Claim Missing Document
Check
Articles

Found 34 Documents
Search

PENGARUH FLAKES KULIT PISANG KEPOK KUNING (Musa balbisiana Colla) TERHADAP GLUKOSA DARAH PADA TIKUS DIABETES Astika Nur Rohmah
Jakiyah: Jurnal Ilmiah Umum dan Kesehatan Aisyiyah Vol. 6 No. 2 (2021): JAKIYAH VOL 6 NO. 2 Desember 2021
Publisher : Program Studi Kebidanan Politeknik Aisyiyah Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35721/jakiyah.v6i2.81

Abstract

Latar Belakang: Diabetes melitus (DM) yang berkepanjangan akan memiliki risiko mengalami stres. Stres akan menyebabkan peningkatan glukosa darah dan berdampak langsung pada sistem neuroendokrin. Serotonin yang terdapat pada kulit pisang kepok kuning merupakan sumber alami perkusor dan berperan dalam menurunkan kadar glukosa darah serta terlibat dalam kontrol asupan makanan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian flakes kulit pisang kepok kuning (Musa balbisiana Colla) pada asupan makanan, berat badan, dan glukosa darah pada tikus DM. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan jenis pre post test controlled design. Jumlah sampel 10 ekor tikus wistar jantan dan dibagi menjadi 2 kelompok: P1 (Normal) dan P2 (DM dengan flakes kulit pisang 10%). Berat badan awal pada tikus wistar jantan 100-150 gram. Kelompok DM diinduksi Streptozotocin (STZ) dosis 60 mg/kg, intervensi dilaksanakan selama 21 hari dan pemberian sebanyak 15 gram setiap hari. Asupan makanan diukur setiap hari, berat badan dan pemeriksaan kadar glukosa darah diukur pre dan post intervensi. Hasil penelitian: Menunjukkan rerata asupan pakan di minggu awal pada P1 dan P2 terdapat perbedaan signifikan (p =0.034), penurunan berat badan yang signifikan terjadi pada P2 (28.12±27.17), kadar glukosa darah terdapat perbedaan yang signifikan pada pre intervensi (p = 0.046), post intervensi (p = 0.014), dan selisih (p=0.000) Simpulan: Pemberian flakes kulit pisang kepok kuning (Musa balbisiana Colla) dapat menurunkan berat badan dan kadar glukosa darah tetapi pada asupan makan tidak terdapat pengaruh.
Hubungan peran dan kompetensi pembimbing klinik dalam pelaksanaan patient safety di ruang instalasi bedah sentral Vita Purnamasari; Astika Nur Rohmah
Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Aisyiyah Vol 18, No 2 (2022): Desember
Publisher : Universitas Aisyiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31101/jkk.2450

Abstract

Keselamatan pasien di ruang bedah sentral merupakan prioritas yang harus diperhatikan oleh pelayanan kesehatan salah satunya penata anestesi. Kehadiran mahasiswa yang menjalani praktik klinik menjadi salah satu perhatian bagi pembimbing klinik. Peran dan kompetensi pembimbing klinik sangat diperlukan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan yang optimal terutama dalam penerapan keselamatan pasien (patient safety) oleh mahasiswa yang menjalani praktik klinik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kompetensi dan peran pembimbing klinik dalam penerapan patient safety di ruang bedah sentral. Metode yang digunakan dengan pendekatan mix method dengan pendekatan campuran bertahap yaitu kuantitatif-kualitatif. Pengambilan sampel dengan metode purposive sampling untuk metode kuantitatif dan teknik snowball untuk tahap kualitatif. Jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah 62 responden yang terdiri dari mahasiswa dan penata anestesi. Hasil penelitian dalam tahap kuantitaif adalah peran pembimbing klinik mayoritas dalam kategori baik (79,1), kompetensi pembimbing klinik dalam kategori baik (64,5%) dan pelaksanaan patient safety dengan kategori baik (96,8%). Analisa data bivariat menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara ketiga variabel tersebut yaitu peran dan kompetensi pembimbing klinik dengan pelaksanaan patient safety dengan p-value (p0,05). Hasil penelitian kualitatif dengan dua informan menyatakan pelaksanaan penerapan standar patient safety di ruang IBS sudah sesuai standar dan terdapat peran penata anestesi sebagai pembimbing klinik dalam penerapan standar keselamatan pasiendi ruang IBS. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara ketiga variabel yaitu peran dan kompetensi pembimbing klinik dengan pelaksanaan patient safety dengan (p0,05).
TES JALAN 6 MENIT UNTUK MENGUKUR KEBUGARAN JASMANI, NADI ISTIRAHAT, DAN NADI EXERCISE PADA MAHASISWA ANESTESIOLOGI PEROKOK DAN NON PEROKOK Ratih Kusuma Dewi; Astika Nur Rohmah
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada Vol. 14 No. 1, Januari 2023
Publisher : Universitas Kusuma Husada Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34035/jk.v14i1.974

Abstract

Merokok merupakan perilaku yang dapat membahayakan dan berisiko buruk pada kesehatan apabila di konsumsi pada usia remaja. Merokok juga menyebabkan nadi exercise pada saat latihan menjadi tidak normal. Tes jalan kaki 6-menit juga merupakan tes praktis untuk memperkirakan kebugaran kardiorespirasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kebugaran jasmani, nadi istirahat dan nadi exercise dengan Tes Jalan 6 Menit. Metode yang digunakan yaitu quasi experiment dengan jumlah sampel 60 responden mahasiswa yang terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok perokok dan non perokok. Hasil penelitian menunjukkan rerata nadi istirahat pada kelompok perokok yaitu 95.80±10.89 dan nadi exercise yaitu 101.83±16.58, sedangkan pada kelompok non perokok untuk nadi istirahat yaitu 95.06±13.29 dan nadi exercise 98.46±15.74. Hasil rerata jarak tempuh pada kelompok perokok 355.16±24.30 dan kelompok non perokok 377.13±49.06. Kesimpulan menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan antara kelompok perokok dan non perokok baik nadi istirahat maupun nadi exercise dengan nilai p value 0.816 dan 0.423 (p<0,05). Smoking is a behavior that can be harmful and has a bad risk to health if consumed at a young age. Smoking also causes the exercise pulse to become abnormal during exercise. The 6-minute walking test is also a practical test for estimating cardiorespiratory fitness. The purpose of this study was to determine physical fitness, resting pulse and exercise pulse with the 6-Minute Walk Test. The method used was a quasi-experimental with a sample of 60 student respondents who were divided into two groups: smokers and non-smokers. The results showed that the mean resting heart rate in the smoking group was 95.80 ± 10.89 and the exercise heart rate was 101.83 ± 16.58, while in the non-smokers group the resting heart rate was 95.06 ± 13.29 and the exercise heart rate was 98.46 ± 15.74. The mean distance traveled in the smoking group was 355.16 ± 24.30 and the non-smokers group was 377.13 ± 49.06. The conclusion showed that there was no significant difference between the smoking and non-smoker groups in both resting and exercise heart rate with p values of 0.816 and 0.423 (p<0.05).
Hubungan Aktivitas Fisik Selama Pembelajaran Daring dengan Tingkat Kebugaran Jasmani Mahasiswa Keperawatan Kusuma Dewi, Ratih; Rohmah, Astika Nur
Jurnal Kesehatan Vol 12 No 1 (2023): Jurnal Kesehatan
Publisher : STIKES Ngesti Waluyo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46815/jk.v12i1.129

Abstract

Working from home, studying from home and lockdown were the government's efforts to reduce the spread of COVID-19. Students are part of the community who experience the impact of online learning. The majority of people's physical activity during the COVID-19 pandemic in several countries is declining which affects the level of physical fitness. Good physical fitness is needed by students to carry out daily activities, one of which is learning activities. The research objective was to determine the relationship between physical activity during online learning and the level of physical fitness in students. This research is a correlative descriptive study to determine the relationship between physical activity and physical fitness, using a quantitative approach with a cross sectional design. Data were obtained from 60 respondents. Their daily physical activity was then assessed, and the Harvard Step Up Test was used to determine their level of physical fitness. Furthermore, the data were analyzed using the Spearman's rho test. After the analysis was carried out, the results obtained were p = 0.000 (<α 0.05), so that it was statistically significant. The conclusion from this study is that there is a relationship between the physical activity during online learning and the level of physical fitness of students. Most students have light physical activity due to national activity restrictions during the COVID-19 pandemic. This has an impact on students' physical fitness after online learning from home.
The relationship of online learning to the quality of learning and the level of satisfaction of anesthesiology nursing students after the COVID-19 pandemic Marselinus Widi Rahmanta; Ratih Kusuma Dewi; Astika Nur Rohmah
International Journal of Health Science and Technology Vol. 5 No. 2 (2023): November
Publisher : Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31101/ijhst.v5i2.3309

Abstract

The COVID-19 pandemic has had an impact on the field of Education. Online   learning is carried out to bring up various types of learning interactions in order to produce the quality of learning as expected. The level of student satisfaction shows how relevant the quality provided by the learning is. This study aims to determine the relationship  between online learning  and the level of satisfaction of Anesthesiology Nursing students after the COVID-19 pandemic at 'Aisyiyah University Yogyakarta. This study used a Cross Sectional quantitative approach  with a correlation research design. The sampling technique used Total Sampling, totaling 142 respondents with restriction criteria. Data analysis using the Spearman Rank statistical test. The results showed that online learning  for Anesthesiology Nursing students after the COVID-19 pandemic was included in the poor category by 4.2%, the good category by 50%, and the very good category by 45.8%. The quality of learning in students after the COVID-19 pandemic is included in the poor category of 18.3%, the good category of 58.5% and the very good category of 23.2%. The level of student satisfaction after the COVID-19 pandemic was dissatisfied with online learning by 6.3%, the satisfied category by 62% and the very satisfied category by 31.7%. The results of  the Spearman Rank  correlation test to determine the relationship between online learning  and student learning quality obtained results of 0.000 (p < 0.05). The results of the Spearman Rank correlation test to determine the relationship between online learning  and student satisfaction levels obtained results of 0.000 (p < 0.05). There is a significant relationship between online learning  on the quality of learning and the level of satisfaction of Anesthesiology Nursing students after the COVID-19 pandemic at Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta. Further research is needed using other variables related to online learning, learning quality and student satisfaction levels.
Pembentukan satgas covid-19 dalam persiapan pembelajaran tatap muka di SMP Muhammadiyah 1 Gamping Murdiyanto, Joko; Rohmah, Astika Nur; Puspito, Heri; Dewi, Ratih Kusuma
Hasil Karya 'Aisyiyah untuk Indonesia Vol. 2 No. 1 (2022): Oktober
Publisher : Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (569.273 KB) | DOI: 10.31101/hayina.2451

Abstract

Wabah Covid-19 sudah manjadi pandemi di seluruh dunia dan berdampak pada sistem pendidikan di Indonesia. Selama ini pembelajaran sekolah dilaksanakan secara daring dan rencananya akan dilaksanakan secara luring sehingga diperlukan persiapan untuk mendukung proses pembelajaran tersebut. Pengabdian masyarakat, yang merupakan salah satu perwujudan tri dharma perguruan tinggi, dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 1 Gamping, bertujuan untuk melakukan persiapan sekolah dalam melaksanakan pembelajaran tatap muka di masa pandemic Covid-19. Tahapan kegiatan ini adalah observasi dan identifikasi masalah mitra, memberikan solusi kepada mitra, pembuatan media edukasi, sosialisasi dan pelatihan serta evaluasi dan monitoring. Hasil kegiatan Pengabdian masyarakat ini yaitu adanya peningkatan pengetahuan terkait dan sikap dalam pelaksaanaan protokol kesehatan di SMP Muhammadiyah 1 Gamping selama pembelajaran tatap muka.
HUBUNGAN JUMLAH LEUKOSIT DENGAN JUMLAH TROMBOSIT PADA PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI PUSKESMAS PIYUNGAN Devi, Affari Rahmawati Rima; Rohmah, Astika Nur; Astuti, Tri Dyah
Journal of Indonesian Medical Laboratory and Science Vol 5 No 1: April 2024
Publisher : Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Teknologi Laboratorium Medik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53699/joimedlabs.v5i1.212

Abstract

Background: Dengue Hemorrhargic Fever (DHF) is an infectious disease caused by the dengue virus. Dengue fever is transmitted by Aedes aegypti and Aedes albopictus mosquitoes. In dengue fever sufferers, when a complete blood test is performed, the most common result is a decrease in the number of leukocytes and the number of platelets. Objectives: This study aims to determine the relationship between the number of leukocytes and platelets in DHF patients at Puskesmas (primary health center) Piyungan. Materials and Methods: The type of research used was analytical observational with a cross sectional research design and the data were collected using total sampling techniques. Data was obtained from medical records with a sample size of 26 patients. The relationship between the number of leukocytes and the number of platelets in dengue fever sufferers was tested using the Spearman’s correlation test.  Results: The result of analysis using the Spearman’s correlation test did not show a significant relationship between the number of leukocytes and the number of platelets in dengue fever patients (p = 0.0774), and the level of relationship was very weak with a positive relationship direction (r = 0.059). Conclusions: there was no significant relationship between the number of leukocytes and the number of platelets in dengue fever patients at Puskesmas Piyungan. A decrease in the number of leukocytes and platelets is a common condition that is often found in dengue fever patients.
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PELAKSANAAN PATIENT SAFETY DENGAN KEJADIAN KESALAHAN PADA MAHASISWA KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI Kusuma Dewi, Ratih; Nur Rohmah, Astika
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada Vol. 15 No. 1, Januari 2024
Publisher : Universitas Kusuma Husada Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34035/jk.v15i1.1186

Abstract

Keselamatan pasien atau patient safety merupakan salah satu isu yang dibahas dalam pelayanan kesehatan. Keselamatan pasien sistem yang dibentuk rumah sakit untuk mencegah dan mengurangi kesalahan dalam perawatan terhadap pasien akibat dari kelalaian atau kesalahan asuhan yang diberikan. Pengetahuan dan sikap merupakan hasil dari tahu melalui penginderaan terhadap suatu objek tertentu dan interaksi sosial sehingga terbentuknya tindakan seseorang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap pelaksanaan patient safety dengan kejadian kesalahan pada mahasiswa Keperawatan Anestesiologi Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta. Metode yang digunakan adalah dengan pendekatan Mix Methode dengan pendekatan campuran bertahap yaitu kuantitatif - kualitatif pada variabel penelitian. Hasil penelitian kuantitatif menunjukkan pengetahuan dalam kategorik sedang (51.6%). Sikap pelaksanaan patient safety dalam kategori sangat baik (55.9%) dan mahasiswa sebagian besar tidak pernah melakukan kesalahan (78.9%). Analisa bivariate menunjukkan tidak terdapat hubungan antara pengetahuan patient safety dan sikap penerapan patient safety dengan kejadian kesalahan dengan p-value (p>0,05). Hasil penelitian kualitatif dengan dua informan menyatakan bahwa terdapat dua kategori kesalahan yang dilakukan yaitu kesalahan obat dan kesalahan tindakan prosedural. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara ketiga variabel yaitu pengetahuan dan sikap dengan kejadian kesalahan (p>0,05). Patient safety or patient safety is one of the issues discussed in health services. Patient safety is a system formed by hospitals to prevent and reduce errors in patient care as a result of negligence or care errors provided. Knowledge and attitudes are the result of knowing through sensing a certain object and social interaction so that one's actions are formed. The purpose of this study was to determine the relationship between the level of knowledge and attitudes towards implementing patient safety and the incidence of errors in Anesthesiology Nursing students at 'Aisyiyah University, Yogyakarta. The method used is the Mix Methode approach with a mixed step approach, namely quantitative - qualitative on the research variables. Quantitative research results show knowledge in the moderate category (51.6%). The attitude of implementing patient safety was in the very good category (55.9%) and most students never made mistakes (78.9%). Bivariate analysis showed that there was no relationship between knowledge of patient safety and attitudes toward implementing patient safety with the incidence of errors with a p-value (p>0.05). The results of a qualitative study with two informants stated that there were two categories of errors made, namely medication errors and procedural action errors. Based on the research results, it can be concluded that there is no significant relationship between the three variables, namely knowledge and attitudes with the occurrence of errors (p> 0.05).
PENGARUH PEMBERIAN POSISI SEMI FOWLER TERHADAP KEPATENAN JALAN NAFAS PADA PASIEN PASCA OPERASI ANESTESI UMUM DI IBS RSUD dr. TJITROWARDOJO KELAS B PURWOREJO Roziqin, Khairur; Rohmah, Astika Nur; Murdyanto, Joko
Jurnal Borneo Cendekia Vol 8 No 1 (2024): Jurnal Borneo Cendekia
Publisher : STIKES Borneo Cendekia Medika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54411/jbc.v8i1.523

Abstract

Pembedahan adalah tindakan pengobatan yang menggunakan teknik invasif untuk membuka jaringan yang memerlukan upaya untuk menghilangkan kesadaran dan menghilangkan nyeri, keadaan itu disebut anestesi. Pelayanan anestesi pada hakikatnya harus dapat memberikan tindakan medik yang aman, efektif, manusiawi yang berdasarkan ilmu yang mutakhir dan teknologi tepat guna dengan menggunakan sumber daya manusia berkompeten, profesional, dan terlatih menggunakan peralatan dan obat yang sesuai dengan standar, pedoman, dan rekomendasi profesi anestesiologi (Azmi et al., 2019). Anestesi umum adalah proses pemberian anestetik sistemik menghilangkan rasa nyeri disertai dengan hilangnya kesadaran. Gunawan, (2016) menjelaskan anastesi umum dapat menyebabkan komplikasi pada pasien pasca operasi seperti gangguan kardiovaskuler atau sirkulasi, gangguan pernapasan, sistem pencernaan, gangguan faal hati dan faal ginjal (Arif, 2022). Anestesi umum terbagi menjadi beberapa jenis sesuai dengan sediaan obat yang digunakan, yaitu anestesi inhalasi, anestesi intravena, dan anestesi imbang (Azmi et al., 2019). Salah satu masalah yang dapat timbul setelah anestesi adalah gangguan pernapasan yang cepat, yang dapat berakibat fatal karena kekurangan oksigen dalam tubuh (hipoksia). Ada beberapa penyebab umum yang dapat menyebabkan kesulitan dalam pernapasan setelah anestesi, diantaranya adalah sisa efek anestesi (pasien tidak bangun kembali dari tidur pasca bedah) dan sisa relaksasi otot yang belum sepenuhnya hilang. Selain itu, lidah yang jatuh ke belakang dapat menyebabkan penyumbatan pada bagian belakang tenggorokan (hipofaring). Kedua situasi ini dapat menyebabkan pengurangan ventilasi paru-paru (hipoventilasi), dan dalam kasus yang lebih serius dapat mengakibatkan berhentinya napas (apnea) (Bahrin et al., 2022). Kondisi hipoksemia merupakan salah satu bentuk penurunan kualitas pada pasien kronis dimana terjadi penurunan kandungan oksigen dalam darah arteri. Hal ini mengakibatkan pasokan oksigen kejaringan menjadi tidak memadai. Penyebab hipoksemia bisa bervariasi, antara lain oleh gangguan dalam proses oksigenasi, kurangnya jumlah sel darah merah (anemia), atau perubahan dalam kemampuan hemoglobin untuk membawa oksigen, Gangguan oksigenasi khususnya mengindikasikan rendahnya transfer oksigen dari paru-paru kealiran darah (Kurnia et al., 2022). Pemantauan tingkat saturasi oksigen ini memiliki signifikansi karena dapat mengindikasikan seberapa baik oksigen diserap oleh jaringan atau bagaimana oksigen disalurkan ke seluruh tubuh sehingga mampu mencegah gangguan dalam proses transportasi oksigen yang dapat berdampak serius (Kurnia et al., 2022). Manajemen jalan napas merupakan salah satu keterampilan khusus yang harus dimiliki oleh seorang perawat yang bekerja pada unit gawat darurat. Manajemen jalan napas memerlukan penilaian, mempertahankan dan melindungi jalan napas dengan memberikan oksigenasi dan ventilasi efektif. Pasien yang sadar sepenuhnya dan dapat berbicara, mampu mempertahankan saluran napas sendiri dan tidak membutuhkan manipulasi saluran nafas lebih lanjut, sehingga untuk penilaian ABC (Airway, breathing, circulation) harus dinilai kembali (Pramono, 2020). Gagal napas akut terjadi bila dengan peningkatan upaya napas dan laju napas tidak dapat mempertahankan oksigenasi adekuat atau bila oksigenasi tetap buruk. Pasien gagal napas yang masih mempunyai kemampuan bernapas normal akan tampak sesak dan gelisah. Sebaliknya, pasien yang telah menurun kemampuan pusat pernapasan akan tampak tenang atau bahkan mengantuk. Peningkatan upaya dan laju napas serta takakirdia akan berkurang bila gagal napas memburuk, bahkan dapat terjadi henti napas. Untuk mengatasi penurunan saturasi oksigen, terdapat dua jenis terapi yang dapat diberikan, yaitu terapi farmakologi dan terapi non farmakologi. Terapi farmakologi melibatkan penggunaan obat-obatan seperti bronkodilator, steroid, dan obat tambahan lainnya. Di sisi lain, terapi non farmakologi melibatkan tindakan seperti pemberian oksigen jangka panjang dan rehabilitasi dengan latihan pernafasan serta penyesuaian posisi yang nyaman. Cara yang paling sederhana dan efektif untuk mengurangi risiko penurunan ekspansi dinding dada adalah dengan mengatur posisi istirahat pada pasien. Posisi yang sangat efektif untuk pasien dengan saturasi rendah adalah posisi semi fowler dengan sudut kemiringan sekitar 30-45°. Pada sudut kemiringan 45° dalam posisi semi fowler, gaya gravitasi dimanfaatkan untuk membantu paru-paru mengembang dan mengurangi tekanan dari perut. Posisi semi fowler pada pasien dengan saturasi oksigen rendah telah terbukti efektif sebagai salah satu cara untuk meredakan sesak napas (Aini et al., 2017).
PENGARUH PEMBERIAN PRELOADING CAIRAN TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN SPINAL ANESTESI DI RSUD WONOSARI YOGYAKARTA Trisandi, Muhammad Megi; Rohmah, Astika Nur; Rosidah, Istiqomah
Jurnal Borneo Cendekia Vol 8 No 1 (2024): Jurnal Borneo Cendekia
Publisher : STIKES Borneo Cendekia Medika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54411/jbc.v8i1.520

Abstract

Latar Belakang: Spinal anestesi adalah teknik pemberian obat anestesi lokal ke dalam ruang subarachnoid. Masalah umum yang sering muncul adalah hipotensi, yang disebabkan oleh pemblokiran saraf simpatis yang mengatur tonus otot resistensi terhadap gerakan pada pembuluh darah. Untuk mencegah terjadinya hipotensi, volume darah sentral dapat ditingkatkan dengan cairan preloading. Tujuan: Studi ini bertujuan untuk menentukan pengaruh cairan preloading pada tekanan darah pasien anestesi spinal di RSUD Wonosari Yogyakarta. Metode Penelitian: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Penelitian ini menggunakan desain pra-eksperimental dengan pendekatan One Group Pretest-Posttest. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling yang melibatkan 30 responden sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Data dikumpulkan menggunakan lembar observasi dan dianalisis dengan uji paired sample t-test. Hasil: Berdasarkan tekanan darah pada pasien spinal anestesi setelah dilakukan intervensi dalam rentang normal dengan rata-rata tekanan darah sistole 106,53 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastole 66,73 mmHg sedangkan tekanan darah pada pasien spinal anestesi sebelum dilakukan intervensi dalam rentang normal dengan rata-rata tekanan darah sistole 115,57 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastole 73,87 mmHg. Hasil uji paired sample t-test p value 0,00 < ? (0,05) sehingga Ho ditolak Ha diterima. Simpulan: Tekanan darah pasien yang menjalani anestesi spinal di RSUD Wonosari Yogyakarta dipengaruhi oleh cairan preloading. Saran: Peneliti selanjutnya diharapkan lebih mengembangkan penelitian yang berkaitan dengan pemberian preloading pada pasien spinal anestesi dengan mengunakan kelompok kontrol dan memperluas dalam pengambilan sampel.