cover
Contact Name
HENNY SYAPITRI
Contact Email
heny_syahfitri86@yahoo.com
Phone
+6285359022627
Journal Mail Official
ojs.usmindonesia19@gmail.com
Editorial Address
http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/2/Editorial-Team
Location
Kota medan,
Sumatera utara
INDONESIA
Jurnal Farmanesia
ISSN : """"     EISSN : 25282484     DOI : https://doi.org/10.51544/jf.v8i2
Core Subject : Health,
Jurnal Farmanesia dengan E-ISSN: 2528-2484 merupakan jurnal resmi yang diterbitkan oleh Program Studi S1 Farmasi Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia, yang artikelnya dapat diakses dan diunduh secara online oleh publik (open access journal). Jurnal ini merupakan jurnal peer-review yang diterbitkan dua kali setahun dengan topik keunggulan hasil penelitian di bidang pelayanan dan praktik kefarmasian, teknologi farmasi, dan disiplin ilmu kesehatan yang berkaitan erat. Jurnal ini menerima teks bahasa Indonesia. Berikut ini adalah area penelitian yang menjadi fokus jurnal ini: 1. Farmakologi 2. Farmasetika 3. Biologi Farmasi 4. Kimia Farmasi 5. Farmakognosi 6. Fitokimia
Articles 248 Documents
UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BUAH LUWINGAN (Ficus hispida L.f) SEBAGAI ANTIDIABETES PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR Wiratma, Dicky Yuswardi; Yudhistira, Yudhistira; Marpaung, Jon Kenedy
Jurnal Farmanesia Vol 12 No 1 (2025): Jurnal Farmanesia
Publisher : UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51544/jf.v12i1.5934

Abstract

Latar belakang: Pengetahuan tentang tumbuhan obat merupakan budaya bangsa yang diwariskan secara turun temurun. Obat tradisional dalam bahan kimia alam mengandung senyawa-senyawa yang dikenal dengan metabolit sekunder. Senyawa-senyawa metabolit sekunder tersebut memiliki khasiat yang berbeda-beda, sehingga mendorong pentingnya penggalian  sumber obat-obat tradisional dari bahan alam salah satunya dari tanaman Luwingan (Ficus hispida L.f). Tujuan: Untuk mengetahui apakah buah Luwingan (Ficus hispida L.f) memiliki aktivitas serta berapa konsentrasi yang efektif sebagai antidiabetes. Metode: Buah luwingan akan diekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol. Menggunakan metode eksperimental dengan desain penelitian purposive sampling. Tikus di induksi aloksn dengan dosis 150mg kg/BB secara intraperitoneal. Sampel darah diukur dengan strip tes darah gluco Dr dan hasil kadar glukosa darah dianalisis dengan one way ANOVA. Hasil: Hasil uji pemberian ekstrak etanol buah luwingan (Ficus hispida L.f) memiliki aktivitas antidiabetes pada tikus putih jantan galur wistar yang di induksi aloksan dengan variasi konsentrasi 20% dapat menurunkan KGD 240,8 mg/dL, 40% menurunkan KGD 246 mg/dL dan 60% menurunkan KGD 248,4 mg/dL. Simpulan: Ekstrak etanol buah luwingan dapat menjadi alternatif terapi karena efektivitasnya dalam menurunkan kadar gula darah. Konsentrasi 60% memiliki aktivitas penurunan kadar glukosa darah yang paling baik jika dibandingkan dengan 3 konsentrasi yang di uji. Ekstrak etanol buah luwingan ini memiliki efektivitas yang mendekati glibenklamid sebagai kontrol positif.
PENGARUH PROPILENGLIKOL TERHADAP KARAKTERISASI DAN LAJU DIFUSI ETOSOME KALIUM DIKLOFENAK SEBAGAI SISTEM PENGHANTARAN TRANSDERMAL Cindana, Faradila Ratu; Anggai, Rifka Anggraini
Jurnal Farmanesia Vol 12 No 1 (2025): Jurnal Farmanesia
Publisher : UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51544/jf.v12i1.5982

Abstract

Latar belakang: Sistem penghantaran transdermal menawarkan alternatif terapi yang efisien dan nyaman, terutama dalam pengobatan nyeri kronis. Etosome merupakan sistem penghantaran berbasis lipid yang memiliki fleksibilitas tinggi dalam menembus lapisan kulit. Penambahan propilenglikol (PG) sebagai enhancer dapat mempengaruhi karakteristik fisik vesikel serta meningkatkan laju difusi obat. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh variasi konsentrasi propilenglikol terhadap karakterisasi fisik dan laju difusi in vitro kalium diklofenak dalam sistem ethosome. Metode: Etosome kalium diklofenak diformulasikan dengan variasi konsentrasi PG (10%, 20%, dan 30%). Evaluasi meliputi pengukuran ukuran partikel, indeks polidispersitas, potensial zeta, efisiensi penjerapan, pH, serta laju difusi obat melalui membran selulosa menggunakan alat Franz diffusion cell. Hasil: Peningkatan konsentrasi PG dari 10% ke 30% menyebabkan penurunan ukuran partikel, peningkatan stabilitas vesikel (potensial zeta lebih negatif), peningkatan efisiensi penjerapan obat, dan peningkatan laju difusi kalium diklofenak. Formula dengan 20% PG menunjukkan karakteristik paling seimbang antara stabilitas fisik dan kemampuan penetrasi. Kesimpulan: k Konsentrasi propilenglikol berpengaruh signifikan terhadap karakteristik dan laju difusi ethosome kalium diklofenak. Konsentrasi 20% PG memberikan hasil paling optimal dan potensial dikembangkan sebagai sistem penghantaran transdermal yang efektif.  
PERBANDINGAN PENETAPAN KADAR FLAVONOID TOTAL EKSTRAK ETANOL DAUN ASAM KANDIS MUDA DAN TUA (Garcinia mangostana L.) Ismirza, Ulfa; Hasibuan, Elmi Sariani; Misfadhila, Sestry; Azizah, Zikra
Jurnal Farmanesia Vol 12 No 1 (2025): Jurnal Farmanesia
Publisher : UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51544/jf.v12i1.5988

Abstract

Latar belakang: Flavonoid merupakan senyawa fenol alami yang banyak terdapat pada tumbuhan dan memiliki aktivitas sebagai antioksidan, antibakteri, antivirus, antiradang, antialergi, dan antikanker. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar flavonoid total dalam ekstrak etanol daun asam kandis muda dan tua menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis. Metode: Sampel diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan etanol 70% dan 96%. Dilakukan karakterisasi ekstrak meliputi uji organoleptis, rendemen, susut pengeringan, dan kadar abu. Analisis kualitatif menggunakan logam magnesium dan HCl pekat. Analisis kuantitatif dilakukan dengan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang maksimum 431 nm. Hasil: Ekstrak bersifat kental, berwarna coklat kehitaman, berbau khas, dan rasa pahit. Rendemen daun muda sebesar 10,98% dan daun tua 12,20%. Susut pengeringan daun muda 7,20% dan daun tua 9,02%. Kadar abu daun muda 3,56% dan daun tua 1,63%. Hasil analisis kualitatif menunjukkan keduanya positif mengandung flavonoid. Kadar flavonoid total daun muda sebesar 32,6498 mg QAE/g dan daun tua sebesar 42,5738 mg QAE/g. Kesimpulan: Daun asam kandis muda dan tua mengandung flavonoid, dengan kadar flavonoid total lebih tinggi pada daun asam kandis tua
ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA DI WILAYAH AWIRARANGAN KABUPATEN KUNINGAN Marlindasari, Liska; Priltius, Natanael; Fahrizal, Ikhsan
Jurnal Farmanesia Vol 12 No 1 (2025): Jurnal Farmanesia
Publisher : UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51544/jf.v12i1.6021

Abstract

Latar belakang: Merokok menjadi tantangan kesehatan global, menyebabkan lebih dari 8 juta kematian setiap tahun, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Di Jawa Barat, prevalensi perokok remaja usia di atas 15 tahun mencapai 32,68% pada 2021, dan di Kabupaten Kuningan sebesar 12,69% untuk usia 15–24 tahun. Remaja umumnya mulai merokok karena pengaruh teman, rasa ingin tahu, dan untuk mengatasi stres, meskipun mereka menyadari dampak buruknya bagi kesehatan. Observasi di sebuah coffee shop di Kelurahan Awirarangan menunjukkan bahwa seluruh pengunjung yang rata-rata berjumlah 3.361 orang per bulan merupakan perokok. Tingginya angka ini mencerminkan perilaku merokok yang kuat di kalangan remaja dan dewasa muda. Melihat kondisi tersebut, peneliti terdorong untuk melakukan eksplorasi lebih lanjut mengenai berbagai faktor yang memengaruhi kebiasaan merokok di kalangan remaja. Tujuan: untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang berkontribusi terhadap perilaku merokok pada remaja. Metode: studi survei analitik yang menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan potong lintang (cross-sectional). Hasil: faktor pengetahuan merupakan faktor yang paling dominan memengaruhi perilaku merokok pada remaja, dengan persentase sebesar 88%. Sebaliknya, faktor yang memberikan pengaruh paling rendah adalah peran orang tua, dengan persentase 54%. Simpulan: bahwa berbagai faktor memengaruhi kebiasaan merokok remaja di Otaku Coffee & Roastery Awirarangan, Kabupaten Kuningan diantaranya faktor pengetahuan sebesar 88%, sedangkan persentase terendah yaitu faktor orang tua 54%.
MEMBANDINGKAN EFEKTIVITAS PEMBERSIH LANTAI SEBAGAI DESINFEKTAN MENGGUNAKAN UJI KOEFISIEN FENOL TERHADAP Salmonella typhi: Comparison Of The Effectiveness Of Floor Cleaner As A Disinfectant Using The Phenol Coefficient Test Against Salmonella Typhi Napitupulu, Muhammad irianto; Hutasoit , Audi T.A.; Pebriyandi, Fajar; Tampubolon, Manuppak Irianto; Marbun, Eva Diansari
Jurnal Farmanesia Vol 12 No 1 (2025): Jurnal Farmanesia
Publisher : UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51544/jf.v12i1.6024

Abstract

Latar belakang: Salmonella typhi masih menjadi penyebab utama demam tifoid di berbagai wilayah endemis. Permukaan lantai yang terkontaminasi dapat menjadi media penyebaran bakteri ini, terutama di fasilitas umum dan rumah tangga. Oleh karena itu, pemilihan pembersih lantai yang efektif sebagai desinfektan sangat penting untuk upaya pencegahan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan membandingkan efektivitas desinfektan dari sepuluh merek pembersih lantai terhadap Salmonella typhi menggunakan metode Koefisien Fenol (KF). Metode: Uji dilakukan dengan menginokulasikan suspensi S. typhi ke dalam larutan pembersih lantai dan fenol 5% pada berbagai pengenceran. Pertumbuhan bakteri diamati setelah inkubasi selama 48 jam pada suhu 30 °C. Nilai KF dihitung berdasarkan rasio efektivitas masing-masing produk terhadap fenol sebagai standar. Hasil: Dari sepuluh merek yang diuji, hanya dua produk menunjukkan nilai KF di atas 1, yang berarti lebih efektif dibandingkan fenol 5%. Sebagian besar produk lainnya memiliki efektivitas lebih rendah atau setara dengan fenol. Simpulan: Hanya sebagian kecil pembersih lantai yang efektif sebagai desinfektan terhadap Salmonella typhi. Hasil ini menunjukkan pentingnya sosialisasi pemilihan produk yang terbukti efektif secara ilmiah dalam rangka mengurangi risiko penyebaran infeksi di lingkungan.
EFEK KOMBINASI SPIRONOLAKTON TERHADAP PARAMETER FARMAKOKINETIKA KETOROLAK PADA PLASMA KELINCI MENGGUNAKAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI Surbakti, Christica; Barus, Bunga Rimta; Faldha, Asri
Jurnal Farmanesia Vol 12 No 1 (2025): Jurnal Farmanesia
Publisher : UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51544/jf.v12i1.5861

Abstract

Latar belakang: Spironolakton merupakan obat diuretik antagonis aldosteron yang digunakan dalam terapi hipertensi. Obat ini termasuk diuretik hemat kalium yang bekerja pada tubulus distal ginjal dengan menghambat efek aldosteron, sehingga meningkatkan ekskresi natrium, bikarbonat, dan kalsium sambil mempertahankan ion kalium dan hidrogen. Sementara itu, ketorolak adalah antiinflamasi non-steroid yang poten dengan waktu paruh pendek (4–6 jam), dan terutama diabsorpsi di usus halus bagian proksimal. Pada pengelolaan hipertensi, spironolakton kerap dikombinasikan dengan obat lain, termasuk ketorolak, yang berpotensi menimbulkan interaksi pada fase farmakokinetik. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian spironolakton terhadap parameter farmakokinetika ketorolak, baik ketika diberikan satu jam sebelumnya maupun secara bersamaan. Metode: Desain penelitian ini bersifat eksperimental menggunakan tiga ekor kelinci jantan yang dibagi dalam tiga kelompok perlakuan, yaitu: pemberian ketorolak tunggal, pemberian ketorolak satu jam setelah spironolakton, dan pemberian ketorolak bersamaan dengan spironolakton. Analisis kadar ketorolak dalam plasma dilakukan menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT). Hasil: Pada fase absorpsi ditemukan adanya perbedaan parameter farmakokinetik antar kelompok perlakuan. Tidak ada perbedaan mencolok pada fase distribusi, sedangkan fase ekskresi menunjukkan variasi antar kelompok. Simpulan: Pemberian ketorolak satu jam setelah spironolakton mempengaruhi profil farmakokinetiknya, namun perbedaan tersebut tidak signifikan pada seluruh parameter yang dianalisis.
OPTIMASI MINYAK SERAI (Cymbopogon nardus) SEBAGAI GEL PENGHARUM RUANGAN MENGGUNAKAN KARAGENAN-XANTHAN GUM DAN MINYAK NILAM SEBAGAI FIKSATIF Ginting, Ferdinand Paulus; Tarigan, Modesta Harmoni; Surbakti, Christica I.; Pinanta, Preity; Ginting, Michelle C.F
Jurnal Farmanesia Vol 12 No 1 (2025): Jurnal Farmanesia
Publisher : UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51544/jf.v12i1.6242

Abstract

Latar belakang: Tumbuhan yang digunakan sebagai pewangi yaitu tumbuhan serai wangi (Cymbopogon nardus) yang mengandung minyak atsiri. Minyak nilam merupakan bahan yang dijadikan sebagai fiksaktif agar wangi dari pengharum ruangan dapat bertahan lama. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu jika minyak serai wangi dapat dijadikan pewangi ruangan dan, menentukan konsentrasi dari karagenan juga xanthan gum untuk memperoleh basis gel terbaik. Metode: Penelitian ini dilakukan tiga tahap. Pertama basis gel dibagi dalam3 formula yaitu variasi kombinasi karagenan dan xanthan gum, F1 (1,5%:1,5%), F2 (2%:1%), F3 (2,5%:0,5%). Kedua menentukan aroma wangi minyak serai wangi dengan berbagai konsentrasi. F1 (2%), F2 (4%), F3 (6%). Ketiga menentukan konsentrasi minyak nilam sebagai fiksatif dengan variasi, F1 (0,5%), F2 (1%), F3 (1,5%). Menurut temuan penelitian, formulasi dasar gel yang ideal dengan elastisitas dan tahan terhadap degradasi terdapat pada rasio 2,5%:0,5% dari karagenan dan xanthan gum. Hasil: Aroma minyak serai yang kuat pada konsentrasi 6% adalah konsentrasi wewangian yang optimal. Konsentrasi minyak nilam sebagai fiksatif terbaik dalam menahan wangi minyak serai wangi pada gel pengharum ruangan dalam waktu 28 hari adalah konsentrasi 1,5%. Simpulan:  Serai wangi dapat dibuat menjadi pengharum ruangan dengan menggunakan karagenan dan xanthan gum dan minyak nilam sebagai fiksatif. Dan implikasinya kepada masyarakat dapat menambah pengetahuan kepada masyarakat  dalam produksi sediaan produksi.
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN KIRINYUH (Chromolaena odorata (L.) R.M King & H.Rob) TERHADAP Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis Marpaung, Jon Kenedy; Suharyanisa, Suharyanisa; Simbolon, Lampita Putri
Jurnal Farmanesia Vol 12 No 1 (2025): Jurnal Farmanesia
Publisher : UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51544/jf.v12i1.6399

Abstract

Latar belakang : Penyakit infeksi menjadi kelompok penyakit yang terjadi karena infeksi virus, infeksi bakteri, dan infeksi parasit. Infeksi ini dapat merugikan berbagai aspek kehidupan seperti kesehatan dan ekonomi baik secara individu dan nasional. Daun Kirinyuh digunakan sebagai obat luka, demam, bantuk, dan menghentikan pendarahan. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri (Chromolaena odorata (L.) R.M King & H.Rob) terhadap pertumbuhan Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus aureus dengan berbagai konsentrasi. Hasil : Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi agar menggunakan cakram kertas pada bakteri Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis pada 5 konsentrasi yaitu 5%, 10%, 15%, 20%, 25%. Berdasarkan data hasil uji statistik Kruskal-Wallis daun Kirinyuh konsentrasi 25% pada penghambatan pertumbuhan Staphylococcus epidermidis didapati hasil 9,467 dan pada penghambatan pertumbuhan Staphylococcus aureus didapati hasil 8,003. Kesimpulan : Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun Kirinyuh dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis dengan konsentrasi terbaik sebesar 25%.