Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

HUBUNGAN KADAR DEBU KAYU DAN KAPASITAS FUNGSI PARU DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA DI BAGIAN PRODUKSI CV. VALASINDO SENTRA USAHA GONDANG REJO KARANGANYAR Atmojo, Tutug Bolet; Sadakir, Sadakir
Proceeding Seminar LPPM UMP 2015: Buku III Bidang Ilmu Kesehatan dan Sains Teknik, Proceeding Seminar Nasional LPPM 2015, 26 Se
Publisher : Proceeding Seminar LPPM UMP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Di sektor industri mebel, pajanan kadar debu 80% melalui sistem pernafasan (per inhalasi) sehingga akan memberikan dampak terhadap fungsi paru, yang di prediksi berakibat menurunnya waktu reaksi seseorang sebagai indikator untuk munculnya kelelahan Kerja, Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Kadar Debu Kayu dan Kapasitas Fungsi Paru dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja di Bagian Produksi CV Valasindo Sentra Usaha Gondang Rejo Karanganyar. Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan desain Cross Sectional. Populasi penelitian adalah pekerja di Bagian Produksi CV Valasindo Sentra Usaha Gondang Rejo Karanganyar Sejumlah 125 orang, jumlah sampel sebesar 33 dengan Teknik Purposive Sampling. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah angket karakteristik responden, kuesioner, spirometer, Reaction Timer, High Volume Sampler. Teknik analisis data yang digunakan adalah  Uji Regresi Linier Berganda. :Pada penelitian ini menunjukkan Ada hubungan Kadar Debu dan Kapasitas Fungsi Paru dengan Kelelahan Kerja (p = 0,000) Pada Pekerja di Bagian Produksi di  CV Valasindo Sentra Usaha Gondang Rejo Karanganyar.  Ada Hubungan Kadar Debu dengan Kapasitas Fungsi Paru dan Kelelahan Kerja Pada Pekerja di Bagian Produksi di  CV Valasindo Sentra Usaha Gondang Rejo KaranganyarKata Kunci : Kadar Debu Kayu, Kapasitas Fungsi Paru, Kelelahan Kerja
HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DAN JARAK PENGLIHATAN DENGAN KELUHAN KELELAHAN MATA OPERATOR JAHIT Nurhayati, Itsna; Atmojo, Tutug Bolet; Sari, Yulia
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Vol 18 No 1 (2022)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/ikesma.v18i1.26436

Abstract

Lingkungan kerja memiliki faktor dan bahaya yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan pekerja dalam melakukan pekerjaanya. Salah satu faktor yang terdapat di dalam lingkungan kerja adalah intensitas pencahayaan. Intensitas pencahayaan bergantung sifat dan jenis pekerjaan yang dilakukan. Pekerjaan menjahit merupakan jenis pekerjaan yang membutuhkan ketelitian serta menggunakan penglihatan jarak dekat, sehingga diperlukan intensitas pencahayaan yang sesuai. Ketidaksesuaian besarnya intensitas cahaya yang diterima oleh pekerja serta jarak penglihatan antara mata dengan objek kerja yang berisiko dapat menyebabkan munculnya keluhan kelelahan mata. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan intensitas pencahayaan dan jarak penglihatan dengan keluhan kelelahan mata operator jahit di PT X. Merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel berjumlah 72 pekerja yang diambil menggunakan teknik pengambilan sampel secara simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan p value = 0,021 untuk hubungan intensitas pencahayaan dengan keluhan kelelahan mata dan p value = 0,004 untuk hubungan jarak penglihatan dengan keluhan kelelahan mata. Dalam penelitian ini, jarak penglihatan memiliki pengaruh yang paling besar terhadap terjadinya keluhan kelelahan mata. Pekerja yang memiliki jarak penglihatan yang berisiko, memiliki kemungkinan untuk mengalami keluhan kelelahan mata sebesar 11,9 kali dibandingkan pekerja dengan jarak penglihatan yang tidak berisiko. Kesimpulan yang dapat diperoleh yaitu ada hubungan antara intensitas pencahayaan dan jarak penglihatan dengan keluhan kelelahan mata. Semakin besar ketidaksesuaian intensitas pencahayaan di tempat kerja, maka semakin tinggi keluhan kelelahan mata. Semakin berisiko jarak penglihatan pekerja, semakin tinggi keluhan kelelahan mata. Saran yang dapat diberikan yaitu dengan melakukan pengaturan jarak lampu dan melakukan istirahat mata.
Program Pelatihan Pemadaman Kebakaran di Peternakan Kelinci Karanganyar Setyawan, Haris; Qadrijati, Isna; Fajariani, Ratna; Wardani, Tyas Lilia; Atmojo, Tutug Bolet; Sjarifah, Ipop
Khadimul Ummah Vol. 4 No. 1 (2020): November 2020
Publisher : Universitas Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/ku.v4i1.4936

Abstract

Kebakaran merupakan api yang tidak terkendali yang terjadi di luar kendali manusia. Api dapat terjadi melalui proses kimiawi, antara uap bahan bakar dengan oksigen dengan bantuan panas yang saling berinteraksi. Suatu kejadian kebakaran akan menimbulkan banyak kerugian, baik material maupun nonmaterial. Oleh karena itu, kesiapsiagaan sangat diperlukan untuk dapat mencegah dan menanggulangi kebakaran, salah satunya melalui pelatihan pemadaman kebakaran sehingga bisa mengurangi kerugian-kerugian yang ditimbulkan akibat kebakaran.Pada peternakan kelinci di Karanganyar terdapat banyak material dan bahan yang bersifat mudah terbakar, serta sumber listrik yang dapat memicu terjadinya nyala api. Selama ini, para peternak belum pernah mendapatkan pelatihan ataupun sosialisasi tentang bahaya kebakaran dan pengendaliannya. Berdasarkan kondisi tersebut, maka pelatihan pemadaman kebakaran menjadi hal yang sangat dibutuhkan pada peternakan ini.Sasaran pelaksanaan pengabdian masyarakat ini yaitu para peternak kelinci yang tergabung dalam Perkumpulan Peternak Kelinci Sumber Urip. Metode pelaksanaan pengabdian menggunakan metode ceramah, demonstrasi, dan simulasi pemadaman kebakaran. Adapun media yang akan digunakan meliputi: power point, video, alat pemadam tradisional, alat pemadam api ringan (APAR), poster, dan leaflet.Hasil dari pengabdian pada masyarakat ini berdasarkan hasil pre-test dan post-test dengan menggunakan kuisioner. Secara keseluruhan, terdapat peningkatan persentase pada praktik pemadaman kebakaran setelah pekerja mengikuti pelatihan pemadaman kebakaran. menambah pengetahuan dan keterampilan pekerja tentang kesiapsiagaan pekerja dalam menghadapi bencana kebakaran. Dengan keterampilan dan kesiapsiagaan yang dimiliki pekerja, maka dapat mengurangi kerugian akibat kebakaran yang bisa berdampak pada produktivitas kerja.Kata kunci : pelatihan, pemadaman kebakaran, peternakan kelinci
Hubungan Kebisingan dan Beban Kerja Mental dengan Stres Kerja pada Pekerja Bagian Spinning di PT Pamor Spinning Mills Rahmawati, Anisa; Chahyadhi, Bachtiar; Atmojo, Tutug Bolet
Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 11, No 6 (2023): NOVEMBER
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkm.v11i6.38938

Abstract

Pekerjaan pemintalan memerlukan ketelitian yang tinggi, harus menguasai teknologi mesin yang rumit, dan terkena kebisingan akibat penggunaan mesin pemintalan. Stres kerja timbul karena beberapa faktor antara lain kebisingan dan beban kerja mental. Pekerja yang menerima beban kerja berlebihan menyebabkan pekerja cenderung melakukan kesalahan saat bekerja, bahkan mengalami stres kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kebisingan dan beban kerja mental dengan stres kerja pada pekerja bagian pemintalan di PT Pamor Spinning Mills. Jenis penelitian observasi analitik dengan pendekatan cross sectional. Responden penelitian diperoleh dari pekerja bagian pemintalan PT. Pamor Spinning Mills sebanyak 71 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Pengukuran kebisingan menggunakan Sound Level Meter, sedangkan pengukuran beban kerja mental dan stres kerja menggunakan kuesioner. Teknik analisis data menggunakan uji Pearson untuk analisis bivariat dan uji regresi linier berganda untuk analisis multivariat. Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kebisingan dengan stres kerja (p value = 0,000) dengan arah korelasi positif dan koefisien korelasi sedang (0,467). Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara beban kerja mental dengan stres kerja (p value = 0,000) dengan arah korelasi positif dan koefisien korelasi sedang (0,450). Hasil uji regresi linier berganda menunjukkan bahwa kebisingan dan beban kerja mental berpengaruh terhadap stres kerja (p value = 0,000) dengan proporsi pengaruh kebisingan dan beban kerja mental 33. 4% terhadap stres kerja dan variabel kebisingan berpengaruh lebih besar terhadap stres kerja. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kebisingan dan beban kerja mental dengan stres kerja pada pekerja bagian pemintalan di PT. Pamor Spinning Mills.
Hubungan Dukungan Sosial dan Beban Kerja Mental dengan Burnout Syndrome Pekerja PT Trans Marga Jateng Ardiningrum, Nur Annisa; Atmojo, Tutug Bolet; Wijayanti, Reni
Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 12, No 1 (2024): JANUARI
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkm.v12i1.39816

Abstract

Burnout syndrome is a condition of physical, mental and emotional exhaustion due to stress that results from long-term involvement in emotionally demanding situations. In Indonesia, 83% of health workers experience moderate and severe burnout syndrome. Factors that cause burnout syndrome that have a strong and consistent relationship are social support and workload. This study aims to determine the relationship between social support and mental workload with burnout syndrome. This research is an analytical observational study, with a cross sectional design. Respondents were taken from PT Trans Marga Jateng toll road operational workers, with 85 respondents from a total of 230 workers using a purposive sampling technique. This study uses a validated questionnaire to measure burnout syndrome, social support, and mental workload of workers. The data analysis technique used are somers'd correlation test and ordinal logistic regression test. The results showed that the majority of respondents experienced moderate category of burnout syndrome, good category of social support, and moderate category of mental workload. The results of the somers'd correlation test showed that there was a significant relationship between burnout syndrome and social support (p = 0.001) with the negative correlation direction and weak correlation strength (r = -0.354), and there was a significant relationship between burnout syndrome and mental workload (p = 0.000) with a positive correlation and moderate correlation strength (r = 0.506). The results of the ordinal logistic regression test show that the mental workload variable has a stronger influence on burnout syndrome than the social support variable.
PROGRAM EDUKASI K3 PADA GURU DI SURAKARTA UNTUK MENCEGAH KELELAHAN MATA Fajariani, Ratna; Qadrijati, Isna; Sumardiyono, Sumardiyono; Wardani, Tyas Lilia; Rinawati, Seviana; Atmojo, Tutug Bolet
Reswara: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 4, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Dharmawangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46576/rjpkm.v4i1.2604

Abstract

Saat ini, pekerjaan seorang guru sangat erat dengan penggunaan perangkat gadget, seperti komputer, laptop atau handphone sebagai alat utama dalam bekerja karena tuntutan pembelajaran dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat. Intensitas penggunaan gadget pada guru semakin meningkat sejak munculnya pandemi Covid-19 memberikan dampak positif berupa peningkatan keterampilan guru dalam mengakses teknologi untuk pembelajaran yang lebih kreatif. Namun, kondisi tersebut juga berisiko untuk menimbulkan kelelahan mata berupa mata terasa perih dan kering, hingga sakit kepala. Oleh karena itu, diperlukan upaya pencegahan kelelahan mata pada guru melalui program edukasi ini. Sasaran pelaksanaan pengabdian masyarakat ini yaitu para guru MTsN 1 Surakarta. Metode pelaksanaan pengabdian menggunakan metode pemberian edukasi berupa seminar online dan pendampingan pembuatan buku panduan penggunaan gadget yang aman. Kegiatan pengabdian dilakukan secara daring dan luring. Analisis kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan melalui pemberian soal pre-test dan post-test pengetahuan para guru pada saat edukasi dengan menggunakan google form. Berdasarkan hasil pre-test dan post-test dengan menggunakan kuisioner diperoleh sebanyak 88,8% responden mengalami peningkatan skor setelah mengikuti kegiatan seminar online pencegahan kelelahan mata. Selain itu, hasil rekapan jawaban responden menunjukkan adanya peningkatan rerata persentase responden yang menjawab benar sebesar 32,2% setelah diberikan materi. Sehingga, kegiatan seminar sudah efektif, dapat meningkatkan pengetahuan peserta terhadap materi yang disampaikan. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kelelahan mata antara lain: pembiasaan perilaku penggunaan gadget secara benar, melakukan istirahat mata dengan menerapkan kaidah 20-20-20 atau segera beristirahat sejenak jika mata sudah mulai lelah, mengatur tampilan layar gadget, dan intensitas pencahayaan ruangan yang memadai.
ADAPTASI KECUKUPAN AIR MINUM PEKERJA UMK-Y DENGAN PAPARAN TEKANAN PANAS DALAM MINIMASI BIAYA KESEHATAN Atmojo, Tutug Bolet; Rinawati, Seviana
Jurnal Ilmiah Publika Vol 11 No 1 (2023): Jurnal Ilmiah Publika
Publisher : Faculty of Social and Political Sciences, Universitas Swadaya Gunung Jati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33603/publika.v11i1.8449

Abstract

Proses produksi melibatkan interaksi pekerja, mesin, material dan lingkungan, salah satu faktor berupa tekanan panas berdampak pada aklimatisasi berpengaruh pada tingkat dehidrasi tubuh. Adaptasi tubuh mengalami perubahan akibat paparan tekanan panas tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi paparan tekanan panas terhadap adaptasi kecukupan air minum pada pekerja di UMK-Y. Jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, pada populasi pekerja bagian produksi UMK-Y diperoleh 32 responden secara total sampling. Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner kecukupan air minum dan Area Heat Stress Monitor untuk mengukur tekanan panas di tempat kerja. Data penelitian dianalisis dengan uji Pearson Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan adanya hasil yang signifikan antara tekanan panas dengan kecukupan air minum pekerja (p-value= 0,009) dan korelasi kuat dan arahnya positif (r=0,533). Simpulan hasil penelitian terdapat korelasi tekanan panas dengan kecukupan air minum pekerja UMK-Y sehingga adaptasi pemenuhan air minum akan dilakukan pekerja seiring dengan peningkatan tekanan panas. Keberhasilan pola adaptasi yang baik menekan biaya kesehatan pekerja UMK-Y.
Risk Factors of Pulmonary Obstruction Among Textile Industry Workers Sumardiyono, Sumardiyono; Widjanarti, Maria Paskanita; Suratna, Farhana Syahrotun Nisa; Ismayenti, Lusi; Rinawati, Seviana; Atmojo, Tutug Bolet; Rha, Warda Yussy; Gustav, Jordan Syah; Utomo, Bekti; Wijayanti, Reni; Chahyadhi, Bachtiar
Journal of Health and Nutrition Research Vol. 4 No. 2 (2025)
Publisher : Media Publikasi Cendekia Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56303/jhnresearch.v4i2.420

Abstract

Chronic exposure to cotton dust in the textile manufacturing industry has been a possible risk factor for pulmonary obstruction. Not many studies, however, have investigated its impact in combination with personal variables like age, gender, and length of service, particularly in developing countries. The present study investigated the impact of cotton dust exposure, age, gender, and length of service on the incidence of pulmonary obstruction among textile workers in Surakarta, Indonesia. Observational analytic study using cross-sectional design was done on 88 eligible workers. Quantitation of exposure to cotton dust was done with a High-Volume Air Sampler and lung function ascertained using spirometry. Data analysis was done through simple and multiple binary logistic regression at a significance level of 0.05. The incidence of pulmonary obstruction was 56.8%. Being exposed to cotton dust levels exceeding the threshold limit value (TLV) of 0.2 mg/m³ significantly increased the risk of pulmonary obstruction (OR: 4.18; 95% CI: 1.51–11.63; p=0.006). Employment duration was also significantly associated with pulmonary obstruction (OR: 1.21 per year; 95% CI: 1.03–1.44; p=0.023), while age and gender were not significant predictors. The accuracy of the final model was 75%, which is considered to be acceptable in occupational health studies in predictive modeling. The current research reaffirms that long-term exposure to cotton dust and extended working hours are critical risk factors for pulmonary obstruction in textile industry workers. Therefore, it is recommended to long-working-hour employees to have proper control of the exposure and continuous lung function monitoring.