The Integrated Primary Service Posyandu (ILP) constitutes a transformation of primary healthcare delivery in Indonesia, shifting services previously provided at Community Health Centers (Puskesmas) to Posyandu at the village level. The ILP Posyandu emphasizes meeting healthcare needs across all life-cycle stages through promotive and preventive approaches. However, limited cadre knowledge and skills, coupled with insufficient equipment, have hindered optimal service delivery. Strengthening cadre competencies is therefore essential. This community empowerment program involved mentoring activities designed to enhance cadres’ knowledge and skills through lectures, discussions, demonstrations, and practical sessions. The program began with health education on the characteristics and nutritional needs of each stage of the life cycle. Subsequent training included anthropometric measurements, supporting health assessments, and the preparation of supplementary feeding (PMT) using locally sourced foods adapted to the nutritional requirements of each target group. The final phase included training on digitalized data reporting for ILP Posyandu implementation. Following the intervention, cadres’ average knowledge scores increased by 23.96 points. The number of cadres with good knowledge rose to 18 individuals (69.2%), and none remained in the poor-knowledge category. Improvements were also observed in cadres’ skills related to anthropometry, health assessments, PMT preparation, and digital reporting. High levels of curiosity and motivation to provide quality services to Posyandu participants served as an important foundation for their active engagement throughout the program. ABSTRAK Posyandu Integrasi Layanan Primer (ILP) merupakan transformasi pelayanan primer kesehatan yang semula dilaksanakan di Puskesmas menjadi dilaksanakan pada tingkat Posyandu di Desa. Posyandu ILP mefokuskan pada pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan di setiap fase siklus kehidupan melalui pendekatan promotif dan preventif. Keterbatasan pengetahuan dan keterampilan kader diikuti peralatan yang tidak memadai yang dimiliki oleh setiap Posyandu menjadikan Posyandu belum dapat memberikan pelayanan secara optimal. Diperlukan peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader sebagai pelaksana Posyandu ILP. Kegiatan pendampingan kader untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dilakukan dengan metode ceramah, diskusi, demonstrasi dan praktik. Kegiatan didahului dengan pendidikan kesehatan mengenai karakteristik setiap fase kehidupan dan kebutuhan gizinya. Selanjutnya dilakukan pelatihan pengukuran antropometri, pengukuran kesehatan pendukung, pembuatan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berbahan dasar pangan lokal untuk setiap sasaran seluruh fase kehidupan sesuai dengan kebutuhan gizinya. Tahap akhir adalah pelatihan digitalisasi data pelaporan pelaksanaan Posyandu ILP. Hasil yang didapat adalah meningkatnya skor rerata pengetahuan kader sebesar 23,96 poin. Terjadi peningkatan jumlah kader yang memiliki pengetahuan baik, yaitu 18 orang (69,2%) serta tidak ada kader dengan pengetahuan masih kurang. Keterampilan kader dalam pengukuran antropometri, kesehatan, membuat PMT dan digitalisasi pelaporan meningkat. Keingintahuan dan motivasi yang tinggi untuk memberikan pelayanan yang baik kepada seluruh peserta posyandu menjadi modal awal untuk mengikuti kegiatan dan partisipasi diri secara dalam setiap sesi kegiatan.