p-Index From 2020 - 2025
12.351
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Fidei: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika Jurnal Teologi Berita Hidup Manna Rafflesia SANCTUM DOMINE: Jurnal Teologi KHARISMATA: Jurnal Teologi Pantekosta EDULEAD: Journal of Christian Education and Leadership Jurnal Teologi Praktika Kharisma: Jurnal Ilmiah Teologi LOGIA : Jurnal Teologi Pentakosta Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi dan Pendidikan Jurnal Teologi (JUTEOLOG) CARAKA: Jurnal Teologi Biblika dan Praktika Jurnal Pendidikan Agama Kristen (JUPAK) Transformasi Fondasi Iman Kristen dalam Pelayanan Pastoral di Era Society 5.0 Jurnal DIDASKO Jurnal Teologi Amreta Jurnal Kadesi : Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Predica Verbum TELEIOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Sabda : Jurnal Teologi Kristen KAMASEAN: Jurnal Teologi Kristen Dunamos: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Miktab: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani Illuminate: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Jurnal Teologi & Pelayanan Kerusso Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Veritas Lux Mea (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen) Shema : Jurnal Teologi Injili dan Pendidikan Kristen MAGNUM OPUS: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen THRONOS: Jurnal Teologi Kristen CHARISTHEO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen ALUCIO DEI DIDAKTIKOS: Jurnal Pendidikan Agama Kristen Duta Harapan Voice of HAMI Theologia Insani: Jurnal Theologia, Pendidikan, dan Misiologia Integratif Lentera Nusantara Philoxenia: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Redominate : Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristiani Jurnal Efata: Jurnal Teologi dan Pelayanan HUPERETES: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen KARDIA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani ICHTUS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani
Paulus Kunto Baskoro
Sekolah Tinggi Teologi Injili Indonesia Yogyakarta

Published : 92 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Kajian Biblika Makna Ibadah yang Murni dalam Yakobus 1:26-27 Dan Implikasinya Bagi Orang Percaya Masa Kini Paulus Kunto Baskoro; Joseph Christ Santo
Predica Verbum: Jurnal Teologi dan Misi Vol 1 No 2 (2021): Jurnal Predica Verbum Vol. 1 No. 2 (December) 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Injili Indonesia (STTII) Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (407.028 KB) | DOI: 10.51591/predicaverbum.v1i2.18

Abstract

Worship is an important part of the life of a believer. Worship cannot be replaced with anything in this life. Because worship is part of the lifestyle of every believer. When it comes to worship, it is immediately focused on the concept of praise, worship and listening to God’s Word in church buildings, retreats or commission services. This is not wrong; indeed, the essence of worship is to perform religious rituals to meet God. But there is something interesting in James 1:26-27 mention of true worship. In order to obtain accurate and accountable data, in this study authors used the method of writing descriptive literature. The purpose of this writing is Frist, to reveal and straighten out an incorrect understanding of a concept of worship according to the truth of God’s Word. Second, contribute to believers in thinking to be able to be role models in society. Third, it provides a nuance of the mindset of believers to reflect practical worship into a holistic form of service.
Studi Teologis Kata “Pikirkanlah Perkara Yang Di Atas” Menurut Kolose 3:1-3 Dan Aplikasinya Bagi Orang Percaya Paulus Kunto Baskoro; Yonatan Alex Arifianto
KAMASEAN: Jurnal Teologi Kristen Vol. 3 No. 1 (2022): Kamasean: Jurnal Teologi Kristen
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Toraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34307/kamasean.v3i1.73

Abstract

This paper aims to find the practical theological meaning contained in Colossians 3:1-3 regarding "set your minds on things above" which can be applied in the life of every believer. This aim departs from the concern that many believers have followed Jesus for a long time, but the quality of their faith is still not optimal. This is because they focus more on temporal matters of the world, while on the other hand, putting aside things that are eternal and useful for faith and life. To achieve this aim, the researcher uses qualitative research with the descriptive method, based on a literature search to elaborate on the theological meaning of "set your minds on things above" according to Colossians 3:1-3. This research resulted in the findings that thinking about the above matters means directing thoughts and understanding to things related to God and all His truths that can be applied in the lives of believers, namely regarding the truth about God's work in creating and maintaining, promises salvation is given, and a complete understanding of worship. Abstrak: Tulisan ini bertujuan menemukan makna teologis praktis yang terkandung dalam Kolose 3:1-3 mengenai “pikirkanlah perkara yang di atas” yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan setiap orang percaya. Tujuan ini beranjak dari keprihatinan bahwa banyak orang percaya yang sudah lama mengikut Yesus, namun kualitas imannya masih tidak maksimal. Hal ini disebabkan karena mereka lebih berfokus kepada perkara-perkara dunia yang sementara sedangkan di sisi lain mengesampingkan hal-hal yang bersifat kekal dan berguna bagi iman dan kehidupan. Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti menggunakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptifnya, berdasarkan penelusuran pustaka untuk mengelaborasikan makna teologis dari “Pikirkanlah Perkara Yang di Atas” Menurut Kolose 3:1-3. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa memikirkan perkara di atas berarti mengarahkan pikiran, pemikiran, dan pemahaman kepada hal-hal yang berkaitan dengan Allah dan segala kebenaran-Nya yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan orang percaya, yaitu mengenai kebenaran tentang karya Allah dalam mencipta dan memelihara, janji keselamatan yang diberikan, dan pemahaman yang utuh mengenai ibadah.
Prinsip-Prinsip Pelayanan Tuhan Yesus Menurut Matius 11:28-31 dan Relevansinya Bagi Karakteristik Kepemimpinan Gembala Sidang Masa Kini Paulus Kunto Baskoro; Farel Yosua Sualang
Miktab: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani Vol 2, No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Torsina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Gembala Sidang adalah pemimpin dalam sebuah gereja. Gembala Sidang pemegang otoritas tertinggi dalam sebuah gereja. Namun perlu disadari bahwa kepemimpinan Gembala Sidang melekat juga dalam sisi kehidupannya. Artinya kepemimpinan dan karakter kehidupan Gembala Sidang tidak bisa dipisahkan. Karakter Gembala Sidang sangat mempengaruhi kepemimpinannya dalam sebuah gereja dan keluarga. Jadi, keberhasilan kepemimpinan Gembala Sidang sangat ditentukan dengan karakter yang dimiliki Gembala Sidang. Karakter Gembala Sidang menjadi dasar dalam segala hal. Beberapa kepemimpinan Gembala Sidang sangat tidak maksimal, karena memiliki karakter yang tidak sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan. Menggembalakan dengan tujuan-tujuan yang bersifat demi kepentingan diri sendiri. Dan fokus karakter Gembala Sidang akan dibahas dalam konteks Matius 11:28-31 yang bersentral kepada Yesus Kristus. Penulisan ini menggunakan metode deskritif literatur. Tujuannya supaya lewat penulisan yaitu Pertama, memahami prinsip-prinsip karakter Gembala Sidang yang sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan; Kedua, memberikan pengertian secara pasti bahwa karakter Gembala Sidang yang sesuai Matius 11:28-31 akan membawa perkembangan gerjea yang luar biasa; Ketiga, memberikan teladan yang terbaik bagi pemimpin-pemimpin gereja selanjutnya. 
Makna Teologis Konsep “Oikumene” Menurut Yohanes 17:1-26 dan Aplikasinya Bagi Gereja Masa Kini Dina Kristiani; Paulus Kunto Baskoro
ILLUMINATE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 4, No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Baptis Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (437.589 KB) | DOI: 10.54024/illuminate.v4i2.120

Abstract

AbstractThe church has an important role in a movement for the gospel of Jesus Christ. The Great Commission is the center of the church in carrying out the mission of the Kingdom of God in this wolrd. Since the days of the early church, the church has experienced tremendous growth. Many souls believed in Jesus and experienced tremendous spiritual growth. The extraordinary growth of God’s church makes all components of the church must be well integrated into a unified whole. All of this cannot be separated from the Lord Jesus prayer so that His disciples remain united in the project of the great commission. But in reality, the church that should have remained united as the Lord Jesus prayer in John 17:1-26 did not materialize well. The church began to fokus on worldly interests and was no longer a universal church unit. Some of the problem that occurred, the disorganization of the church which is often referred to as ecumenical did not happen well, because of differences in doctrine, there are elements of self-interest, leadership problem and finanacial problems. So that the essence of the church to carry out the mission of the great commsission has shifted. This writing uses a descriptive method of literature by extracting library data ro strengthen understanding as a whole. The goal is that through writing, namely, First, church leaders realize how important a unity is in God’s church. Second, the church becomes a pleasant family as a member of the body of Christ. Third, believers are focused again on thinking about the realization of the Lord Jesus prayer, so that they become one.. Keywords:  Ecumenical, Unity, Church, Christian, Jesus Prayer. 
Implementasi Pemuridan dalam Efesus 4:11-16 bagi Pertumbuhan Rohani Jemaat di Masa Kini Paulus Kunto Baskoro; Indra Anggiriati
Sabda: Jurnal Teologi Kristen Vol 2, No 1 (2021): Mei 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (656.338 KB) | DOI: 10.55097/sabda.v2i1.22

Abstract

Discipleship is the message of the Lord Jesus in the great commission to go to make disciples of all nations. Many Christians are just regular spectators and congregants. In fact, many churches are not very serious about the church. So that it does not implement the concepts of discipleship and causes the church to not grow or mature spiritually. The spirituality of the congregation that does not grow has many negative effects on the movement of God's church. It can even be said that a congregation whose spirituality does not grow will hinder God's work from growing tremendously. In fact, discipleship is the most important part of the life of God's church, especially in the spiritual growth of the congregation. In fact, the survey has shown that churches with a strong focus on discipleship will produce the maximum strength of the church. This is the background of an understanding of discipleship which has an impact on the spiritual growth of the congregation. This discussion will be carried out by observing some of the spiritual attitudes of believers who are discipled or who are not. The context for the discussion of discipleship is Ephesians 4: 11-16. As well as observations using the literature study method to sharpen the understanding of discipleship that brings the spiritual growth of the congregation. All of this aims to provide practical steps when discipleship occurs very effectively in a church which is carried out by church leaders, it will produce a strong spiritual life of the congregation and a strong church. A lot of student multiplication was taking place. The name of God is glorified and becomes awesome.  Abstrak:Pemuridan merupakan pesan Tuhan Yesus dalam amanat agung untuk pergi menjadikan semua bangsa murid Yesus. Banyak orang Kristen hanya menjadi penonton dan jemaat biasa. Bahkan banyak gereja yang sangat tidka serius memperhatikan gereja. Sehingga tidak melaksanakan konsep-konsep pemuridan dan menyebabkan jemaat tidak bertumbuh atau dewasa rohani. Rohani jemaat yang tidak bertumbuh menjadikan banyak efek negatif bagi kegerakan gereja Tuhan. Bahkan bisa dikatakan jemaat yang rohaninya tidka bertumbuh akan menghambat pekerjaan Tuhan makin berkembang dengan dahsyat. Padahal pemuridan menjadi bagian terpenting dalam kehidupan gereja Tuhan, terutama dalam pertumbuhan rohani jemaat. Bahkan survey membuktikan gereja-gereja yang fokus pemuridannya kuat akan menghasilkan kekuatan gereja yang maksimal. Hal ini yang melatarbelakangi sebuah pemahaman tentang pemuridan yang berdampak kepada pertumbuhan rohani jemaat. Pembahasan ini akan dilaksanakan dengan metode pengamatan terhadap beberapa sikap hidup rohani orang percaya yang dimuridkan atau yang tidak dimuridkan. Konteks pembahasan pemuridan tertuju kepada Efesus 4:11-16. Serta juga pengamatan menggunakan metode studi literatur pustaka untuk mempertajam pengertian tentang pemuridan yang membawa pertumbuhan rohani jemaat. Semua ini bertujuan untuk memberikan langkah-langkah praktis ketika pemuridan terjadi sangat efektif dalam sebuah gereja yang dilakukan oleh para pemimpin gereja, maka akan menghasilkan kehidupan rohani jemaat yang kuat dan gereja yang kuat. Banyak multiplikasi murid-murid yang terjadi. Nama Tuhan dipermuliakan serta menjadi dahsyat.
Dampak Pengajaran Guru Sekolah Minggu terhadap Kesetiaan Anak dalam Ibadah Sekolah Minggu Paulus Kunto Baskoro; Yonatan Alex Arifianto
DUNAMOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol. 2 No. 2 (2022): Vol. 2 No. 2 (2022): Dunamos (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Happy Family

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (292.377 KB) | DOI: 10.54735/djtpak.v2i2.8

Abstract

Sekolah Minggu merupakan bagian yang paling esensi dalam sebuah pelayanan di dalam gereja. Yesus sendiri dalam pelayanannya selama di dunia menaruh perhatian secara khusus kepada anak-anak. Betapa pentingnya pelayanan anak membuat setiap gembala anak atau pengajar anak bahkan gereja harus memberikan perhatian khusus. Sebab mereka adalah penerus tongkat estafet kegerakan gereja Tuhan. Namun tidak bisa dipungkiri dalam pelayanan gereja, sekolah minggu (Sekolah Minggu) seringkali masih dianggap (dipandang) sebelah mata dan kurang mendapat perhatian khusus. Bahkan dalam pengajaran-pengajaran guru Sekolah Minggu sering tidak maksimal dalam persiapannya. Itu sebabnya penulis berusaha meneliti Dampak Pengajaran Guru Sekolah Minggu Terhadap Kesetiaan Anak dalam Ibadah Anak.Penulisan ini menggunakan metode diskritif (deskriptif) literatur dan diskritif penelitian lapangan. Tujuannya supaya lewat penulisan yaitu Pertama,memastikan betapa pentingnya pengajaran guru Sekolah Minggu menjadi barometer kesetiaan ibadah anak-anak Sekolah Minggu. Kedua, memberikan kontribusi dorongan kepada setiap guru Sekolah Minggu untuk meningkatkan kualitas pengajaran kepada anak-anak. Ketiga, memberikan support kepada gereja lokal untuk sangat memperhatikan pelayanan sekolah minggu, sebagai bagian tongkat estafet generasi selanjutnya.
Menerapkan Pendidikan Rohani melalui Prinsip Pola Asuh Orang tua dalam Amsal 3:1-26 Dina Kristiani; Paulus Kunto Baskoro
DIDAKTIKOS: Jurnal Pendidikan Agama Kristen Duta Harapan Vol 4, No 2: Desember 2021
Publisher : STIPAK Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32490/didaktik.v4i2.83

Abstract

Parents are an important part of family education. Education in a good family will produce good children, but if the family education is not good, it will produce bad children. Parents and children are inseparable, meaning that they become one and are interrelated. Children's education and growth depend on their parents' parenting style. Parenting patterns are an important foundation in the lives of children. The wrong parenting will result in children’s personal products that are not optimal. The right parenting will produce good children’s products and even be a blessing for many people. Parenting is an important point because of what is happening today; many parents don’t focus on the parenting pattern because they are too busy with work assignments, don’t understand the right parenting pattern, and don’t care about parenting that is in accordance with God’s Word, the important thing is that people parents are sufficient for the needs of children’s lives. This study uses a literature descriptive method as the method used to describe or present the results based on a literature review and by extracting the general principles of parenting according to Proverb 3:1-26. The purpose of this research is, First, to find principles of parenting in accordance with the Word of God. Second, parents apply the principles of correct parenting to their children. Third, children get a parenting pattern that is in accordance with the truth of God’s Word. Fourth, the family that is built becomes a family that is a blessing to many people.  AbstrakOrang tua menjadi bagian penting dalam sebuah pendidikan keluarga. Pendidikan dalam keluarga yang baik akan menghasilkan anak-anak yang baik, namun jika pendidikan keluarga tidak baik akan menghasilkan anak-anak yang tidak baik. Orang tua dan anak adalah hal yang tidak dapat dipisahkan, artinya menjadi satu dan saling ada keterkaitan. Pendidikan dan pertumbuhan anak-anak tergantung dari pola asuh orang tua. Pola asuh orang tua menjadi pondasi penting dalam kehidupan anak-anak. Pola asuh yang salah akan menghasilkan produk pribadi anak yang tidak maksimal. Pola asuh yang benar akan menghasilkan produk anak yang baik bahkan menjadi berkat bagi banyak orang. Pola asuh menjadi point penting, sebab yang terjadi saat ini, banyak orang tua tidak fokus kepada pola asuh yang benar, sebab terlalu sibuk dengan tugas pekerjaan, tidak mengerti pola asuh yang benar dan tidak memperdulikan pola asuh yang sesuai dengan Firman Tuhan, yang penting orang tua sudah mencukupi kebutuhan hidup anak. Penelitian ini menggunakan metode diskritif literatur sebagai metode yang dipakai untuk menggambarkan atau memaparkan hasil berdasarkan kajian pustaka serta dengan penggalian secara umum prinsip-prinsip pola asuh menurut Amsal 3:1-26. Tujuan dari penelitian ini yaitu Pertama, menemukan prinsip-prinsip pola asuh orang tua yang sesuai dengan Firman Tuhan. Kedua, supaya orang tua menerapkan prinsip-prinsip pola asuh yang benar terhadap anak. Ketiga, anak mendapatkan pola asuh yang sesuai kebenaran Firman Tuhan. Keempat, keluarga yang dibangun menjadi keluarga yang menjadi berkat bagi banyak orang.  
Peranan Alkitab Sebagai Otoritas Tertinggi dan Aplikasinya Dalam Misi Gereja Masa Kini Paulus Purwoto; Suhadi Suhadi; Paulus Kunto Baskoro
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 5, No 1 (2022): September 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v5i1.284

Abstract

The Bible is the Word of God has an inerrancy that cannot be wrong and has a position as the highest authority. The Church is an institution founded by the Lord Jesus who has roots in the Old Testament having a duty and a call to mission. The question is how the Bible plays the role of the Bible as the highest authority in the ministry of the church's mission. The method used in this research is qualitative descriptive with a library research approach. The conclusion in this study is that the Bible as the highest authority in the ministry of the church's mission plays a role in determining the motivation of the church's mission and formulating various methods of mission approaches that are sensitive to context and do not come out of the corridors of the Bible.Alkitab adalah Firman Allah memiliki sifat inerrancy tidak mungkin salah serta memiliki kedudukan sebagai otoritas tertinggi. Gereja merupakan lembaga yang didirikan oleh Tuhan Yesus yang telah memiliki akar dari Perjanjian Lama mempunyai tugas dan panggilan untuk bermisi. Persoalannya adalah bagaimanakah peranan Alkitab sebagai otoritas tertinggi dalam pelayanan misi gereja. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan library research. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah Alkitab sebagai otoritas tertinggi dalam pelayanan misi gereja berperan untuk menentukan motivasi misi gereja serta merumuskan berbagai metode pendekatan misi yang peka terhadap konteks serta tidak keluar dari koridor Alkitab.
Peranan Alkitab Sebagai Otoritas Tertinggi dan Aplikasinya Dalam Misi Gereja Masa Kini Paulus Purwoto; Suhadi Suhadi; Paulus Kunto Baskoro
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 5, No 1 (2022): September 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v5i1.284

Abstract

The Bible is the Word of God has an inerrancy that cannot be wrong and has a position as the highest authority. The Church is an institution founded by the Lord Jesus who has roots in the Old Testament having a duty and a call to mission. The question is how the Bible plays the role of the Bible as the highest authority in the ministry of the church's mission. The method used in this research is qualitative descriptive with a library research approach. The conclusion in this study is that the Bible as the highest authority in the ministry of the church's mission plays a role in determining the motivation of the church's mission and formulating various methods of mission approaches that are sensitive to context and do not come out of the corridors of the Bible.Alkitab adalah Firman Allah memiliki sifat inerrancy tidak mungkin salah serta memiliki kedudukan sebagai otoritas tertinggi. Gereja merupakan lembaga yang didirikan oleh Tuhan Yesus yang telah memiliki akar dari Perjanjian Lama mempunyai tugas dan panggilan untuk bermisi. Persoalannya adalah bagaimanakah peranan Alkitab sebagai otoritas tertinggi dalam pelayanan misi gereja. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan library research. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah Alkitab sebagai otoritas tertinggi dalam pelayanan misi gereja berperan untuk menentukan motivasi misi gereja serta merumuskan berbagai metode pendekatan misi yang peka terhadap konteks serta tidak keluar dari koridor Alkitab.
Konsep Imam dan Jabatan Imam pada Masa Intertestamental Paulus Kunto Baskoro
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 3, No 1 (2020): September 2020 (Studi Intertestamental)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v3i1.50

Abstract

ABSTRACTThe intertestamental period is a Protestant term, while the deuterocanonical period is a Catholic and Orthodox Christian term to refer to the time gap between the period covered by the Hebrew Bible or "Old Testament" and the period covered by the Christian "New Testament". Traditionally, this period is thought to cover about four hundred years, from the time of Malachi's ministry (420 BC) to the advent of John the Baptist in the early 1st century AD, a period that is almost the same as the Second Temple period (530 BC to 70 M). It is known by members of the Protestant community as "400 Silent Years" (400 Silent Years) because it is believed to be a time period in which God did not reveal anything new to His people.However, it is undeniable that in the intertestamental times there are many parts of history that are sometimes questioned and are being sought for truth. Because after all, even though 400 years of God's silence did not speak to humans, the world's history continues. Although the context is mostly in the form of ruling kingdoms. And religious history also continues, with a tradition built. Among them about the journey of the concept of the priesthood in tradition in Israel as the concept of worship for the Jews. The question which is still being debated and becoming a conversation is First, what are the duties and responsibilities of the high priest during the intertestamental period? Second, are priesthood rules in the Torah still enforced during the intertestamental period, or are there changes and adjustments?Through this paper, the author will give a little understanding of what happened during the intertestamental period in connection with the priestly ministry in Israel. ABSTRAKPeriode intertestamental (bahasa Inggris: Intertestamental period) merupakan suatu istilah Protestan, sedangkan periode deuterokanonikal (bahasa Inggris: deuterocanonical period) adalah istilah Katolik dan Kristen Ortodoks untuk menyebut kesenjangan waktu antara periode yang dicakup oleh Alkitab Ibrani atau "Perjanjian Lama" dan periode yang dicakup oleh "Perjanjian Baru" orang Kristen. Secara tradisional, periode ini dianggap mencakup kira-kira empat ratus tahun, sejak masa pelayanan Maleakhi (420 SM) sampai kepada munculnya Yohanes Pembaptis pada awal abad ke-1 Masehi, suatu periode yang hampir sama dengan periode Bait Suci Kedua (530 SM hingga 70 M). Dikenal oleh anggota komunitas Protestan sebagai "400 Tahun Sunyi" (400 Silent Years) karena diyakini merupakan kurun waktu di mana Allah tidak menyatakan apa-apa yang baru kepada umat-Nya.Namun tidak bisa dipungkiri bahwa dimasa-masa intertestamental banyak sekali bagian-bagian sejarah yang terkadang banyak yang dipertanyakan dan sedang dicari kebenarannya. Sebab bagaimanapun juga meskipun 400 tahun masa Allah diam tidak berbicara kepada manusia, manusia sejarah dunia tetap berjalan. Meskipun konteksnya banyak berupa kerajaan-kerajaan yang berkuasa. Dan sejarah keagamaan juga tetap berjalan, dengan sebuah tradisi-tradisi yang dibangun. Diantaranya tentang pejalanan konsep keimaman dalam tradisi di Israel sebagai konsep penyembahan bagi orang-orang Yahudi. Pertanyaan yang masih menjadi perdebatan dan menjadi perbincangan adalah Pertama, bagaimanakah tugas dan tanggung jawab imam besar pada masa intertestamental?  Kedua, apakah aturan keimaman dalam Taurat tetap ditegakkan pada masa intertestamental, ataukah ada perubahan dan penyesuaian?Lewat makalah ini, penulis akan sedikit memberikan pemahaman tentang apa yang terjadi di masa intertestamental sehubungan dengan perjalanan pelayanan keimaman di Israel.