Claim Missing Document
Check
Articles

Upaya Peningkatan Minat Belajar Fisika untuk Siswa SMA Melalui Praktikum Menggunakan Aeronautics Mobile Laboratory Arifin, Mufti; Yuniarti, Endah; Fairuza, Syarifah; Freddy Franciscus
Jurnal Bakti Dirgantara Vol. 1 No. 1 (2024): Jurnal Bakti Dirgantara
Publisher : Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35968/6k06fv15

Abstract

Community Service Activities (PKM) carried out by the Aeronautics Engineering Study Program, Air Marshal Suryadarma University use the Aeronautics Mobile Laboratory in the form of physics practicum. PKM aims to increase high school students' interest in physics lessons. The practicum was held at SMA 11 Bekasi on October 31 2023 with the moving student concept, namely a group consisting of 4 students carrying out observations and experiments alternately on 10 choices of physics material related to aeronautics technology (wind tunnel, Coanda effect, venturi pipe, honeycomb structure, paper planes, impacts, hollow plates, pleated structures, resonance, and vibration). Groups of students move from one practical table to another. After the activity, students were given a questionnaire to measure changes in student interest in physics lessons. The questionnaire results showed that the PKM objectives were successful with 81% of participants stating that their interest in physics lessons had increased after participating in the Aeronautics Mobile Laboratory practicum activities. However, improvements still need to be made so that the time allocated for each practical module is sufficient and the participant group can experience all types of practical modules.
9. ANALISIS PERBANDINGAN OPERASIONAL ANTARA VISUAL DOCKING GUIDANCE SYSTEM DAN MARSHALLING Muhammad Umar Abdulloh; Mufti Arifin; Cynthia Rahmawati; Muchammad Furqon Muchaddats; T. Dikatama
Jurnal TNI Angkatan Udara Vol 3 No 4 (2024): Jurnal TNI Angkatan Udara Triwulan Keempat
Publisher : Staf Komunikasi dan Elektronika, TNI Angkatan Udara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62828/jau.v3i4.30

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui meningkatnya lalu lintas udara,efisiensi operasional bandar udara menjadi semakin penting, terutama dalam proses parkirpesawat. Visual Docking Guidance System dan marshalling merupakan dua metodeutama yang digunakan untuk memandu pesawat menuju tempat parkir. VDGS merupakansistem otomatis yang memanfaatkan sensor dan algoritma canggih untuk memandu pesawatdengan cepat dan akurat, sehingga meningkatkan efisiensi dan keselamatan denganmengurangi ketergantungan pada faktor manusia. Sebaliknya, marshalling melibatkanpersonel darat yang memberikan panduan manual dengan sinyal visual, sehinggamenawarkan fleksibilitas yang besar untuk menyesuaikan diri dengan perubahan kondisilingkungan. Namun, metode ini berisiko tinggi terhadap kesalahan manusia, yang dapatmeningkatkan kemungkinan terjadinya kecelakaan atau kerusakan. Penelitian ini bertujuanuntuk menganalisis perbandingan antara VDGS dan marshalling dengan fokus padaefisiensi, akurasi, keselamatan, dan kepuasan pengguna. Studi literatur yang dilakukanmengintegrasikan hasil penelitian dari jurnal yang diterbitkan dalam dekade terakhir,Penelitian yang dilakukan oleh Mathavara menunjukkan bahwa marshalling memiliki risikoyang signifikan terkait dengan kesalahan manusia, yang dapat memengaruhi keselamatanoperasi penerbangan. Kesalahan dalam proses penyusunan dapat meningkatkan risikokecelakaan dan insiden, mengingat metode ini sangat bergantung pada keterampilankomunikasi dan penilaian individu dari penyusun. Di sisi lain, VDGS, dengan fitur-fiturotomatisnya, dapat mengurangi kemungkinan kesalahan manusia dan meningkatkankeselamatan operasional yang menunjukkan bahwa VDGS unggul dalam hal efisiensi danakurasi, sementara penyusunan tetap relevan dalam situasi yang memerlukan penyesuaianmanual. Sebagai kesimpulan, VDGS menawarkan keuntungan yang signifikan dalam halkecepatan dan keselamatan, sementara penyusunan tetap penting dalam menghadapikondisi operasional yang dinamis. Manajemen risiko terhadap kesalahan manusia dalampenyusunan adalah kunci untuk memastikan keselamatan dan efisiensi dalam proses parkirpesawat.
8. PENERAPAN CRITICAL PATH METHOD DALAM PROSES TRANSIT PESAWAT DI BANDARA NARITA Vita Kartika; Mufti Arifin; Chintya Rahmawati; Muchammad Furqon Muchaddats; T. Dikatama
Jurnal TNI Angkatan Udara Vol 3 No 4 (2024): Jurnal TNI Angkatan Udara Triwulan Keempat
Publisher : Staf Komunikasi dan Elektronika, TNI Angkatan Udara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62828/jau.v3i4.123

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengelolaan Efisiensi waktu transitpesawat udara pada suatu bandara, yang merupakan fase kritis dalam operasional bandarudara yang memerlukan manajemen waktu yang optimal bertujuan untuk menjamin efisiensidan keselamatan. Penelitian ini berfokus pada penerapan Critical Path Method (CPM) untukmenganalisis dan mengelola waktu transit pesawat udara di Bandar Udara Narita, Jepang,salah satu hub internasional dengan frekuensi penerbangan tinggi dan kompleksitasoperasional yang signifikan. Dengan menggunakan CPM, penelitian ini mengidentifikasi jalurkritis dalam serangkaian aktivitas transit pesawat udara yang meliputi penanganan ramp,penanganan kargo dan surat, pengendalian muatan, serta penanganan penumpang danbagasi. Dengan demikian, manajemen waktu yang efektif melalui metode CPM dapatmenjadi alat penting dalam meningkatkan kinerja operasional bandar udara, terutama dalammengelola proses transit pesawat udara yang kompleks
Analisis Kapasitas Belly Cargo pada Penerbangan Berjadwal Domestik Indonesia Mufti Arifin
Jurnal Teknologi Kedirgantaraan Vol 1 No 1 (2016): Jurnal Teknologi Kedirgantaraan
Publisher : FTK UNSURYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35894/jtk.v1i1.197

Abstract

Domestic air cargo using narrow body passenger (pax) aircraft belly has limited capacity as remaining from maximum payload minus pax payload. The ratio of revenue cargo and revenue pax from schedule domestic airlines production data from 2004-2014 rely at 9 kg/pax and highest at 14 kg/pax. This study compares belly cargo capacity from ten aircraft types that operates in Indonesia’s domestic route to air cargo demand estimation based on ratio data. All types at load factor 0.8 have belly cargo capacity larger than demand estimation. At full pax condition, ATR42-500, ATR72-500, ATR72-600, B737-300, B737-800, B737-900ER, and CRJ1000 still have belly cargo capacity larger than demand estimation. Smaller belly cargo capacity than demand only at A320, B737-400, and B737-500 with ratio 14 kg/pax, and only at A320 with ratio 9 kg/pax.
Analisis Linear Statik Pada Vertical Tail dengan Variasi Defleksi Rudder Syarifah Fairuza; Mufti Arifin; Bismil Rabeta
Jurnal Teknologi Kedirgantaraan Vol 2 No 2 (2017): Jurnal Teknologi Kedirgantaraan
Publisher : FTK UNSURYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35894/jtk.v2i2.206

Abstract

Desain ekor vertikal pada pesawat sangat beragam bentuknya, bergantung pada karakteristik dan fungsinya. Pada ekor vertikal tersambung rudder yang merupakan control surface pada sumbu vertikal dengan gerakan menggeleng (yaw). Penulisan tugas akhir ini bertujuan untuk menganalisa beban aerodinamis pada ekor vertikal dengan defleksi rudder yang berbeda. Material yang digunakan pada pemodelan adalah aluminium alloy 7075-T6, merupakan paduan dari zinc dan copper. Pemodelan ekor vertikal dan analisa perhitungan dilakukan menggunakan pendekatan elemen hingga dengan bantuan software solidworks 2016. Dengan menggunakan menu flow simulation dan simulation pada solidworks, dapat diketahui output berupa stress, strain, displacement, dan safety factor. Dari hasil yang didapat distribusi stress dan strain memiliki nilai maksimal pada daerah hinge dan  nilai minimal  terjadi pada root leading edge dari ekor vertikal. Nilai stress maksimal pada pemodelan semakin meningkat seiring bertambah besarnya defleksi rudder yang diberikan, tetapi tidak melebihi yield strength dari material yang digunakan.   The design of vertical tail on the aircraft is very diverse of its shape, depending on the characteristics and functions. On the vertical tail connected with rudder which is the surface control on the vertical axis with a yaw motion. The aim of this thesis is to analyze the aerodynamic load on the vertical tail with different rudder deflection. The material used is aluminum alloy which modeling on 7075-T6, it is an alloy of zinc and copper. The calculation and analysis of the vertical tail modeling is done by using finite element approach with the help of solidworks software 2016. By using flow simulation and stress simulation in solidworks, we know the output in the form of stress, strain, displacement, and the safety factor. The results obtained the distribution of stress and strain has a maximum value on the hinge area and the minimal value occurs at the root leading edge of  vertical tail. The value of maximum stress in the modeling increased as long as the increasing of rudder deflection, but it does not exceed the yield strength of the material used.
Analisis Beban Struktur Pada Elevator Pesawat ATR 72-600 Pada Kasus Pitch Disconnect Aircraft Load Bismil Rabeta; Mufti Arifin; Miranda Saputra
Jurnal Teknologi Kedirgantaraan Vol 3 No 1 (2018): Jurnal Teknologi Kedirgantaraan
Publisher : FTK UNSURYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35894/jtk.v3i1.213

Abstract

Horizontal stabilizer berperan untuk menyeimbangkan lift yang terjadi pada sayap dengan memanfaatkan defleksi elevator. Untuk pesawat ATR 72, sistem elevator terbagi menjadi dua bagian, yaitu elevator kiri dan kanan. Pada keadaan normalnya, satu gerakan saja dari salah satu column control di cockpit mampu untuk menggerakan kedua elevator tersebut secara bersamaan karena keduanya saling terhubung. Namun dalam kondisi tertentu, antara sistem elevator kiri dengan yang kanan bisa terputus karena kegagalan sistem ataupun human eror sehingga menyebabkan aktifnya mekanisme pitch uncoupling. Dari kejadian tersebut, maka menimbulkan perbedaan gaya input antara elevator kiri dengan yang kanan, tentu hal ini berpengaruh langsung pada beban horizontal stabilizer yang sedang beroperasi. Untuk menentukan perbedaan beban yang diterima penulis membuat lima kasus perbedaan kondisi untuk mendapatkan perbedaan yang terjadi. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari simulasi dengan menggunakan solidworks software didapatkan stress terbesar terdapat pada hinge kasus 23 degree deflection elevator yaitu sebesar 1,400e+008 N/m2, perbedaan stress terbesar pada saat normal 13 degree deflection elevator dengan 13 degree deflection pitch disconnect elevator sebesar 1.746e+007 N/m2, perbedaan stress terbesar pada saat normal 23 degree deflection elevator dengan 23 degree deflection pitch disconnect elevator sebesar 8,880e+007 N/m2, dan kasus pitch disconnect tidak mempengaruhi struktur horizontal stabilizer jika masih mengikuti prosedur (procedures following failures).   Horizontal stabilizer acts to balance the elevator that occurs on the wing by utilizing the elevator deflection. For the ATR 72 aircraft, the elevator system is divided into two parts, namely the left and right elevators. Normaly, one movement of the control columns in the cockpit is able to move both elevators simultaneously as they are connected together. But under certain conditions, between the left and the right elevator system can be disconnected due to system failure or human error causing the active mechanism of pitch uncoupling. From the incident, it causes the difference of input force between left and right elevator, of course it has direct effect on the horizontal load of the stabilizer being operated. To determine the difference in load received, the authors made five different case conditions to get the difference. Based on the results obtained from the simulation using solidworks software obtained the greatest stress found in hinge case 23 degree deflection elevator that is equal to 1,400e+008 N/m2, biggest difference of stress at normal 13 degree deflection elevator with 13 degree deflection pitch disconnect elevator 1,746e+007 N/m2, the largest difference in stress at normal 23 degree deflection elevators with 23 degree deflection pitch disconnect elevators of 8.880e+007 N/m2, and the pitch disconnect case did not affect the horizontal stabilizer structure if still following the procedures.  
Simulasi Monitoring Next Engine Shop Visit Life Limited Part CFM-56 Pada Pesawat Narrow Body Mufti Arifin; Endah Yuniarti; Borris Y Maningka
Jurnal Teknologi Kedirgantaraan Vol 3 No 1 (2018): Jurnal Teknologi Kedirgantaraan
Publisher : FTK UNSURYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35894/jtk.v3i1.214

Abstract

Batas umur pemakaian setiap komponen life limited part (LLP) engine pesawat terbang bervariasi. Maka dari itu perlu adanya suatu monitoring untuk mengetahui sisa umur komponen agar tidak terlewat atau melebihi batas umur pemakaian yang telah ditentukan oleh pabrik. Jika suatu komponen sudah mendekati batas umur yang telah ditentukan, maka komponen tersebut wajib untuk diganti dengan yang baru, walaupun secara visual kondisi komponen tersebut terlihat masih bagus atau layak. Untuk mempermudah monitoring, maka perlu dibuat ilustrasi engine dan tiga warna dengan menggunakan rumusan microsoft excel serta ditambahkan minimum remaining agar jarak pada shop visit tidak terlalu dekat, sehingga bisa meminimalisir waktu dari sebuah perencanaan shop visit. Kelebihan dari program ini adalah dapat memantau next engine shop visit dari banyak engine secara cepat, program ini perlu diuji pada kondisi operasional maintenance. Berdasarkan hasil analisis, rumusan microsoft excel dengan ilustrasi engine dan tiga warna serta minimum remainning dapat mempermudah monitoring LLP.   Life limit in every aircraft engine life limited part (LLP) component is varyated. Therefore, a monitoring is needed to determine life status of component in order to monitor life limit of component so they not exceed limit specified by manufacturer. If a component almost reach specified life limit, so that component must be replaced with new component, although visually that component still in good condition. In order to make monitoring easier engine illustration with 3 color created using Microsoft excel formula and minimum remaining added to make time between shop visit not too close, so time for shop visit planning can be minimalize. Advantage of this program is monitoring on remaining (cycle) category on specified date, and disadvantage of this program is needed to be tested in maintenance operational. According to analysis, microsoft excel formula with engine illustration with 3 color and minimum remaining can be examined in order to make monitoring easier.
Simulasi Monitoring Remaining Cycles Category Life Limited Part CFM56 Untuk Perencanaan Shop Visit Endah Yuniarti; Mufti Arifin; Borris Y Maningka
Jurnal Teknologi Kedirgantaraan Vol 3 No 1 (2018): Jurnal Teknologi Kedirgantaraan
Publisher : FTK UNSURYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35894/jtk.v3i1.215

Abstract

Batas umur pemakaian setiap komponen life limited part (LLP) engine pesawat terbang bervariasi. Maka dari itu perlu adanya suatu monitoring untuk mengetahui sisa umur komponen agar tidak terlewat atau melebihi batas umur pemakaian yang telah ditentukan oleh pabrik. Jika suatu komponen sudah mendekati batas umur yang telah ditentukan, maka komponen tersebut wajib untuk diganti dengan yang baru, walaupun secara visual kondisi komponen tersebut terlihat masih bagus atau layak. Untuk mempermudah monitoring maka perlu dibuatkan ilustrasi engine dan tiga warna dengan menggunakan rumusan microsoft excel serta ditambahkan minimum remaining agar jarak pada shop visit tidak terlalu dekat, sehingga bisa meminimalisir waktu dari sebuah perencanaan shop visit. Kelebihan dari program ini adalah dapat monitoring remaining (cycles) category pada tanggal yang ingin ditentukan, Program ini perlu diuji pada kondisi operasional maintenance. berdasarkan hasil analisis, rumusan microsoft excel dengan ditambahkan ilustrasi engine dan tiga warna serta minimum remainning dapat diuji dalam mempermudah suatu monitoring.   Life limit in every aircraft engine life limited part (LLP) component is varyated. Therefore, a monitoring is needed to determine life status of component in order to monitor life limit of component so they not exceed limit specified by manufacturer. If a component almost reach specified life limit, so that component must be replaced with new component, although visually that component still in good condition. In order to make monitoring easier engine illustration with 3 color created using Microsoft excel formula and minimum remaining added to make time between shop visit not too close, so time for shop visit planning can be minimalize. Advantage of this program is monitoring on remaining (cycle) category on specified date, and disadvantage of this program is needed to be tested in maintenance operational. According to analysis, microsoft excel formula with engine illustration with 3 color and minimum remaining can be examined in order to make monitoring easier.
Penggunaan Reliability Mapping pada Evaluasi Schedule Maintenance dan Unschedule Maintenance Mufti Arifin; Aprila Sakti K; Afid Nurul Anwar
Jurnal Teknologi Kedirgantaraan Vol 3 No 2 (2018): Jurnal Teknologi Kedirgantaraan
Publisher : FTK UNSURYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35894/jtk.v3i2.221

Abstract

Pelaksanaan pemeliharaan (maintenance) untuk berbagai sistem pada pesawat terbang mutlak diperlukan untuk menjaga kondisi pesawat agar selalu siap dan  aman pada saat dioperasikan. Program pemeliharaan dapat dibagi menjadi pemeliharaan terjadwal (schedule maintenance) yang bersifat preventif untuk mencegah terjadinya kegagalan dan pemeliharaan tidak terjadwal (unscheduled maintenance) yang berisfat korektif untuk memperbaiki komponen yang gagal agar kembali pada kondisi awal. Pemeliharaan preventif dapat mempengaruhi kehandalan komponen. Reliability mapping adalah salah satu metode untuk memonitor pengaruh pemeliharaan preventif terhadap kehandalan melalui cara grafis. Penelitian ini akan menggunakan reliability mapping dalam bentuk Microsoft Excel untuk evaluasi pelaksanaan schedule dan unschedule maintenance. Pada Studi kasus update navigation data base metode reliability mapping dapat menunjukan maintenance tepat waktu atau tidak. Studi kasus main wheel dapat menunjukan posisi main wheel yang memiliki kecenderungan interval penggantian paling pendek. Pada studi kasus ignition menunjukan bahwa maintenance A-check mempengaruhi kehandalan komponen dan dapat mencegah terjadinya unschedule maintenance.   Implementation of maintenance for various systems on the aircraft must be performed to maintain aircraft condition always ready and safe during operation. Maintenance program can be divided into schedule maintenance as preventive maintenance that prevents the component failure and unscheduled maintenance as corrective maintenance to repair the failed components to the initial conditions. Preventive maintenance can affect the reliability of components. Reliability mapping is one method for monitoring the effect of preventive maintenance to reliability through a graphical analysis. This research using reliability mapping using Microsoft Excel to evaluate schedule and unscheduled maintenance implementation. Reliability mapping for navigation data base update could determine whether the update performed on time or overdue. Main wheel replacement analysis using reliability mapping could shows the main wheel position that has lowest average intervals. Analysis at ignition system shows that the A-check maintenance affect the reliability of components and could prevent un-schedule maintenance.
Analisis Pengurangan Emisi CO2 Pada Perkembangan Desain Pesawat Udara Mufti Arifin; Fara Vania Utami
Jurnal Teknologi Kedirgantaraan Vol 4 No 1 (2019): Jurnal Teknologi Kedirgantaraan
Publisher : FTK UNSURYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35894/jtk.v4i1.228

Abstract

Kontribusi industri transportasi udara sebesar 2% dari emisi CO2 dunia memerlukan usaha penurunan emisi dari pengembangan desain pesawat udara. Penurunan emisi dapat dilakukan dengan menurunkan konsumsi bahan bakar pada desain yang lebih baru dari pengembangan desain pesawat terbang. Perbandingan data spesifikasi dari B737 familly dan A320 dilakukan pada penelitian ini untuk menentukan kontribusi teknologi material ringan dan teknologi engine pada penurunan emisi. Perkembangan generasi desain yang lebih baru dari pesawat pada kelas yang sama menghasilkan peningkatan berat kosong (Operating Empty Weight, OEW), MTOW (Maximum Take Off Weight), dan persentase OEW/MTOW dibandingkan pesawat generasi sebelumnya. Perhitungan perkiraan konsumsi bahan bakar dari pesawat B737-300 dan B737-700 menunjukkan penurunan emisi dipengaruhi oleh perkembangan teknologi engine yang lebih hemat bahan bakar daripada perkembangan teknologi material ringan pada struktur pesawat terbang. Efektifitas penurunan emisi dipengaruhi oleh jarak terbang pesawat.         Air transport industry has 2% contribution in CO2 emission need emission reduction effort from aircraft design improvement. Emission reduction could be done by decrease fuel consumption for next aircraft design. Aircraft specification data among B737 and A320 family was compared to determine contribution of light aircraft material technology and engine technology for emission reduction. Aircraft with newer design have higher Operating Empty Weight, Maximum Take Off Weight, and percentage of OEW/MTOW than older design. Fuel consumption estimation between B737-300 and B737-700 shown emission reduction more affected by Engine technology improvement that reduce fuel consumption rather than light material technology for airframe. Reduction of emission also affected by flight distance.