Claim Missing Document
Check
Articles

Analisis Tingkat Kebisingan Pesawat Saat Take-Off Berdasarkan Variasi Tinggi Lintasan di Bandara Halim Perdanakusuma Arindho Andrifa Faturrohman; Mufti Arifin; Ericko Chandra Utama
Jurnal Teknologi Kedirgantaraan Vol 9 No 1 (2024): Jurnal Teknologi Kedirgantaraan
Publisher : FTK UNSURYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35894/jtk.v9i1.97

Abstract

An increase in flight frequency can have a negative impact on the surrounding environment, one of which is high noise levels. Noise can come from full activity, runway stay, movement towards the runway, or aircraft engine testing. Airplane noise during take-off is one of the environmental problems that need attention at airports. The height of the aircraft's trajectory during take-off can affect the noise level generated by the aircraft, but not much research has been conducted to measure the impact of variations in the height of the disturbance on the noise level of aircraft at Halim Perdanakusuma Airport. This study aims to measure the noise level of aircraft during take-off with variations in track height at Halim Perdanakusuma Airport. The method used in this study is to observe 4 aircraft taking off at Halim Perdanakusuma Airport with a research time of 3 days, and the measuring instrument used is a sound level meter. Sound level meters measure noise in dBA units between 30 and 130 dB at a frequency of 20 to 20.000 Hz. Based on the calculation and measurement results obtained, it is known that the maximum height when the measurement is on the second day is at point A of 277 meters, while at point B is 299 meters. While the highestnoise measurement at point A is 93,1 dB while at point B it is 91,5 dB. The measured noise value based on calculations is estimated at 66,2 dB and is still below the Airbus A320 aircraft noise certification for flyover takeoff of 73,7 dB.
Analisis Safety Performance Indicator Pada MRO Emergency Equipment PT. Dwi Angkasa Gunawan, Gia Aviani; Arifin, Mufti; Martina, Ayu
Jurnal Mahasiswa Dirgantara Vol. 2 No. 2 (2023): Jurnal Mahasiswa Dirgantara
Publisher : FTK UNSURYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35894/jmd.v2i2.27

Abstract

ICAO Annex 19 mengenai Safety Management, menyatakan bahwa Safety Performance Indicator (SPI) merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur kinerja yang berhubungan dengan keselamatan. SPI dapat menjadi peringatan dini terhadap kondisi keselamatan kerja, memudahkan identifikasi kelemahan suatu tren, sehingga memudahkan untuk perbaikan serta peningkatan keselamatan kerja. PT Dwi Angkasa merupakan perusahaan AMO yang bergerak dibidang jasa perbaikan dan perawatan aircraft emergency equipment. Penelitian telah dilakukan dengan menggunakan metode fishbone diagram dengan tujuan untuk mengetahui perubahan kondisi safety performance serta mengetahui faktor yang menjadi kontribusi pada perubahan kondisi safety di PT Dwi Angkasa pada tahun 2021 - 2022. Hasil perhitungan menunjukkan nilai SPI terbesar dan terkecil untuk divisi oxygen adalah 1, dan 0.03448, serta untuk divisi hydrostatic test sebesar 0.66667, dan 0.01754. Hasil analisis statistik memperlihatkan bahwa adanya kemunduran kondisi safety, dan metode fishbone memperlihatkan faktor penurunan tersebut berkaitan dengan sikap dan perilaku, instruksi dan prosedur yang dijalankan, kondisi material dan mesin yang digunakan, serta kondisi lingkungan kerja dan tempat kerja yang tersedia.
RANCANG BANGUN PROTOTIPE TRAY ABS UNTUK PESAWAT KOMERSIAL Latif, Saiful; Arifin, Mufti; Shevillia Agustian, Erna
Jurnal Mahasiswa Dirgantara Vol. 2 No. 2 (2023): Jurnal Mahasiswa Dirgantara
Publisher : FTK UNSURYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35894/jmd.v2i2.33

Abstract

Pesawat penumpang komersial biasanya menyediakan makanan untuk para penumpang sehingga dibutuhkan tray untuk alas menopang makanan, snack dan minuman. Tray pesawat komersial yang dirancang dan dibuat harus cukup kuat dan stabil untuk menopang berbagai jenis produk dan makanan yang diletakkan di atasnya selama penerbangan. Pelayanan dalam penerbangan atau in-flight services adalah segala bentuk pelayanan yang diberikan kepada penumpang selama suatu penerbangan. Prototipe tray adalah versi uji coba atau replika tray yang digunakan untuk menguji desain, kualitas, dan fungsionalitas tray sebelum produksi massal. Prototipe palet dapat dibuat dengan menggunakan cetakan injeksi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang tray ABS dengan bentuk dan ukuran yang sesuai untuk menopang minuman dan makanan di dalam pesawat, untuk menguji dan memverifikasi keamanan produk yang ditempatkan pada tray ABS dan untuk mengidentifikasi bahan plastik yang sesuai. Hasil penelitian ini adalah bahan yang tepat untuk digunakan pada tray adalah material ABS type 300M14. Bahan ABS lebih kuat dibandingkan material yang lain. Desain tray dimulai dengan menentukan ukuran Panjang 380 mm dan lebar 250 mm. Pengujian yang dilakukan adalah menimbang berat tray ABS, menimbang tray ABS dengan beban diatasnya, ketahanan dan keseimbangan tray ABS dengan beban dipegang satu tangan dan dipegang dua tangan. Kata kunci : Tray ABS, Airline Trolley, Perancangan Produk, Prototipe e
Upaya Peningkatan Minat Belajar Fisika untuk Siswa SMA Melalui Praktikum Menggunakan Aeronautics Mobile Laboratory Arifin, Mufti; Yuniarti, Endah; Fairuza, Syarifah; Freddy Franciscus
Jurnal Bakti Dirgantara Vol. 1 No. 1 (2024): Jurnal Bakti Dirgantara
Publisher : Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35968/6k06fv15

Abstract

Community Service Activities (PKM) carried out by the Aeronautics Engineering Study Program, Air Marshal Suryadarma University use the Aeronautics Mobile Laboratory in the form of physics practicum. PKM aims to increase high school students' interest in physics lessons. The practicum was held at SMA 11 Bekasi on October 31 2023 with the moving student concept, namely a group consisting of 4 students carrying out observations and experiments alternately on 10 choices of physics material related to aeronautics technology (wind tunnel, Coanda effect, venturi pipe, honeycomb structure, paper planes, impacts, hollow plates, pleated structures, resonance, and vibration). Groups of students move from one practical table to another. After the activity, students were given a questionnaire to measure changes in student interest in physics lessons. The questionnaire results showed that the PKM objectives were successful with 81% of participants stating that their interest in physics lessons had increased after participating in the Aeronautics Mobile Laboratory practicum activities. However, improvements still need to be made so that the time allocated for each practical module is sufficient and the participant group can experience all types of practical modules.
9. ANALISIS PERBANDINGAN OPERASIONAL ANTARA VISUAL DOCKING GUIDANCE SYSTEM DAN MARSHALLING Muhammad Umar Abdulloh; Mufti Arifin; Cynthia Rahmawati; Muchammad Furqon Muchaddats; T. Dikatama
Jurnal TNI Angkatan Udara Vol 3 No 4 (2024): Jurnal TNI Angkatan Udara Triwulan Keempat
Publisher : Staf Komunikasi dan Elektronika, TNI Angkatan Udara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62828/jau.v3i4.30

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui meningkatnya lalu lintas udara,efisiensi operasional bandar udara menjadi semakin penting, terutama dalam proses parkirpesawat. Visual Docking Guidance System dan marshalling merupakan dua metodeutama yang digunakan untuk memandu pesawat menuju tempat parkir. VDGS merupakansistem otomatis yang memanfaatkan sensor dan algoritma canggih untuk memandu pesawatdengan cepat dan akurat, sehingga meningkatkan efisiensi dan keselamatan denganmengurangi ketergantungan pada faktor manusia. Sebaliknya, marshalling melibatkanpersonel darat yang memberikan panduan manual dengan sinyal visual, sehinggamenawarkan fleksibilitas yang besar untuk menyesuaikan diri dengan perubahan kondisilingkungan. Namun, metode ini berisiko tinggi terhadap kesalahan manusia, yang dapatmeningkatkan kemungkinan terjadinya kecelakaan atau kerusakan. Penelitian ini bertujuanuntuk menganalisis perbandingan antara VDGS dan marshalling dengan fokus padaefisiensi, akurasi, keselamatan, dan kepuasan pengguna. Studi literatur yang dilakukanmengintegrasikan hasil penelitian dari jurnal yang diterbitkan dalam dekade terakhir,Penelitian yang dilakukan oleh Mathavara menunjukkan bahwa marshalling memiliki risikoyang signifikan terkait dengan kesalahan manusia, yang dapat memengaruhi keselamatanoperasi penerbangan. Kesalahan dalam proses penyusunan dapat meningkatkan risikokecelakaan dan insiden, mengingat metode ini sangat bergantung pada keterampilankomunikasi dan penilaian individu dari penyusun. Di sisi lain, VDGS, dengan fitur-fiturotomatisnya, dapat mengurangi kemungkinan kesalahan manusia dan meningkatkankeselamatan operasional yang menunjukkan bahwa VDGS unggul dalam hal efisiensi danakurasi, sementara penyusunan tetap relevan dalam situasi yang memerlukan penyesuaianmanual. Sebagai kesimpulan, VDGS menawarkan keuntungan yang signifikan dalam halkecepatan dan keselamatan, sementara penyusunan tetap penting dalam menghadapikondisi operasional yang dinamis. Manajemen risiko terhadap kesalahan manusia dalampenyusunan adalah kunci untuk memastikan keselamatan dan efisiensi dalam proses parkirpesawat.
8. PENERAPAN CRITICAL PATH METHOD DALAM PROSES TRANSIT PESAWAT DI BANDARA NARITA Vita Kartika; Mufti Arifin; Chintya Rahmawati; Muchammad Furqon Muchaddats; T. Dikatama
Jurnal TNI Angkatan Udara Vol 3 No 4 (2024): Jurnal TNI Angkatan Udara Triwulan Keempat
Publisher : Staf Komunikasi dan Elektronika, TNI Angkatan Udara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62828/jau.v3i4.123

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengelolaan Efisiensi waktu transitpesawat udara pada suatu bandara, yang merupakan fase kritis dalam operasional bandarudara yang memerlukan manajemen waktu yang optimal bertujuan untuk menjamin efisiensidan keselamatan. Penelitian ini berfokus pada penerapan Critical Path Method (CPM) untukmenganalisis dan mengelola waktu transit pesawat udara di Bandar Udara Narita, Jepang,salah satu hub internasional dengan frekuensi penerbangan tinggi dan kompleksitasoperasional yang signifikan. Dengan menggunakan CPM, penelitian ini mengidentifikasi jalurkritis dalam serangkaian aktivitas transit pesawat udara yang meliputi penanganan ramp,penanganan kargo dan surat, pengendalian muatan, serta penanganan penumpang danbagasi. Dengan demikian, manajemen waktu yang efektif melalui metode CPM dapatmenjadi alat penting dalam meningkatkan kinerja operasional bandar udara, terutama dalammengelola proses transit pesawat udara yang kompleks
Analisis Kapasitas Belly Cargo pada Penerbangan Berjadwal Domestik Indonesia Mufti Arifin
Jurnal Teknologi Kedirgantaraan Vol 1 No 1 (2016): Jurnal Teknologi Kedirgantaraan
Publisher : FTK UNSURYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35894/jtk.v1i1.197

Abstract

Domestic air cargo using narrow body passenger (pax) aircraft belly has limited capacity as remaining from maximum payload minus pax payload. The ratio of revenue cargo and revenue pax from schedule domestic airlines production data from 2004-2014 rely at 9 kg/pax and highest at 14 kg/pax. This study compares belly cargo capacity from ten aircraft types that operates in Indonesia’s domestic route to air cargo demand estimation based on ratio data. All types at load factor 0.8 have belly cargo capacity larger than demand estimation. At full pax condition, ATR42-500, ATR72-500, ATR72-600, B737-300, B737-800, B737-900ER, and CRJ1000 still have belly cargo capacity larger than demand estimation. Smaller belly cargo capacity than demand only at A320, B737-400, and B737-500 with ratio 14 kg/pax, and only at A320 with ratio 9 kg/pax.
Analisis Linear Statik Pada Vertical Tail dengan Variasi Defleksi Rudder Syarifah Fairuza; Mufti Arifin; Bismil Rabeta
Jurnal Teknologi Kedirgantaraan Vol 2 No 2 (2017): Jurnal Teknologi Kedirgantaraan
Publisher : FTK UNSURYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35894/jtk.v2i2.206

Abstract

Desain ekor vertikal pada pesawat sangat beragam bentuknya, bergantung pada karakteristik dan fungsinya. Pada ekor vertikal tersambung rudder yang merupakan control surface pada sumbu vertikal dengan gerakan menggeleng (yaw). Penulisan tugas akhir ini bertujuan untuk menganalisa beban aerodinamis pada ekor vertikal dengan defleksi rudder yang berbeda. Material yang digunakan pada pemodelan adalah aluminium alloy 7075-T6, merupakan paduan dari zinc dan copper. Pemodelan ekor vertikal dan analisa perhitungan dilakukan menggunakan pendekatan elemen hingga dengan bantuan software solidworks 2016. Dengan menggunakan menu flow simulation dan simulation pada solidworks, dapat diketahui output berupa stress, strain, displacement, dan safety factor. Dari hasil yang didapat distribusi stress dan strain memiliki nilai maksimal pada daerah hinge dan  nilai minimal  terjadi pada root leading edge dari ekor vertikal. Nilai stress maksimal pada pemodelan semakin meningkat seiring bertambah besarnya defleksi rudder yang diberikan, tetapi tidak melebihi yield strength dari material yang digunakan.   The design of vertical tail on the aircraft is very diverse of its shape, depending on the characteristics and functions. On the vertical tail connected with rudder which is the surface control on the vertical axis with a yaw motion. The aim of this thesis is to analyze the aerodynamic load on the vertical tail with different rudder deflection. The material used is aluminum alloy which modeling on 7075-T6, it is an alloy of zinc and copper. The calculation and analysis of the vertical tail modeling is done by using finite element approach with the help of solidworks software 2016. By using flow simulation and stress simulation in solidworks, we know the output in the form of stress, strain, displacement, and the safety factor. The results obtained the distribution of stress and strain has a maximum value on the hinge area and the minimal value occurs at the root leading edge of  vertical tail. The value of maximum stress in the modeling increased as long as the increasing of rudder deflection, but it does not exceed the yield strength of the material used.
Analisis Beban Struktur Pada Elevator Pesawat ATR 72-600 Pada Kasus Pitch Disconnect Aircraft Load Bismil Rabeta; Mufti Arifin; Miranda Saputra
Jurnal Teknologi Kedirgantaraan Vol 3 No 1 (2018): Jurnal Teknologi Kedirgantaraan
Publisher : FTK UNSURYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35894/jtk.v3i1.213

Abstract

Horizontal stabilizer berperan untuk menyeimbangkan lift yang terjadi pada sayap dengan memanfaatkan defleksi elevator. Untuk pesawat ATR 72, sistem elevator terbagi menjadi dua bagian, yaitu elevator kiri dan kanan. Pada keadaan normalnya, satu gerakan saja dari salah satu column control di cockpit mampu untuk menggerakan kedua elevator tersebut secara bersamaan karena keduanya saling terhubung. Namun dalam kondisi tertentu, antara sistem elevator kiri dengan yang kanan bisa terputus karena kegagalan sistem ataupun human eror sehingga menyebabkan aktifnya mekanisme pitch uncoupling. Dari kejadian tersebut, maka menimbulkan perbedaan gaya input antara elevator kiri dengan yang kanan, tentu hal ini berpengaruh langsung pada beban horizontal stabilizer yang sedang beroperasi. Untuk menentukan perbedaan beban yang diterima penulis membuat lima kasus perbedaan kondisi untuk mendapatkan perbedaan yang terjadi. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari simulasi dengan menggunakan solidworks software didapatkan stress terbesar terdapat pada hinge kasus 23 degree deflection elevator yaitu sebesar 1,400e+008 N/m2, perbedaan stress terbesar pada saat normal 13 degree deflection elevator dengan 13 degree deflection pitch disconnect elevator sebesar 1.746e+007 N/m2, perbedaan stress terbesar pada saat normal 23 degree deflection elevator dengan 23 degree deflection pitch disconnect elevator sebesar 8,880e+007 N/m2, dan kasus pitch disconnect tidak mempengaruhi struktur horizontal stabilizer jika masih mengikuti prosedur (procedures following failures).   Horizontal stabilizer acts to balance the elevator that occurs on the wing by utilizing the elevator deflection. For the ATR 72 aircraft, the elevator system is divided into two parts, namely the left and right elevators. Normaly, one movement of the control columns in the cockpit is able to move both elevators simultaneously as they are connected together. But under certain conditions, between the left and the right elevator system can be disconnected due to system failure or human error causing the active mechanism of pitch uncoupling. From the incident, it causes the difference of input force between left and right elevator, of course it has direct effect on the horizontal load of the stabilizer being operated. To determine the difference in load received, the authors made five different case conditions to get the difference. Based on the results obtained from the simulation using solidworks software obtained the greatest stress found in hinge case 23 degree deflection elevator that is equal to 1,400e+008 N/m2, biggest difference of stress at normal 13 degree deflection elevator with 13 degree deflection pitch disconnect elevator 1,746e+007 N/m2, the largest difference in stress at normal 23 degree deflection elevators with 23 degree deflection pitch disconnect elevators of 8.880e+007 N/m2, and the pitch disconnect case did not affect the horizontal stabilizer structure if still following the procedures.  
Simulasi Monitoring Next Engine Shop Visit Life Limited Part CFM-56 Pada Pesawat Narrow Body Mufti Arifin; Endah Yuniarti; Borris Y Maningka
Jurnal Teknologi Kedirgantaraan Vol 3 No 1 (2018): Jurnal Teknologi Kedirgantaraan
Publisher : FTK UNSURYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35894/jtk.v3i1.214

Abstract

Batas umur pemakaian setiap komponen life limited part (LLP) engine pesawat terbang bervariasi. Maka dari itu perlu adanya suatu monitoring untuk mengetahui sisa umur komponen agar tidak terlewat atau melebihi batas umur pemakaian yang telah ditentukan oleh pabrik. Jika suatu komponen sudah mendekati batas umur yang telah ditentukan, maka komponen tersebut wajib untuk diganti dengan yang baru, walaupun secara visual kondisi komponen tersebut terlihat masih bagus atau layak. Untuk mempermudah monitoring, maka perlu dibuat ilustrasi engine dan tiga warna dengan menggunakan rumusan microsoft excel serta ditambahkan minimum remaining agar jarak pada shop visit tidak terlalu dekat, sehingga bisa meminimalisir waktu dari sebuah perencanaan shop visit. Kelebihan dari program ini adalah dapat memantau next engine shop visit dari banyak engine secara cepat, program ini perlu diuji pada kondisi operasional maintenance. Berdasarkan hasil analisis, rumusan microsoft excel dengan ilustrasi engine dan tiga warna serta minimum remainning dapat mempermudah monitoring LLP.   Life limit in every aircraft engine life limited part (LLP) component is varyated. Therefore, a monitoring is needed to determine life status of component in order to monitor life limit of component so they not exceed limit specified by manufacturer. If a component almost reach specified life limit, so that component must be replaced with new component, although visually that component still in good condition. In order to make monitoring easier engine illustration with 3 color created using Microsoft excel formula and minimum remaining added to make time between shop visit not too close, so time for shop visit planning can be minimalize. Advantage of this program is monitoring on remaining (cycle) category on specified date, and disadvantage of this program is needed to be tested in maintenance operational. According to analysis, microsoft excel formula with engine illustration with 3 color and minimum remaining can be examined in order to make monitoring easier.
Co-Authors AA Sudharmawan, AA Adam Wahyu Saputra Adam Ade Julizar Ade Julizar Afid Nurul Anwar Afifah, Atik Ahmad Akmal Said Ahmad Al Muhraj Ahmad Buana Syamra Pratama Rahman Al Farabi, Awfa Azka Alimin, Edy Karyadi amat chaeroni Ananda Rafi Rijalul Awwal Aprila Sakti K Arindho Andrifa Faturrohman Ayu Martina Bayu Wicaksono Belnov, Syaddad Husaini Borris Y Maningka Budi Aji Warsiyanto Chintya Rahmawati Cynthia Rahmawati Daniel Frederick Romulus Ginting Dhimas Ilyas Ramadhani Dhimas Dwiki Fahreza Andreanto Endah Yuniarti, Endah Erna Shevilia Erna Shevilia Agustian Evi Endarti Fadli Hidirsyah fahmins Fairuza, Syarifah Fara Vania Utami FORTUNE JR OMBUH Freddy, Franciscus Gunawan, Gia Aviani Husaini, Fahdli Zulfikar Imron Rosadi Israq Mifan Junaidi K, Aprilia Sakti Kanda Anantariyanto Alam Tasti Miranda Saputra Muchammad Furqon Muchaddats Muhamad Jayadi Muhammad Hadi Widanto Muhammad Kevin Bilhaq Muhammad Umar Abdulloh NUR HIDAYAH NINGSIH, Nur Hidayah Ningsih PANGGIH JOGO MUSTIKO Paramaharta, Izhar Rabeta, Bismil Rafika Arum Sari Raihan Maulana Yahya Reynaldo Mulya Tedja Riskha Agustianingsih Rizwan Maulana Rosalie, Rhea Anggun Said, Ahmad Akmal Saiful Latif, Saiful Sari, Rafika Arum sausan, Misk Sausan Ghina Septian, Diaz Shevillia Agustian, Erna Simon Sindhu H Sofyan, Mohamad Fauzan Somadi, Ridho Misbahudin surya wijaya, Andi Suwardi, Arie Prasetya Syaiful Rifki T. Dikatama Utama, Ericko Chandra venza, Venza Fawwaz Tsulatsa Victory Rumagit, Jodia Vita Kartika Wicaksono , Paulus Hilman