Claim Missing Document
Check
Articles

Found 33 Documents
Search

REPRESENTASI MASKULINITAS DALAM FILM TARUNG SARUNG (KAJIAN SEMIOTIKA) nur alamsyah; Syekh Adiwijaya Latief; Muhammad Dahlan
Pendas : Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar Vol. 10 No. 02 (2025): Volume 10 No. 02 Juni 2025
Publisher : Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Pasundan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23969/jp.v10i02.25631

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis representasi maskulinitas dalam film Tarung Sarung melalui pendekatan semiotini yang dipilih karena melalui pendekatan semiotika. Film ini dipilih karena menampilkan nilai-nilai budaya Bugis-Makassar yang kaya akan simbol keberanian, kehormatan, dan identitas laki-laki dalam masyarakat. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dengan pendekatan semiotika Roland Barthes yang mencakup tanda-tanda ikon, indeks, dan simbol dalam adegan-adegan film. Hasil penelitian menunjukkan bahwa maskulinitas dalam film Tarung Sarung direpresentasikan melalui karakter - karakter laki - laki yang menunjukkan kekdirepresentasikan melalui karakter-karakter laki-laki yang menunjukkan kekuatan fisik, keberanian, rasa tanggung jawab, serta menjunjung tinggi nilai siri' (rasa malu). Tradisi lokal seperti Sigajang Laleng Lipa dan Tarung Sarung digunakan sebagai simbol topeng dan Tarung Sarung digunakan sebagai simbol maskulinitas yang tidak hanya berkaitan dengan kekuatan fisik, tetapi juga nilai-nilai spiritual dan moral. Tokoh utama, Deni Ruso, mengalami transformasi dari sosok laki-laki hedonis menjadi sosok yang bertanggung jawab dan religius, yang menggambarkan konstruksi maskulinitas ideal dalam budaya Bugis. Penelitian ini memberikan kontribusi terhadap pemahaman representasi gender dalam media, khususnya dalam konteks budaya lokal Indonesia, dan dapat menjadi bahan refleksi bagi masyarakat serta sineas dalam membangun narasi yang lebih seimbang dan inklusif mengenai maskulinitas.
PELAKSANAAN PENDIDIKAN NONFORMAL BAGI ANAK BERHADAPAN HUKUM (STUDI KASUS PADA SENTRA WIRAJAYA MAKASSAR) Gaffar, Fatmawati; Untung; Nur Alamsyah; Yolandika Arsyad; Kartini Marzuki
Jurnal Pendidikan Sepanjang Hayat Vol 8 No 2 (2025)
Publisher : UNIB Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/joll.8.2.94-103

Abstract

Pendidikan nonformal memiliki peran strategis dalam memberikan kesempatan belajar bagi Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH) yang seringkali terpinggirkan dari sistem pendidikan formal. Artikel ini bertujuan mendeskripsikan pelaksanaan pendidikan nonformal bagi ABH, mencakup bentuk program, strategi pembelajaran, serta hambatan dan solusinya. Metode penulisan menggunakan kajian literatur dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Hasil kajian menunjukkan bahwa pendidikan nonformal bagi ABH dilakukan melalui program kejar paket, keterampilan hidup (life skills), konseling, dan pembinaan kepribadian. Tantangan yang muncul antara lain keterbatasan sarana, stigma masyarakat, serta kurangnya tenaga pendidik yang terlatih dalam konteks pendidikan rehabilitatif. Pendidikan nonformal terbukti mampu menjadi media integrasi sosial, pemulihan psikologis, serta peningkatan kompetensi bagi ABH menuju reintegrasi ke masyarakat
Evaluasi Faktor Pendukung dan Penghambat Difusi Artificial Intelligence (AI) dalam Pendidikan Dasar dan Menengah: Pendekatan Teori Difusi Inovasi Nur Alamsyah; Yeni Handayani; Suhendra, Suhendra
J-CEKI : Jurnal Cendekia Ilmiah Vol. 5 No. 1: Desember 2025
Publisher : CV. ULIL ALBAB CORP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56799/jceki.v5i1.13196

Abstract

Penelitian ini merupakan studi kepustakaan sistematis mengenai difusi Artificial Intelligence (AI) dalam pendidikan dengan menggunakan kerangka Diffusion of Innovation Theory (DoI). Hasil kajian menunjukkan bahwa AI memiliki Keunggulan Relatif yang tinggi, terutama dalam meningkatkan efisiensi kerja guru dan menyediakan pembelajaran yang dipersonalisasi bagi siswa. Namun, proses adopsi AI terhambat oleh tingginya tingkat Kompleksitas dan rendahnya Kompatibilitas dalam sistem pendidikan. Hambatan utama muncul dari kurangnya kesiapan sumber daya manusia (SDM), terutama literasi digital dan kepercayaan diri guru dalam memanfaatkan teknologi AI. Kondisi ini diperburuk oleh minimnya dukungan institusi seperti fasilitas pelatihan berkelanjutan, kesiapan infrastruktur digital, serta resistensi antar rekan kerja. Adopsi yang lambat mencerminkan kegagalan sistem dalam menyediakan saluran komunikasi yang efektif untuk mengurangi persepsi kesulitan penggunaan AI meskipun manfaatnya mudah diamati. Penelitian ini merekomendasikan tiga arah kebijakan utama: (1) mitigasi kompleksitas melalui pelatihan hibrida yang terstruktur dan berkelanjutan, (2) peningkatan kompatibilitas institusional melalui pembangunan ekosistem kolaboratif seperti forum berbagi praktik baik, serta (3) penguatan regulasi etika dan inklusivitas untuk pemerataan akses teknologi, menjamin integritas akademik, dan mengatasi kesenjangan digital.