Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

STRUKTUR ANATOMI DAUN LENGKENG (DIMOCARPUS LONGAN LOUR.) KULTIVAR LOKAL, ITOH, PINGPONG DAN DIAMOND RIVER Aini, Nurul; Setyati, Dwi; Umiyah, Umiyah
BERKALA SAINSTEK Vol 2, No 1 (2014)
Publisher : My Home

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Lengkeng (Dimocarpus longan Lour.) merupakan salah satu tanaman asli dari Asia Tenggara yang termasuk dalam famili Sapindaceae. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui struktur anatomi daun lengkeng dan perbedaan antar ke empat kultivar tersebut. Penelitian ini menggunakan dua metode yaitu metode parafin (Suntoro, 1983) untuk preparat anatomi di Fakultas Biologi, UGM dan metode Johansen (1940) dilakukan untuk pembuatan preparat paradermal stomata di jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Jember. Hasil menunjukkan bahwa struktur anatomi daun lengkeng terdapat perbedaan dalam hal ketebalannya. Nilai ketebalan daun tertinggi pada kultivar Pingpong dengan mesofil paling tebal diantara ketiga kultivar tersebut yaitu 174,04 μm, dan jaringan palisade yaitu 71,69 μm, epidermis atas yaitu 12,52 μm, kutikula yaitu 5,53 μm, serta mempunyai lengan trikoma paling panjang dengan nilai rata-rata 17,82 μm, Kultivar pingpong juga mempunyai nilai densitas stomata tertinggi di antara ketiga kultivar lainnya yaitu 20,38 mm2, tetapi mempunyai panjang stomata terendah yaitu 21,42 μm. Kata Kunci: Anatomi lengkeng, Dimocarpus longan,, densitas stomata.
PERBAIKAN PROSES PRODUKSI DAN KREASI DESAIN GERABAH DI DESA KESILIR KECAMATAN WULUHAN UNTUK MENDUKUNG INDUSTRI KREATIF DI KABUPATEN JEMBER Setyati, Dwi
Jurnal Abdimas Vol 24, No 1 (2020): June
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M), Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Industri kreatif diyakini dapat memberikan kontribusi positif yang signifikan bagi suatu daerah. Industri kreatif berbasis kebudayaan dan kekayaan budaya lokal dinilai perlu untuk dikembangkan. Salah satu  industri kreatif yang berkembang di   dusun Demangan Babatan- desa Kesilir-kecamatan Wuluhan kabupaten Jember adalah industri kerajinan gerabah, dengan produk utamanya berupa cobek, pot, kendi, gentong, wadah sambal, dan alat untuk membuat serabi. Jumlah pengrajin di dusun Demangan mencapai 40 KK, aktivitas membuat kerajinan tanah liat ini pun telah dilakukan secara turun temurun dan  mampu menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat setempat. Kendala internal yang dihadapi pengrajin gerabah di desa tersebut adalah SDM yang masih rendah, design dan alat  pemutar gerabahnya masih sederhana sehingga kualitas dan kuantitas produknya masih belum optimal serta tempat produksi gerabahnya sangat memprihatinkan.  Dalam rangka untuk membantu pengembangan industri kreatif gerabah dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas produkmaka diperlukan berbagai upaya. Upaya-upaya tersebut adalah melalui perbaikan proses produksi,  dengan  penerapan teknologi tepat guna dan tepat sasaran yang berupa bantuan alat/mesin pemutar gerabah, perbaikan tempat produksi gerabah. Guna meningkatkan kualitas produksi gerabah maka dilakukan upaya pelatihan dan sekaligus pendampingan untuk meningkatkan kreativitas dan inovasi desain gerabah sehingga dapat dihasilkan  produk yang variatif  sehingga lebih diminati oleh konsumen dan laku di pasaran. Selain itu juga dilakukan pendampingan dalam hal pemasaran produk dengan strategi pemasaranberbasis E-Commersee.  Pengembangan industri kreatif gerabah khas desa Kesilir, Wuluhan diharapkan dapat meningkatkan penghasilan pengrajin gerabah,  dan dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar. Keberhasilan pengembangan industri kreatif gerabah khas Kabupaten Jember dapat menjadikan Desa Kesilir-Wuluhan sebagai desa percontohan yang dapat sukses berkembang dan mandiri dalam menciptakan industri kreatif.  
PERBAIKAN PROSES PRODUKSI DAN KREASI DESAIN GERABAH DI DESA KESILIR KECAMATAN WULUHAN UNTUK MENDUKUNG INDUSTRI KREATIF DI KABUPATEN JEMBER Setyati, Dwi
Jurnal Abdimas Vol 24, No 1 (2020): June 2020
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/abdimas.v24i1.21097

Abstract

Industri kreatif diyakini dapat memberikan kontribusi positif yang signifikan bagi suatu daerah. Industri kreatif berbasis kebudayaan dan kekayaan budaya lokal dinilai perlu untuk dikembangkan. Salah satu  industri kreatif yang berkembang di   dusun Demangan Babatan- desa Kesilir-kecamatan Wuluhan kabupaten Jember adalah industri kerajinan gerabah, dengan produk utamanya berupa cobek, pot, kendi, gentong, wadah sambal, dan alat untuk membuat serabi. Jumlah pengrajin di dusun Demangan mencapai 40 KK, aktivitas membuat kerajinan tanah liat ini pun telah dilakukan secara turun temurun dan  mampu menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat setempat. Kendala internal yang dihadapi pengrajin gerabah di desa tersebut adalah SDM yang masih rendah, design dan alat  pemutar gerabahnya masih sederhana sehingga kualitas dan kuantitas produknya masih belum optimal serta tempat produksi gerabahnya sangat memprihatinkan.  Dalam rangka untuk membantu pengembangan industri kreatif gerabah dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas produkmaka diperlukan berbagai upaya. Upaya-upaya tersebut adalah melalui perbaikan proses produksi,  dengan  penerapan teknologi tepat guna dan tepat sasaran yang berupa bantuan alat/mesin pemutar gerabah, perbaikan tempat produksi gerabah. Guna meningkatkan kualitas produksi gerabah maka dilakukan upaya pelatihan dan sekaligus pendampingan untuk meningkatkan kreativitas dan inovasi desain gerabah sehingga dapat dihasilkan  produk yang variatif  sehingga lebih diminati oleh konsumen dan laku di pasaran. Selain itu juga dilakukan pendampingan dalam hal pemasaran produk dengan strategi pemasaranberbasis E-Commersee.  Pengembangan industri kreatif gerabah khas desa Kesilir, Wuluhan diharapkan dapat meningkatkan penghasilan pengrajin gerabah,  dan dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar. Keberhasilan pengembangan industri kreatif gerabah khas Kabupaten Jember dapat menjadikan Desa Kesilir-Wuluhan sebagai desa percontohan yang dapat sukses berkembang dan mandiri dalam menciptakan industri kreatif.  
THE FLAVONOID AND ALKALOID CONTENT OF CYCLOSORUS PARASITICUS (LINN.) FARWELL FERNS AT THE PLANTATION AREAS OF JEMBER REGENCY Dwi Setyati; Hari Sulistiyowati; Monica Paulina Erizcy; Tri Ratnasari
BIOLINK (Jurnal Biologi Lingkungan Industri Kesehatan) Vol 7, No 1 (2020): August 2020
Publisher : Universitas Medan Area

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (456.028 KB) | DOI: 10.31289/biolink.v7i1.3026

Abstract

Cyclosorusparasiticus(Linn.) Farwell is one potential medicinal ferns. The plant contains secondary metabolites, such as flavonoids and alkaloids. This study aims to determine the flavonoid and alkanoidofCyclosorusparasiticus (Linn.) Farwell in three plantation areas of  Jember Regency. Plant samples were collected from Mount Gumitir coffee plantations, Pine Garahan Village and rubber and cocoa plantations in Tancak in Jember. Samples of stems  and leaves were dried at room temperature and then blended to obtain a powder. One gram of powder samples was macerated in 90 ml of methanol for 3x24 hours then was concentrated with an evaporator to obtain a crude extract. The crude extract was tested qualitatively for flavonoids and alkaloids by the Willstätter and Dragendorff methods followed by quantitatively tests with Spectrophotometric. The results showed thatboth flavonoids and alkaloids were found in stem and leavesof Cyclosorusparasiticus (Linn) Farwell growing at three research locations. The flavonoids and alkaloidsin content found in leaveswas higher than those in stem organs. The leaves of Cyclosorusparasiticus (Linn) Farwell in Gumitir contain the highest flavonoids and alkaloidscontentsthan those in Tancak.
The Isolasi Aktinomiset Pelarut Fosfat Asal Perakaran Tembakau (Nicotiana tabacum L.) di Antirogo Jember Esti Utarti; Saniyah Fatkhul Alim; Dwi Setyati; S Sutoyo
Metamorfosa: Journal of Biological Sciences Vol 8 No 2 (2021)
Publisher : Prodi Magister Ilmu Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/metamorfosa.2021.v08.i02.p09

Abstract

Fosfor (P) merupakan makronutrien terpenting kedua yang dibutuhkan tanaman. Fosfat dalam tanah berada dalam bentuk terikat oleh ion Fe3+, Al3+ dan Ca2+ sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mendapatkan aktinomiset sebagai agen pelarut fosfat dari perakaran tembakau (Nicotiana tabacum L.). Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian eksplorasi yang dilanjutkan dengan pengamatan morfologi secara makroskopis dan mikroskopis isolat pelarut fosfat terbaik. Sampel penelitian diambil dari Desa Antirogo, Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember. Sampel tanah diambil dari bagian perakaran tanaman tembakau. Isolasi aktinomiset dilakukan dengan metode pengenceran dan disebar pada media SCA. Pemurnian dilakukan pada media ISP-2 atau ISP-4. Uji aktivitas pelarutan fosfat menggunakan media Pikovskaya dan diukur indeks pelarutan fosfatnya. Sebanyak 71 isolat aktinomiset berhasil diisolasi dari tanah perakaran tembakau di daerah Antirogo. Hasil skrining menunjukkan bahwa terdapat 28 isolat (39,4%) dari 71 isolat yang diperoleh, memiliki kemampuan melarutkan fosfat. Lima isolat tertinggi berdasarkan rangking indeks pelarut fosfat terbaik dilakukan karakterisasi morfologi makroskopis dan mikroskopis. Berdasarkan bentuk rantai spora, empat isolat aktinomiset yang memiliki rangking indeks pelarutan fosfat tertinggi termasuk dalam genus Streptomyces. Kata kunci: aktinomiset, pelarut fosfat, perakaran, Antirogo Jember
PTERIDOPHYTES OF ALAS PURWO NATIONAL PARK AND THEIR MEDICINAL POTENCY Fuad Bahrul Ulum; Dwi Setyati
UNEJ e-Proceeding 2016: Proceeding The 1st International Basic Science Conference
Publisher : UPT Penerbitan Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

An investigation of Pteridophytes diversity at Alas Puwo National Park, Banyuwangi, East Java Province, Indonesia, was carried out in November 2015. A total 10 species of Ferns fom from 6 families had been identified based on their morphological chracteristic. The species are: Stenochlaena palustris, Cyathea bipinnatifida, Lygodium circinatum, Drynaria quercifolia, Pteris vittata, Cyclosorus aridus, Christella dentate, Pneumatopteris costata, Sphaerostephanos invisus, and Amauropelta bergiana.The medicinal potency from all speciments had been observed based on literature study. Only 5 Species has medicinal poterncy mainly for antimicrobial, wound treatment, and to treat fever.
Flowering Development of Longan (Dimocarpus longan Lour) ‘Diamond river’ Pining Suwardining Tyas; Dwi Setyati; Umiyah Umiyah
Jurnal ILMU DASAR Vol 14 No 2 (2013)
Publisher : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1010.751 KB) | DOI: 10.19184/jid.v14i2.635

Abstract

‘Diamond river’ is introduction plant that cultivated in Indonesian. Development of longan flower divided into eight stadium  during 28 days. First and second stadium is the induction phase that lasts for 8 days, this phase is characterized by a change in color of the leaves become older by using the Munsell color charts for plant tissues indicate the scale of 7.5 GY (4/4) to GY 7.5 scale (3\2). Third stadium is the phase of flower initiation occurred by day eigth. Initiation stage appearance were showed by merristem axilar, which will form part of primordial flower. Fourth to seventh stadium are phase that a differentiation occurred on day 12 to day 24. Differentiation phase showed the development in suitable with the typical angiosperms are sepals, stamens, petals and pistils. Eighth stadium is the phase of anthesis occurred on day 28. In the phase of anthesis, flowers have undergone a process of pollination and fertilization. Keywords: Development, Diamond river, Flowering, stadium
Induction Somatic Embryogenesis Used 2,4-Dichlorophenoxyacetic Acid (2,4-D) and Kinetin in Spindle Leaf Explant Sugarcane Wardatus Sholeha; Bambang Sugiharto; Dwi Setyati; Parawita Dewanti
Jurnal ILMU DASAR Vol 16 No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1384.105 KB) | DOI: 10.19184/jid.v16i1.1387

Abstract

Induction of somatic embryogenesis in sugarcane requires the composition Plant Growth Hormone (PGH) appropriate. Utilizing of PGH (2,4-D and kinetin) is expected to induce sugarcane somatic embryogenesis. The purpose of this study was to obtain the concentration of 2,4-D and kinetin that effective for the multiplication of sugarcane var. NXI 1-3 through somatic embryogenesis. This study consists of four stages: callus induction, callus proliferation, regeneration of shoots and encapsulation. The plant material used is a spindle leaf sugarcane var. NXI 1-3. Callus induction used 2,4-D with different concentration (2 ppm, 3 ppm and 4 ppm). Callus proliferation used 2,4-D with concentration 1 ppm and 2 ppm. Regeneration of shoots used kinetin 0,5 ppm. The results are showed that the optimal induction of embryogenic callus on medium MS + sucrose 30 g / L + CH 300 ppm + 300 ppm PVP + 2,4-D 4 ppm as indicated by the high percentage of explants forming embryogenic callus that is equal to 40% and the respective concentration 2 ppm and 3 ppm is 33,3% and 37,5%. In proliferation stage, the development callus optimal on medium MS + sucrose 30 g / L + CH 300pm + PVP 300 ppm + 2,4-D 2 ppm and formulations for regeneration shoot on medium MS + sucrose 30 g / L + kinetin 0.5 ppm. The result of encapsulation can be shaped 100 sythetic seed. Keywords: Somatic embryogenesis, spindle leaf, kinetin, 2,4-D
The Inventory of Bamboo in Antirogo Sub-district Sumbersari District Jember Regency Ali Murtodo; Dwi Setyati
Jurnal ILMU DASAR Vol 15 No 2 (2014)
Publisher : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (660.919 KB) | DOI: 10.19184/jid.v15i2.1406

Abstract

Antirogo is a sub-district of Jember district, it's surrounding citizen utilize bamboo for daily needs such as building materials, agricultural equipment, bridges, vegetables and crafts. The continuous utilization is not accompanied by efforts of cultivating so that will have impacts on a population decline and preservation of them. Then it needs to do an inventory of bamboo in Antirogo. This research was conducted on March to September in 4 villages (Krajan, Trogowetan, Pelinggian, and Jambuan) used the exploration method. The results showed that 11 species of bamboo which consists of 4 genus (Bambusa, Dendrocalamus, Gigantochloa, and Schizostachyum) i.e. Bambusa blumeana Bl. ex Schult., Bambusa maculata Widjaja, Bambusa vulgaris Schard. ex J.C., Bambusa vulgaris var. striata (Lodd. ex Lindl.), Dendrocalamus asper Backer, Gigantochloa apus Kurz, Gigantochloa atter (Hassk.) Kurz ex Munro, Gigantochloa sp., Gigantochloa pseudoarundinacea (Steud.) Widjaja, Schizostachyum silicatum Widjaja, dan Schizostachyum zollingeri Steud. Keywords: Antirogo, Bamboo, Inventory, Poaceae.
Ephypitic Ferns (Pteridophyta) from Raung Mount Banyuwangi, East Java Indonesia Fuad Bahrul Ulum; Dwi Setyati
Jurnal ILMU DASAR Vol 16 No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1400.413 KB) | DOI: 10.19184/jid.v16i1.1486

Abstract

An investigation of epiphytic Pteridophytes diversity at Mount Raung, Banyuwangi, East Java Province, Indonesia, was carried out in 7 February 2015. As many as 11 Pteridophytes from 3 families had been identified based on their morphological chracteristic. Among them, four species of Family Aspleniaceae, including Asplenium confusum Tardieu & Ching, Asplenium nidus L., Asplenium salignum Blume, and Asplenium tenerumoides S.B.Andrews. Polypodiaceae include Leptochilus wrightii (Hooker & Baker) X. C. Zhang, Microsorum punctatum (L.) Copel., Pyrrosia bicolor ( Kaulf. ) Ching, and Schellolepis percussa (Cav.) Pic.Serm. Vittariaceae include Antrophyum formosanum Hieron., Vittaria ensiformis Sw., and Vittaria lineata (L.) Sm. which is the smallest specimen with less than 10 cm long.Keywords: Mount Raung, Pteridophyta, Epiphytic, Families.