Claim Missing Document
Check
Articles

Found 36 Documents
Search

Study of Building Mass Forms in Jardin Cihampelas Apartment Andiyan Andiyan; Wima Alkad Albadira
MARKA (Media Arsitektur dan Kota) : Jurnal Ilmiah Penelitian Vol 5 No 1 (2021)
Publisher : Prodi Arsitektur Universitas Matana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33510/marka.2021.5.1.15-26

Abstract

Cihampelas Street Bandung is one of the main tourist destinations in Bandung; besides that, Cihampelas is also a residential area with a high population density. Jalan Cihampelas has many residential places, one of which is the Jardin Cihampelas Apartment. The Jardin Cihampelas Apartment is a building consisting of 4 building towers, namely towers A, B, C, and D. Each tower has 23 floors, and a U shape, Tower A - B and C - D are located close to each other on the inside of the "U" shaped mass surrounding the swimming pool. The approach used is geometry, and basic shapes, geometry, and basic shapes show that architecture is an expression of humans and is a basic principle always present from a work of architecture. This research aims to study the relationship between geometric shapes that affect the Jardin Cihampelas apartment building mass. The method used is a descriptive qualitative method using field surveys; the research study is the shape of the building mass in geometric shapes. The research variables discussed include basic form, unity, proportion, balance, rhythm, and emphasis. This research is expected to get useful results from studying the mass shape of the building in the Jardin Cihampelas apartment with the residential typology of tall buildings with geometric shapes in the processing of space in structures.
Application of contemporary smart building architecture at the Parahyangan Citywalk Shopping Center in Kota Baru Parahyangan Agung Prabowo Sulistiawan; Muhammad Aflah Fernanda; Andiyan Andiyan
Jurnal Teknika Vol 17, No 2 (2021): Available Online in November 2021
Publisher : Faculty of Engineering, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36055/tjst.v17i2.12168

Abstract

Under the development of an increasingly modern era, intelligent buildings and infrastructure need to be built and operated in line with the progress of the future city. The shopping center building is a building that became one of the hallmarks of the city. Therefore the application must be prominent in the surrounding building. The concept is the basis for taking the use of contemporary concepts. The scope of this research is on the design of Shopping Center buildings that follow modern architectural trends and the interaction of trends on public needs in the future. The purpose of this study is to design a shopping center facility that combines the concept of contemporary architecture with the idea of intelligent building as a supporting element so that the building can adapt to the times in the digitalization era of the industrial revolution 4.0. The method used in this research is descriptive qualitative by applying seven principles of contemporary architecture and the concept of intelligent building in designing supporting facilities. The result of this research is a design of a shopping center building in Kota Baru Parahyangan Bandung by applying a combination of contemporary architectural concepts and intelligent building concepts that pay attention to the orientation and aspects of the surrounding environment. The combination of this concept not only cares for its completeness but also accommodates a lifestyle so that this shopping center can attract visitors with its technological innovations and the visual appearance of elegant contemporary architecture. Sesuai perkembangan zaman yang semakin modern, bangunan pintar dan infrastruktur perlu dibangun dan dioperasikan seiring dengan kemajuan kota masa depan. Bangunan pusat perbelanjaan merupakan bangunan yang menjadi salah satu ciri dari kemajuan suatu kota. Sebuah kota dapat dikatakan memiliki kemajuan apabila memiliki sebuah fasilitas yang baik dan lengkap. Salah satu fasilitas yang harus dimiliki suatu daerah adalah sebuah pusat perbelanjaan. Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada perancangan bangunan pusat perbelanjaan yang mengikuti tren arsitektur kontemporer dan tren interaksi kebutuhan publik di masa depan. Tujuan penelitian ini adalah mendesain sebuah fasilitas pusat perbelanjaan yang memadukan konsep arsitektur kontemporer dengan konsep smart building sebagai unsur penunjangnya agar bangunan dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman di era digitalisasi revolusi industry 4.0. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan menerapkan tujuh prinsip arsitektur kontemporer dan konsep smart building dalam merancang fasilitas penunjang pada bangunan pusat perbelanjaan ini. Hasil penelitian ini adalah sebuah rancangan bangunan pusat perbelanjaan di Kota Baru Parahyangan Bandung dengan menerapkan perpaduan konsep arsitektur kontemporer dan konsep smart building yang memperhatikan orientasi dan aspek lingkungan sekitar. Perpaduan konsep ini tidak hanya memperhatikan kelengkapan fasilitasnya saja namun dapat menampung kegiatan gaya hidup penggunanya sehingga pusat perbelanjaan ini dapat menjadi daya tarik bagi para pengunjung dengan inovasi teknologinya dan tampilan visual arsitektur kontemporer yang elegan.
Green Architecture Concepts Applied to Wanakota Apartments Andiyan Andiyan; Abdul Gani Alfarizi
Tesa Arsitektur Vol 19, No 2: Desember 2021
Publisher : Unika Soegijapranata Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/tesa.v19i2.3317

Abstract

The shrinking land in urban areas and the worsening world climate crisis have created a new residential development problem. One way to maximize land designated for residential use is to build vertical housing, such as constructing flats and apartments that can accommodate more residents in a limited area. However, it also creates new problems because the use of energy required for a building will be extensive. The application of Green Architecture is an effort to reduce energy use for buildings and reduce the negative impact of buildings on the environment. one helpful reference is applying green architectural concepts. The apartment Wanakota is designed using the green building concept with the Indonesian Green Building Council (GBCI). Wanaka means City Forest, and trees inspire this name as trees. This tree is not only an aesthetic enhancer but as a CO2 absorber and oxygen supplier in the environment.
PENDEKATAN URBAN GREEN BUILDING PADA BANGUNAN APARTEMEN Andiyan Andiyan; Andri Nurjaman
RADIAL : Jurnal Peradaban Sains, Rekayasa dan Teknologi Vol. 9 No. 1 (2021): RADIAL: JuRnal PerADaban SaIns RekAyasan dan TeknoLogi
Publisher : Universitas Bina Taruna Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (808.332 KB) | DOI: 10.37971/radial.v9i1.218

Abstract

Abstrak: Pendekatan Urban Green Building Pada Bangunan Apartemen. Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Provinsi Jawa Barat, sekaligus menjadi ibu kota provinsi tersebut. Kota ini terletak 140 km sebelah tenggara Jakarta, dan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya menurut jumlah penduduk. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bandung, saat ini perkembangan penduduk Kota Bandung berkembang pesat dan pada tahun 2018 tercatat 2 juta lebih penduduk, dengan berkembangnya jumlah penduduk yang semakin maju mengakibatkan aktivitas penduduk yang semakin produktif. Selain aktivitas penduduk yang semakin produktif kebutuhan akan tempat tinggal meningkat dan menjadi sebuah permasalahan terutama di perkotaan. Tingginya harga tanah dan semakin berkurangnya lahan kosong di kawasan perkotaan membuat masyarakat pendatang maupun masyarakat setempat kesulitan untuk membeli rumah maupun tanah di Kota Bandung. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah konsep hunian vertikal atau apartemen untuk tempat tinggal sebagai solusi akan mahalnya dan sulitnya lahan kosong di Kota Bandung. Minimnya ketersedian lahan kosong dan tingginya harga tanah di perkotaan beriringan dengan timbul beberapa permasalahan lingkungan yang terjadi seperti peningkatan sampah, efek rumah kaca, banjir dan lain-lain. Dengan adanya permasalahan ini timbul sebuah konsep urban green building. Urban Green Building adalah sebuah jaringan /system yang dibuat untuk mengurangi/ menanggulangi masalah-masalah di perkotaan dan perubahaan iklim dengan melibatkan alam. Kata Kunci: Apartemen, Urban Green Building, Arsitektur Abstract: Urban Green Building Approach in Apartment Building . The city of Bandung is the largest metropolitan city in West Java Province and is the capital of the province. The city is located 140 km southeast of Jakarta and is the third-largest city in Indonesia after Jakarta and Surabaya. Based on data from the Central Statistics Agency (BPS) of Bandung City, the population of Bandung is currently proliferating. In 2018 there were more than 2 million residents, with the development of an increasingly advanced population resulting in more productive population activities. In addition to increasingly productive population activities, the need for housing increases and becomes a problem, especially in urban areas. The high price of land and the decreasing number of vacant land in urban areas make it difficult for immigrants and local people to buy houses and land in Bandung. Therefore, a vertical residential concept or apartment for residence is needed to solve the high cost and difficulty of vacant land in the city of Bandung. The lack of availability of vacant land and the high price of land in urban areas is accompanied by several environmental problems such as increased waste, the greenhouse effect, floods, and others. With this problem, a concept of urban green building emerged. Urban Green Building is a network/system created to reduce/overcome urban areas and climate change problems by involving nature. This research is expected to be a reference for his research and can be developed again to a wider scale. Because research on cultural heritage buildings is still quite extensive and there are not many people who take this theme as the theme of their research. Keywords: Apartment, Urban Green Building, Architecture
BANGUNAN KONVENSI DAN EKSIBISI BANDUNG “TEMA ARSITEKTUR KONTEMPORER” Excya Tiaratanto; kemal affandi; andiyan
Jurnal Arsitektur Archicentre Vol. 4 No. 1 (2021): Jurnal Arsitektur Archicentre
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Sains dan Teknik (F-INTEN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (564.598 KB)

Abstract

Perkembangan Pariwisata MICE menjadi salah satu yang diminati saat ini, banyak kota-kota besar meningkatkan destinasi pariwisata MICE, Bandung menjadi salah satu kota yang meningkatkan Pariwisata MICE. Beragam kegiatan Pertemuan,Pegelaran seni budaya, seminar industry ,Pendidikan , Pameran produk dan karya seni menjadi daya Tarik tersendiri. Menjadi salah satu destinasi wisata bagi pengunjung dari dan luar kota bandung. Konsep utama Dari hasil pembahasan bangunan ini mampu menciptakan harmoni antara fungsi utama bangunan Konvesi dan Eksibisi dengan penerapan konsep arsitektur kontemporer. Tata ruang dan konsep interior mengikuti tren desain masa kini. Harmonisasi ruangan yang menyatu dengan ruang luar site menjadi salah satu poin utama pada konsep arsitektur kontemporer.
POST OCCUPANCY EVALUATION (POE) PADA BANGUNAN RUSUN DI PROV.BANTEN (STUDI KASUS “PEMBANGUNAN RUSUN MBR DI PROV.BANTEN) andiyan; agus rachmat; yushar kadir
Jurnal Arsitektur Archicentre Vol. 4 No. 1 (2021): Jurnal Arsitektur Archicentre
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Sains dan Teknik (F-INTEN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (716.471 KB)

Abstract

Provinsi Banten yang memiliki jumlah penduduk sebanyak 2.930.224 jiwa pada tahun 2015 dan akan semakin bertambah dengan jumlah penduduk berpenghasilan rendah sekitar 690.67 jiwa (BPS Prov. Banten, 2016). Lebih lanjut lagi dijelaskan bahwa upah terendah di Provinsi Banten sebesar Rp. 1.965.000,- (Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Banten, 2016), sedangkan harga rumah tinggal tipe 36 yang sederhana dapat mencapai RP. 150 Juta - 200 Juta Rupiah. Sehingga dari hasil penelitian kepuasan yang menyebakan masyarakat tidak berminat dan tidak nyaman pada rusun Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) sesuai dengan Kuadran I Pada level unit hunian, dua faktor utama yang membutuhkan perbaikan segera adalah terkait fungsi ruang dapur dan fungsi ruang jemur. Keduanya dianggap tidak berfungsi optimal karena cenderung gelap dan kurang penghawaan sebagai akibat banyaknya ventilasi yang harus ditutup oleh fiber untuk menangkal asap pabrik. Pada level sarana. Selain itu juga ketidak konsistenan pemerintah akan regulasi sehingga terjadi bentrokan dilapangan dan pelaksanaan konstruksi dengan adanya perubahan Permen No.5/Permen/M/2007 dan PP No.64 Tahun 2016 terjadi suatu dinamika perubahan masalah/kendala lokasi yang tadinya harus diperkotaan dan batasan minimal kemapuan angsuran/cicilan.
2. PENERAPAN BIM UNTUK SISTEM PENJADWALAN PROYEK DENGAN MODEL 4D DAN ESTIMASI BIAYA MODEL 5D andiyan
Jurnal Arsitektur Archicentre Vol. 3 No. 1 (2020): Jurnal Arsitektur Archicentre
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Sains dan Teknik (F-INTEN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (422.291 KB)

Abstract

4D BIM merupakan akronim untuk Pemodelan Informasi Bangunan 4D dan istilah yang banyak digunakan dalam industri CAD, juga untuk memahami intelligent linking komponen CAD 3D individual atau rakitan dengan informasi terkait waktu atau jadwal.5D BIM merupakan akronim untuk Pemodelan Informasi Bangunan 5D, adalah istilah yang digunakan dalam CAD dalam industri konstruksi. Komponen atau elemen 3D CAD dengan batasan jadwal (waktu - 4D BIM) dan kemudian dengan informasi biaya terkait. Melalui pemodelan 3D BIM terpadu, rincian pengukuran diambil langsung dari data perancang, jadi jika desainer membuat beberapa perubahan, perkiraan dapat diperbarui secara otomatis (BIM 3D).Selanjutnya, penjadwalan pekerjaan dapat dilakukan dengan kesadaran yang lebih besar dari dinamika konstruktif yang terlibat, dengan membandingkan status pekerjaan dengan perkiraan waktu penyelesaian, dan untuk setiap aktivitas tunggal dan elemen konstruktif dari pekerjaan, untuk menyelesaikan pekerjaan konstruksi (BIM 4D).Selain itu, analisis yang cermat terhadap biaya dan pemanfaatan sumber daya dapat mengarah pada pemeriksaan biaya yang harus ditanggung tepat waktu, dan margin laba (BIM 5D).Pada tahap pertama estimasi, jumlah take-off memungkinkan kita menentukan pengukuran yang tepat untuk setiap artikel metrik.
PENERAPAN BIM UNTUK SISTEM PENJADWALAN PROYEK DENGAN MODEL 4D DAN ESTIMASI BIAYA MODEL 5D andiyan
Jurnal Arsitektur Archicentre Vol. 3 No. 1 (2020): Jurnal Arsitektur Archicentre
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Sains dan Teknik (F-INTEN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (422.291 KB)

Abstract

4D BIM merupakan akronim untuk Pemodelan Informasi Bangunan 4D dan istilah yang banyak digunakan dalam industri CAD, juga untuk memahami intelligent linking komponen CAD 3D individual atau rakitan dengan informasi terkait waktu atau jadwal.5D BIM merupakan akronim untuk Pemodelan Informasi Bangunan 5D, adalah istilah yang digunakan dalam CAD dalam industri konstruksi. Komponen atau elemen 3D CAD dengan batasan jadwal (waktu - 4D BIM) dan kemudian dengan informasi biaya terkait. Melalui pemodelan 3D BIM terpadu, rincian pengukuran diambil langsung dari data perancang, jadi jika desainer membuat beberapa perubahan, perkiraan dapat diperbarui secara otomatis (BIM 3D).Selanjutnya, penjadwalan pekerjaan dapat dilakukan dengan kesadaran yang lebih besar dari dinamika konstruktif yang terlibat, dengan membandingkan status pekerjaan dengan perkiraan waktu penyelesaian, dan untuk setiap aktivitas tunggal dan elemen konstruktif dari pekerjaan, untuk menyelesaikan pekerjaan konstruksi (BIM 4D).Selain itu, analisis yang cermat terhadap biaya dan pemanfaatan sumber daya dapat mengarah pada pemeriksaan biaya yang harus ditanggung tepat waktu, dan margin laba (BIM 5D).Pada tahap pertama estimasi, jumlah take-off memungkinkan kita menentukan pengukuran yang tepat untuk setiap artikel metrik.
PENERAPAN KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR DENGAN MEMANFAATKAN POTENSI SUMBER DAYA KELAUTAN andiyan; agus rachmat
Jurnal Arsitektur Archicentre Vol. 3 No. 2 (2020): Jurnal Arsitektur Archicentre
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Sains dan Teknik (F-INTEN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (119.552 KB)

Abstract

Wilayah pesisir yang merupakan sumber daya potensial di Indonesia adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Sumber daya ini sangat besar yang didukung oleh adanya garis pantai sepajang sekitar 81.000 km (Dahuri et al. 2001). Garis pantai yang panjang ini menyimpan potensi kekayaan sumber alam yang besar. Potensi itu diantaranya potensi hayati dan non hayati. Potensi hayati misalnya: perikanan, hutan mangrove, dan terumbu karang, sedangkan potensi nonhayati misalnya: mineral dan bahan tambang serta pariwisata. Di daerah ini juga berdiam para nelayan yang sebagian besar masih prasejahtera. Keadaan pantai di Indonesia sangat bervariasi, yaitu mulai dari pantai pasir putih-berbatu, landai-terjal, bervegetasi-berlumpur, teduh, bergelombang yang semua ini sangat cocok dengan berbagai peruntukannya, seperti perikanan pantai, budidaya perikanan, industri perhotelan, turisme, dan lain-lain.Pengelolaan berbasis masyarakat atau biasa disebut Community-Based Management (CBM) menurut Nikijuluw 1994 dalam Zamani dan Darmawan 2000, merupakan salah satu pendekatan pengelolaan sumber daya alam, misalnya perikanan, yang meletakkan pengetahuan dan kesadaran lingkungan masyarakat lokal sebagai dasar pengelolaannya.
DISRUPSI TEKNOLOGI PADA KONSEP SMART CITY: ANALISA SMART SOCIETY DENGAN KONSTRUKSI KONSEP SOCIETY 5.0 Mohamad Aghust Kurniawan; Andiyan Andiyan
Jurnal Arsitektur Archicentre Vol. 4 No. 2 (2021): Jurnal Arsitektur Archicentre
Publisher : Program Studi Arsitektur Fakultas Sains dan Teknik (F-INTEN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (264.46 KB)

Abstract

Menurut PBB, populasi penduduk diproyeksikan mencapai 8,5 milyar pada tahun 2030 dan meningkat sampai ke 9,7 milyar pada tahun 2050. Berdasarkan survey worldometers, pada 2019 jumlah penduduk perkotaan di Indonesia sebanyak 55,8% dari total penduduk Indonesia, prosentase tersebut diproyeksikan meningkat pada tahun 2020 sebesar 56,4% dan tahun 2025 sebesar 59,3%. Konsep smart city yang sudah berjalan di beberapa kota di Indonesia, khususnya Kota Bandung bertujuan untuk mewujudkan kota yang berfungsi optimal dalam mengelola berbagai sumber daya kota secara efektif dan efisien. Bandung Smart City memiliki enam komponen smart city, dimana komponen utama dalam pelaksanaanya yaitu smart governance yang menjadi fondasi untuk komponen lainnya. Pada kondisi pandemik COVID-19, terjadi disrupsi teknologi besar-besaran pada aspek sosial masyarakat terutama yang terkait bidang pendidikan dan kesehatan sehingga memerlukan akselerasi dalam menyiapkan solusi dengan pemanfaatan teknologi informasi. Pada tahun 2016, Jepang memunculkan gagasan Society 5.0 sebagai bentuk keseimbangan antara teknologi dan manusia, dimana tidak terlalu mengedepankan teknologi, namun memikirkan sisi manusia juga. Paper ini bertujuan untuk mengekplorasi penerapan Society 5.0 pada komponen smart society di Bandung Smart City sebagai akselerator solusi pemanfaatan teknologi yang merata dalam bidang pendidikan dan kesehatan.