Claim Missing Document
Check
Articles

Found 29 Documents
Search

Studi In Silico Senyawa Cendawan Endofit Sebagai Kandidat Obat Antiangiogenesis Hemangioma Masriany Masriany; Risman Rifaldi; Eka Sukmawaty
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia Vol. 27 No. 1 (2022): Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia
Publisher : Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18343/jipi.27.1.62

Abstract

Increasing levels of angiogenic factors such as gamma interferon (Y-IF), tumor necrosis factor-beta (TNF-β), and transforming growth factor-beta (TGF-β) are thought to be the cause of the angiogenesis process in hemangiomas. Endophytic fungi are potential in searching for new drug sources due to their antimicrobial, antifungal, and anticancer compounds. This study aimed to determine the potential and interactions of endophytic fungi as candidates for vascular endothelial growth factor receptor-2 (VEGFR-2) angiogenesis hemangiomas and apply Lipinski's rule of five to differentiate drug-like and non-drug-like molecules and in-line toxicity using in silico test. The research method was molecular docking using several programs, namely Autodock Vina (PyRx), PyMol, and Discovery Studio 2019, and tethering five ligands from the endophytic fungus Trichoderma sp. and Aspergillus sp. with 2 VEGFR-2 target proteins (protein codes were 3VHE and 1Y6A). The best binding affinity of the ligands was tested by Lipinski's rule of five and toxicity test using Toxtree. The results showed that benzyl benzoate is potentially an antiangiogenesis inhibitor for VEGFR-2 protein based on its binding affinity value, which is close to the control ligand value of -8.7 kcal/mol (3VHE) and -7.4 kcal/mol (1Y6A). Therefore, benzyl benzoate, chloromycetin, and 1-hexyl-3-nitrobenzene compounds comply with Lipinski's rule of five. Based on the results of the toxicity test and the parameters of the Kroes TTC decision tree, benzyl benzoate and chloromycetin are categorized as safe compounds for consumption. Keywords: angiogenesis, benzyl benzoate, endophytic fungi, molecular docking, VEGFR-2
Bacterial Contamination at Whiteleg Shrimp (Litopeanaeus vannamei) in Aquaculture Mashuri Masri -; Eka Sukmawaty; Fatmawati Nur; Suriani Suriani
Jurnal Biodjati Vol 6, No 1 (2021): May
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/biodjati.v6i1.11812

Abstract

Indonesia has a very high biodiversity, which has later become one of the natural products of interest to the international community, including fishery products. One of the high-demand Indonesian fishery products is whiteleg shrimp Litopeaneus vannamei. However, safety food Exported whiteleg shrimp products must meet the criteria, including free from bacterial contamination such as Escherichia coli, Salmonella, Vibrio cholera. This study attemptted to analyze E. coli, Salmonella, V. cholerae contamination in 3 ponds in Bojo, Cilellang, and Palanro Village in District Malusetasi, Barru Regency, South Sulawesi. Two samplings for each pond were conducted in the morning were pond water and  fresh whiteleg shrimp. SNI 2728-2018 specifies the quality and safety requirements for fresh shrimp. This standard applies to whole or headless fresh shrimp handled from fresh shrimp and does not apply to fresh shrimp that has undergone further processing. Based on SNI 2728-2018, the E. coli test showed positive in Cilellang Village (sample A) with 11 MPN/g, negative in Palanro Village (sample B) and in Bojo village (sample C) with the value of <2 MPN/g. Escherichia coli test showed positive in sample D (Vannamei shrimp in Cilellang Village) and sample E (Vannamei shrimp in Palanro Village) with 2.0 MPN/g, 17 MPN/g, respectively. Only sample F (Vannamei shrimp in Bojo village ) showed a negative result. As for the Salmonella test, positive results showed in sample A, while sample B and sample C showed negative results. The Vibrio cholerae test showed negative at all samples. . This study concludes that Whiteleg shrimp from ponds in Mallusetasi District is classified as safe for consumption.
Identifikasi Cendawan Mikoriza Arbuskula Dari Perakaran Tanaman Pertanian Eka Sukmawaty; Hafsan H; Asriani A
Biogenesis: Jurnal Ilmiah Biologi Vol 4 No 1 (2016)
Publisher : Department of Biology, Faculty of Sci and Tech, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/bio.v4i1.1115

Abstract

Micorrhyza arbuscula fungi is one of endomicorrhyza group with hiphae stucture called arbuscule. Micorrhyza fungi able to associate with various plants include crop plant. This research aim to know the genus of micorrhyza arbuscule fungi on crop plants root and to know micorrhyza structure on it. The result showed that the highest diversity of micorrhyza was found on potato root, then on strawberry root and the last on tomato root. There are 16 genus was found, they are 11 genus Glomus, 4 genus Acaulospora and 1 genus Ambispora. The arbuscule and vesicle structure was also observed.
POTENSI BAKTERI KITINOLITIK Lysinobacillus fusiformis SEBAGAI BIOKONTROL TERHADAP CENDAWAN PATOGEN TANAMAN JAGUNG (Zea Mays) Eka Sukmawaty; Mashuri Masri; Siti Patima
Teknosains Vol 12 No 2 (2018): JULI
Publisher : Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/teknosains.v12i2.7596

Abstract

Bakteri kitinolitik merupakan bakteri yang mebghasilkan kitinase yang berpotensi digunakan sebagai agen biokintrol pada cendawan patogen. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kemampuan bakteri Lysnibacillus fusiformis dalam menghambat pertumbuhan cendawan patogen dari tanaman jagung (Zea mays). Cendawan patogen diisolasi dari tanaman jagung yang menunjukkan gejala infeksi cendawan dan diidentifiaksi sampai tingkat genus dengan buku manual identifikasi cendawan. Kemampuan penghamabatan bakteri L. fusiformis dijuji dengan metode dual culture. Hasil penelitain menunjukkan terdapat dua genus cendawan patogen yang diperoleh yaitu Rhizopus dan Fusarium. Bakteri L. fusiformis mampu menghambat pertumbuhann kedua cendaan dengan persen aktivitas masing 100% dan 90,9%.
ISOLASI DAN KARAKTERISASI AKTIVITAS AMILOGLUKOSIDASE DARI KAPANG ASAL LIMBAH CAIR TAPIOKA Hafsan Hafsan; Maslan Maslan; Eka Sukmawaty
Teknosains Vol 15 No 1 (2021): Januari-April
Publisher : Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/teknosains.v15i1.18463

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan isolat kapang dari limbah cair tapioka yang memiliki aktivitas amilolitik dan amiloglikosidase yang dihasilkan kapang tersebut. Parameter penelitian ini adalah indeks amilolitik isolat kapang dengan menggunakan metode pati agar, dan aktivitas amiloglukosidase yang dilakukan dengan metode Somogyi pada suhu dan pH yang ditentukan. Isolat dan aktivitas amiloglukosidase dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada limbah cair tapioka berhasil diisolasi kapang penghidrolisis pati sekaligus penghasil amiloglukosidase yang diidentifikasi sebagai Rhizopus oryzae, Aspergillus oryzae, A. niger dan Penicillium sp. Aktivitas amiloglukosidase dari keempat isolat memiliki karakteristik yang berbeda dengan aktivitas tertinggi dihasilkan oleh A. niger dengan pertumbuhan optimum pada suhu 45oC dan eksponen ion hidrogen 4,0; R. oryzae optimum pada suhu 40oC dengan pH 4,5 sedangkan A. oryzae optimum pada suhu 40oC dengan pH 4,0 dan Penicillium sp. yang optimum pada suhu 45oC dengan dua pH optimum yaitu 4,5 dan 5,5.
IDENTIFIKASI GEJALA PENYAKIT DAN CENDAWAN PATOGEN TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascolonicum) DI KECAMATAN BUNTU BATU KABUPATEN ENREKANG Rezki Ramadani Djamaluddin; Eka Sukmawaty; Masriany Masriany; Hafsan Hafsan
Teknosains Vol 16 No 1 (2022): Januari-April
Publisher : Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/teknosains.v16i1.26027

Abstract

Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan salah satu komoditas sayuran unggul yang diperhatikan pemerintah Indonesia karena terus mengalami peningkatan permintaan konsumsi. Rendahnya hasil produksi karena infeksi penyakit yang disebabkan oleh cendawan patogen. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gejala tanaman bawang merah yang terserang cendawan patogen dan mengetahui jenis cendawan patogen pada tanaman bawang merah di lahan pertanian Kecamatan Buntu Batu Enrekang. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan metode observasi yakni pengamatan gejala tanaman bawang di lapangan dan pengukuran parameter lingkungan tanah yaitu pH, kelembaban, dan suhu. Cendawan patogen diidentifikasi sampai tingkat genus berdasarkan ciri makroskopis dan mikrokopis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman bawang merah dari semua stasiun yang terserang cendawan patogen menunjukkan gejala berupa tanaman kerdil dan mengalami kelayuan, daun berwarna hijau kekuningan dan kebanyakan daun kering, umbi berukuran kecil dan berwarna putih pucat hingga pada pangkal tampak pembusukan, serta akar yang mulai membusuk dan berwarna kecoklatan. Adapun jenis cendawan yang menginfeksi bawang merah (Allium ascolanicum) di Kecamatan Buntu Batu Enrekang yang telah diidentifikasi diperoleh tiga jenis yaitu genus Fusarium spp. sebanyak 9 isolat, Aspergillus sp. sebanyak 4 isolat dan Colletotrichum sp. sebanyak 1 isolat.
Aktivitas Antibakteri Ekstrak dan Bakteri Endofit Makro Alga Caulerpa racemosa L. Asal Perairan Puntondo Terhadap Staphylococcus areus dan Methicilin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) EKA SUKMAWATY; MASHURI MASRI; SRI UTAMI PUTRI; NURZAKIYAH NURZAKIYAH
Prosiding Seminar Biologi Vol 2 No 1 (2016): Prosiding Seminar Nasional From Basic Science to Comprehensive Education
Publisher : Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/psb.v2i1.3335

Abstract

Pemanfaatan sumber daya laut untuk eksplorasi senyawa bioaktif memiliki potensi besar, salah satunya yaitu makro alga Caulerpa racemosa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak Caulerpa racemosa yang diambil dari perairan Puntondo Kabupaten Takalar dan mencari bakteri endofit yang dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus dan MRSA. Digunakan etanol dan metanol untuk melarutkan ekstrak Caulerpa racemosa dilakukan dengan metode disc diffusion sedangkan identifikasi bakteri endofit dengan gen 16S rRNA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak metanol dan etanol Caulerpa racemosa mampu menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus dan MRSA. Bakteri endofit hanya mampu menghambat Staphylococcus aureus. Identifikasi molekuler terhadap tiga isolate yang memiliki penghambatan tertinggi yaitu Bacillus kochi, Bacillus endophyticus dan Staphylococcus saprophyticus. Kata kunci: Staphylococcus aureus, MRSA, bakteri endofit, antibakteri
Potensi Bakteri Endofit Dari Zea mays L. Sebagai Penghasil Fitase Hafsan Hafsan; Nurhikmah Nurhikmah; Yuniar Harviyanti; Eka Sukmawaty; Isna Rasdianah Aziz; Cut Muthiadin; Laily Agustina; Asmuddin Natsir; Ahyar Ahmad
Prosiding Seminar Biologi Vol 3 No 1 (2017): Prosiding Seminar Nasional Biology for Life
Publisher : Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/psb.v3i1.4676

Abstract

Asam fitat (C6H18O24P6) merupakan senyawa kimia yang terdiri atas inositol dan asam fosfat, asam fitat merupakan senyawa yang selalu terdapat pada bahan pakan yang berasal dari tanaman serealia dan merupakan senyawa yang tidak dapat didigesti oleh ternak monogastrik, sehingga dibutuhkannya enzim fitase yang dapat menghidrolisis asam fitat. Fitase (myo-inositol heksakisfosfat fosfohidrolase) adalah enzim yang dapat menghidrolisis ikatan fosfoester pada asam fitat, menghasilkan fosfat anorganik dan ester fosfat. Enzim fitase dapat dihasilkan oleh mikroorganisme, salah satunya adalah bakteri endofit. Bakteri endofit adalah mikroorganisme yang menguntungkan yang berinteraksi dengan tanaman inang tanpa menyebabkan gangguan atau kerusakan pada tanaman tersebut, pada penelitian ini bakteri endofit telah diisolasi dari tanaman jagung (Zea mays) yang digunakan sebagai sampel penelitian. Isolasi dilakukan dari masing-masing organ tanaman jagung (Zea mays) dan diseleksi menggunakan media selektif PSM (Phytase Screening Media). Empat isolat yang terpilih dari masing-masing organ berdasarkan IF (Indeks Fitatik) tertinggi kemudian diidentifikasi molekuler dan memperoleh hasilisolat akar 10-7 HF.7 (IF=1,365 cm) merupakan bakteri Burkholderia lata, batang 10-7 HF.2 (IF=1,095 cm) merupakan bakteri Pantoea stewarti subsp. indologens, daun 10-6 HF.3 (IF=1,36 cm) merupakan bakteri Enterobacter ludwigi dan biji 10-8 HF.1 (IF=0,98 cm) merupakan bakteri Enterobacter cloaceae.
Kualitas Bakteriologis Udara Dalam Ruang Perawatan VIP Anak RSUD H. Padjonga Daeng Ngalle Kabupaten Takalar Eka Sukmawaty; Samsuar Manyyulei; Venny Dwi Cahyani
Prosiding Seminar Biologi Vol 3 No 1 (2017): Prosiding Seminar Nasional Biology for Life
Publisher : Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/psb.v3i1.4802

Abstract

Rumah sakit dapat menjadi tempat penularan suatu penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan baik orang sakit maupun orang yang tidak sakit yang ada di dalam rumah sakit itu sendiri. Kualitas udara dari segi bakteriologis merupakan hal yang penting yang harus diperhatikan guna menjaga terjadinya penyebaran infeksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas udara dalam ruang bera dasarkan jumlah koloni yang diperoleh dan mengetahui karakteristik koloni bakteri yang ditemukan di ruang perawatan VIP Anak RSUD H. Padjongga Daeng Ngalle. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode purposive sampling yang dilakukan pada bulan Januari tahun 2016. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa kualitas bakteri udara dalam ruang PIV (Asoka) kelas I A, II A dan III A ditentukan tentang jumlah angka kuman di ruang perawatan menurut kepmenkes No.1405 / MENKES / SKXI/2004, angka kuman 200-500 CFU/m3. Dengan karakteristik morfologi koloni yang beragam. Jumlah koloni yang paling banyak ditemukan pada VIP kelas II A pada waktu pengambilan sampel siang hari yaitu sebesar 5584,09 CFU/m3.
Sumber Daya Alternatif Antimikroba Terhadap Bakteri Streptococcus mutans Sebagai Dental Caries (Sebuah Review) Nurul Afriani Arif; Eka Sukmawaty; Mashuri Masri
Prosiding Seminar Biologi Vol 3 No 1 (2017): Prosiding Seminar Nasional Biology for Life
Publisher : Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/psb.v3i1.4803

Abstract

Sumber daya alam membuktikan bahwa banyaknya yang dapat menjadi sumber daya alternatif yang dapat dijadikan anti mikroba terlebih terhadap Streptococcus mutans yang dapat menyebabkan dental caries. Jatropa curcas memiliki zona daya hambat jika dibandingkan dengan erytromysine. Achatinal fulica memiliki glycoprotein yang dapat menjadi penghambat pertumbuhan pada bakteri S.mutans. Morinda citrifolia dengan zona daya hambat 13,71. Apium graveolens dan Hippobroma langifora memiliki zona daya hambat terhadap bakteri S. mutans