Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

Knowledge and Risk of Osteoporosis among Pre-elderly at Cipacing Village Jatinangor District in 2014 Ramdhani, Muhammad; Mulyadi, Dicky; Arisanti, Nita
Althea Medical Journa Vol 2, No 4 (2015)
Publisher : Althea Medical Journa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (29.126 KB)

Abstract

Background: Osteoporosis is a disease characterized by abnormal loss of bone density resulting inbones that are brittle and liable to fracture. Most cases of fracture in the world are due to osteoporosis. InIndonesia, the prevalence of osteopenia (early osteoporosis) and of osteoporosis are relatively high. Oneof the causes of this situation is the low level of public knowledge about how to prevent osteoporosis. Thisstudy was conducted to identify the knowledge and risk of osteoporosis among pre-elderly at CipacingVillage Jatinangor District in 2014.Methods: This descriptive study was conducted at Cipacing Village Jatinangor District to 160 respondentswho were classified as pre-elderly (aged 45-59 years) and assessed on knowledge and risk factors forosteoporosis through questionnaire-guided interviews after the informed consent was obtained.Thecollected data were presented using frequency distribution.Results: A total of 100 respondents (62.5%) had good knowledge about osteoporosis-related information,including definitions, causes, risk factors, signs and symptoms, impacts, and prevention. Most respondents,79 respondents (49.4%), are at risk for osteoporosis.Conclusions: Knowledge of osteoporosis among pre-elderly at Cipacing Village Jatinangor District arelargely classified into “good knowledge” category. [AMJ.2015;2(4):608–14]
Relationship between Exclusive Breastfeeding and Nutritional Status of Infants Aged 12 months Selvina, Sheilla; Fadlyana, Eddy; Arisanti, Nita
Althea Medical Journal Vol 2, No 4 (2015)
Publisher : Althea Medical Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (579.926 KB)

Abstract

Background: Exclusive breastfeeding has a high nutrient content to fulfill the nutritional needs of infants aged 0−6 months. The aim of this study was to describe thenutritional status of infants aged 12 months and to determine the relationship of exclusive breastfeeding and nutritional status of infants aged 12 months in Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Cipacing Village Jatinangor.Methods: A cross sectional study was carried out to 102 mothers with infants aged 12 months in Posyandu Cipacing Village from September to October 2013. The infants’ body weight were weighed with weight scales which had been calibrated and the body length were measured with the Seca 210 baby length measuring mat, then the mother was interviewed with a questionnaire which had been validated to inquire about the exclusive breastfeeding history. The Fisher exact test was used to assess relationship between both variables.Results: There were 81.3% of infants with good nutritional status and 83.3% of infants who did not get exclusive breastfeeding. The analysis test showed that the p-value of relationship between exclusive breastfeeding and nutritional status was 0.458 with odds ratio 3.343.Conclusions: Most of the infants are in good nutritional status although they do not get exclusive breastfeeding. Consequently, there is not a significant relationship between exclusive breastfeeding and nutritional status. [AMJ.2015;2(4):534–40] DOI: 10.15850/amj.v2n4.638
Knowledge and Risk Factors for Osteoporosis among Pre-elderly Ramdhani, Muhammad; Mulyadi, Dicky; Arisanti, Nita
Althea Medical Journal Vol 2, No 4 (2015)
Publisher : Althea Medical Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (572.81 KB)

Abstract

Background: Osteoporosis is a disease characterized by abnormal loss of bone density resulting in bones that are brittle and liable to fracture. Most cases of fracture in the world are due to osteoporosis. In Indonesia, the prevalence of osteopenia (early osteoporosis) and of osteoporosis are relatively high. One of the causes of this situation is the low level of public knowledge about how to prevent osteoporosis. This study was conducted to identify the knowledge and risk of osteoporosis among pre-elderly at CipacingVillage Jatinangor District in 2014.Methods: This descriptive study was conducted at Cipacing Village Jatinangor District to 160 respondents who were classified as pre-elderly (aged 45-59 years) and assessed on knowledge and risk factors forosteoporosis through questionnaire-guided interviews after the informed consent was obtained. The collected data were presented using frequency distribution.Results: A total of 100 respondents (62.5%) had good knowledge about osteoporosis-related information, including definitions, causes, risk factors, signs and symptoms, impacts, and prevention. Most respondents,79 respondents (49.4%), are at risk for osteoporosis.Conclusions: Knowledge of osteoporosis among pre-elderly at Cipacing Village Jatinangor District are largely classified into “good knowledge” category. [AMJ.2015;2(4):608–14] DOI: 10.15850/amj.v2n4.659
Hubungan Fungsi Keluarga dengan Status Gizi Anak di Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung pada Tahun 2016 Hanifah, Ulfi Ainun; Arisanti, Nita; Agustian, Dwi; Hilmanto, Dany
Jurnal Sistem Kesehatan Vol 2, No 4 (2017): Volume 2 Nomor 4 Juni 2017
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (291.557 KB) | DOI: 10.24198/jsk.v2i4.12498

Abstract

Malnutrisi merupakan salah satu masalah kesehatan yang dialami oleh kebanyakan negara berkembang yang dapat disebabkan oleh faktor langsung maupun tidak langsung salah satunya faktor keluarga. Setiap keluarga memiliki fungsi keluarga yang dapat memberi pengaruh terhadap aspek kehidupan setiap anggotanya. Penelitian ini bertujuan mencari hubungan antara fungsi internal dan eksternal keluarga terhadap status gizi anak di Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung Tahun 2016. Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode potong lintang yang melibatkan 251 pasangan ibu dan anak balita di Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung Tahun 2016. Data penelitian diambil pada bulan September- November 2016 dengan pengisian kuesioner APGAR serta SCREEM oleh responden untuk menilai fungsi keluarga dan melakukan pengukuran berat serta tinggi badan balita untuk menentukan nilai Z score (berat terhadap tinggi) sebagai status gizi balita. Selanjutnya hubungan keduanya dianalisis menggunakan perhitungan koefisien korelasi spearman. Tidak terdapat hubungan yang signifikan pada fungsi internal keluarga (p = 0,304; r = -0,065) dan fungsi ekternal keluarga (p = 0,116; r = -0,100) terhadap status gizi anak. Dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini, fungsi keluarga tidak memberikan pengaruh pada status gizi anak di Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung. Penelitian mengenai fungsi keluarga dengan menggunakan instrumen kuesioner APGAR Keluarga dan SCREEM dibutuhkan proses analisis yang lebih lanjut.Kata kunci: APGAR keluarga, Fungsi Keluarga, SCREEM, Status Gizi Anak
Jumlah Pemenuhan dan Pola Penggunaan Obat Program Rujuk Balik di Apotek Wilayah Gedebage Kota Bandung sembada, surya dwi; Kuswinarti, Kuswinarti; Arisanti, Nita
Jurnal Sistem Kesehatan Vol 2, No 1 (2016): Volume 2 Nomor 1 September 2016
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (212.328 KB) | DOI: 10.24198/jsk.v2i1.10410

Abstract

Indonesia memberlakukan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) awal tahun 2014 yang dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan). Salah satu program JKN adalah Program Rujuk Balik (PRB), yang diperuntukkan bagi pasien penyakit kronis dengan keadaan stabil yang masih memerlukan pengobatan jangka panjang. Semua peserta PRB berhak mendapatkan pengobatan untuk 30 hari penuh dari Apotek yang telah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, namun ternyata masih ada pasien yang tidak mendapatkan obat secara penuh. Penelitian ini bertujuan untuk melihat jumlah pemenuhan dan pola penggunaan obat PRB di Apotek wilayah Gedebage. Penelitian kuantitatif ini dilakukan di Wilayah Gedebage. Dua Apotek telah dipilih sebagai objek penelitian. Data berasal dari form resep obat bulan Oktober 2015, yaitu nama obat, indikasi (sesuai Formularium Nasional), jumlah obat, dan frekuensi penggunaan obat dari kedua Apotek. Lebih dari 95% semua pelayanan obat PRB telah dilakukan oleh pihak Apotek yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dengan pola penggunaan obat terbanyak yaitu untuk hipertensi sebanyak 84,09%, disusul diabetes melitus (37,52%) dan penyakit jantung (12,72%). Secara umum, jumlah pemenuhan obat PRB untuk kebutuhan selama 30 hari dapat terpenuhi di kedua apotek dengan penggunaan obat terbanyak untuk penyakit hipertensi.Kata Kunci: Apotek, BPJS Kesehatan, Obat PRB
Pelayanan Preventif Terhadap Pasien Anak Yang Diberikan Oleh Dokter Praktek Umum Mandiri Di Kecamatan Soreang Mushlih, Abdullah; Arisanti, Nita; Mutyara, Kuswandewi
Jurnal Sistem Kesehatan Vol 2, No 3 (2017): Volume 2 Nomor 3 Maret 2017
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (237.414 KB) | DOI: 10.24198/jsk.v2i3.11959

Abstract

Pelayanan preventif dapat menghemat biaya kesehatan dan sesuai dengan masalah kesehatan yang banyak terjadi pada anak, namun pelaksanaan pelayanan ini masih rendah. Pelayanan preventif yang menjadi kompetensi dokter umum antara lain imunisasi, skrining dan pengurangan risiko. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi jenis dan faktor yang memengaruhi perilaku pemberian pelayanan preventif pada pasien anak. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang dilakukan terhadap dokter praktik umum mandiri di Kecamatan Soreang. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam kepada dokter mengenai pelayanan preventif yang diberikan kepada pasien anak dan faktor yang memengaruhinya sampai didapat jawaban pertanyaan yang jenuh. Analisis data dilakukan dengan transkripsi, reduksi dan kategorisasi. Penelitian ini dilakukan dari September sampai Desember 2015. Penelitian ini telah mendapat persetujuan etik dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Hasil wawancara mendalam dilakukan kepada 5 orang informan. Dua dari lima informan melakukan pelayanan imunisasi, namun hanya jenis imunisasi dasar. Seluruh informan tidak melaksanakan skrining, identifikasi risiko, dan pengurangan risiko secara rutin hanya yang menjadi bagian dari proses pengobatan pasien yang dilakukan. Perilaku pemberian pelayanan preventif dipengaruhi oleh, motivasi dan pengetahuan dokter, sosial ekonomi pasien, waktu pelayanan, fasilitas, permintaan pasien, pedoman dan peraturan. Kesimpulan perilaku pemberian pelayanan preventif terhadap pasien anak yang diberikan oleh dokter umum praktek mandiri belum menjadi kegiatan yang rutin diberikan. Terdapat beberapa faktor yang memengaruhinya antara lain motivasi dan pengetahuan dokter, waktu pelayanan, fasilitas, sosial ekonomi pasien, permintaan pasien, pedoman, dan peraturan.Kata Kunci: Anak, dokter umum, pelayanan preventif
Perspektif Mahasiswa: Evaluasi Program Pendidikan Profesi Dokter Rotasi Kedokteran Keluarga di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung Indonesia arisanti, nita; Setiawati, Elsa Pudji
Jurnal Sistem Kesehatan Vol 1, No 2 (2015): Volume 1 Nomor 2 Desember 2015
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (183.336 KB) | DOI: 10.24198/jsk.v1i2.10348

Abstract

Berbagai inovasi dalam pendidikan kedokteran harus selalu dilakukan. Salah satu inovasi yang dilakukan adalah pengembangan Kurikulum PSPD Kedokteran Keluarga. Evaluasi program sangat diperlukan agar dapat diterapkan dengan baik. Evaluasi merupakan bagian integral pelaksanaan dan pengembangan kegiatan pendidikan, Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran evaluasi Program PSPD dari perspektif mahasiswa yang telah melakukan rotasi. Disain penelitian adalah deskriptif kuantitatif terhadap seluruh mahasiswa FK Unpad yang telah melakukan rotasi di PSPD Kedokteran Keluarga selama 6 bulan program diterapkan yaitu Januari – Agustus 2011. Tehnik pengambilan sampling secara total sampling terhadap 68 mahasiswa yang telah melakukan rotasi. Pengambilan data dengan kuesioner dan dianalisis dengan distribusi frekuensi. Hasil penelitian menggambarkan penilaian peserta didik terhadap tujuan, metode pembelajaran, modul, lembar kerja, metode asesmen, wahana pendidikan, pembimbing dan pendukung program. Gambaran tentang tujuan pendidikan didapatkan sebagian besar (96%) responden menyatakan program sudah sesuai kompetensi dan dapat dicapai melalui metode pembelajaran yang diberikan. Kompetensi juga dapat dicapai melalui alokasi waktu yang tersedia. Sebanyak 57% mahasiswa memberikan penilaian positif terhadap bahan ajar, terutama penilaian mengenai referensi dan tugas yang diberikan. Penilaian untuk lembar kerja mahasiswa, didapatkan ketidaksesuaian antara tugas pada lembar kerja dan pembekalan. Perlu evaluasi berkala untuk menilai pelaksanaan program dan beberapa hal perlu diperbaiki sesuai dengan umpan balik peserta didik.Kata kunci: evaluasi, profesi dokter, program pendidikan
DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DI JAWA-BARAT raksanagara, ardini; arisanti, nita; Rinawan, Fedri
Jurnal Sistem Kesehatan Vol 1, No 1 (2015): Volume 1 Nomor 1 September 2015
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (244.711 KB) | DOI: 10.24198/jsk.v1i1.10339

Abstract

Lingkungan merupakan determinan kesehatan yang dapat memengaruhi kesehatan masyarakat selain faktor perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik serta kependudukan. Pada saat terjadi perubahan lingkungan termasuk perubahan iklim global yang menjadi isu sangat penting. Perubahan iklim tersebut dipicu oleh terjadinya pemanasan global (global warming) dan efek rumah kaca (greenhouse effect). Perubahan iklim yang terjadi dapat berupa peningkatan suhu, kelembaban, peningkatan curah hujan yang menjadi faktor risiko terhadap derajat kesehatan masyarakat karena timbulnya  penyakit menular yang ditularkan melalui udara, air dan vektor. Penyakit Demam Berdarah merupakan penyakit menular yang ditularkan melalui perantara vektor nyamuk dan erat kaitannya dengan perubahan iklim. Tempat perindukan nyamuk ini sangat dipengaruhi oleh ketinggian tempat (altitude), kemiringan lereng (slope) dan penggunaan lahan (land use), sedangkan unsur cuaca memengaruhi metabolisme, pertumbuhan, perkembangan dan populasi nyamuk tersebut. Curah hujan dengan penyinaran yang relatif panjang turut memengaruhi habitat perindukan nyamuk. Tujuan penelitian ini adalah mengumpulkan informasi awal untuk mengukur keterkaitan perubahan iklim khususnya perubahan curah hujan dengan terjadinya demam berdarah di Jawa Barat.  Metode yang digunakan untuk analisis kerentanan masalah kesehatan yang disebabkan oleh perubahan iklim ini (curah hujan) yang merupakan faktor determinan kesehatan yang berpengaruh terhadap kejadian penyakit tular vektor (demam berdarah). Data yang didapat dianalisis berdasarkan teori derajat kesehatan masyarakat (Henrik L Blum) yang menyatakan bahwa lingkungan, dalam hal ini adalah perubahan suhu, curah hujan, kelembaban akan memengaruhi kejadian penyakit yang ditularkan oleh vektor seperti  demam berdarah. Dari data awal yang dikumpulkan dapat dikatakan  bahwa Curah hujan merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian DBD, di mana curah hujan mempunyai nilai prediksi yang berhubungan dengan terjadinya demam berdarah. Walaupun demikian, terdapat perbedaan waktu (time lag) antara peningkatan curah hujan dan peningkatan kasus. Perubahan  iklim berpengaruh terhadap kerentanan kesehatan, sehingga perubahan iklim ini harus dihadapi. Oleh karena itu, melindungi diri dari perubahan iklim dibagi atas upaya mitigasi (minimalisasi penyebab dan dampak) dan adaptasi (menanggulangi risiko kesehatan). Early warning system terhadap kejadian luar biasa DBD harus dilaksanakan di setiap daerah dengan memperhatikan kecenderungan perubahan faktor iklim. Selain itu diperlukan perbaikan lingkungan yang harus disertai dengan perubahan faktor lain seperti perilaku dan pelayanan kesehatan.Kata kunci: Curah Hujan, Demam Berdarah, Perubahan Iklim, Penyakit Tular, Vektor
Keinginan untuk Membayar Pembiayaan Kesehatan Pemerintah Kota pada Masyarakat Mampu di Kota Bandung arisanti, nita; Djuhaeni, Henni; Gondodiputro, Sharon; Setiawati, Elsa Pudji; Wiwaha, Guswan; Arya, Insi Farisa; Rinawan, Fedri
Jurnal Sistem Kesehatan Vol 2, No 4 (2017): Volume 2 Nomor 4 Juni 2017
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (230.16 KB) | DOI: 10.24198/jsk.v2i4.12487

Abstract

Pembiayaan kesehatan diselenggarakan dengan prinsip ekuitas, artinya penduduk yang mampu akan membayar iuran/ premi secara penuh, dan masyarakat miskin dibayarkan oleh pemerintah. Banyak faktor yang memengaruhi keinginan untuk membayar (WTP). Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran keinginan masyarakat mampu membayar pembiayaan kesehatan dan faktor-faktor yang memengaruhinya. Penelitian kuantitatif dilakukan pada Agustus – September 2011 terhadap 303 kepala keluarga yang tergolong  masyarakat mampu di Kota Bandung. Mampu dalam penelitian ini adalah penduduk tinggal di perumahan elite. Kriteria inklusi yaitu kepala keluarga, memiliti KTP Kota Bandung, bersedia diwawancara. Teknik pemilihan sampel menggunakan cluster sampling, dengan klaster adalah perumahan elit di Kota Bandung. Subjek di tiap klaster ditentukan secara proporsional systematic sampling. Analisis data menggunakan distribusi frekuensi dan regresi logistik. Dari 303 responden, 54,9% yang memiliki asuransi, tidak ingin membayar dan 60% yang belum memiliki, ingin membayar pembiayaan kesehatan Pemkot Bandung. Sebagian besar masyarakat mampu hanya ingin membayar premi kurang dari Rp. 25.000 dengan berharap mendapatkan semua jenis pelayanan kesehatan. Agama dan pendidikan terakhir merupakan faktor yang menentukan secara bermakna keinginan membayar pembiayaan kesehatan. Rendahnya kesadaran responden untuk ikut serta program pembiayaan kesehatan Pemkot Bandung harus dapat diantisipasi pemerintah dengan lebih mendorong masyarakat dari semua golongan status sosial – ekonomi untuk mengikuti program pembiayaan kesehatan.Kata kunci: Keinginan, Kesehatan, Pembiayaan, Masyarakat mampu
Deteksi Dini Pengalaman Kekerasan Pada Anak Di Tingkat Keluarga Di Kecamatan Jatinangor Dewi, Nurusofa Surti; Arisanti, Nita; Rusmil, Viramitha Kusnandi; Sekarwana, Nanan; Dhamayanti, Meita
Jurnal Sistem Kesehatan Vol 2, No 3 (2017): Volume 2 Nomor 3 Maret 2017
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (229.064 KB) | DOI: 10.24198/jsk.v2i3.11956

Abstract

Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2014, menyatakan setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Kejadian  terbanyak  kekerasan  pada  anak  terjadi  di  tingkat  keluarga.  Penelitian dilakukan untuk mengetahui gambaran dan karakteristik kekerasan pada anak di tingkat keluarga di Kecamatan Jatinangor sebagai deteksi dini terhadap kekerasan. Penelitian ini dilakukan menggunakan studi desain deskriptif kuantitatif dengan rentang waktu pengambilan data September sampai November 2016 secara satu kali potong lintang pada siswa/i Sekolah Menengah Pertama (SMP) aktif berusia 13-15 tahun di Kecamatan Jatinangor, Kab. Sumedang dengan sampel valid diambil sebanyak 98 orang. Ditinjau dengan kejadian terbanyak berdasarkan pengalaman kekerasan di rumah dan lingkungan yaitu pernah melihat orang dewasa di rumah meneriaki dan berteriak yang membuat takut (37.8%), serta berdasarkan jenis pengalaman disiplin dan mendapatkan tindak kekerasan   yaitu   memberi   sesuatu   istimewa   atau   uang   (90.82%).   Berdasarkan pengalaman  pola  asuh  yaitu  terluka/jatuh  karena  tidak  ada  orang  dewasa  yang mengawasi (27.6%), berdasarkan pengalaman kejadian menakutkan yaitu seseorang masuk ke rumah untuk mencuri sesuatu (16.34%), dan berdasarkan pengalaman kekerasan  seksual  yaitu  menyuruh  melihat  organ  vital/pribadinya  atau  sebaliknya (8.2%). Sebagian besar anak pernah mengalami kekerasan di rumah dan sekitarnya.Kata Kunci: kekerasan pada anak, keluarga, pengalaman