Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search
Journal : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner

VIABILITAS LARVA PADA NYAMUK Aedes aegypti, Aedes albopictus DAN Culex quinquefasciatus DENGAN BERBAGAI TINGKAT INFEKSI MIKROFILARIA (LARVA VIABILITY IN MOSQUITO Aedes aegypti, Aedes albopictus AND Culex quinquefasciatus WITH VARIOUS INFECTIONS OF MICROFILARIA) Auliya rahmi Ritonga; T. Fadrial Karmil; T. Zahrial Helmi; Winaruddin Winaruddin; M. Hanafiah; Razali Daud; M Daud AK
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 5, No 1 (2020): NOVEMBER-JANUARI
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/jim vet..v5i1.8578

Abstract

                Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui viabilitas larva yang berperan aktif pada nyamuk Aedes aegypti, Aedes albopyctus dan Culex quinquefasciatus mulai dari larva satu hingga mencapai larva tiga atau larva infektif. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah anjing reservoir yang berjumlah 3 ekor dengan tingkat infeksi mikrofilaria 330 mf/ml darah, 1.430 mf/ml darah dan 10.395 mf/ml darah. Nyamuk yang diinfeksikan dengan berbagai tingkat infeksi mikrofilaremik tersebut diamati dan dilakukan pembedahan pada hari 1,3,6,9 dan 12. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa viabilitas larva pada nyamuk Ae. aegypti, Ae. albopyctus dan C. quinquefasciatus yang dilakukan penginfeksian dengan tingkat infeksi 330 mf/ml darah berkisar 80,08 %, 70,26 % dan 78,47 %; tingkat infeksi 1.430 mf/ml darah yaitu 65,72 %, 62,31 % dan 61,93 %; serta pada tingkat infeksi tinggi 10.395 mf/ml darah berkisar 53,92%, 55,79 % dan 54,27 %. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ketiga jenis nyamuk tersebut berpotensi untuk menyebarkan penyakit dirofilariasis, hal ini sangat tergantung dari jumlah mikrofilaria yang terkandung dalam host defenitif. Semakin rendah tingkat infeksi maka semakin besar kemampuan nyamuk berpotensi menyebarkan penyakit.This study aims to determine the viability of the larvae that play an active role in Aedes aegypti mosquitoes, Aedes albopyctus and Culex quinquefasciatus from larvae one to reach the larvae of three or infective larvae. The samples used in this study were 3 reservoir dogs with microfilariae infection rate of 330 mf / ml of blood, 1,430 mf / ml of blood and 10,395 mf / ml of blood. Mosquitoes infected with various levels of microfilinemic infection were observed and performed surgery on days 1,3,6,9 and 12. The results showed that the viability of larvae in Ae mosquitoes. aegypti, Ae. albopyctus and C. quinquefasciatus infected with infection rate of 330 mf / ml of blood ranged 80.08%, 70.26% and 78.47%; infection rate 1.430 mf / ml of blood that is 65,72%, 62,31% and 61,93%; as well as at high infection rate 10,395 mf / ml of blood ranged 53.92%, 55.79% and 54.27%. So it can be concluded that the three types of mosquitoes have the potential to spread disease diropfilariasis, it is highly dependent of the number of microfilaria contained in the host defenitif. The lower the infection rate the greater the ability of mosquitoes to spread disease.
PENGARUH JUMLAH MIKROFILARIA PADA ANJING PENDERITA Canine Heartworm Diseases TERHADAP ANGKA KEMATIAN NYAMUK Aedes aegypti ISOLAT LAPANG (The Effect Of Microfilirae Amount On Dogs With Canine Heartworm Diseases On The Mortality Rate Of Aedes Aegypti Field Isolate) dzulfikar faizin romas; T. Fadrial Karmil; M Hanafiah; Winaruddin Winaruddin; M Hambal; Muttaqien Muttaqien; Nazaruddin Nazaruddin
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 5, No 4 (2021): AGUSTUS-OKTOBER
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/jim vet..v5i4.9376

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh jumlah  mikrofilaria pada anjing penderita Canine Heartworm Diseases terhadap angka kematian nyamuk Ae. aegypti. Sampel yang digunakan adalah seribu dua ratus ekor nyamuk dengan lima kali ulangan dan tiga ekor anjing dengan kategori infeksi mikrofilaremik tinggi 10.395 mf/ml, sedang 1.430 mf/ml, dan ringan 330 mf/ml serta satu anjing kontrol 0 mf/ml positif. Anjing di kandangkan dengan nyamuk, ketika nyamuk selesai menghisap kemudian dikoleksi dan diamati selama 13 hari. Data angka kematian nyamuk Ae aegypti akan dianalisis, secara statistik untuk melihat standart deviasi, dipastikan dengan uji ANOVA SPSS,   Rancangan Acak Lengkap (RAL), dan disajikan dalam bentuk grafik. Hasil penelitian menunjukan angka kematian pada perlakuan nyamuk kontrol 0 mf/ml dengan rata-rata 0.68±0.94. Sedangkan angka kematian nyamuk pada perlakuan di hari pertama pengamatan rata-rata angka kematian nyamuk pada tingkat  rendah 330 mf/ml sebanyak 12.00±0.75, sedang 22.00±0.75, dan tinggi 34.00±0.9, angka kematian mulai meningkat kembali di hari ketiga, pada tingkat rendah 330 mf/ml 9.87±0.87, sedang 13.85±1.24, tinggi 16.84±1.83. Angka kematian kembali meningkat pada hari ke sepuluh dengan rata-rata rendah 15.97±9.65, sedang 31.37±2.77, tinggi 40.22±5.95. Hasil ANOVA pada pengamatan hari ke 13, nilai p dari perlakuan adalah 0.000 (p 0.05), maka dari itu kita menolak H0. Kesimpulan semakin tinggi tingkat infeksi, semakin tinggi angka kematian nyamuk sehingga nyamuk Ae. aegypti dengan tingkat infeksi yang rendah bisa menjadi potensial vektor.(This study aimed to know the effect of the amount of microfilariae on dogs with Canine Heartworm Diseases on the mortality rate of mosquitoes Aedes Aegypti. The sample used was one thousand two hundred mosquitoes with five repeatations and three dogs with a high category of microfilaremic infection 10,395 mf / ml, moderate 1,430 mf / ml, and low 330 mf / ml and one control dog 0 mf / ml positive. The dog was caged up with mosquitoes, when the mosquitoes had finished sucking then it was collected and observed for thirteen days. The mortality rate of Ae aegypti mosquito was analyzed, statistically looked at the standard deviation, confirmed by the ANOVA SPSS Complete Random Design test, and presented in graphical form. The results showed that the mortality rate in controlled mosquito treatment 0 mf / ml was 0.68±0.94. While the mortality rate of mosquitoes in the treatment on the first day of observing the average mosquitoes mortality rate at the low level of 330 mf / ml was as much as 12.00 ± 0.75, moderate 22.00 ± 0.75, and a high of 34.00 ± 0.9, the mortality rate began increasing again on the third day, at the low level 330 mf / ml 9.87 ± 0.87, medium 13.85 ± 1.24, high 16.84 ± 1.83. The death rate again increased on the tenth day with the low average of 15.97 ± 9.65, moderate 31.37 ± 2.77, high 40.22 ± 5.95. Based on ANOVA results, the p value of the treatment was 0.000 (0.05), therefore we rejected H0. The higher the infection rate, the higher the mosquitoes mortality rate so that the mosquiotoes Ae Aegypti with the low infection rate with the fewest average number of mortality rate can be a potential vector).
Deteksi Sistiserkus Cacing Pita (Taenia spp) pada babi (Sus scrofa) di Rumah Potong Hewan Medan Sumatera Utara Connie Asty Pakpahan; Muttaqien Bakri; M. Hanafiah; Yudha Fahrimal; Nuzul Asmilia; T. Fadrial Karmil
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 6, No 1 (2021): NOVEMBER-JANUARI
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/jim vet..v6i1.5213

Abstract

Penelitian ini bertujuan mendeteksi ada atau tidaknya sistiserkus cacing pita (Taenia spp) pada babi yang dipotong di rumah potong hewan Medan Sumatera Utara. Sistiserkus merupakan metacestoda dari larva Taenia solium. Deteksi sistiserkus sangat diperlukan untuk memahami pola distribusi, prevalensi dan cara penularan penyakit (siklus hidup T. solium). Penelitian ini dilaksanakan pada Maret 2017. Sampel yang digunakan sebanyak 20 ekor dengan menggunakan dengan simple random sampling. Sampel yang sudah dikumpulkan diperiksa secara makroskopik postmortem dengan cara melihat tanda- tanda sistiserkosis pada daging seperti lepuhan pada sampel. Data yang di peroleh akan di analisis secara deskriptif. Hasil pemeriksaan menunjukkan seluruh sampel negatif terdeteksi sistiserkus asal babi-babi milik peternak yang di potong di RPH.
PENGARUH PAPARAN TIMBAL (Pb) TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis nilloticus) Nur Inda Rahayu; Rosmaidar Rosmaidar; M. Hanafiah; T. Fadrial Karmil; T. Zahrial Helmi; Razali Daud
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 1, No 4 (2017): AGUSTUS-OKTOBER
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (564.865 KB) | DOI: 10.21157/jim vet..v1i4.4757

Abstract

 Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat konsentrasi timbal   (Pb)  yang berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ikan nila (Oreochromis nilloticus). Penelitian ini menggunakan ikan nila sebanyak 40 ekor dengan kriteria: sehat; bobot badan 15 – 18 gram; umur ± 2 bulan; jenis kelamin jantan. Penelitian ini menggunakan 4 kelompok perlakuan, P0 sebagai kontrol ikan hanya diberi pakan pelet, P1 diberikan paparan timbal  6,26 mg/L  dan pakan pelet, P2 diberikan paparan timbal 12,53 mg/L  dan pakan pelet dan P3 diberikan paparan timbal 25,06 mg/L  dan pakan pelet,  masing-masing perlakuan terdiri dari 10 ekor ikan nila. Perlakuan dilakukan selama 30 hari dan Pengukuran pertumbuhan ikan dilakukan setiap 10 hari sekali dengan cara menimbang bobot dan mengukur panjang tubuh setiap individu ikan. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata panjang tubuh ikan nila P0 (9,45±1,06), P1 (8,89±0,90), P2 (8,86±0,87), dan P3 (8,66±0,85). Rata-rata berat ikan nila P0 (23,38±4,50), P1 (19,75±2,27), P2 (19,15±2,10), dan P3 (18,65±2,00). Laju pertumbuhan spesifik P0 (38,7%), P1 (8,3%), P2 (4,3%), dan P3 (3,3%). Laju pertumbuhan panjang harian individu ikan P0 (0,46 mm/d), P1 (0,27 mm/d), P2 (0,21 mm/d), dan P3 (0,19 mm/d). Kesimpulan dari penelitian bahwa konsentrasi timbal  dan lamanya paparan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ikan.  Konsentrasi timbal  yang sangat berpengaruh adalah 25,06 mg/L. ABSTRACTThe aims of this research was to find out to determine the level of Lead (Pb) concentration that affect the rate of growth tilapia (Oreochromis nilloticus). This study used 40 tilapia with criteria: healthy; body weight 15-18 gram; age ± 2 month; male sex. This study used 4 treatment groups, P0 as control, fish fed only pellets, P1 was given lead exposure 6,26 mg/L and pellet, P2 was given lead exposure 12,53 mg/L and pellet and P3 was given lead exposure 25,06 mg/L and pellet. Each treatment consisted of 10 tilapia fish. Treatment carried out for 30 days and measure every 10 days. The results showed the average length of tilapia fish P0 (9,45±1,06b); P1 (8,89±0,90a); P2 (8,86±0,87a) and P3 (8,66±0,85). Average weight of tilapia fish P0 (23,38±4,50); P1 (19,75±2,27); P2 (19,15±2,10) and P3 (18,65±2,00). Spesific growth rate P0 (38,7%); P1 (8,3%); P2 (4,3%) and P3 (3,3%). The rate of long-term growth of individual fish P0 (0,46 mm/d); P1 (0,27 mm/d); P2 (0,21 mm/d) and P3 (0,19 mm/d). In conclusion, it showed that the concentration of lead (Pb) and the duration of exposure has affect the growth rate of fish. The influential concentration of lead is 25,06 mg/L.
PENGARUH JUMLAH MIKROFILARIA PADA ANJING PENDERITA Dirofilaria immitis TERHADAP ANGKA KEMATIAN NYAMUK Culex quinquefasciatus ISOLAT LAPANG (Effect Of Microfilirae On Dogs With Dirofilaria immitis On the Mortality Rate Of Culex quinquefasciatus With Isolate) Afifah Nur Oriyasmi; T. Fadrial Karmil; Winaruddin Winaruddin; Farida Athaillah; Abdullah Hamzah; Ummu Balqis; M Daud AK
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 4, No 3 (2020): MEI-JULI
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/jim vet..v4i3.8576

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah mikrofilaria pada anjing penderita D. immitis terhadap angka kematian nyamuk Cx. quinquefaciatus isolat lapang. Sampel yang digunakan adalah empat ekor anjing, tiga ekor anjing yang terinfeksi D. immitis dengan jumlah mikrofilaria  tingkat infeksi 330 mf/ml darah, 1.430 mf/ml darah, dan 10.395 mf/ml darah serta satu anjing sebagai control (negatif D. immitis). Nyamuk Cx. quinquefasciatus yang  diinfeksikan dengan berbagai tingkat infeksi mikrofilaria tersebut diamati angka kematian nyamuk selama 13 hari. Hasil penelitian menujukan bahwa angka kematian nyamuk Cx. quinquefasciatus dengan tiga tingkatan infeksi terjadi kematian yang tinggi pada hari ke-10 infeksi berat 31,56 %, sedang 21,7 % dan ringan 15.4 %  hal ini disebabkan oleh pergerakan dan aktivitas biologis larva yang dapat merusak tubulus malpighia. Sehingga dapat disimpulkan Angka kematian nyamuk Cx. quinquefasciatus dengan jumlah mikrofilaria tinggi (10.395 mf/ ml darah ) adalah 13,1 %, tingkat infeksi sedang ( 1.430 mf/ml darah ) adalah 10,4 % dan tingkat rendah ( 330 mf/ml darah ) adalah 9,1 %  serta kontrol 0,2 %. Sehingga semakin tinggi tingkat infeksi mikrofilaria maka semakin tinggi angka kematian nyamuk.This study aims to determine the effect of the number of microfilariae in dogs with D. immitis to mosquito mortality. Cx quinquefaciatus isolate field. The samples used were four dogs, three dogs infected with D. immitis with microfilaria number of infection rate 330 mf / ml blood, 1,430 mf / ml blood, and 10,395 mf / ml of blood and one dog as control (negative D. immitis) . Mosquito Cx. quinquefasciatus infected with various levels of microfilaria infection was observed mortality rate for 13 days. The results showed that the mortality rate Cx. quinquefasciatus with three levels of infection occurs high mortality on day 10 this is caused by the movement and biological activity of larvae that can damage the tubule malpighia. So it can be concluded mosquito mortality rate. Cx quinquefasciatus with high microfilariae (10.395 mf / ml blood) was 13.1%, moderate infection rate (1.430 mf / ml blood) was 10.4% and low level (330 mf / ml blood) was 9.1% and control 0.2%. So the higher the rate of microfilaria infection, the higher the mortality rate of mosquitoe.
PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E TERHADAP KADAR MALONDIALDEHIDA (MDA) SERUM TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) DIABETES MELITUS (The Effect of Vitamin E to Malondialdehyde (MDA) Serum Level in Diabetes Mellitus Induced White Rat (Rattus norvegicus)) bella vera; dasrul dasrul; al azhar; t. fadrial karmil; ginta riady; mustafa sabri
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 2, No 2 (2018): FEBRUARI - APRIL
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (158.079 KB) | DOI: 10.21157/jim vet..v2i2.6760

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh vitamin E terhadap kadar MDA serum tikus putih (Rattus novergicus) diabetes melitus. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Sebanyak 25 ekor tikus dibagi secara acak menjadi 5 kelompok: kelompok kontrol negatif yaitu tikus non-diabetes (KN), kelompok kontrol positif yaitu tikus diabetes tanpa diberi vitamin E (KP), tikus diabetes yang diberi vitamin E dosis 50 IU/kgbb/hr (P1),100 IU/kgbb/hr (P2), dan 150 IU/kgbb/hr (P3) selama 28 hari. Selama penelitian tikus diberi pakan dan air minum secara ad libitum. Pada hari ke-29, dilakukan pengkoleksian serum darah untuk pemeriksaankadar MDA secara spektofotometri. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis varian (ANAVA) dan dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata (±SD) kadar  MDA serum adalah 13,44 ± 3,15 µmol/l (KN), 22,18 ± 6,44 µmol/l (KP),19,01 ± 5,25 µmol/l (P1), 14,86 ± 4,11 µmol/l (P2), dan 12,25 ± 2,45 µmol/l (P3).Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian vitamin E dapat menurunkan kadar MDA serum. Pemberian vitamin E dosis 150 IU/kgbb/hari lebih baik dibandingkan dengan dosis 100 IU/kgbb/hari dan 50 IU/kgbb/hari dalam menurunkan kadar MDA serum. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemberian vitamin E dapat menurunkan kadar MDA serum tikus putih diabetes melitus.ABSTRACT             The aim of this study were to determine the effect of vitamin E on serum MDA level in white rat (Rattus novergicus) diabetes mellitus. This study used a complete randomized design (CRD). 25 rats were divided randomly into 5 groups: negative control group in which the rats were non-diabetes (KN), potitive control group in which the rats diabetes rats without E vitamin (KP), diabetes rats given vitamin E with the doses of 50 IU/kgbw/day (P1), 100 IU/kgbw/day (P2), and 150 IU/ kgbw/day (P3) for 28 days. During the study, rat were fed with food and water in ad libitum. On the 29th day,the collection of blood serum was done to check the MDA level using the spectophotometer.Acquired data were analysed  by using Analysis of Variance (ANOVA) then proceed with Duncan test. The result showed the mean (±SD)of MDA serum level was 13,44 ± 3,15 µmol/l (KN), 22,18 ± 6,44 µmol/l (KP),19,01 ± 5,25 µmol/l (P1), 14,86 ± 4,11 µmol/l (P2), dan 12,25 ± 2,45 µmol/l (P3).The results of the study showed that fedding of vitamin E could reduce serum MDA levels.The fedding of vitamin E150 IU/kgbw/day was better than 100 IU/kgbw/day and 50 IU/kgbw/day in lowering serum MDA levels. The conclusion of the study showed that fedding of vitamin Ecandecrease the MDAserum level in diabetes mellitus induced white ratThe Effect of Vitamin E to Malondialdehyde (MDA) Serum Level in Diabetes Mellitus Induced White Rat (Rattus norvegicus)