Claim Missing Document
Check
Articles

Simpanan Karbon pada Ekosistem Padang Lamun di Perairan Jepara Sophianto, Raka Pramulo; Endrawati, Hadi; Hartati, Retno
977-2407769
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1394.933 KB) | DOI: 10.14710/jmr.v9i2.25284

Abstract

Padang lamun merupakan ekosistem yang kompleks dan produktif di ekosistem laut dan pesisir serta salah satu peran utama lamun adalah sebagai penyimpan karbon dengan karakteristik uniknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis lamun, mengetahui struktur komunitas lamun,  nilai biomassa dan nilai karbon lamun. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober dan November 2017 di Teluk Awur dan Pantai Bendengan Jepara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan pada dua tempat masing-masing lima stasiun. Sampel yang diambil adalah lamun, sedimen dan air laut yang ditemukan di lokasi penelitian yang kemudian di identifikasi serta dianalisis di Laboratorium Biologi, Departemen Ilmu Kelautan, dan analisis pengabuan lamun dilakukan pada di Laboratorium Geologi, Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai total biomassa lamun yang didapat di kedua lokasi dari sampling pertama yaitu 982,77 gbk/m2 dan sampling kedua yaitu 923,91 gbk/m2. Total kandungan karbon pada sampling pertama berkisar antara 511,76 – 3662,26 gC/m2 dan total karbon pada sampling kedua berkisar antara 141,48 – 3344,2 gC/m2. Perbedaan hasil yang di dapat menunjukkan bahwa perbedaan iklim dapat berpengaruh terhadap hasil yang didapatkan. Seagrass beds are complex and productive ecosystems in marine and coastal ecosystems and one of the main roles of seagrasses is storing carbon with its unique characteristics. This study aims to determine the types of seagrasses, find out the seagrass community structure, biomass values and seagrass carbon values. This research was conducted in October and November 2017 in Teluk Awur and Bendengan Jepara Beach. The method used in this research is descriptive method. Sampling was carried out at two places each of five stations. Samples taken were seagrass, sediments and seawater found at the study site which were then identified and analyzed in the Biology Laboratory, Department of Marine Sciences, and analysis of desertion carried out at the Geology Laboratory, Department of Marine Sciences, Faculty of Fisheries and Marine Sciences, Diponegoro University. The results of this study indicate the total value of seagrass biomass obtained in both locations from the first test was 982.77 gbk/m2 and the second test was 923.91 gbk/m2. The total carbon content in the first sampling ranged from 511.76 - 3662.26 gC/m2 and the total carbon in the second sampling ranged from 141.48-3344.2 gC/m2. The difference in results can show that climate differences can affect the results obtained.
Kajian Tingkat Kerentanan Rajungan (Portunus pelagicus) di Perairan Desa Tunggulsari Kabupaten Rembang Wishnuputri, Parameswari Iccha Nirmalabuddhi; Redjeki, Sri; Hartati, Retno
977-2407769
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v10i1.28247

Abstract

Rajungan (Portunus pelagicus) adalah salah satu sumber daya hayati laut Indonesia. Rajungan merupakan komoditas utama  perikanan di Indonesa, baik untuk lokal maupun ekspor. Nilai ekonomis rajungan yang tergolong tinggi mengakibatkan penangkapan rajungan dilakukan secara besar-besar dan dapat memicu terjadinya kepunahan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat kerentanan rajungan di Perairan Desa Tunggulsari dan mengetahui karakteristik morfometri dari rajungan yang ditangkap pada lokasi tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Productivity and Susceptibility Analysis (PSA). Wawancara dilakukan kepada 60 nelayan di Desa Tunggulsari. Pengukuran parameter kualitas perairan meliputi suhu, oksigen terlarut, salinitas, dan pH. Pengukuran morfometri dilakukan pada salah satu pengepul di desa. Hasil dari wawancara diketahui bahwa nelayan di Desa Tunggulsari menggunakan 2 macam alat tangkap yaitu bubu lipat dan jaring insang dasar. Penilaian atribut produktivitas rajungan masuk dalam kategori tinggi, sedangkan penilaian atribut kerentanan tergolong pada resiko rendah untuk penggunaan kedua alat tersebut. Nilai MSC untuk alat tangkap bubu lipat adalah 96,0 dan 98,2 untuk alat tangkap jaring insang dasar. Nilai MSC > 80 menunjukkan bahwa tingkat kerentanan rajungan pada lokasi tersebut masuk pada kategori rendah. Selanjutnya, pola pertumbuhan rajungan di Desa Tunggulsari adalah allometrik negatif baik untuk rajungan jantan maupun betina. Hal ini menunjukkan pertumbuhan panjang dan lebar karapas lebih cepat dibandingkan penambahan berat rajungan. The blue swimming crab (Portunus pelagicus) is one of the Indonesian marine biological resources. The blue swimming crab is a main commodity of fisheries in Indonesia, both for local and export. Economic value of blue swimming crab classified as high involve over-exploitation of blue swimming crab and can lead to extinction. This research is aimed to determine level of vulnerability of blue swimming crab in Tunggulsari waters and to discover morphometry characteristic of blue swimming crab that caught at that location. The method used in this research is Productivity and Susceptibility (PSA) method. Interviews were conducted with 6 fishermen in the village of Tunggulsari. Measurement of water quality parameters including temperature, dissolved oxygen, salinity, and pH. Morphometry measurement was carried out in one of the collectors in the village. The results of the interview revealed that fishermen in the village of Tunggulsari used 2 fishing tools namely bubu lipat and bottom set gillnet. Assessment of blue swimming crab productivity attributes is included in the high category, while the assessment of vulnerability attributes is classified as low risk for the use of both tools. The MSC value for bubu lipat is 96,0 and 98,2 for bottom set gillnet. The MSC value is more than 80 indicates that the level of blue swimming crab vulnerability at that location is in the low category. Further, blue swimming crab growth pattern in the village of Tunggulsari are negative allometrics for both male and female blue swimming crabs. This shows the growth in length and width carapace is faster than the addition of blue swimming crab weight.
Analisis P/b Rasio Foraminifera di Perairan Delta Wulan, Demak, Jawa Tengah Manuhuwa, Bifa Aulia; Hartati, Retno; Endrawati, Hadi
977-2407769
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v10i1.27883

Abstract

Foraminifera merupakan organisme uniseluler yang dapat berperan sebagai indikator lingkungan serta dapat menentukan lingkungan pengendapan. Cara hidup foraminifera dibagi menjadi dua yaitu foraminifera planktonik (melayang) dan foraminifera bentonik (menambat). Peran foraminifera sebagai organisme indikator ideal karena memiliki siklus hidup relatif singkat sehingga memfasilitasi peristiwa rekaman episodik (Haunold et al., 1997). Saat ini foraminifera banyak hidup di perairan laut dangkal dan laut dalam seperti di Delta Wulan, Demak. Litologi penyusun Delta Wulan ini masih berupa endapan sedimen yang dapat diketahui bahwa delta ini berumur Kuarter. Sehingga, persentase P/b Rasio dapat digunakan untuk menganalisis lingkungan pengendapan (Grimsdale dan Morkhoven, 1955). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan komposisi foraminifera dan P/b rasio sebagai indikator lingkungan pengendapan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari dan Maret 2019 di perairan Delta Wulan, Demak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei eksploratif. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan menetapkan 12 titik penelitian. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan 24 genus foraminifera yang dikelompokkan menjadi 4 kelas, yaitu Globothalamea, Fusulinata, Tubothalamea dan Nodosariata. Nilai kelimpahan untuk foraminifera planktonik berkisar 57-8000 ind/m2sedangkan foraminifera bentonik berkisar 29-314 ind/m2. Nilai P/b Rasio berkisar antara 86 – 93% dengan kategori batimertri batial atas.Foraminifera is an unicellular organism that can act as an environmental indicator and can determine the depositional environment. The way of life of foraminifera is divided into two namely planktonic foraminifera (floating) and bentonic foraminifera (tethering). The role of foraminifera as an ideal indicator organism because it has a relatively short life cycle thus facilitating episodic recording events (Haunold et al., 1997). At present many foraminifera live in shallow and deep sea waters such as the Wulan Delta, Demak. This Wulan Delta lithology is still in the form of sediment deposits which can be seen that this delta is Quaternary age. Thus, the percentage P/b ratio can be used to analyze the depositional environment (Grimsdale and Morkhoven, 1955). The purpose of this research is to determine the composition of foraminifera and P/b ratio as indicators of depositional environment. This research was conducted in January and March 2019 in the waters of Delta Wulan, Demak. The method used in this research is explorative survey method. Sample was collected by using purposive sampling and deciding 12 research sites. Based on the results of the study found 24 genus foraminifera which are grouped into 4 classes, namely Globothalamea, Fusulinata, Tubothalamea and Nodosariata. The abundance value for planktonic foraminifera ranges from 57-8000 ind/m2 while the bentonic foraminifera ranges from 29-314 ind/m2. The value of P/b Ratio range from 86 - 93% with the upper batial bathymetry category.
PRODUK PERAWATAN KULIT BERBAHAN DASAR GARAM REBUS SEBAGAI DIVERSIFIKASI USAHA DI MASA PANDEMI Hartati, Retno; Widianingsih, Widianingsih; Broto, R. T.D Wisnu; Supriyo, Edy
JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) Vol 5, No 6 (2021): Desember
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (640.575 KB) | DOI: 10.31764/jmm.v5i6.5747

Abstract

Abstrak: Garam rebus diproduksi dengan cara merebus air laut atau larusan garam laut. Garam laut merupakan bahan alami yang dapat digunakan untuk perawatan kulit. Untuk itu kegiatan ini bertujuan untuk mensosialisasikan produk perawatan kulit berbahan dasar garam rebus. Mitra kegiatan adalah Usaha Kecil Mekarsari, yang berlokasi di Desa Kaliwlingi Brebes. Kegiatan dimulai dengan tahap persiapan dimana dilakukan penyusunan leaflet, pembuatan contoh produk dan koordinasi dengan Mitra. Pelaksanaan kegiatan sosialisasi produksi produk perawatan kulit berbahan dasar garam rebus dilakukan dengan peserta terbatas, dilanjutkan dengan perkenalan bahan-bahan baku, praktek bersama dengan Tim Pengabdi dan praktek mandiri oleh Mitra. Kegiatan ini Mitra telah menghasilkan produk perawatan kulit berbahan dasar garam rebus, yaitu Bath Salt, Toner, Scrub/Lulur, Honey Mask, Traditional mask, dan Spirulina Salt Mask. Monitoring dan evaluasi kegiatan menunjukkan ada peningkatan pengetahuan berupa jawaban benar sebanyak 70%. Memperhatikan antusiasme Mitra, kegiatan ini dapat dilanjutkan dalam program pengembangan produk, yaitu pengemasan dan produksi yang higienis serta sosialisasi produk ke masyarakat untuk memperluas pasar.  Abstract: Boiled salt is produced by boiling sea water or a saturated sea salt solution. Sea salt is a natural ingredient, can be used for skin care. Therefore, this activity aims to socialize skin care products made from boiled salt. The activity partner is the Mekarsari Small Business, located in the Kaliwlingi Village, Brebes. The activity begins with the preparation of leaflets, product samples are made and did coordination with partners. The socialization of the production of skin care products made from boiled salt was carried out with a limited number of participants, followed by the introduction of raw materials, joint practice with the Team and independent practice by partners. In this activity, Mekarsari is able to produce Bath Salt, Toner, Scrub, Honey Mask, Traditional mask, and Spirulina Salt Mask. Monitoring and evaluation of activities showed a 70% increase in knowledge in the form of correct answers. The enthusiasm of Partners, revealed that this activity can be continued in product development programs, such as hygienic packaging and production as well as product socialization to the public to expand the market.
Morfometri Dan Hubungan Panjang Berat Kerang Hijau (Perna veridis) dari Perairan Tambak Lorok, Semarang Dan Morosari, Demak, Jawa Tengah Ubay, Jufri; Hartati, Retno; Redjeki, Sri
Journal of Marine Research Vol 10, No 4 (2021): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v10i4.31737

Abstract

Kerang Hijau (Perna viridis) adalah salah satu spesies dari kelas Bivalvia yang banyak ditemukan di perairan Tambak Lorok, Semarang dan di perairan Morosari, Demak, sehingga menjadi salah satu sumber pendapatan masyarakat di daerah tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan pengukuran morfomeri kerang hijau, mengetahui pertumbuhan  dan indeks kondisi populasi kerang hijau (P. viridis) di kedua prairan tersebut. Sebanyak 50 individu kerang hijau diambil dari lokasi penelitian pada bulan Desember 2020, Januari 2021 dan Februari 2021. Hasil pengukuran morfometri menunjukkan bahwa selama penelitian, populasi kerang hijau di kedua lokasi terdiri dari satu kelompok ukuran, dengan puncak kelas ukuran yang bergeser ke kanan yang menunjukkan adanya pertumbuhan. Hubungan panjang  dan berat kerang hijau  menunjukkan kisaran nilai b 2,22-2,27 dan 1,0-2,5 berturut-turut di perairan Tambak Lorok dan Morosari dan pertumbuhannya bersifat alometri negatif, dengan nilai ƿ berkisar 0,76-0,88 (korelasi positif kuat) di perairan Tambak Lorok dan 0,33-0,80 (korelasi lemah sampai kuat) di perairan Morosari.  Nilai indeks kondisi kerang hijau di  Perairan Tambak Lorok dan Morosari sebesar 36,89-47,91 yang  menunjukkan kondisi yang sedang. Dari data morfometri nampak adanya rekruitmen dari proses reproduksi  dan mortalitas karena penangkapan pada populasi kerang hijau di kedua lokasi penelitian. Green mussel (Perna viridis) is one of the species from the class Bivalvia which is commonly found in the waters of Tambak Lorok, Semarang and Morosari, Demak, so that it becomes a source of income for the coastal communities in those area. The purpose of this study was to measure the morphometry of green mussels, to determine the growth and condition index of the population of green mussels (P. viridis) in the waters of Tambak Lorok, Semarang and Morosari, Demak. A total of 50 green mussels were taken from the study sites in December 2020, January 2021 and February 2021. The results of morphometric measurements showed that during the study, the green mussel population in both locations consisted of one size group, with the size class peaks shifting to the right indicating growth. The relationship between length and weight of green mussels showed a range of b values of 2.22-2.27 and 1.0-2.5 respectively in Tambak Lorok and Morosari waters and the growth was negative allometric, with correlation values ranging from 0,76-0.88 (strong positive correlation) in Tambak Lorok waters and 0.33-0.80 (weak to strong correlation) in Morosari waters. The condition index value of green mussels in Tambak Lorok and Morosari waters is 36.89-47.91 which indicates moderate conditions. From the morphometry data, it appears that there is a recruitment process and mortality due to capture in the green mussel population in both research locations. 
STUDY TO INVESTIGATE INDUCED SPAWING METHOD AND LARVAL REARING OF THE SEA CUCUMBER Holothuria scabra *) Retno Hartati; Delianis Pringgenies
JOURNAL OF COASTAL DEVELOPMENT Vol 1, No 3 (1998): Volume 1, Number 3, Year 1998
Publisher : JOURNAL OF COASTAL DEVELOPMENT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (7485.296 KB)

Abstract

In irder to increase natural population stocks, a sea cucumber cultivation project was attempted in the Karimunjawa Islands (Java Sea, Indonesia). Since continuous production of larvae is essential to such a project, this portion of the research focuses on methods of inducing the sea cucumber Holothuria scabra to spawn and monitoring the development of resulting larvae. Four different types of environmental manipulation were used to try and induce spawning; artificial fertilization (using manually extracted eggs and sperm), thermal shock (raising the temperature of the spawning medium), desiccation (partially drying out) and treatment with potassium chloride (KCL) solutions of various concentrations. The development of the resulting larvae was carefully observed. Results indicate that thermal shock, desiccation and potassium chloride (KCL) are all effective in stimulating the sea cucumber Holothuria nobilis to spawn. Thermal shock gave the best result with both male and female spawning and 90% larvae development. Using a stocking density of 300 larvae/ liter in 10 liter aquaria, larvae was successfully raised up to pentactula stage. Regardless of the method used to induce spawning, fertilizer eggs development into auricularia larvae at 31 hours and 30 minutes. These larvae then metamorphosed into doliolaria and pentactula larvae at day 13 and 26. Mortality of all stocks at the pentactula stage was probably due to lack of provision of settlement substance.
Fauna Echinodermata di Indonoor Wreck, Pulau Kemujan, Kepulauan Karimunjawa Abdul Hadi; Retno Hartati; Widianingsih Widianingsih
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 16, No 4 (2011): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1218.172 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.16.4.236-242

Abstract

Indonoor adalah sebuah kapal yang karam di tubir Pulau Kemujan, Kepulauan Karimunjawa tahun 1960. Sering berjalannya waktu, dinding bangkai kapal Indonoor ditumbuhi oleh berbagai macam terumbu karang. Hal ini menjadikan lokasi bangkai kapal Indonoor membentuk suatu ekosistem terumbu karang yang memiliki potensi besar dalam bidang pariwisata dan perikanan dan sekarang merupakan salah satu dive point penting di Karimunjawa.  Dengan adanya terumbu karang yang hidup pada dinding dan badan kapal yang terbuat dari  besi, memungkinkan adanya berbagai jenis biota yang berasosiasi dengan terumbu karang di bagkai kapal tersebut, salah satunya adalah Echinodermata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman jenis fauna echinodermata pada di bangkai kapal Indonoor. Pengamatan fauna echinodermnata dilakukan dengan penyelaman dan pengamatan pada 4 bagian patahan bangkai kapal 2005 dan September 2006 menggunakan metoda sensus dengan modifikasi line transect dan kuadrat transect. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 12 spesies dari 4 kelas Echinodermata pada penelitian tahun 2005 yaitu Acanthaster plancii, Fromia nomilis, Linckia laevigata dari kelas Asteroidea; Comanthina sp, Comanthus sp, Stephanometra sp dari kelas Crinoidea; Diadema setosum, Diadema savignyi, Echinometra mathei dari kelas Echinoidea; Holothuria atra, Holothuria edulis, Stychopus ananas dari kelas Holothuroidea. Sedangkan pada pengamatan tahun 2006 ditemukan sebanyak 13 spesies dari 4 kelas yaitu Culcita novaguinae, Fromia nomilis, Linckia laevigata dari kelas Asteroidea; Comanthina sp, Comanthus sp, Stephanometra sp dari kelas Crinoidea; Diadema setosum, Diadema savignyi, Echinometra mathei, Echinotrix calamaris dari kelas Echinoidea; Holothuria atra, Holothuria edulis, Stychopus ananas dari kelas Holothuroidea. Kata kunci: echinodermata, Indonoor wreck, P. Kemujan, Karimunjawa.  Indonoor is a ship sunk in a reef slope of Kemujan Island, Karimunjawa Islands back in 1960. Since that the wreck was covered by coral reef and home of many reef associated marine fauna, and lately becoming most visited dive point in Karimunjawa for tourism purposes. Among many marine fauna lives on the wreck is echinoderm which is interested to be studied especially on its diversity. A modified line intercept and quadrate transect method was applied for the study in four parts of the shipwreck in May-June 2005 and September 2006. The result showed that at least 12 species of 4 classes of echinoderm was found in the 2005 sampling period i.e.: Acanthaster plancii, Fromia nomilis, Linckia laevigata (class Asteroidea); Comanthina sp, Comanthus sp, Stephanometra sp (class Crinoidea); Diadema setosum, Diadema savignyi, Echinometra mathei (class Echinoidea); Holothuria atra, Holothuria edulis, Stychopus ananas (class Holothuroidea). Meanwhile in 2006 sampling period was found at least 13 species of 4 classes consist of Culcita novaguinae, Fromia nomilis, Linckia laevigata (class Asteroidea); Comanthina sp, Comanthus sp, Stephanometra sp (class Crinoidea); Diadema setosum, Diadema savignyi, Echinometra mathei, Echinotrix calamaris  (class Echinoidea); Holothuria atra, Holothuria edulis, and Stychopus ananas (class Holothuroidea) . Key words: echinoderm, Indonoor wreck, Kemujan Island, Karimunjawa
Komposisi Jenis dan Kelimpahan Diatom Bentik di Muara Sungai Comal Baru Pemalang Ken Suwartimah; Widianingsih Widianingsih; Retno Hartati; Sri Yulina Wulandari
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 16, No 1 (2011): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1767.212 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.16.1.16-23

Abstract

Diatom bentik mempunyai peranan penting sebagai produsen primer dalam siklus karbon di rantai makanan estuaria, sebagai sumber makanan yang penting bagi hewan-hewan surface dwellers (merayap di permukaan) dan deposit feeder, juga berperan penting dalam stabilisasi sediment. Penelitian telah dilakukan di Muara Sungai Comal Baru Desa Mojo, Kecamatan Comal, Kabupaten Pemalang pada bulan Jamuari-Maret 2006 dengan tujuan menganalisa komposisi genus dan kelimpahannya. Sampel sedimen diambil menggunakan core sampler dengan ketebalan 1 cm pada enam stasiun berdasarkan jaraknya dengan laut.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Muara Sungai Comal Baru telah ditemukan 20 genus diatom bentik yang termasuk dalam 17 famili dengan ordo Pennales lebih banyak dari pada centrales.  Jumlah genus dan kelimpahan total diatom bentik pada bulan Maret lebih tinggi daripada bulan Januari dan Februari karena pengaruh lingkungan antara lain kandungan bahan organik, nutrient  dan curah hujan.Kata kunci: Diatom bentik, kelimpahan, komposisi genus, Sungai Comal Baru Benthic Diatom play important role as primer producer in carbon cycle of estuarine food web, as food source for surface dwellers and deposit feeder as well as as sediment stabliziation. The objectives of this present work was to analize genera composition and abundance of benthic diatom. The work had been carried out in mouth of Comal Baru River, Mojo-Comal, Pemalang during January-March 2006. Benthic diatom in 1 cm depth sediment were taken with core sampler in six stations according to the distance from the beach.  The results showed that twenty genera od benthic diatom belongs to 17 family were found in mouth in mouth of Comal Baru River, Mojo-Comal in which order of penalles more than cenytrales.  The number of genera and their abundance were greater in March than January and February because of environment such a organic matter, nutrient and rainfall. Key words: Benthic Diatom, abundance, genus composition, Comal Baru River
Pertumbuhan Tiram Mutiara (Pinctada maxima)pasta Kepadatan Berbeda Nur Taufik SPJ; Retno Hartati; Justin Cullen; Jussac Maulana Masjhoer
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 12, No 1 (2007): Jurnal Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (243.608 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.12.1.31-38

Abstract

Tiram mutiara (Pinctada maxima) merupakan salah satu sumber daya laut yang berpotensi ekonomi tinggi tetapi persediaannya dad alam tidak sebanding dengan pesatnya kebutuhan pasar untuk produk ini, sehingga populasi tiram mutiara makin menipis dan harganya pun terus meningkat. Permasalahan tersebut dapat ditanggulangi dengan usaha budidaya dan padat penebaran adalah satu faktor yang berpengaruh dalam keberhasilan usaha budidaya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan tiram mutiara pada kepadatan yang berbeda serta lokasi budidaya yang paling baik. Penelitian ini diiaksanakan pada Agustus - Oktober 2005 di Teluk Sopenihi, Kabupaten Dompu, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Rancangan Acak Lengkap pola faktorial diterapkan pada penelitian ini. Perlakuan yang diberikan adalah A, kepadatan pada keranjang pemeliharan (Al:  8 ind/keranjang, A2 : 16 ind/keranjang; A3 .- 24 ind/keranjang) dan perlakuan B, lokasi pemeliharaan (stasiun) (Bl .- di luar teluk, B2 : di mulut teluk dan B3 : di dalam teluk). Materiyangdigunakan adalah tiram mutiara P. maxima dengan ukuran ± Won. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa perlakuan kepadatan 8 ind/keranjang pada stasiun 3 memberikan hasil yang paling tinggi, dengan nilai laju pertumbuhan spesifik sebesar 0.291 % per had dan pertambahan panjang sebesar 0.93 cm. Sedangkan hasil terendah ditunjukkan pada perlakuan kepadatan 24 pada stasiun 2 dengan nilai laju pertumbuhan spesifik sebesar 0.128 % per had dan pertambahan panjang sebesar 0.42 cm. Kepadatan individu pada keranjang pemeliharaan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan spesifik (SGR) tiram mutiara (p = 0.002) sedangkan stasiun dan interaksi keduanya tidak memiliki pengaruh terhadap laju pertumbuhan spesifik tiram mutiara (P.maxima) (p - 0.492). Kata kunci: Kerang mutiara, Pinctada maxima, kepadatan, pertumbuhan spesifik (SCR)The Silver-lip pearl oyster Pinctada maxima has a high economic value. Wild stock of the pearl oyster is veryrare resulted in severe losses of productivity due to mortality and growth reductions in many pearl farmingsites, even among the successful. The study aims to know the growth of Silver-lip pearl oyster P. maxima atdifferent stocking densities and the most suitable site for pearl farming. This research is conducted at SopenihiBay, Dompu, Sumbawa, NTB on August - October 2005. The method used in this research was the experimentalmethod using completely randomized design with pattern factorial. Growths of silver-lip pearl oysters, P.maxima, were examined at three stocking densities (A1: 8 ind/pocket; A2: 16 ind/pocket and A3: 24 ind/pocket) and site location (of B1: outside the bay, B2: entrance of the bay and B3: inside the bay). Bestgrowth measured as shell length (DVM) was shown at a stocking density of 8 ind/pocket inside the bay(treatment A1B3) with 0.93 cm for 29 days and best specific growth rate (SGR) was recorded at a stockingdensity of 8 ind/pocket inside the bay (treatment A1B3) with 0.291 % each day, which was significantlyhigher than the other densities tested. The lowest growth measured and specific growth rate was shown at astocking density of 24 ind/pocket at the entrance of the bay (treatment A3B2) with 0.42 cm for 29 days and0.128 % each day. The growth of silver-lip pearl oyster was influenced by stocking density (P = 0.002). Therewas no influence of site location and both interaction to specific growth rate (SGR) of P. maxima (p = 0.492).Key words: Pearl Oyster, Pinctada maxima, stocking density, specific growth rate (SGR)
Komposisi dan Kelimpahan Krustasea di Kawasan Mangrove Muara Sungai Bengawan Solo, Ujung Pangkah - Gresik Retno Hartati; Widianingsih Widianingsih; Yudho Prasetyo
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 13, No 1 (2008): Jurnal Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (18.989 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.13.1.49-56

Abstract

Ekosistem mangrove memiliki fungsi ekologis yang sangat penting dan krustasea adalah salah satu kelompok biota yang dominan hidup di habitat ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi, kelimpahan Crustasea di kawasan mangrove Muara Sungai Bengawan Solo Ujung Pangkah Gresik. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-September 2004. Hasil penelitian menunjukan adanya 18 spesies krustasea dari 9 famili (total 1869 individu), yaitu Alpheus sp 1, Alpheus sp 2 (Alpheidae), Paradeistostoma (Camtandridae), Coenobitidae sp (Coenobitidae), Ozius sp (Eriphiidae), Metaplax sp, Perisesarma sp, Metopograpsus sp (Grapsidae), Lysioquillina sp (Lysioquillidae), llyoplax sp, Uca sp 1, Uca sp 2, Macrophthalmus sp (Ocypodidae), Clibanarus sp (Paguridae), Scylla sp 1, Scylla sp 2, Thalamita sp, dan Portunus sp (Portunidae). Spesies yang dominan adalah Metaplax sp dari famili Grapsidae. Nilai rata-rata kelimpahan 10-277 ind/m2. Rata-rata Krustasea di lokasi penelitian memiliki pola sebaran mengelompok (clumped) Kata kunci: crustasea, komposisi, kelimpahan, mangrove
Co-Authors Abdul Hadi Abdul Latif Mahakar Abdullah Afif Abdullah Afif Abidin Nur II Achmad Muhajir Adi Santoso Adiyoga, Diaz Agus Sabdono Agus Trianto Akbarinissa, Rr. Dyah Artati Akhmad Syarifudin Aklif Reza Muttaqin Aldion Adin Nugroho Ali Djunaedi Ali Djunaedi Ali Junaedi Ali Ridlo Altysia Putriany Amalia Rofiah Amalia Rofiah Amar, Fahri Ambariyanto Ambariyanto Anak Agung Istri Sri Wiadnyani Anam, Aufa Anastasia Dian R Anindya Wirasatriya Antonius Budi Susanto Apriliani, Seka Indah Arif Rahman Arumning T. Fauziah Aufa Anam Azizah T.N., Ria Bastiar, Yusuf Bifa Aulia Manuhuwa Bintang Septiarani Broto Wisnu RTD Broto, R. T.D Wisnu Candhika Yusuf Cantik Sitta Devayani Cantika Elistyowati Andanar CB. Ronaldi Chandra E Chrisna Adhi Suryono Chrisna Adi Suryono Cristiana Manullang David Nugroho Delianis Pringgenies Delianis Pringgenies Denny Nugroho Sugianto Dharma, Laga Adhi Diah Permata Wijayanti Diaz Adiyoga Dina Ayu Magfirani Dinda Richa Kumarahaqi Donna Nur'Aurelya Mahardhika Dwi Saniscara Wati Edi Supriyo Edi Wibowo Edi Wibowo Kushartono Edi Wibowo Kushartono Edy Supriyo Edy Supriyo Edy Supriyo Edy Wibowo Edy Wibowo Elis Indrayanti Endika Meirawati Erik Wijaya Kusuma Ervia Yudiati Esti Rudiana Ety Parwati Ety Parwati Ety Parwati Fitriyan, Jodhi Kusumayudha Frijona Fabiola Lokollo Gangsar Bayu Setia Nugroho Gangsar Bayu Setia Nugroho Ginzel, Fanny Iriany Gunawan Widi Santosa H. Endrawati Hadi Endrawati Hadi Endrawati Hani’atun Nurfajriyah Hariyadi Hariyadi Harmoko Harmoko Haryo Farras Raditya Hutama Hawa, Adnin Kamil Bani Heri Yanti Hermawan Hermawan Hermawan Hermawan Hermin Pancasakti Kusumaningrum Hilal M I Wayan Warmada Ibnu Pratikto Ibnu Pratikto Ika Desie Wulandari Ira Kolaya Ira Kolaya, Ira Ireng Sigit Atmanto Irwani Irwani Isai Yusidarta Isti Pudjihastuti Ita Riniatsih Ita Widowati Itsna Yuni H Jelita Rahma Hidayati Johannes Hutabarat Jufri Ubay Jussac Maulana Masjhoer Justin Cullen Jusup Suprijanto Jusup Suprijanto Jusup Suprijanto Käll, Sofia Ken Suwartimah Ken Suwartimah Khoerunnisa, Rizka Nabila Kholilah, Nenik Koen Praseno Koen Praseno Kusuma, Erik Wijaya Laras Kinanti Pinandita Lilik Maslukah M. Andry Herdiatma M. Andry Herdiatma Madhu Pinastika Puji Lestari Madhu Pinastika Puji Lestari, Madhu Pinastika Puji Magfirani, Dina Ayu Mahakar, Abdul Latif Mahfud Mahfud Manuhuwa, Bifa Aulia Mas’ad Arif Mayestika, Pingkan Meitri Bella Puspa Mostafa Imhmed Ighwerb Muchammad Miftahul Ulum Muchammad Miftahul Ulum Muhammad Yusuf Muhammad Zainuri Muhammad Zainuri Muhammad Zainuri Muhammad Zainuri Muhammad Zainuri Muji Wasis Indriyawan, Muji Wasis Mujiyanto Mujiyanto Mustalafin Mustalafin Mu’alimah Hudatwi Nando Arta Gusti Pamungkas Narendra Prasidya Wishnu Natasya Erdza Aulia Ningrum, Malinda Satya Nirwani Soenardjo Njurumana, Steven Nggiku Norma Afiati Nugroho, Suciadi Catur Nur Taufik SPJ Nur Taufiq Nur Taufiq-Spj Parameswari Iccha Nirmalabuddhi Wishnuputri Petta, Constantein Philipus Uli Basa Hutabarat Pingkan Mayestika Pingkan Mayestika Pradina Purwati Pradina Purwati Pratama, Candrika Primaswatantri Permata Putri Novianingrum, Milka Putri, Dhiya Aflah Luswanto Putri, Ni Putu Purba Nava Vidyadhari Putriningtias, Andika Raden Ario Rafsanjani A. Karim Rafsanjani A. Karim Raka Pramulo Sophianto Ramadhani, Muhammad Rizqi Reny Yesiana Retno W. Astuti Ria Azizah Ria Azizah Ria Azizah Ria Azizah Ria Azizah Tri Nuraini Rizky Imtihan R. Rizky Imtihan R., Rizky Imtihan Robertus Triaji Mahendrajaya Robertus Triaji Mahendrajaya Robertus Triaji Mahendrajaya Robin Robin Rohmah, Ivatur Rotua Malau Rr. Dyah Artati Akbarinissa Rudhi Pribadi Rudi Pribadi Sarah Nabilla Sari Budi Moria Selvi Marcellia Septiani, Nur Alifah Seto Haryoardyantoro Sophianto, Raka Pramulo Sri Redjeki Sri Redjeki Sri Redjeki Sri Yulina Wulandari Subagiyo Subagiyo Subagiyo Subagiyo Sugiyanto Sugiyanto Sugiyanto Sugiyanto, Nenden Rose Suryono Suryono Sutrisno Anggoro Tarigan, Ariyo Imanuel Taufiq-Spj, Nur Tiara Nur Baeti Baeti Tri Karyawati Tria Nidya Pratiwi Ubay, Jufri Ulfah Nurjanah Ulfah Nurjanah Ulfah Nurjanah, Ulfah Umi Fatimah Valentina R Iriani Valentina R. Iriani W.L. Saputra Wahyu Adi Wahyudi, Yudisthio Wibowo, Muhammad Reyhan Widianingsih Widianingsih Widianingsih Widianingsih Widianingsih Widianingsih, - Wilis Ari Setyati Wilis Ari Setyati Wishnuputri, Parameswari Iccha Nirmalabuddhi Wita Kristianty Sirait Yasir, Moh. Yoki Ristadi Yoko Nozawa Yosi Yananda Sijabat Yudho Prasetyo Yunita Anggarini, Yunita Zulfiandi Zulfiandi Zulfiandi Zulfiandi