muamalah dalam pengertian luas mencakup semua peraturan di luar ibadah dan akhlak. Oleh karenanya, masalah-masalah yang berhubungan dengan pernikahan (munakahat), warisan (mawaris), politik ketatanegaraan (siyasah), pidana (jinayat), dan hukum keluarga (ahwal asy-syakhshiyyah) termasuk ke dalam ruang lingkup muamalah. Sementara dalam pengertian sempit fiqh muamalah berkisar pada dua makna, yakni pertama, seperangkat aturan tentang perbuatan dan hubungan antar manusia mengenai harta kekayaan, hak-hak, dan penyelesaian sengketa; kedua, hukum-hukum yang berkaitan dengan perbuatan manusia yang menyangkut interaksi antar sesama mereka dalam urusan kebendaan serta cara penyelesaian sengketa tersebut. Prinsip atau asas yang melandasi fiqh muamalah adalah prinsip mubah, prinsip suka sama suka, prinsip keadilan, prinsip saling menguntungkan, prinsip tolong menolong, dan prinsip tertulis. Prinsip mubah dapat dikatakan sebagai prinsip utama dari fiqh muamalah yang membedakannya dengan ibadah. Sementara prinsip-prinsip lainnya merupakan turunan atau cabang yang melengkapi dan menggenapi prinsip utama.
NORMA DAN ETIKA PEMANFAATAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI DALAM SISTEM EKONOMI ISLAM Rusdan, Rusdan
Jurnal El-Hikam Vol 16 No 1 (2023): EL-HIKAM: Jurnal Kajian Pendidikan dan Keagamaan
Publisher : LP2M Institut Agama Islam Nurul Hakim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The teachings of Islam place a strong emphasis on morality and ethics. In all activities, especially those involving production, every Muslim is expected to fulfill these moral standards. Production is typically understood as adding value to uses or creating new uses from existing ones. Economic activity will halt without output, and vice versa. Production activities incorporate a variety of elements, including but not limited to land, labor, capital, and organization, in order to generate commodities and services. In this study, a qualitative descriptive analytic research method was applied. While the methodology is a literature review, specifically research that uses library materials in the form of books, notes, and reports on the findings of other studies. Land, labor, capital, and organization are only a few of the variables that are utilised in manufacturing operations. The use of these production elements must take into account the applicable morals and ethical standards in the framework of Islamic economics. For this reason, land must be viewed as shared property with a social dimension that is focused on enhancing the socioeconomic welfare of the community; work is an obligation, in which the employer must be able to treat his workers fairly, pay wages on time, and provide workers with social facilities according to their abilities; capital is a mandate from Allah SWT. that must be managed properly and responsibly; and humans in the production organization occupy a crucial role.
TEKNIK PERHITUNGAN BAGI HASIL PRODUK PENDANAAN PADA PERBANKAN SYARIAH: Sebuah Pengenalan Teoritis-Praktis dari Sudut Pandang Nasabah dan Bank ALIM, SAHIRUL; RUSDAN, RUSDAN
Jurnal El-Hikam Vol 16 No 1 (2023): EL-HIKAM: Jurnal Kajian Pendidikan dan Keagamaan
Publisher : LP2M Institut Agama Islam Nurul Hakim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Setiap dana yang telah dihimpun oleh bank syariah harus dikelola dengan profesional. Ini dimaksudkan agar dana tersebut mendatangkan keuntungan yang besar, baik bagi nasabah maupun bank syariah sendiri. Prinsip utama yang harus dikembangkan oleh pihak bank syariah dalam manajemen dana adalah memberikan bagi hasil kepada penyimpan dana minimal sama dengan atau lebih besar dari suku bunga yang berlaku di bank konvensional, dan mampu menarik bagi hasil dari debitur lebih rendah dari pada bunga yang diberlakukan di bank konvensional. Menghitung bagi hasil antara bank syariah dengan nasabah penyimpan dana dalam praktik perbankan syariah ternyata tidak semudah dan sesederhana yang dibayangkan. Terdapat banyak faktor yang perlu diperhitungkan, baik ketika menentukan nisbah bagi hasil, pendistribusian bagi hasil, maupun hal-hal teknis lainnya. Kecuali itu, teknik perhitungan bagi hasil antara satu bank syariah dengan bank syariah lainnya bisa jadi berbeda. Itu semua sangat bergantung pada kebijakan bank bersangkutan. Dilihat dari jenisnya, penelitian ini termasuk penelitian kualitatif, yang mana dalam keseluruhan proses sepenuhnya mengandalkan studi pustaka (library research). Secara teknis bahan pustaka yang ada ditelaah, setelah sebelumnya melakukan pemilihan dan pemilahan, untuk selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan bersamaan dengan itu disusun dalam satu artikel ilmiah. Teknik perhitungan bagi hasil pendanaan pada perbankan syariah dapat dilihat dari sisi nasabah dan pihak bank. Perhitungan dari sisi nasabah bergantung pada karakteristik tertentu, semisal mudharabah muqayyadah off balance sheet, mudharabah muqayyadah on balance sheet, dan mudharabah mutlaqoh on balance sheet. Dari sudut pandang bank umumnya dihitung dengan dua cara, yakni berdasarkan perhitungan saldo akhir bulan dan perhitungan saldo rata-rata harian.
PENGUATAN KEMANDIRIAN EKONOMI PESANTREN MENUJU INDONESIA EMAS 2045 Rusdan, Rusdan
Jurnal El-Hikam Vol 16 No 2 (2023): EL-HIKAM: Jurnal Kajian Pendidikan dan Keagamaan
Publisher : LP2M Institut Agama Islam Nurul Hakim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

"Pesantren" is one of the crucial pillars of the state. Considering its existence, this institution has played a significant role in nation-building long before Indonesia gained independence. Its inception was laid in 1399 by Sheikh Maulana Malik Ibrahim. In subsequent periods, pesantren has continued to undergo improvements and strengthening, including enhancing economic self-reliance. The main issue examined in this research pertains to the economic self-reliance of pesantren, with three derivative issues: firstly, how urgent is the strengthening of pesantren's economic self-reliance; secondly, what are the obstacles and opportunities for strengthening pesantren's economic self-reliance; and thirdly, what strategic steps must pesantren take to reinforce its economic self-reliance. This research falls under qualitative research with an emphasis on literature study. All data used in this research are secondary data, which are of the second-hand type, including books, scholarly articles, newspapers, and the like. From a series of studies conducted, it can be concluded that pesantren needs to strengthen its economic self-reliance. This is primarily to ensure its independence and the flexibility to carry out various activities. The obstacles faced by pesantren in strengthening their economic self-reliance stem from both internal and external factors. Internal factors are more influenced by motivation and needs, while external factors are more influenced by cultural factors and upbringing. The steps taken by pesantren to strengthen their economic self-reliance include assessing potential and resources, strategic planning, income diversification, entrepreneurship education, prudent financial management, strengthening partnerships and networks, marketing expansion and promotion, transparency, and controlled and measurable risk management.