Claim Missing Document
Check
Articles

Found 39 Documents
Search

IN SEARCH OF NEW OPPORTUNITIES: THE INDONESIANISASI OF ECONOMIC LIFE IN YOGYAKARTA IN THE 1950s Bambang Purwanto
Masyarakat Indonesia Vol 39, No 2 (2013): Majalah Ilmu-Ilmu Sosial Indonesia
Publisher : Kedeputian Bidang Ilmu Sosial dan Kemanusiaan (IPSK-LIPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/jmi.v39i2.615

Abstract

A flourishing study on Indonesias economic history in the last two decades has stillbeen unable to change a general impression of limited role of the indigenous peoplein economic activities during modern times. The transformation of the Indonesianeconomy from a colonial economy to a national economy through the process ofIndonesianisasi, went through different historical patterns. The independent Indonesiadid not translate the idea of political nationalism directly into economic prosperityuntil the late 1950s. As a result, there is always only a small portion of independententrepreneurs among the population, namely those who are supposed to run the publiceconomy smoothly without political intervention. This paper provides theoreticalconsiderations and historical facts on the process of Indonesianisasi. It discusses theeconomic life of people in Yogyakarta, the capital city Republic of Indonesia duringthe war of independence, soon after the recognition of Indonesias independence inDecember 1949.Keywords: Indonesianisasi, Colonial period, Foreign domination, Yogyakarta
The Economic Integration of Different Ecological Zones in Southern Sumatra in the Late Colonial Period Bambang Purwanto
Humaniora Vol 10, No 1 (1998)
Publisher : Faculty of Cultural Sciences, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2365.939 KB) | DOI: 10.22146/jh.604

Abstract

So far, the development of southern Sumatra has been explained by its integration into the world market. This view ignores the local ecological conditions, that offer opportunities of the world market. This article therefore gives an overview of the local ecological situation and the changing ways the people exploited their environment.
Historisme Baru dan Kesadaran Dekonstruktif: Kajian Kritis terhadap Historiografi Indonesiasentris Bambang Purwanto
Humaniora Vol 13, No 1 (2001)
Publisher : Faculty of Cultural Sciences, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3452.177 KB) | DOI: 10.22146/jh.709

Abstract

Ketika sastra dan sejarah dibicarakan secara bersama-sama, segera muncul pertanyaan, apakah ada fiksi di dalam sejarah dan apakah ada fakta di dalam sastra? Bagi sebagian orang, pertanyaan itu mungkin kedengaran agak aneh dan seolah-olah hanya dibuat-buat karena secara umum sastra selalu dikaitkan dengan fiksi, sedangkan sejarah tidak dapat dipisahkan dari fakta masa lalu. Hal itu berarti bahwa pernyataan di atas tidak memerlukan jawaban. Akan tetapi, persoalan menjadi lain ketika perbincangan tentang sastra dan sejarah memasuki dunia wacana dekonstruktif di samping rekonstruktif. Sebagai sebuah realitas, sejarah dan sastra sering dianggap berada dalam tataran yang sama. Fiksi dan sejarah tidak dapat begitu saja secara kaku diasosiasikan hanya dengan salah satu di antara keduanya, yaitu hanya berkaitan dengan sastra atau hanya dengan sejarah.
FEMINISME DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT Bambang Purwanto
Lensa: Kajian Kebahasaan, Kesusastraan, dan Budaya Vol 1, No 1 (2011)
Publisher : Fakultas Bahasa dan Budaya Asing (FBBA), Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (132.857 KB)

Abstract

Feminist is a method that is used in this writing. The application of this method is to express that man and woman have right to make their own decisions. Both of them will respect and understand. They will have responsibility for everything they have done. This method is also expressing that human have freedom in their life. Sometimes, some persons never understanding this method, they will always push women to do something they do not like. This think happen in a few years ago and at present, women will do many things to get the same position with men. Feminist approach shows that women wanted to destroy the patriarchy of man. They insist that man can respect woman’s opinion. They also want to stress that every opinion is not childish. Some men also think that women will go under men but they cannot see the respect of women. Respect and Friendship are the most important think and all women want to get that from men. At present, some women would like to show that feminist method can work and they insist men to respect it. Although they do it but they never forget friendship as one way to destroy conflict when it happen.
Peran Nefroprotektif Pentoxifylline Terhadap Ekspresi TGF-β1, Kolagen Tipe-4, MMP-9, Glomerulosklerosis serta Albuminuria pada Mencit Galur Swiss Setelah Diinduksi Doksorubisin Bambang Purwanto
MEDIA MEDIKA INDONESIANA 2010:MMI VOLUME 44 ISSUE 3 YEAR 2010
Publisher : MEDIA MEDIKA INDONESIANA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (378.869 KB)

Abstract

Nephroprotective effect of pentoxifylline through improvement in the expression of TGF-β1, type-IV collagen, MMP-9, glomerulosclerosis and albuminuria in swiss strain mice after inducing by doxorubicinBackground: Nephrotoxic effects of doxorubicin (DXR) as a cancer drug is still a problem. Pentoxifylline (PTX) has the nephrotoxic effects. The combination of DXR and PTX might reduce the nephrotoxic effects of DXR. The aim of study was to prove the nephroprotective effect of PTX on DXR nephrotoxicity through the improvement of TGF-β1, type-4 collagen, MMP-9, as well as the levels of glomerulosclerosis and albuminuria.Method: Fourty-four males Swiss strain mice, divided into three groups as control group (C) injected with NaCl 0.9%; DXR induced nephrotoxicity (D); and effect of PTX on D (P/D) by intraperitoneally, respectivelly, each group consisted of 8 mice. Injections done once a week for three consecutive weeks. At the 4th and 8th weeks post-treatment, all eight mice of each group were sacrificed. Examination of TGF-β1, type-4 collagen, and MMP-9 expression was done by immunohistochemistry with monoclonal antibody. Glomerulosclerosis examination was done by a histopathologist, using VvG staining. While albuminuria examination was done by Elisa. The statistic was investigated using one-way ANOVA.Result: In the fourth week proteins expression was increased from C to D and subsequently decreased in P/D for TGF-β1, collagen type-IV, glomerulosclerosis and albuminuria. Otherwise MMP-9 expression was increased from C to D and in P/D. While in the eighth week proteins expression was increased from C to D and subsequently decreased in P/D for TGF-β1, collagen type-IV, glomerulosclerosis, and albuminuria. Otherwise MMP-9 expression was decreased from C to D and subsequently increased in P/D.Conclusion: The combination of PTX and DXR can reduce the nephrotoxic effects of DXR. PTX was proved to be nephroprotector inducing by DXR.ABSTRAKLatar belakang: Efek nefrotoksik doxorubicin (DXR) sebagai obat kanker masih menjadi masalah. Pentoxifylline (PTX) memiliki efek nefroprotektif. Kombinasi DXR dan PTX diharapkan untuk mengurangi efek nefrotoksik DXR. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan perbedaan ekspresi TGF-β1, kolagen tipe-IV, MMP-9, serta tingkat glomerulosklerosis dan albuminuria dalam keadaan normal, nefrotoksik dan nefroprotektif.Metode: Mencit strain Swiss jantan 48 ekor, secara acak dibagi tiga kelompok dengan setiap kelompok 16 ekor. Masing-masing kelompok diberikan intraperitoneal sekali seminggu selama tiga minggu berturut-turut 0,2 ml NaCl 0,9% pada kelompok kontrol (C); 0,038 mg DXR/20 g berat badan untuk kelompok nefrotoksik (D); serta dosis kombinasi 0,038 mg DXR/20 g berat badan dan 1,6 mg PTX/20 g berat badan untuk kelompok terapi (P/D). Pada minggu ke-4 dan 8 setelah pengobatan, 8 mencit masing-masing kelompok dikorbankan untuk pengumpulan sampel. Ekspresi TGF-β1, kolagen tipe-IV dan MMP-9 dinilai dengan immunohistokimia. Glomerulosklerosis dinilai secara histopatologis, menggunakan pewarnaan VvG. Sementara albuminuria dinilai dengan teknik Elisa. Statistik dianalisis menggunakan one-way ANOVA. Hasil: Pada minggu keempat terlihat ekspresi meningkat dari C ke D dan kemudian menurun pada P/D untuk TGF-β1, kolagen type-IV, glomerulosklerosis dan albuminuria. Sebaliknya ekspresi MMP-9 meningkat dari C ke D dan pada P/D. Pada minggu ke delapan terlihat ekspresi meningkat dari C ke D dan kemudian menurun pada P/D untuk TGF-β1, kolagen type-IV, glomerulosklerosis, dan albuminuria. Sebaliknya ekspresi MMP-9 menurun dari C ke D dan selanjutnya meningkat pada P/D.Simpulan: Penggunaan kombinasi PTX dan DXR dapat mengurangi efek nefrotoksik dari DXR.
PENGARUH EKSTRAK PROPOLIS TERHADAP EKSPRESI PROTEIN Bcl2, p21, DAN INDUKSI APOPTOSIS PADA SEL HELA Tri Hardi Susanto; Suradi Maryono; Bambang Purwanto
Biomedika Vol 9, No 2 (2017): Biomedika Agustus 2017
Publisher : Universitas Muhamadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/biomedika.v9i2.5837

Abstract

Kanker serviks merupakan penyebab kematian ketiga akibat kanker pada wanita di dunia. Di Indonesia, kanker serviks merupakan penyebab kematian utama perempuan dalam tiga dasa warsa terakhir. Berbagai strategi terapi pengobatan kanker serviks dengan menggunakan terapi bedah, radioterapi, dan kemoterapi maupun kombinasi ketiganya relatif belum optimal. Setiap abnormalitas pada jalur apoptosis dapat sebagai target terapi kanker. Pendekatan yang menarik untuk dikembangkan adalah penggunaan kombinasi kemoterapi atau ko-kemoterapi. Propolis yang menunjukkan aktivitas proapoptosis pada berbagai jenis sel kanker, meliputi : kanker laring, kanker paru, kanker pankreas, kanker tiroid, kanker kolorektal, kanker payudara, kanker prostat dan glioma. Propolis merupakan salah satu produk natural yang potensial untuk dikembangkan sebagai agen ko-kemoterapi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian propolis yang berasal dari Kerjo, Karanganyar, Indonesia terhadap induksi proses apoptosis dan aktivitas antiproliferasi, terutama terkait dengan penekanan ekspresi protein Bcl2 dan peningkatan aktivasi p21 pada kultur sel HeLa (cell line kanker servik). Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan menggunakan post test with control group design. Penelitian dilakukan pada kultur sel HeLa (sel kanker servik) dengan pemberian propolis. Pengamatan ekspresi p21 dan ekspresi protein Bcl2 dilakukan dengan metode imunositokimia, sedangkan pengamatan induksi apoptosis dilakukan dengan flowcytometry. Hasil penelitian menunjukkan ekspresi rata-rata Bcl2 pada kelima kelompok yaitu kontrol 84,60 ± 1,34 µg/ml, EEP 1/2 IC50  62,33 ±4,58, EEP IC50  33,98 ± 2,11 µg/ml, EEP 2 IC50 22,16 ± 3,41 µg/ml, Cisplatin 13,09±4,38 µg/ml. Terdapat perbedaan bermakna ekspresi Bcl2  antara kelompok uji dibandingkan kelompok kontrol (p 0,001). Rata-rata ekspresi p21 pada kelima kelompok yaitu pada grup kontrol 1,70 ± 0,67 µg/ml, EEP 1/2 IC50  65,92 ± 0,40, EEP IC50  82,76 ± 3,03 µg/ml, EEP 2 IC50  86,86 ± 3,33 µg/ ml, Cisplatin 93,19 ± 3,02 µg/ml. Terdapat perbedaan bermakna ekspresi p21  antara kelompok uji dibandingkan kelompok kontrol (p 0,001). Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberian ekstrak etanol propolis mempunyai pengaruh terhadap penekanan ekspresi Bcl2, peningkatan ekspresi p21, dan induksi apoptosis pada kultur sel kanker servik (HeLa cell line).Kata Kunci: EEP, p21, protein Bcl2, HeLa cell line
PENGARUH TERAPI N-ASETIL SISTEIN TERHADAP EKSPRESI INTERLEUKIN 17 DAN FIBROSIS INTERSTISIAL PADA MENCIT NEFRITIS LUPUS Warigit Dri Atmoko; Bambang Purwanto; Sugiarto Sugiarto
Biomedika Vol 9, No 2 (2017): Biomedika Agustus 2017
Publisher : Universitas Muhamadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/biomedika.v9i2.5838

Abstract

Lupus nefritis (LN) terkait dengan penebalan membran basal glomerulus. Pengendapan kompleks imun  memicu kaskade respon inflamasi disertai aktivasi reactive oxygen species (ROS), kemudian menyebabkan fibrosis yang mendorong terjadinya kerusakan ginjal. Interleukin 17 merupakan sitokin yang sangat berperan pada reaksi inflamasi tipe-lambat. Produksinya dipicu oleh peningkatan produksi kemokin oleh sejumlah jaringan untuk merekrut monosit dan netrofil ke sisi inflamasi. IL-17 diproduksi sel Th17 dan diinduksi oleh IL-23. IL-17 berespon terhadap invasi patogen ekstraseluler dan menginduksi perusakan matriks seluler patogen. IL-17 akan merangsang sel B untuk memproduksi dan mensekresikan autoantibodi, selanjutnya akan terbentuk kompleks atigen-autoantibodi. Kompleks antigen-autoantibodi yang berada di sirkulasi akhirnya akan terdisposisi pada sel target, termasuk sel fibroblas, sel mesangial, podosit, sel tubulus dan sel endotel di glomerulus. Kompleks ini akan menyebabkan terjadinya glomerulosklerosis dan fibrosis interstisial pada ginjal, kemudian selanjutnya menyebabkan kerusakan pada ginjal dan terjadilah mikroalbuminuria. Disamping itu, akan terjadi disfungsi endotel kapiler glomerulus yang akan menyebabkan albuminuria. Suplemen N-asetil sistein (NAS) pada lupus nefritis dapat mengurangi efek nefrotoksik pada ginjal, melalui penurunan ekspresi IL-17 dan derajat fibrosis interstisial. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris, dengan sampel 24 ekor mencit Balb/C betina yang dibagi menjadi kelompok kontrol, LN, dan LN+NAS. Untuk membuat model LN, hewan coba diberikan injeksi 0,5 ml pristan intraperitoneal dosis tunggal. NAS diberikan secara peroral dengan dosis 4,7 mg/hari (setara dengan dosis manusia 1.800 mg) selama delapan minggu. Ekspresi IL-17 diperiksa secara imunohistokimia dengan antibodi monoklonal terhadap IL-17. Cara ukur dinilai secara kuantitatif, dihitung jumlah sel positif IL17 terhadap 100 sel, secara visual dengan mikroskop cahaya pembesaran 400 x. Penilaian fibrosis interstisial ditentukan secara kuantitatif dengan cara mengukur tebal jaringan interstisial dengan menggunakan micrometer yang telah dikalibrasi pada pembesaran 400 x. Analisis data menggunakan analysis of variance (Anova) dan untuk menentukan perbedaan kemaknaan digunakan p0,05. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pemberian NAS menurunkan ekspresi IL-17 (23,8±14,1 vs 10,6±6,8 per 100 sel netrofil imunoreaktif; p =0,042)  dan menurunkan fibrosis interstisial (22,3±5,7 vs 15,5±5,4; p =0,030) dibandingkan kelompok LN. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpilkan bahwa NAS secara bermakna menurunkan ekspresi IL-17 dan fibrosis interstisial ginjal pada mencit model LN.Kata Kunci: fibrosis interstisial, lupus nefritis, interleukin 17, pristan
PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN D3 (CALCITRIOL) TERHADAP KADAR TGF β1 DAN IL-6 PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V Rahma Anindita; Bambang Purwanto; Sugiarto Sugiarto
Biomedika Vol 9, No 1 (2017): Biomedika Februari 2017
Publisher : Universitas Muhamadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/biomedika.v9i1.4341

Abstract

Penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada pasien PGK adalah insiden kardiovaskuler yang didasari oleh proses aterosklerosis. Penurunan kadar TGF-β1 dan IL-6 dengan kalsifikasi vaskuler yang selanjutnya berkembang menjadi plak arteriosklerotik. Vitamin D menekan pada jalur aktivasi NF-ĸB sehingga mempunyai sifat anti inflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suplementasi vitamin D terhadap kadar TGF-β1 dan IL-6 pada pasien penyakit ginjal kronik stadium v yang menjalani hemodialisis. Penelitian ini merupakan penelitianeksperimen dengan randomisasi, sampel 30 orang, dibagi menjadi kelompok kontrol diberikan plasebo dan perlakuan diberikan calcitriol 1x0,5 μg peroral selama 4 minggu. Analisis statistik menggunakan SPSS 22for windows. Karakteristik penelitian yang berupa variabel kualitatif, uji homogenitas dilakukan menggunakan uji Chi Square. Uji beda dua rerata menggunakan uji t dengan signifikansi p 0,05. Hasil penelitian menunjukkan pemberian calcitriol 1x0,5 μg peroral jika dibandingkan placebo secara bermakna menurunkan kadarTGF-β1 (-1672,64±4217,61vs 7539,95±6435,86; p = 0,001), dan menurunkan kadar IL-6(- 1,45±3,14vs 4,20±2,83; p = 0,001). Pemberian suplementasi vitamin D dapat menurunkan kadar TGF-β1 dan menurunkan kadar IL-6 pada pasien penyakit ginjal kronik stadium V yang menjalani hemodialisis Kata kunci: Vitamin D, TGF-β1, IL-6, Penyakit Ginjal Kronis
PENGARUH EKSTRAK PROPOLIS TERHADAP EKSPRESI CASPASE 3, PROLIFERASI DAN INDUKSI APOPTOSIS PADA SEL KANKER KOLON (CELL LINE WiDr) Esti Tantri Anandani; Paulus Kusnanto; Bambang Purwanto
Biomedika Vol 9, No 2 (2017): Biomedika Agustus 2017
Publisher : Universitas Muhamadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/biomedika.v9i2.5839

Abstract

Kanker kolorektal mencapai sepuluh persen dari total tipe tumor di seluruh dunia dan merupakan kanker dengan mortalitas tertinggi di seluruh dunia. Kejadian kanker kolon terus meningkat seiring dengan pertambahan penduduk baik di negara berkembang maupun negara maju. Kemoterapi belum memberikan hasil yang optimal dan sering menimbulkan efek samping yang serius karena pada umumnya tidak bekerja spesifik pada sel kanker tetapi juga pada sel normal. Banyak bahan alam yang berpotensial untuk dikembangkan sebagai agen kombinasi seperti propolis, jinten, tapak dara, mengkudu, dan daun dewa. Propolis merupakan suplemen nutrisi yang dihasilkan oleh lebah dan telah digunakan sebagai pengobatan tradisional di dunia. Propolis sudah banyak dijadikan bahan penelitian karena aktivitas antibakteri, antijamur, antivirus dan hepatoprotektifnya. Propolis dan senyawa lainnya telah digunakan untuk mengobati inflamasi, untuk meningkatkan kekebalan tubuh, dan agen anti kanker. Penelitian bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian propolis dari daerah Kerjo, Karanganyar, Indonesia terhadap ekspresi caspase 3, proliferasi dan induksi apoptosis pada kultur sel kanker kolon (cell line WiDr).  Penelitian menggunakan desain eksperimental laboratorik dengan post test with control group design. Penelitian menggunakan kultur sel WiDr (sel kanker kolon) dengan pemberian ekstrak ethanol propolis (EEP). Pengamatan ekspresi caspase 3 dengan metode imunositokimia, sedangkan pengamatan proliferasi dengan metode doubling time dan induksi apoptosis dengan metode double staining. Hasil Penelitian didapatkan EEP dengan IC50 sebesar 140 µg/mL meningkatkan ekspresi caspase 3 sebesar 42,1% dibandingkan kelompok kontrol 6,89%. EEP meningkatkan ekspresi caspase 3 sebanding dengan peningkatan konsentrasi EEP. EEP dengan dosis konsentrasi 70, 140, 280 µg/mL mampu menekan proliferasi baik pada proliferasi jam ke-24, 48 , maupun 72. EEP dengan IC50 sebesar 140 µg/mL meningkatkan induksi apoptosis sebesar 53,16% dibandingkan kelompokkontrol 0,64%. Pemberian EEP meningkatkan induksi apoptosis sebanding dengan peningkatan konsentrasi EEP. Penelitian ini menunjukkan bahwa EEP mempunyai sifat antiproliferasi dan mampu menginduksi apoptosis pada sel WiDr.  Kata kunci: EEP, caspase 3, proliferasi, apoptosis, WiDr
PENGARUH EKSTRAK PROPOLIS TERHADAP PENINGKATAN EKSPRESI p21, EKSPRESI PROTEIN Bax DAN INDUKSI APOPTOSIS PADA KULTUR SEL KANKER KOLON (CELL LINE WiDr) Didik Prasetyo; Suradi Maryono; Bambang Purwanto
Biomedika Vol 9, No 1 (2017): Biomedika Februari 2017
Publisher : Universitas Muhamadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/biomedika.v9i1.4342

Abstract

Kanker kolorektal merupakan kanker ketiga terbanyak dengan lebih dari 1 juta kasus setiap tahunnya dan salah satu kanker dengan mortalitas tertinggi di seluruh dunia. Radioterapi dan kemoterapi pada kanker relatif terbatas karena toksisitasnya yang tinggi dan efek samping yang bersifat merusak. Pengembangan propolis merupakan strategi baru untuk terapi adjuvan yang diharapkan meminimalkan efek samping terapi standar yang ada. Peran propolis pada keganasan terkait kemampuannya dalam menginduksi apoptosis dan aktivitas antiproliferasi. Penelitian in vitro, menunjukkan propolis memiliki aktivitas proapoptosis pada berbagai jenis sel kanker, meliputi : kanker laring, kanker paru, kanker pankreas, kanker tiroid, kanker payudara, kanker prostat dan glioma. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian propolis yang berasal dari Kerjo, Karanganyar, Indonesia terhadap aktivitas antiproliferasi, terkait peningkatan ekspresi p21 dan induksi apoptosis terkait peningkatan ekspresi protein bax pada kultur sel kanker kolon (cell line WiDr). Jenis penelitian ini, eksperimental laboratorik dengan post test with control group design. Penelitian menggunakan kultur sel WiDr (sel kanker kolon) dengan pemberian ekstrak etanol propolis (EEP). Pengamatan ekspresi p21 dan protein Bax dengan metode imunositokimia, sedangkan pengamatan induksi apoptosis dengan flowcytometry. Analisis statistik menggunakan uji Kruskall Wallis dilanjutkan Mann WhutneyU test. EEP cenderung menekan viabilitas sel WiDr dengan IC50 sebesar 140 μg/mL. EEP konsentrasi 70,140, 280 μg/mL mampu meningkatkan ekspresi p21 yang sebanding dengan peningkatan konsentrasi yang diberikan. EEP konsentrasi 70 μg/mL (1/2 IC50) paling efektif dalam menginduksi apoptosis dan meningkatkan ekspresi Bax pada sel WiDr. Peningkatan konsentrasi EEP mengakibatkan kematian sel WiDr ke arah nekrosis. Penelitian ini menunjukkan EEP mampu menekan viabilitas sel WiDr. Aktivitas ini kemungkinan terkait dengan kemampuannya dalam meningkatkan ekspresi p21 sebanding dengan peningkatan konsentrasi yang diberikan. EEP pada konsentrasi 70μg/mL mampu menginduksi apoptosis pada sel WiDr terkait dengan peningkatan ekspresi Bax. Peningkatan konsentrasi EEP konsentrasi 140 dan 280 μg/Ml mengakibatkan nekrosis sel WiDr. Kata kunci: EEP, p21, protein bax, cell line WiDr