Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

KAJIAN USAHA TANI HUTAN RAKYAT JATI DI DESA LAMBIKU KECAMATAN NAPABALANO (Farming Study Teak’s Community Forest at Lambiku’s Teak Community Forest Farming Study At Lambiku Village Napabalano District) Salim Mando, La Ode Agus; Midi, La Ode; Hasani, Umar Ode; Setiawan, Agus
MATOA : JURNAL ILMU KEHUTANAN Vol 3, No 6 (2015): JURNAL MATOA KEHUTANAN
Publisher : MATOA : JURNAL ILMU KEHUTANAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Lambiku Silvan society was relative so long develops farming teak community forest with agroforestry system. But, until currently havent available research that to study about community forest patterns teak and acquired financial gain farmer at silvan that.This research is executed by use of analisis descriptive survey method. Witting prescribed sample to farmer that have plant genus community forest teak. Herein gets to be divided 2 (two) observing category, which is : 1) teak community forest to know people forest patterns and potency dimension in shaped total diamater measure, and tall treed; 2) farmer to know any kind which gets bearing hand in glove with farming activity. Farmer sample take as respondent as bases farm ownership extent. Strata I, its extent is smaller of 1,00 ha; Strata II, 1,00 - 2,00 ha; and Starata III, are even greater of 2,00 ha. Each strata consisting of 10 respondents, so total respondent becomes 30 person. Result observationaling to point out that 1) Found 4 (four) pattern plants out teak commnuity forest farming which is : a) Pattern I to cover type: wood, plantation, and perennial; b) Pattern II covers: wood, plantation, perennial and fruit; c) Pattern III to cover type: wood, plantation, and grass; Pattern IV to cover type: wood, plantation, and fruit. 2) nominal gain of teak community forest farming which is: a) Pattern I as big as Rp.  666. 066. 182,50, b) patterns II as big as Rp. 642. 246. 423,80; c ) Patterns III as big as Rp. 739. 033. 043,40 and d.) Pattern IV. as big as Rp. 711. 528. 320,65. Each farming pattern teak community forest so reasonable financial ala for contrived because have point as follows: a ) Pattern I: NPV = Rp 57. 920. 525,87, BCR = 2,90, IRR = 14%; b) Pattern II : NPV = Rp. 54.074.191,37, BCR = 2,67, IRR = 14%; c) Pattern III : NPV = Rp. 70.416.104,65, BCR = 3,99, IRR = 14%; d) Pattern  IV : NPV = Rp. 66.490.033,66, BCR = 3,67, IRR = 14%.  Key words:  Pattern Farming, Teaks community forest, NPV, BCR, IRR
POTENSI DAN STRUKTUR TEGAKAN JATI DI RESORT POLISI HUTAN (RPH) MADAMPI KABUPATEN MUNA BARAT Mando, La Ode Agus Salim; Hasani, Umar Ode; Midi, La Ode; Bana, Sahindomi
Prosiding Seminar Nasional Riset Kuantitatif Terapan 2017 Vol 1, No 1 (2017): Seminar Nasional Riset Kuantitatif Terapan 2017
Publisher : Prosiding Seminar Nasional Riset Kuantitatif Terapan 2017

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2718.723 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi dan struktur tegakan jati. Sampel tegakan diperoleh berdasarkan jauh dekatnya hutan dari permukiman penduduk yang terbagi dalam tiga stratum yakni A, B, dan C. Pohon yang diukur merupakan pohon penghasil kayu yang termasuk dalam tingkat pancang (sapling), tiang (pole), dan pohon (tree). Analisis data berdasarkan 2 (dua) aspek yakni: 1) Potensi tegakan yang ditunjukkan oleh jumlah (btg/ha), luas bidang dasar (m2/ha), dan volume (m3/ha); 2) Struktur tegakan berdasarkan sebaran vertikal, horisontal, dan spasial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Kawasan lindung hutan jati Mata Kidi dengan potensi : jumlah pohon adalah 155 btg/ha, luas bidang dasar sebesar 31,4109 m2/ha, volume tegakan adalah 597,5083 m3/ha. Adapun sebaran horisontal terdiri dari 7 kelas diameter yang terdiri dari 28,00 cm – 35,19 cm, 35,20 cm – 42,39 cm, 42,40 cm – 49,59 cm, 49,60 cm – 56,79 cm, 56,80 cm – 63,99 cm, 64,00 cm – 71,19 cm dan 71,20 cm – 78,39 cm; sebaran spasial hampir merata; sebaran vertikal mempunyai 3 lapisan tajuk yakni lapisan tajuk atas > 26,24 m, lapisan tajuk menengah diantara 20,41 m - 26,24 m, lapisan bawah < 20,41 m. 2) Kawasan hutan produksi biasa tanaman jati dengan potensi : jumlah pohon per hektar adalah 915 batang, luas bidang dasar sebesar 2,5975 m2/ha, volume tegakan adalah 12,8025 m3/ha. Adapun sebaran horisontal terdiri dari 10 kelas diameter yang terdiri dari 2,00 cm – 2,99 cm, 3,00 cm – 3,99 cm, 4,00 cm – 4,99 cm, 5,00 cm – 5,99 cm, 6,00 – 6,99 cm, 7,00 cm – 7,99 cm, 8,00 cm – 8,99 cm, 9, 00 cm – 9,99 cm, 10,00 cm – 10,99 cm dan 11,00 – 11,99 cm; sebaran spasial tidak merata; sebaran vertikal mempunyai 3 lapisan tajuk yakni lapisan tajuk atas > 9,14 m, lapisan tajuk menengah diantara 7,11 m - 9,14 m, lapisan tajuk bawah < 7,11 m.Kata kunci— Potensi, Struktur Tegakan,  Tanaman Jati.
PENERAPAN TEKNIK AQUAPONIK PADA MASYARAKAT SEKITAR SUAKA MARGASATWA TANJUNG PEROPA DI DESA PUUNDIRANGGA DAN LAONTI SEBAGAI ALTERNATIF PENUNJANG KETAHANAN PANGAN PADA MASA PANDEMI COVID-19 Arafah, Nur; Hasani, Umar Ode; Bana, Sahindomi; Sudia, La Baco; Kahirun, Kahirun; Gandri, La; Hidayat, Herlan; Qadri, Muhamad Saleh
Anoa : Jurnal Pengabdian Masyarakat Sosial, Politik, Budaya, Hukum, Ekonomi Vol 2, No 3 (2021): OKTOBER
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (752.855 KB) | DOI: 10.52423/anoa.v2i3.22026

Abstract

Pandemi Covid 19 telah menyebabkan terbatasnya aktivitas masyarakat di sekitar Kawasan Suaka Margasatwa Tanjung Peropa yang sejak lama sudah memiliki ketergantungan terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan di Kota Kendari. Dalam fungsinya sebagai wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan, kawasan Suaka Margasatwa Tanjung Peropa sangat rentan terhadap eksploitasi untuk menutupi berbagai kebutuhan masyarakat sekitar Kawasan di tengah pandemic Covid 19, tidak terkecuali satwa lindung sebagai subtitusi pangan dari kelangkaan yang terjadi. Hal ini sangat berpotensi pemanfaatan sumberdaya yang ada di Kawasan Suakamarga Satwa dan menimbulkan kerusakan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Pelatihan ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2021 di Desa Puundirangga dan Desa Laonti, Kecamatan laonti, Konawe Selatan. Metode yang dilakukan yaitu sosialisasi manfaat aquaponik dan pelatihan. Hasil pelatihan menunjukkan bahwa antusias pemerintah dan masyarakat desa mengikuti pelatihan sangat tinggi dapat dilihat dari keterlibatan mereka dalam membantu menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. Teknik aquaponik yang dicontohkan pada pelatihan relatif mudah untuk diterapkan secara mandiri. Upaya pendukung keberlanjutan penerapan teknik aquaponik untuk menjaga kestabilan pangan, maka salah satu yang dapat diterapkan pemerintah desa adalah dengan menjadikan aquponik sebagai program desa melalui skema anggaran dana desa.
KARAKTERISTIK MORFOMETRI MENENTUKAN KONDISI HIDROLOGI DAS RORAYA Kahirun Kahirun; La Baco S.; Umar Ode Hasani
Jurnal Ecogreen Vol 3, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Haluoleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (223.173 KB)

Abstract

ABSTRAKKarakteristik morfometri DAS digunakan sebagai dasar dalam pengelolaan baik pencegahan  maupun  penanggulangan banjir.  Namun selama ini dalam penanganan banjir puncak tidak pernah memperhatikan morfometri DAS sebagai karakteristik dasar alami yang mempengaruhi perilaku air (hidrologi) sungai dalam suatu  DAS.  Penelitian bertujuan untuk mengetahui karakteristik morfometri  menentukan perilaku hidrologi sebagai dasar dalam pengelolaan sumberdaya air di DAS Roraya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa DAS Roraya  berdasarkan deliniasi peta administrasi skalaa 1:250.00, memiliki luas DAS Roraya adalah 1.455,97 km2, terbagi atas 5 Sub DAS. Karakteristik morfometri menunjukkan bahwa DAS Roraya berbentuk memanjang. Kerapatan drainase DAS Roraya tergolong kelas sedang dan indeks percabangan sungai berkisar antara 3-5 tergolong dalam kelas sedang.  Sehingga DAS Roraya tidak rawan banjir, namun apabila terjadi kondisi iklim yang ekstrim  maka menyebabkan DAS Roraya mengalami banjir besar, sehingga terjadi penggenangan air dalam waktu yang relatif lama. Upaya pengelolaan DAS Roraya berbasis karakteristik morfometri dengan memperhatikan beberapa Sub DAS dengan mempertahankan ketersediaan dan keberlanjutan air sepanjang tahun tetap ada, kebutuhan sumber daya air dapat dipenuhi. Secara fisik pada wilayah tengah  DAS/sub  DAS  Roraya dapat  dibangun dam pengendali (cekdam), embung dan/atau bendungan air yang dilengkapi pintu air yang dapat mengatur kontinuitas aliran sungai. Kata kunci: DAS, parameter morfometri, karakteristik hidrologi  ABSTRACTThe morphometry characteristics of watershed is used as the basis for flood management and mitigation. However, during peak flood handling, it has never considered watershed morphometry as a natural basic characteristic that affects river water (hydrological) behavior in a watershed. The objective of this research is to know the characteristic of morphometry to determine the hydrological behavior as the basis for the management of water resources in the Roraya watershed. The results showed that Roraya watershed based on delineation of administration map scale 1: 250.00, has wide Roraya watershed is 1.455,97 km2, divided into 5 sub-basins. Characteristics of morphometry show that  the shape of the Roraya watershed is elongated. Roraya watershed drainage density is medium class and river branch index (bifurcation ratio) ranges from 3 to 5 belonging to medium class. So that Roraya watershed is not prone to flooding, but if there is extreme climatic conditions then cause the Roraya watershed to flood large, resulting in waterlogging in a relatively long time. Efforts to manage Roraya watershed based on morphometric characteristics with respect to several sub watersheds by maintaining water availability and sustainability throughout the year, the need for water resources can be met. Physically in the middle area of the Roraya watershed/ sub watershed can be constructed dam (control), embung and / or water dam equipped with sluice gate that can regulate the continuity of river flow. Keywords: watershed, morphometric parameters, hydrological characteristics
ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA Umar Ode Hasani
Jurnal Ecogreen Vol 2, No 2 (2016)
Publisher : Universitas Haluoleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (148.505 KB)

Abstract

Perubahan penggunaan lahan dan bentang alam akan mengakibatkan pencemaran sungai yakni menurunnya kualitas air.  Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas air sungai Konaweha baik secara fisika (terkait dengan kadar pH, TSS, BOD, COD dan DO), sifat kimia (terkait dengan kadar NO3, Fe,dan  Cl), dan sifat biologi (terkait kadar Coli Form)  berdasarkan baku mutu kualitas air sungai (PP Nomor 82 Tahun 2001) dan menganalisis beban pencemaran yang masuk ke sungai menggunakan metode indeks pencemaran (KeMenLH  Nomor 115 Tahun 2003).  Hasil penelitian kualitas air sungai Konaweha menunjukkan bahwa : (1) Kadar BOD, COD, dan Coli Tinja  air air sungai yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan kategori kriteria mutu air berdasarkan PP. Nomor 82 Tahun 2001 masuk kategori cemar ringan berdasarkan análisis storet (KepMenLH Nomor 115 tahun 2003), dan (2) Keberadaan konsentrasi TDS, TSS, DO, NO3, Fe, Cl, dan Coli Form cenderung meningkat di dalam air walaupun berdasarkan criteria mutu air (PP. Nomor 82 Tahun 2001) masih berada dibawah nilai kisaran baku mutu air sehingga masuk kategori kelas I dan memenuhi baku mutu air berdasarkan análisis storet (KepMenLH Nomor 115 tahun 2003).
ANALISIS TINGKAT BAHAYA EROSI DAN LAHAN KRITIS DI DAERAH ALIRAN SUNGAI RORAYA PROVINSI SULAWESI TENGGARA La Baco S. La Baco S.; Umar Ode Hasani; Kahirun Kahirun; Abdul Jalil
Jurnal Ecogreen Vol 4, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Haluoleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (231.388 KB)

Abstract

ABSTRACTThe degree of erosion hazardand critical land has a link to affect soil conditions. Lands that have a heavy erosion rate tend to be critical which is characterized by low soil productivity. The purpose of this study was to analyze the degree of erosion hazard and critical land in the Roraya watershed. This research was conducted using survey method for primary and secondary datacollection. The results showed that soil erosion rates in the Roraya watershed were dominated by moderate erosion rates (15 - 59 ton/ha/year) and heavy erosion rates (180 - 460 ton/ha/year) of 48,295.10 hectares (33 , 17%) and 37,362.89 hectares (25.66% of the total area of the Roraya watershed). The critical land area in the Roraya watershed is 48,348.06 hectares or 33.21%, while the most critical land area is 1,504.58 hectares or 1.03% of the total area of the Roraya watershed. Keywords: erosion hazard, critical land, Roraya Watershed ABSTRAKTingkat bahaya erosi dan lahan kritis mempunyai keterkaitan untuk mempengaruhi kondisi tanah.  Tanah-tanah yang mempunyai tingkat erosi berat cenderung akan menjadi kritis yang dicirikan oleh produktivitas tanah rendah.  Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat bahaya erosi dan lahan kritis di DAS Roraya.  Penelitian ini dilakukan menggunakan metode survei untuk pengambilan data primer dan data sekunder.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat erosi tanah di DAS Roraya didominasi oleh tingkat erosi sedang (15 – 59 ton/ha/tahun) dan tingkat erosi berat (180 – 460 ton/ha/tahun)  masing-masing seluas seluas 48.295,10 hektar (33,17 %) dan 37.362,89 hektar (25,66 % dari total luas DAS Roraya). Luas lahan yang tergolong kritis di DAS Roraya adalah seluas 48.348,06hektaratau 33,21 %,sedangkan luas lahan sangat kritis adalah 1.504,58hektar atau 1,03 % dari total luas DAS Roraya. Kata Kunci: bahaya erosi, lahan kritis, Daerah Aliran Sungai Roraya
ANALISIS DAERAH RAWAN BANJIR DAN TANAH LONGSOR DI DAERAH ALIRAN SUNGAI LATOMA PROVINSI SULAWESI TENGGARA La Baco S.; Kahirun Kahirun; Umar Ode Hasani
Jurnal Ecogreen Vol 3, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Haluoleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (166.96 KB)

Abstract

ABSTRAKBanjir dan tanah longsor merupakan fenomena alam yang banyak terjadi bukan saja di Indonesia bahkan juga di luar negeri.  Banjir dan tanah longsor disebabkan oleh banyak faktor yang secara garis besar dibedakan atas faktor alam dan faktor manusia.  Tujuan penelitian ini adalah untuk  menganalisis daerah rawan banjir dan daerah rawan longsor di Daerah Aliran Sungai Latoma. Penelitian ini dilakukan di DAS Latoma dengan menggunakan metode survei. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kerawanan banjir dengan kategori sedang mencapai luas  40.645,62 ha atau sekitar 80,28 %, tidak rawan banjir mencapai 6.054,91 ha atau sekitar 11,96 % dan rawan banjir mencapai 3.931,55 ha atau sekitar 7,76 % dari total luas DAS Latoma. Daerah rawan longsor di DAS Latoma mencapai luas 43.768,52 ha atau 86,44 %, tidak rawan longsor di seluas 3.968,28 ha atau 7,84 %, dan tingkat kerawanan sedang adalah 2.895,29 ha atau sekitar 5,72 % dari total luas DAS Latoma. Kata Kunci: banjir, tanah longsor, daerah rawan banjir, daerah rawan longsor, DAS Latoma  ABSTRACTFlood and landslide is a natural phenomenon that many occur not only in Indonesia and even abroad. Floods and landslides are caused by many factors that are broadly distinguished over natural factors and human factors. The purpose of this research is to analyze flood susceptible areas and landslide susceptible areas in the Latoma watershed. This research was conducted in Latoma watershed using survey method. The results showed that flood vulnerability with moderate category reaches 40,645.62 hectares or about 80.28%, not flood susceptible reaches 6,054,91 hectares or about 11,96% and susceptible to flood reach 3,931,55 ha or about 7,76 % of the total area of Latoma watershed. The landslide susceptible areas in the Latoma watershed reached 43,768.52 ha or 86.44%, were not vulnerable to landslides of 3,968.28 ha or 7.84%, and moderate vulnerability was 2,895.29 ha or about 5.72% of the total extensive Latoma watershed. Keywords: flood, landslide, flood susceptible areas, landslide susceptible areas, Latoma watershed
STRATEGI PENGEMBANGAN HUTAN MANGROVE SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA DI TELUK KENDARI La Ode Agus Salim Mando; Umar Ode Hasani; Abdul Sakti
Jurnal Ecogreen Vol 5, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Haluoleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (139.669 KB)

Abstract

ABSTRAKPenilitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi pengembangan hutan mangrove sebagai kawasan ekowisata dengan menganalisis faktor internal dan eksternal. Lokasi penelitian berada di Kelurahan Lahundape Kecamatan Kendari Barat, Kota Kendari. Pengambilan data dilaksanakan selama 2 (dua) bulan yakni pada bulan Oktober sampai November 2018. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan metode pendekatan gabungan (analisis kuantitatif dan kualitatif). Pengambilan responden ditentukan dengan metode purposive sampling dan accidental sampling yang terdiri dari perwakilan intansi terkait, perwakilan perguruan tinggi, perwakilan LSM, masyarakat lokal dan wisatawan. Teknik pengambilan data menggunakan instrument pengumpulan data non-test, yaitu; melalui wawancara terpimpin, observasi, dan studi pustaka. Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan menjadi dua yakni kedalam faktor internal dan faktor eksternal. Selanjutnya, dianalisis dengan menggunakan matrik SWOT. Hasil penelitian yaitu, Strategi Pengembangan Ekowista : a) Mengkonservasi mangrove dengan menjadikan Kawasan Mangrove Lahundape Kota Kendari sebagai alternatif tempat ekowisata baru; b) Memanfaatkan dukungan modal dari pemerintah kota dan dinas-dinas terkait, untuk membangun sarana dan prasarana wisata, serta pelayanan dan pengawasan; c) Memanfaatkan keberadaan masyarakat di sekitar Kawasan Ekowisata Mangove Kelurahan Lahundape yang kooperatif; d) Melakukan promosi melalui media cetak maupun media elektronik; e) Memanfaatkan lembaga pendidikan, lemabaga swadaya masyarakat, instansi terkait, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Kendari sebagai mitra. Kata-kata Kunci: Hutan Mangrove, Kawasan Ekowisata, Strategi Pengembangan, Analisis SWOT ABSTRACT This study aims to formulate a strategy for developing mangrove forests as an ecotourism area by analyzing internal and external factors. The research location was in Lahundape Sub-District, West Kendari District, Kendari City. Data retrieval is carried out for 2 (two) months, namely from October to November 2018. The research method used in this study was descriptive with a combined approach method (quantitative and qualitative analysis). Retrieval of respondents was determined by purposive sampling method and accidental sampling consisting of relevant agency representatives, representatives of universities, representatives of NGOs, local communities and tourists. The data collection technique uses non-test data collection instruments, namely; through guided interviews, observations, and literature studies. The data obtained is then grouped into two namely into internal factors and external factors. Furthermore, it was analyzed using the SWOT matrix. The results of the study are, Ecotourism Development Strategy: a) Conserving mangroves by making the Lahundape Mangrove Area of Kendari City as an alternative place for new ecotourism; b) Utilizing capital support from the city government and related agencies, to build tourism facilities and infrastructure, as well as services and supervision; c) Utilizing the existence of a cooperative community around the area of Lahundape Village Mangrove Ecotourism; d) Promotion through print and electronic media; e) Utilizing educational institutions, non-governmental organizations, related institutions, Regional Representatives of Kendari City as partners. Key Words: Development Strategy, Mangrove Forest, Ecotourism Area, SWOT Analysis
ANALISIS DAERAH RAWAN BANJIR DAN TANAH LONGSOR DI DAERAH ALIRAN SUNGAI LAHUMBUTI HULU PROVINSI SULAWESI TENGGARA La Baco; Sitti Marwah; kahirun kahirun; Umar Ode Hasani
Jurnal Ecogreen Vol 5, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Haluoleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (180.578 KB)

Abstract

ABSTRACTFloods and landslides are a form of natural disaster that causes harm to humans. Floods and landslides are caused by many factors which are broadly distinguished by natural factors and human factors. The purpose of this study was to analyze flood susceptible areas and landslide susceptible areas in the Upper Lahumbuti watershed. This research was conducted in the Upper Lahumbuti watershed using the survey method. The results showed that the level of flood vulnerability in the Upper Lahumbuti watershed included a medium vulnerability level of 15,022.58 ha (65.22%), an area that was not susceptible to flooding reaching an area of 5,004.29 ha (21.73%), and an area of flood susceptible reaches 3,005.23 ha (13.05%). Areas susceptible to landslides in the Upper Lahumbuti watershed reached an area of 17,599.08 ha (76.41%), the area included in the rather landslide susceptible category was 2,997.19 ha (13.01%), while the area with medium vulnerable categories was 2,159.13 (9.37%). Keywords: flood, landslide, flood susceptible areas, landslide susceptible areas, Upper Lahumbuti watershed ABSTRAKBanjir dan tanah longsor merupakan bentuk bencana alam yang menyebabkan kerugian bagi manusia.  Banjir dan tanah longsor disebabkan oleh banyak faktor yang secara garis besar dibedakan atas faktor alam dan faktor manusia.  Tujuan penelitian ini adalah untuk  menganalisis daerah rawan banjir dan daerah rawan longsor di Daerah Aliran Sungai Lahumbuti Hulu. Penelitian ini dilakukan di DAS Lahumbuti Hulu dengan menggunakan metode survei. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kerawanan banjir di DAS Lahumbuti Hulu meliputi tingkat kerawanan sedang dengan luas 15.022,58 ha (65,22 %),  daerah yang tidak rawan banjir mencapai luas 5.004,29 ha (21,73 %), dan luas wilayah yang rawan banjir mencapai 3.005,23 ha (13,05 %). Daerah rawan longsor di DAS Lahumbuti Hulu mencapai luas 17.599,08 ha (76,41 %), wilayah yang termasuk kategori agak rawan longsor adalah 2.997,19 ha (13,01 %), sementara itu luas wilayah dengan kategori rawan sedang adalah seluas 2.159,13 (9,37 %). Kata Kunci: banjir, tanah longsor, daerah rawan banjir, daerah rawan longsor, DAS Lahumbuti Hulu
ANALISIS KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AIR DI DAERAH ALIRAN SUNGAI RORAYA PROVINSI SULAWESI TENGGARA La Baco S.; Kahirun Kahirun; Umar Ode Hasani; Abdul Jalil
Jurnal Ecogreen Vol 3, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Haluoleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (191.086 KB)

Abstract

The recent phenomenon associated with the existence of water resources is a decrease in water supply while water demand continues to increase over time which is a logical consequence of population growth and increased economic activity. The purpose of this study was to analyze the availability and demand of water in the Roraya watershed. The research method used is the collection and analysis of secondary data. The results showed that water supply in the Roraya watershed was 3.75 m3/sec or 324,000 m3/day. The total water demand is 326,897 m3/day which is the cumulative value of domestic water demand of 16,316 m3/day, the demand of non domestic water is 3,263 m3/day, the need of irrigation water is 283,738 m3/day and the industrial water demand is 23,580 m3/day. Most of the water demand in the Roraya watershed is irrigation water of 86.6% of the total water demand in the Roraya watershed, while the domestic water demand in the Roraya watershed is about 5.0%. Industrial water demand in the Roraya watershed reached 7.2%, while non-domestic water demand only reached 1% of the total water demand in the Roraya watershed. The balance of water supply and demand in the Roraya watershed shows that every day there will be a water deficit of 2,897 m3/day. Key Words: Water Supply, Water Demand