Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

Redesign the Lampit to Reduce the Workload in Dusun Semaja, Tabanan, Bali I Nyoman Artayasa
Journal of Urban Society's Arts Vol 8, No 1 (2021): April 2021
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/jousa.v8i1.5195

Abstract

Lampit is one of the traditional means of cultivating rice fields, which functions to level the land for planting rice. The operation of lampit can increase the work pulse up to 50% above the resting pulse and is included in the category of moderate to heavy workloads. At the end of the operation of lampit, it may cause complaints, especially on the buttocks and back, which is caused by the small and hardness of the lampit rod. There was an improvement to the lampit seating design by adding foam pads and adjusting the pressure lever found on the lampit stem to overcome this problem. This research is an experimental study using the same subject design, selected 30 research subjects from farmers in Dusun Semaja Antosari Tabanan Bali. The workload is evaluated based on the work pulse measured using the ten pulses method. In addition, the pulse was measured before and after the improvement of the lampit design. The data compared were the mean values before and after improvement, which were analyzed using paired t test (α = 0.05). The result is a significant decrease in the work rate of 19.35% (p <0.05). Thus, it can be concluded that the improved design of the lampit can reduce the workload. Therefore, farmers should continue using and perfecting the improved lampit.
NAPAK PERTIWI "A Land To Remember" Ida Bagus Harikayana Putra
Expose: Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 2, No 1 (2019): EXPOSE Jurnal Ilmu Komunikasi
Publisher : President University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (407.249 KB) | DOI: 10.33021/exp.v2i1.437

Abstract

Indigenous dalam tradisi budaya Bali selalu ada dalam upacara- upacara keagamaan salah satunya adalah Napak Pertiwi dari kelairan hingga kematian.  Sumber tertulis yang memaparkan secara jelas konsep tersebut belum ada, tetapi interpretasi maupun filosofis dari berbagai lontar seperti Barong Swari, Siwa Tatwa, Bajang Colongan sudah merepresentasikan  tentang makna dari Napak Pertiwi. Film fiksi Napak Pertiwi :”A Land to Remember” ini “didukung dengan karya yang ditulis oleh I Wayan Jengki Sunarta, Putu Karang, seorang pelukis asal Nusa Penida, Bali. Penciptaan karya memerlukan tahapan pra-produksi, produksi, dan pasca produksi. Teori yang digunakan adalah A Companioun to Film Theory karya Robert Stam dan Toby Miller (2004), yaitu aspek teatrikal, aspek statis, aspek literasi, teknologi (technology), kesejarahan (historycaly), pembahasaan (linguisticly), kelembagaan (institutionally), dan proses penerimaan (acceptance) untuk membentuk  sejarah atau histori sehingga terjadi rangsangan untuk membuat sebuah karya yang dapat dilihat melalui video.Hasil dari karya film ini adalah tervisualisasikannya kearifan lokal yaitu Napak Pertiwi. Cara visualisasi film fiksi Napak Pertiwi sehingga menyenangkan untuk ditonton disampaikan dengan struktur tiga babak dalam cerita film Napak Pertiwi, yaitu babak I eksposisi, babak II konfrontasi dan babak III resolusi dan ending, yang setiap babaknya tetap menyuguhkan emosi, depresi atau kehilangan, dan romantisisme pada tokoh yang berdurasi 69 menit bergenre melodrama dengan pesan kesadaran diri. Kata kunci : film fiksi , melodrama, Napak Pertiwi, visualisasi
Ergonomics and Tri Hita Karana Conception in Balinese Traditional Houses I Nyoman Artayasa
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 25 No 3 (2010): Desember
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (166.926 KB) | DOI: 10.31091/mudra.v25i3.1564

Abstract

Tri Hita Karana is the concept of three things that can lead to happiness, which consist of the relationship of human beings with God, amongst human beings, and the relationship of human beings with the environ- ment, which is embodied in the circulation, the design space forming element, the supporting build a space, design of facilities, utilities and decoration. The study of ergonomics on traditional residential houses in Bali focuses on task elements, organization and environment. The task examines how the facilities are created based on anthropometric and activity flow. The organization studies about traditional Balinese buildings layout in terms of organization of space, which resulted in a large scale, function space and circulation space. Environment review the two sides, firstly is physical environment, namely: the use of circulation, lighting and handling the existing season every year, and secondly is the social environment, namely: religion, beliefs, norms and others. There are similarities between Ergonomics and Tri Hita Karana, therefore this study intend to it. It is conducted by using qualitative descriptive analysis with the applica- tion of Tri Hita Karana concept on traditional Balinese buildings and also accompanied with ergonomic values based on te ape ape ape ape ape ape ape ape ape ape ape ape ape ape ape appose of this writing is to observe whether the ergonomics and Tri Hita Karana have similar views in the embodiment of traditional Balinese houses. In the end of the discussion we can conclude that the embodiment of traditional Balinese residential buildings has to be considered on the relationship of human beings with God and also the relationship of human being with the environment. It is also includes a consideration in ergonomics con- sists of: task, organization and environment; and it is found out that in the concept of Tri Hita Karana has similarities with the concept of ergonomics on traditional Balinese houses.
Anggaru Klawu: Metafora Fauna Endemik Indonesia Owa Jawa Dalam Penciptaan Busana Dengan Art Of Beat Style Mitariani -; I Nyoman Artayasa; Nyoman Dewi Pebryani
Style : Journal of Fashion Design Vol 1, No 1 (2021): Style : Journal of Fashion Design
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (621.047 KB) | DOI: 10.26887/style.v1i1.2112

Abstract

Indonesia is a country which has a diversity of flora and fauna. One of the endemic faunas of Indonesia is the Javan Gibbon. The Javan Gibbon (Hylobates Moloch) is a species of small ape without a tail with long arms, gray hair, and a distinctive voice. The Javan gibbon is an animal that is startining become endangered animal and almost extinct so that the IUCN Redlist has categorized as an  "endangered" or threatened extinct. Javan Gibbons are the source of ideas for creating ready-to-wear, ready-to-wear deluxe and haute couture clothing which are implemented with metaphorical theory based on selected keywords, namely diurnal, arboreal, monogamous, territorial, sound, long sleeves, attracting attention and art of beat. The foundation of this fashion creation is using the method of. Tjok Istri Ratna Cora Sudharsana, namely Frangipani. “FRANGIPANI, The Secret Steps of Art Fashion” which consists of ten stages in the process of crafty fashion designs. The result of this creation is expected to be able to introduce to many people that Indonesia has the Javan Gibbon as an endemic animal of Indonesia that must be preserved in order that it does not become extinct. 
PROSES DAUR ULANG PLASTIK SEBAGAI FURNITUR YANG MEMENUHI STANDAR ERGONOMI I Gusti Ayu Agung Ana Berliana; I Gede Mugi Raharja; I Nyoman Artayasa
Jurnal Ilmiah Desain & Konstruksi Vol 21, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Gunadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35760/dk.2022.v21i2.7136

Abstract

Sampah plastik semakin menjadi permasalahan lingkungan disetiap negara termasuk Indonesia yang telah menduduki peringkat ke tiga penghasil sampah plastik di dunia. Kondisi mengkhawatirkan ini berusaha diatasi dengan regulasi oleh pemerintah dan industry kreatif yang memanfaatkan plastik sebagai furnitur. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan sampah plastik yang dijadikan material furnitur. Metode penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawamcara, dokumentasi, dan literatur. Analisis data dengan metode interaktif Miles dan Huberman yang datanya diinterpretasikan menggunakan teori ergonomi. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak semua jenis plastik dapat didaur ulang dan dimanfaatkan sebagai furnitur sebab setiap jenis plastik memiliki kelebihan dan kekurangannya. Proses pengolahan plastik sangat penting untuk keamanan terhadap faktor manusia yang memproduksi dan memakai. Sehingga tujuan penelitian yang untuk memudahkan desainer dalam perancangan karya furnitur dapat dipastikan aman dan nyaman digunakan.Kesimpulannya yaitu, plastik daur ulang memiliki standar untuk dijadikan sebagai furnitur yang dapat diketahui dari pemilihan jenis plastik, pengolahan atau daur ulang sampah plastik, hingga ke tahap perancangan furnitur.
PERANCANGAN GAYA MODERN KONTEMPORER PADA VILLA BELAKANG, GRAND VILLA PERERENAN Made Meitalia Sari; I Nyoman Artayasa; Made Ida Mulyati
Jurnal Vastukara: Jurnal Desain Interior, Budaya, dan Lingkungan Terbangun Vol 3 No 1 (2023): Jurnal Vastukara
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bali merupakan salah satu destinasi terpopuler pada masa liburan setiap tahunnya. Maka dari itu pemesanan penginapan biasanya dilakukan sejak jauh-jauh hari. Penginapan pun memiliki jenis yang berbeda-beda, yakni hotel, boutique hotel, resort, cottage, villa, losmen, inn, dan lain sebagainya. Salah satu penginapan di Bali yang akan dibangun yaitu Grand Villa Pererenan. Di dalam kompleks villa akan dibangun 2 tipe villa yaitu Villa 2 Kamar dan Villa Belakang. Villa Belakang Pererenan yang memiliki luasan tanah 4 are ini dirancang dengan mengusung gaya modern-kontemporer yang mana memiliki karakteristik rapi, bersih, dan minim dekorasi. Dalam mengerjakan proyek ini dilakukan metode dokumentasi dan studi literatur dalam pengumpulan data-datanya. Gaya modern-kontemporer diterapkan pada seluruh interior baik pada elemen pembentuk ruang hingga furniturnya. Desainnya banyak menggunakan bentuk geometris seperti persegi dan lingkaran serta garis horizontal dan vertikal. Untuk menerapkan karakteristiknya yang bersih dan rapi, interior didesain dengan minim aksen dan dekorasi. Walaupun demikian interior tetap terlihat menarik karena pengaplikasian material sangat diperhatikan sehingga dapat menjadi sebuah daya tarik dan titik fokus. Interiornya dominan menggunakan warna monokrom yang netral dan sedikit sentuhan warna alami kayu yang dapat memberikan kesan natural dan titik fokus di antara furnitur lainnya. Sedangkan bagian pencahayaan menggunakan pencahayaan alami dan buatan yang berasal dari downlight, lampu gantung, dan LED strip. Warna yang digunakan pada lampu yakni warm white agar interior memberikan kesan hangat dan nyaman untuk dihuni.
Exploring the Philosophy and Forms of Traditional Balinese Architecture at Badung Market I Kadek Pranajaya; I Nyoman Artayasa
Journal of Urban Society's Arts Vol 9, No 2 (2022): October 2022
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/jousa.v9i2.6118

Abstract

After the fire disaster, Badung market was rebuilt by applying the values of Balinese  local wisdom. It was designed through an integrated synergy of regional arrangement within the Badung market, Kumbasari market, and the arrangement of the Tukad Badung to support the concept of a heritage city tour in Denpasar City. The philosophical concept used is tapak dara and padu raksa. The concept of values and architectural forms uses the Triangga, the Trimandala, the Sanga Mandala, and the Tri Hita Karana concepts. The forms of the entrance uses the bintang aring concept. It is combined with the kayon form as a symbol of balance, horizontal and vertical for human life. The concept of Balinese traditional architectural decoration uses bebadungan decorations. This research was with a qualitative exploratory method Researchers also found modernization towards more advanced changes with rational, effective, efficient, and economic principles. This is evidenced in the use ornaments made of Glass Reinforced Concrete, elevator facilities, and escalators. In addition, Badung market was designed to be more modern and universal with a children's play room, lactation room, emergency stairs, accessible toilets, and other facilities.Menjelajahi Filosofi dan Bentuk Arsitektur Tradisional Bali di Pasar Badung.  Pascabencana kebakaran, Pasar Badung dibangun dengan menerapkan nilai kearifan lokal Bali. Didesain melalui sinergitas penataan kawasan secara terpadu antara Pasar Badung, Pasar Kumbasari, dan penataan tukad Badung untuk menunjang konsep tur kota pusaka (heritage city tour) Kota Denpasar. Konsep filosofis yang digunakan adalah tapak dara sebagai simbol keseimbangan dan padu raksa sebagai makna stabilitas perputaran ekonomi masyarakat untuk peningkatan kesejahteraan. Konsep tata nilai dan bentuk bangunan menggunakan konsep triangga, trimandala, sanga mandala, dan tri hita karana. Bentuk pintu masuk pada bangunan utama menggunakan konsep bintang aring dengan bebatelan di kiri dan kanan. Bintang aring difilosofikan sebagai pintu yang bercahaya bagai bintang sehingga terlihat monumental, berestetika, dan menambah kesan oriental. Bintang aring dikombinasikan dengan bentuk kayon sebagai lambang keseimbangan, horisontal dan vertikal bagi kehidupan manusia. Konsep ragam hias arsitektur tradisional Bali menggunakan ragam hias bebadungan. Ragam hias ini didesain untuk menciptakan identitas jati diri Kota Denpasar. Peneliti juga menemukan kehidupan modernisasi dengan prinsip rasional, efektif, efisien, dan ekonomis. Hal ini dibuktikan pada penggunaan ornamen dari bahan Glass Reinforced Concrete (GRC), fasilitas elevator, dan eskalator. Selain itu Pasar Badung didesain lebih modern dan universal dengan adanya ruang bermain anak, ruang laktasi, tangga darurat, toilet aksesibel, dan fasilitas lainnya.
Ergonomics and Tri Hita Karana on Balinese Traditional Houses Building I Nyoman Artayasa
Lekesan: Interdisciplinary Journal of Asia Pacific Arts Vol. 4 No. 1 (2021): April
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/lekesan.v4i1.1351

Abstract

Tri Hita Karana is the concept of three things that can lead to happiness, which consist of the relation of human beings with God, amongst human beings, and the relationship of human beings with the environment, which is embodied in the circulation, the design space forming element, the supporting build a room, design of facilities, utilities and decoration. The study of ergonomics on traditional residential houses in Bali focuses on task elements, organization, and environment. The task examines how the facilities were created based on anthropometric and activity flow. Organization study about traditional Balinese buildings layout in terms of space organization resulted in a large scale, function space, and circulation space. Environment review the two sides, firstly is the physical environment, namely: the use of circulation, lighting and handling the current season every year, and secondly is the social environment, namely: religion, beliefs, norms, and others. There are similarities between Ergonomics and Tri Hita Karana; therefore, this study intends to it. It is conducted by using qualitative descriptive analysis with Tri Hita Karana concept on traditional Balinese buildings and accompanied with ergonomic values based on the subject of the task and environmental organizations. This writing aims to observe whether the ergonomics and Tri Hita Karana have similar views in the embodiment of traditional Balinese houses. At the end of the discussion, we can conclude that the embodiment of traditional Balinese residential buildings has to be considered on the relationship of human beings with God and the relationship between human beings and the environment. It also includes a consideration in ergonomics consists of task, organization, and environment; and it is found out that the concept of Tri Hita Karana has similarities with the idea of ergonomics on traditional Balinese houses.
PENGAPLIKASIAN KONSEP PRAGMATIS PADA INTERIOR EKA SUKMA STUDIO YOGA Legini, Putu Ayu Mas Nata; Artayasa, I Nyoman; Padmanaba, Cok Gde Rai
Jurnal Vastukara: Jurnal Desain Interior, Budaya, dan Lingkungan Terbangun Vol 4 No 1 (2024): Jurnal Vastukara
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/vastukara.v4i1.3454

Abstract

Eka Sukma Studio Yoga merupakan studio yoga aktif yang terletak di Desa Batubulan, Sukawati. Yoga adalah salah satu kegiatan yang paling diminati oleh wisatawan mancanegara dikarenakan yoga sendiri memiliki banyak manfaat salah satunya adalah mendatangkan kebahagiaan. Penelitian membuktikan bahwa latihan yoga konsisten memperbaiki depresi, meningkatkan kadar serotonin, dan menurunkan kortisol. Dengan mendukung dari tujuan yoga tersebut yang mana mengatakan yoga dapat mendatangkan kebahagiaan maka suasana dari tempat pelatihan yoga lebih diperhatikan lagi penataan desainnya. Dengan begitu tempat pelatiahan yoga di desain agar menciptakan suasana yang tenang bagi pengunjung. Kondisi Eka Sukma Studio Yoga saat ini masih belum dapat dikatakan sempurna untuk dijadikan studio yoga dikarenakan suasanya yang masih panas dan sempit. Desain interior Eka Sukms studio yoga dapat di desain dengan menggunakan konsep pragmatis, yang mana artinya mengutamakan pemecahan masalah dengan tanggapan langsung. Sarana Yogi Santika merupakan penerapan dari konsep Pragmatis yang berarti tempat pelatihan yoga yang mendamaikan. Pada kasus yang diambil yaitu studio yoga akan diterapkan konsep tersebut dengan bertujuan menciptakan suasana yang damai dan tenang kepada pengunjung sehingga pengunjung akan lebih merasa bahagia setelah melaksanakan yoga dan melepas penat dari hiruk pikuk kegiatan sehari hari. Dengan menggunakan konsep pragmatis dengan penerapan Sarana Yogi Santika pada interior studio yoga dan mengaplikasikan elemen elemen desain dengan maknanya masing masing diharapkan agar dapat menjadi pendukung dalam penciptaan suasana tenang pada interior studio yoga dan membuat para pengunjung dapat merasakan tujuan yang sebenarnya dari melaksanakan yoga wellness.
KONSEP ZEN GARDEN PADA INTERIOR RUANG KELUARGA Saraswati, Ni Komang Adinda Mahadyah; Artayasa, I Nyoman; Kerdiati, Ni Luh Kadek Resi
Jurnal Vastukara: Jurnal Desain Interior, Budaya, dan Lingkungan Terbangun Vol 4 No 2 (2024): Jurnal Vastukara
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/vastukara.v4i2.3898

Abstract

Zen Garden, yang berasal dari tradisi Jepang telah menjadi inspirasi dalam desain interior modern. Taman ini menciptakan suasana meditatif dan ketenangan melalui elemen-elemen alam seperti batu, pasir, dan tanaman. Dalam interior ruang keluarga, prinsip Zen Garden dapat diadaptasi untuk menciptakan lingkungan yang harmonis dan menenangkan. Artikel ini mengkaji bagaimana konsep Zen Garden dapat diterapkan dalam interior ruang keluarga untuk menciptakan suasana yang tenang dan harmonis. Mengidentifikasi elemen-elemen utama Zen Garden seperti keseimbangan, penggunaan elemen alami, dan minimalisme, serta mengkaji penerapannya dalam ruang keluarga. Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan dengan analisis deskriptif kualitatif, mengandalkan literatur dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan konsep Zen Garden dalam desain interior menciptakan ruang yang menenangkan dan meditatif, dengan fokus pada ketenangan, harmonisasi, dan keterhubungan dengan alam. Studi kasus seorang artis musisi menyoroti pentingnya lingkungan tenang untuk mendukung kreativitas dan keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional. Desain ruang yang harmonis memungkinkan interaksi keluarga yang mendukung keseimbangan hidup, serta menciptakan hubungan yang kuat dengan alam melalui penggunaan elemen alami dalam Zen Garden.   Kata kunci : Zen Garden, Ruang Keluarga, Arsitektur Jepang