Claim Missing Document
Check
Articles

Found 37 Documents
Search

Peranan Penyuluh Pertanian dalam Mendukung Keberlanjutan Usaha Agribisnis Pemuda Tani (Studi Kasus Di Desa Lantan) Kecamatan Batukliang Utara Kabupaten Lombok Tengah Mularahman, Mularahman; Yasin, Muhamad; Herdiana, Herdiana
Astina: Jurnal Ekonomi Utama Vol 2 No 3 (2023): Jurnal Ekonomi Utama (Juria)
Publisher : CV. Astina Mandiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55903/juria.v2i3.134

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk untuk: (1) Untuk mempelajari dan menganalisis peranan Penyuluh Pertanian dalam mendukung keberlanjutan usaha agribisni. (2) Untuk mengidentifikasi dan menganalisis kendala-kendala yang dihadapi Penyuluh Pertanian dalam mendukung keberlanjutan usaha agribisnis. Penelitian ini merupakan suatu studi kasus di Desa Lantan Kecamatan Batu Kliang Kabupaten Lombok Tengah. Penelitian dimulai dari bulan Maret sampai dengan Mei tahun 2023 dengan menggunakan metode Kualitatif. Jumlah Informan yang diambil sebanyak 5 orang secara purposive dengan kriteria 1 orang sebagai penyuluh pertanian dan 4 orang sebagai pemuda tani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya meningkatkan usaha agribisnis telah dilakukan dengan baik oleh petugas penyuluh lapangan. Ini mencakup tahap penyusunan rencana dan jadwal kerja, persiapan administrasi kunjungan lapangan, persiapan bahan/alat penyuluhan, pelaksanaan program penyuluhan, dan mekanisme pelaksanaan penyuluhan pertanian. Peran penyuluh mencakup pembimbing telah dijalankan dengan baik karena penyuluh memiliki pengetahuan yang mendalam, keterampilan praktis yang teruji, serta komitmen yang kuat dalam membimbing petani. Rencana pertemuan yang terstruktur dan materi penyuluhan yang relevan sudah diupayakan dengan baik. Kualitas penerapan Teknologi / Inovasi yang diajarkan kepada petani memiliki implikasi signifikan terhadap hasil akhir produksi pertanian, penyuluh sebagai organisator dan dinamisator dilakukan dengan cara memanfaatkan kelompok tani sebagai media komunikasi untuk menyampaikan hasil sosialisasi kepada Masyarakat, penyuluh sebagai jembatan penghubung dilakukan dengan menyampaikan hasil temuan dari Lembaga Penelitian kepada petani agar mereka dapat memperoleh informasi terbaru tentang inovasi di bidang pertanian, dan penyuluh sebagai teknisi dilakukan dengan memberikan pemahaman kepada petani tentang cara penggunaan alat-alat dan mesin-mesin pertanian modern. Meskipun peran ini telah dijalankan dengan baik, masih ada beberapa hal yang perlu diatasi untuk mencapai hasil yang lebih optimal.
Analysis of Green Bean Sprout Marketing Efficiency in Punia Village, Mataram City Kurahman, Fatwa; Herdiana, Herdiana; Nirmawati, Nirmawati
Transforma Jurnal Manajemen Vol. 1 No. 2 (2023): Transforma: Jurnal Manajemen
Publisher : Pascasarjana Universitas Pasundan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56457/tjm.v1i2.60

Abstract

Marketing is a human activity to satisfy needs and wants through the process, offering and exchanging (value) products with others. In this case, the supplier of mung bean sprouts came from the mung bean sprouts agro-industry in Punia Village, Mataram City. The marketing process of mung bean sprouts from the mung bean sprouts agro-industry will experience a long process and will experience price changes from the mung bean sprouts agro-industry to consumers through existing marketing agencies. The method used in this study is a quantitative descriptive method, namely the method used to solve problems that occur at the present time by collecting data, compiling, analyzing, and drawing conclusions and interpreting. The results of this study indicate that the marketing of mung bean sprouts has two marketing patterns that occur, namely: 1). Mung bean sprouts agroindustry – Retailers – Consumers, 2). Mung bean sprout agro-industry – Wholesalers – Retailers – Consumers. The marketing margin for the first channel is Rp.1,071 with an efficiency of 70% and the margin for the second channel is Rp. 1,571 with an efficiency of 30%, this shows that the two marketing channels are efficient. The two marketing channels for mung bean sprouts in Punia Village, Mataram City are efficient channels. But the most efficient channel is marketing channel I because the percentage in marketing channel I is as much as 70% and the channel used is shorter.
Persepsi Masyarakat Desa Batujai Terhadap Pemanfaatan Tanaman Eceng Gondok (Eichhornia Crassipies) Di Bendungan Batujai Kecamatan Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah Yasmina, Yasmina; Herdiana, Herdiana; Hermawan, Yudi
Spectrum: Multidisciplinary Journal Vol. 1 No. 3 (2024): Spectrum: Multidisciplinary Journal
Publisher : Sapta Arga Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi salah satu provinsi dengan jumlah bendungan terbanyak, yaitu total bendungan sebanyak 6 dan salah satu bendungan yang terkenal adalah bendungan batujai. Bendungan batujai selain terkenal dengan sektor pariwisatanya, bendungan ini juga terkenal dengan masalah ledakan tanaman eceng gondok yang memenuhi permukaan bendungan dan membuat pendangkalan. Penelitian ini dilakukan di Desa Batujai Kecamatan Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah pada bulan Maret Sampai dengan April 2024. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) persepsi masyarakat terhadap pemanfaatan tanaman eceng gondok di Desa Batujai (2) solusi pemanfaatan tanaman eceng gondok di Desa Batujai. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Jumlah responden yang diambil pada penelitian ini sebanyak 35 orang. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa (1) mayoritas masyarakat yang menjadi responden memiliki persepsi bahwa keberadaan tanaman eceng gondok di bendungan batujai sangat merugikan masyarakat yaitu sebanyak 43%. Mereka juga menilai pemanfaatan tanaman eceng gondok menjadi pupuk organik dan kerajinan tidak sulit yaitu sebanyak 57% dan 43%. Keikutsertaan masyarakat yang menjadi responden memanfaatkan tanaman eceng gondok baik menjadi pupuk organik ataupun kerajinan dipengaruhi langsung oleh pengetahuan (kognisi) responden tentang tanaman eceng gondok, keberadaannya di bendungan batujai, pupuk organik eceng gondok dan kerajinan eceng gondok (2) terdapat 4 saran solusi dari berbagai instansi terkait untuk pemanfaatan tanaman eceng gondok di Desa Batujai, yang dominan memberi solusi terkait pengelolaan yang lebih efektif, pengolahan, pemasaran dan pendanaan.
Kontribusi Usaha Tani Kangkung (Ipomoea spp) Terhadap Pendapatan Petani di Desa Lembuak Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat Ali, Kadir; Herdiana, Herdiana; Mappanganro, Nurlailah
Anthronomics: Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia Vol 1 No 3 (2024): Anthronomics: Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia
Publisher : Sapta Arga Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sayuran merupakan bahan makanan yang diperoleh dari tumbuhan dan umumnya memiliki kandungan air yang tinggi. Masyarakat biasanya mengkonsumsi dalam keadaan segar atau setelah diolah. Sayuran berdaun seperti kangkung merupakan salah satu jenis komoditi yang bernilai ekonomi tinggi dan berperan penting dalam memenuhi beragam kebutuhan petani. Penelitian ini dilakasanakan di Desa Lembuak Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat dengan jumlah responden sebanyak 30 orang. Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis biaya produksi dan pendapatan usahatani kangkung (2) menganalisis kontribusi usahatani kangkung terhadapt pendapatan petani, dan (3) mengetahui kendala-kendala yang mempengaruhi pendapatan petani. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Sementara itu, pengumpulan data dilakukan dengan tehnik survei, yaitu wawancara langsung dengan responden dan berpedoman pada kuesioner yang telah disiapkan. Sampel penelitian ini adalah petani yang melakukan usahatani kangkung di Desa Lembuak. Variabel-variabel yang ada dalam penelitian ini adalah (1) Biaya Produksi (2) Penerimaan Usahatani (3) Pendapatan Usahatani (4) Analisis Usahatani Lainnya (5) Kontribusi (6) Kendala-kendala yang Mempengaruhi Pendapatan Petani. Hasil penelitian ini menujukan bahwa biaya produksi rata-rata per tahun sebesar Rp. 13.027.632 dengan penerimaan per tahun sebesar Rp. 39.519.996 sehingga memperoleh pendapatan rata-rata per tahun sebesar Rp. 26.492.366. Selanjutnya pendapatan usahatani lainya Rp. 61.056.000 sehingga kontribusi usahatani kangkung sebesar 30,26%. Kendala-kendala yang dihadapi petani kangkung adalah iklim, modal, pupuk, hama dan penyakit.
Studi Komparasi Pendapatan Usaha Tani Tembakau (Nicotiana Tabacum L) Rajangan Varietas Kasturi Dengan Menggunakan Manual Dan Mesin Rajangan Di Desa Perigi Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur hotimah, Siti lia husnul; Herdiana, Herdiana; Hermawan, Yudi
Anthronomics: Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia Vol 1 No 3 (2024): Anthronomics: Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia
Publisher : Sapta Arga Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Nusa Tenggara Barat merupakan daerah yang terkenal dengan pariwisata, namun Nusa Tenggara Barat juga merupakan daerah penghasil tembakau. Desa perigi kecamatan suela merupakan salah satu desa di kabupaten lombok timur yang memiliki mata pencaharian utama sebagai petani tembakau. tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui (1)Mengetahui berapa pendapatan usahatani tembakau (Nicotiana tabacum L) rajangan varietas kasturi dengan menggunakan manual dan mesin rajangan di Desa Perigi Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur. (2)Mengetahui apakah terdapat perbedaan pendapatan Usahatani Tembakau (Nicotiana tabacum L) rajangan varietas kasturi dengan menggunakan manual dan mesin rajangan di Desa Perigi Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dan komparatif, dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan menggambarkan masalah saat ini dengan cara mengumpulkan, mengorganisir, menjelaskan, menganalisis, dan menginterpretasikan data, serta menarik kesimpulan dari hasil analisis tersebut. Penentuan lokasi dilakukan dengan menggunakan metode Purposive Sampling, di mana sampel dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan khusus yang dianggap mewakili populasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1)Total pendapatan petani tembakau rajangan manual sebesar 91.924.101. Dengan total penerimaan yang di terima oleh petani tembakau rajangan manual sebesar 110.160.000 (85,80%) dan jumlah rata-rata biaya produksi sebesar 18.235.899 (14,20%). Pendapatan rata-rata yang di terima oleh petani sebesar 120.842.612/Ha. Total pendapatan petani tembakau rajangan menggunakan mesin Di Desa Perigi sebesar 98.411.423/LG. Dengan total penerimaan sebesar 112.320.000 dan total biaya produksi sebesar 13.908.577/LG. Total Pendapatan yang di terima Petani Tembakau Rajangan Menggunakan Mesin Sebesar 128.564.432/Ha. (2) Hasil analisis uji-t dapat di paparkan pendapatan rata – rata yang manual Rp 120.842.612 sedangkan yang mesin Rp. 128.564.432. Dari analisis Uji-t pada alpha 0,05. Nilai t -hitung sebesar 7,384930268 lebih besar dari t -tabel yaitu 1,671552762 yang artinya ditolak dan diterima. Bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara usahatani tembakau rajangan varietas kasturi dengan menggunakan manual dan mesin rajangan di Desa Perigi Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur.
STRUKTUR CERITA RAKYAT MASYARAKAT KAMPUNG ADAT KUTA Mulyani, Sri; Noviadi, Andri; Sondarika, Wulan; Herdiana, Herdiana; Andini, Siti
Literasi : Jurnal Bahasa dan Sastra Indonesia serta Pembelajarannya Vol 8, No 2 (2024): JURNAL LITERASI OKTOBER 2024
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/literasi.v8i2.16680

Abstract

Kajian struktur yang merupakan bagian dari cerita rakyat yang ada di wilayah Kabupaten Ciamis. Penelitian ini dapat menjadi solusi dalam mengatasi kepunahan sebuah aset budaya bangsa dan merupakan aset kebuadayaan daerah yang merupakan salah satu kearifan lokal yang kini semakin hari semakin dilupakan dan hilang di telan jaman seiring dengan perkembangan jaman dan teknologi yang semakin pesat. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif etnografi. Objek yang diteliti yakni lingkungan dan masyarakat sekitar kampung adat kuta termasuk kuncen yang beraada di kampung adat tersebut. Teknik pengumpulan data melalui studi pustaka, wawancara terhadapa masyarakat dan kuncen/ juru kunci. Adapun hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah terinventarisasinya cerita rakyat masayarakat adat kampung kuta sebagai sebuah cerita rakyat yang dapat terdokuemntasikan dalam bentuk sebuah tulisan atau buku yang dapat di baca dan dipelajari oleh semua kalangan. Dengan hasil tersebut, semoga nantinya dapat menjadi bahan rujukan para praktisi, akademisi dan budayawan dalam rangka mengembangkan dan menjaga kelstarian sebuah kearifan lokal dalam bentuk cerita rakyat yang ada di wilayah Tambaksari Rancah Kabupaten Ciamis.
Pelatihan bantuan hidup dasar (BHD) pada kader kesehatan Sasmito, Priyo; Royani, Royani; Ayinun, Aminah; Kurnelia, Ega; Nadiya, Della; Susiyanti, Hera; Dasopang, Ramadhana S.M.; Asminah , Asminah; Octavia, Marta; Mahdawarti, Mahdawarti; Pramesty, Merrina; Lisdawati, Riska; Mardesela, Ega; Gunawan, Gunawan; Sartika, Sartika; Herdiana, Herdiana; Fitriani, Ayu; Munisah, Yeni; Barus, Lidya Hariaty; Setiawan, Agus
JOURNAL OF Public Health Concerns Vol. 4 No. 3 (2024): JOURNAL OF Public Health Concerns
Publisher : Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerja sama dengan: Unit Penelitian dan Pengabdian Kep Akademi Keperawatan Baitul Hikmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/phc.v4i3.447

Abstract

Background: Most cardiac arrests occur outside of hospital settings (Out-of-Hospital Cardiac Arrest/OHCA). The low knowledge and skills of the public regarding Basic Life Support (BLS) in cardiac arrest cases is one of the factors that contribute to the low survival rates of patients experiencing cardiac arrest. Health cadres are considered to have higher health awareness than other groups in the general population, and they have the potential to receive training and education on Basic Life Support (BLS). Purpose: To improve the understanding and skills of health cadres regarding the provision of Basic Life Support (BLS) for out-of-hospital cardiac arrest. Method: Training was provided to health cadres in the Lengkong Gudang Timur area, Serpong, Tangerang. The material was delivered through an interactive lecture using leaflets and flipcharts as media. Participants' skills were trained using role-play methods with phantom devices. All participants underwent a pre-test and post-test before and after the training. Results: A total of 11 health cadres participated in the activity. Participants' knowledge about cardiac arrest and Basic Life Support (BLS) increased from an average of 53.6% in the pre-test to 85.4% in the post-test, with an average improvement of 31.8%. Conclusion: Basic Life Support (BLS) training for health cadres can improve both knowledge and skills. Further intensive training is needed to enhance retention and confidence in performing Basic Life Support (BLS) in actual cardiac arrest situations. Collaboration between the government, health organizations, and communities is needed to develop affordable and accessible training programs for all groups. Keywords: Basic Life Support; Emergency; Out-of-Hospital Cardiac Arrest; Training Pendahuluan: Sebagian besar henti jantung terjadi di luar rumah sakit (Out-of Hospital Cardiac Arrest/OHCA). Rendahnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat mengenai pemberian Bantuan Hidup Dasar (BHD) pada kasus henti jantung merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya peluang hidup pasien dengan henti jantung. Kader kesehatan dinilai memiliki kesadaran kesehatan yang lebih tinggi dibanding kelompok masyarakat awam lainnya memiliki potensi untuk diberi pelatihan dan edukasi mengenai Bantuan Hidup Dasar (BHD).  Tujuan: Untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan kader kesehatan mengenai pemberian Bantuan Hidup Dasar (BHD) untuk henti jantung di luar rumah sakit. Metode: Pelatihan diberikan kepada kader kesehatan yang berada di wilayah Lengkong Gudang Timur, Serpong, Tangerang. Sebanyak 11 orang kader kesehatan terlibat dalam kegiatan ini. Pemberian materi dilakukan dengan metode ceramah interaktif menggunakan media leaflet dan lembar balik. Keterampilan peserta dilatih menggunakan metode role play dengan media phantom. Semua peserta diberikan pre-test dan post-test sebelum dan setelah pelatihan. Hasil:. Pengetahuan mengenai henti jantung dan Bantuan Hidup Dasar (BHD) peserta dari rata-rata 53.6% saat pre-test menjadi 85.4% saat post-test dengan peningkatan rata-rata sebesar 31.8%. Simpulan: Pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) pada kader kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Diperlukan pelatihan lanjutan yang lebih intensif untuk meningkatkan retensi dan kepercayaan diri dalam melakukan Bantuan Hidup Dasar (BHD) pada setting henti jantung yang sebenarnya. Perlu ada kolaborasi antara pemerintah, organisasi kesehatan, dan komunitas dalam menyusun program pelatihan yang terjangkau dan mudah diakses oleh semua kalangan.
Comparative Study of Oyster Mushroom and Oyster Mushroom Income Corn Cob Mushroom in Mataram City Suardana, I Wayan Agus; Herdiana, Herdiana; Mappanganro, Nurlailah
Implikasi: Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia Vol 1 No 2 (2023): Implikasi: Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia
Publisher : Management Science Doctoral Program, Pasundan University, Bandung, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56457/implikasi.v1i2.457

Abstract

This research aims to analyze the differences in farming oyster mushrooms and corncob mushrooms, how much the comparison of income affects the income level of oyster mushroom and corncob mushroom farmers in the city of Mataram and to find out the obstacles in farming oyster mushrooms and corncob mushrooms. Determining the location in this research was carried out using purposive sampling, meaning that sampling was carried out deliberately. The research location is in Mataram City, namely in six sub-districts, namely Mataram District, Ampenan District, Sekarbela District, Selaparang District, Cakranegara District, and Sandubaya District. Determining respondents was carried out using the census method, namely taking respondents as a whole. The respondents in this research were oyster mushroom and corncob mushroom farmers spread across six sub-districts. The research results show: firstly, the average production of oyster mushrooms is 1,650 kilograms per 100 m2 per year, which is greater than the average production of corn weevil mushrooms of 830 kilograms per 100 m2. The average production cost of oyster mushroom farming is IDR. 11,533,100,- per 100 m2 per year, which is greater than the average production cost of corn weevil mushrooms, which is Rp. 10,434,641,- per 100 m2 per year. Second, the average income in oyster mushroom farming is IDR. 21,466,900,- per 100 m2 per year, greater than the income from corn weevil mushroom farming, namely Rp. 18,615,359,-per 100 m2, meaning that the income from oyster mushroom farming is greater than the income from corn cob mushroom farming for 1 year. Third, the obstacles faced in carrying out oyster mushroom farming and corn cob mushroom farming are the same as experiencing difficulties in obtaining raw materials, having little capital, limited land, and cheap labor that is difficult to obtain in urban areas
Towards an Inclusive Village: Literacy and Education for People with Disabilities Through the Development of Grape Planting Techniques (Vitis Vinifera L) Taman Ayu Village Herdiana, Herdiana; Andiana, Baiq Dewi Lita; Mappanganro, Nurlailah
Unram Journal of Community Service Vol. 5 No. 3 (2024): September
Publisher : Pascasarjana Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/ujcs.v5i3.710

Abstract

People with disabilities are identical to people who are disabled, weak, stupid and backward. People with disabilities are no longer seen as problematic people, by providing equal access and being inclusive for everyone in their society (168 169). Equal roles for people with disabilities are an important issue for the government. Recognition of equal rights for groups with disabilities, both in terms of education, employment opportunities and others. Community service activities carried out by Herdiana, et al. in Taman Ayu village, in 2023 became the main basis for empowering people with disabilities and knowledge for people with disabilities, especially in the equality garden by involving groups with disabilities. Taman Ayu Village, Gerung District, West Lombok Regency, West Nusa Tenggara (NTB) in the "Equality Garden" group consisting of 15 people consisting of people with hearing and speech impairments which was carried out in June-December 2024 with the community service implementation team being a collaboration of 3 fields of science, namely agribusiness, accounting and agroecotechnology and involving 3 students from different study programs (fields of science). The purpose of this activity is to provide literacy and education about grape cultivation techniques, improve grape cultivation technique skills, financial management in business through ongoing training and mentoring. The forms of activities include literacy counseling and education for people with disabilities in grape cultivation techniques (Vitis Vinifera L), business management training and financial recording management, mentoring and coaching in marketing using digital marketing (marketplace: Facebook, Shopie, Tokopedia) and mentoring in submitting business legality. The hope of this activity is that groups with disabilities have skills in the field of grape cultivation, skills in management and financial recording of businesses so that from this activity a new business can be formed so that the goal of this activity is the independence of the disabled group's business. Collaboration between the service team (academics) and the village in the form of ongoing mentoring and coaching will be carried out until they have an independent business
Balibe Mountain Stone Worker Women: Innovation in Science and Technology of Mining Waste Crafts to Improve the Welfare of Bonder Village, West Praya District Andiana, Baiq Dewi Lita; Herdiana, Herdiana; Meidatuzzahra, Diah
Unram Journal of Community Service Vol. 5 No. 4 (2024): December
Publisher : Pascasarjana Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/ujcs.v5i4.711

Abstract

The development and progress of the world towards the end of the 21st century has raised the issue of gender. This issue of gender has become a debate among many circles. Gender is a term used to describe the distinction between men and women. In a society that adheres to a patriarchal system, the economic function of the family is played by the husband as the head of the household, while the existence of a woman is identical to domestic work in the household. The pressure of economic needs is a real challenge that must be addressed by the family, including encouraging the role of women to help with the economic function of the household. When women work outside the home, especially as stone breakers, there is a shift in roles and functions that are certainly inherent in the understanding of women as part of their self-existence. Women stone breakers who work around the Balibe rock mountain are a group of women housewives who are poorly educated and have no skills. Economic pressure is the main reason they become stone breakers. This community service activity aims to provide innovation and education to groups of women farm workers in improving soft skills to improve quality, through counseling and training. The location of the community service activity is in Bonder Village, Praya Barat District, Central Lombok Regency-NTB. With partners of the Balibe stone labor group totaling 15 people. This activity is strongly supported by partners and all communities at the research location. The involvement of partners in this activity is in the training activities for making handicrafts from mining waste, partners collect stones that are unique in shape and can be formed as basic materials for making crafts. There are several crafts made, namely frames, flower vases, bamboo gazebos. In this activity, the equipment provided is in the form of stone-breaking business equipment including hammers, protective glasses, gloves, hammers and Japanese hats