Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

Evaluasi efisiensi ammonia converter unit ammonia pada industri pupuk urea R. M. Yusuf Agustria; Al Azhar; Rizka Wulandari Putri
Jurnal Teknik Kimia Vol 25 No 3 (2019): Jurnal Teknik Kimia
Publisher : Chemical Engineering Department, Faculty of Engineering, Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ammonia Converter adalah reaktor berkatalis yang berfungsi sebagai tempat reaksi pembentukan NH3 (amoniak) dari H2 (hidrogen) dan N2 (nitrogen). Produktifitas dan efisiensi di pabrik amoniak ditentukan dari hasil ammonia converter ini. Gas hidrogen dan nitrogen didapatkan dari keluaran metanator, yang diharapkan memiliki rasio H2:N2 sebesar 3:1. Kedua gas ini direaksikan dalam ammonia converter pada suhu dan tekanan yang tinggi. Dari permasalahan yang didapat bahwa terjadi penurunan produksi NH3 pada ammonia converter selama bulan februari. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi performa amoniak konverter dan apa saja yang mempengaruhi performa tersebut. Dari hasil evaluasi didapatlah bahwa kondisi operasi pada ammonia converter ini juga akan mempengaruhi dari banyaknya amoniak yang akan dihasilkan. Hal ini dapat dilihat dari hasil konversi hidrogen dan nitrogen, sekitar 15%. Dari hasil evaluasi, didapatkan bahwa produksi NH3 menurun dari data desainnya, yaitu sebesar 3498,1264 kmol/h pada bulan Februari 2018.
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM MENYELESAIKAN KONFLIK RUMAH TANGGA DI WILAYAH KUA LHOKSUKON Al Azhar
AL-HIKMAH: Media Dakwah, Komunikasi, Sosial dan Budaya Vol 9 No 1 (2018): Januari - Juni 2018
Publisher : DEPARTEMENT OF COMMUNICATION AND ISLAMIC BROADCASTING STUDIES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (208.955 KB)

Abstract

Efektivitas komunikasi antarbudaya dalam menyelesaikan konflik di dalam rumah tangga di Kantor Urusan Agama (KUA) Lhoksukon. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran komunikasi antarbudaya masyarakat dalam menyelesaikan konflik tersebut di KUA Lhoksukon Aceh Utara dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi peran komunikasi budaya masyarakat dalam menyelesaikan konflik rumah tangga di KUA Lhoksukon. Jenis penelitian yang dilakukan termasuk deskriptif kualitatif. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa konflik dimotivasi oleh perbedaan karakteristik yang dibawa oleh individu dalam suatu budaya dan kebiasaan yang tidak dipahami oleh pasangan karena kebiasaan satu keluarga dengan keluarga lain selalu berbeda sehingga sikap pasangan akan menyebabkan kesalahpahaman, disebabkan karena perbedaan budaya. Budaya dan norma yang berbeda perlu diperhatikan dan dihargai dengan menghargai norma budaya yang berbeda dapat menghindari kesalahpahaman di antara mayarakat yang ada di wilayah KUA Lhoksukon. Adat Istiadat adalah salah satu penyebab perbedaan budaya. Mencegah konflik perbedaan adat istiadat diharapkan kepada masyarakat untuk saling menghormati. Perbedaan kebiasaan, budaya, adat istiadat terlihat pada kegiatan pesta, seperti pernikahan, khitanan, ucapan syukur, tahlilan acara atau samadiah dan lain-lain. Faktor kebiasaan adalah faktor yang dipengaruhi oleh apakah orang tersebut melakukan suatu kebiasaan atau tidak. Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi antarbudaya masyarakat dalam menyelesaikan konflik dengan saling menghormati perbedaan, kelompok, antar individu, budaya, minat, sosial, fungsi hukum dan kesadaran publik.
Physical Properties of Cervical Mucus of Repeat Breeder Aceh Cattle Tongku Nizwan Siregar; Iin Agustina; Dian Masyitah; Al Azhar; Dasrul Dasrul; Cut Nila Thasmi; Rusli Sulaiman; Razali Daud
Jurnal Veteriner Vol 18 No 3 (2017)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (89.09 KB) | DOI: 10.19087/jveteriner.2017.18.3.378

Abstract

This study aimed to investigate the physical property changes of cervical mucus in repeated breeder Aceh cows. Six cows consisting three normal (K1) and three repeat breeders (RB) (K2) of adult Aceh cows were used. The characteristics of K1 group were at > 2 months post parturition, successful pregnancy following once insemination, and twice regular estrus cycle twice. The K2 were cows with normal estrus but failed to be pregnant after three times artificial inseminations. Cervical mucus samples (50 ml each) were collected by aspiration using a sterile catheter and disposable syringe. The comparisons of the physical properties of cervical mucus between fertile and repeat breeder cattle were as follows.. Cervical mucus unavailability/in small quantity was 0.00 vs. 66.67%, cloudy color was 0.00 vs. 66.67%, thick consistency was 0.00 vs. 100%, fern pattern was 0.00 vs 66.67%, spinnbarkeit was 5.16±1.60 vs. 2.83±2.02 cm and pH values was 7.33±0.57 vs 9.33±1.52. in conclusion, the physical properties of cervical mucus in repeat breeder Aceh were less in quantities, more cloudy, higher in viscosity, and higher pH as compared to normal fertile cows. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengetahui perubahan sifat fisik mukus serviks sapi aceh yang mengalami kawin berulang (repeat breeding, RB). Dalam penelitian ini digunakan enam ekor sapi aceh betina yang terdiri dari tiga ekor sapi normal (K1) dan tiga ekor sapi yang mengalami RB (K2). Sapi K1 merupakan sapi >2 bulan pascapartus yang mempunyai riwayat berhasil bunting dengan sekali inseminasi dan mempunyai dua kali siklus reguler, sedangkan K2 terdiri atas sapi yang didiagnosis mengalami RB, yaitu sapi yang gagal bunting setelah lebih dari tiga kali inseminasi namun memiliki siklus estrus normal. Sampel mukus serviks dikoleksi dengan metode aspirasi menggunakan kateter steril dan disposible syringe 50 mL. Kateter dimasukan melalui vagina yang yang diiringi dengan palpasi rektal untuk mengarahkan kateter masuk ke serviks uterus. Hasil pemeriksaan sifat fisik mukus serviks pada sapi fertil vs sapi RB menunjukkan bahwa kuantitas mukus tidak ada/sedikit (0,00 vs 66,67%), warna keruh (0,00 vs 66,67%), konsistensi kental (0,00 vs 100%), pola pakis (0,00 vs 66,67%), spinnbarkeit (5,16±1,60 vs 2,83±2,02 cm) dan nilai pH (7,33±0,57 vs 9,33±1,52). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sapi aceh yang mengalami RB memiliki kuantitas mukus lebih sedikit, warna lebih keruh, konsistensi kental, dan pH yang lebih tinggi dibanding sapi aceh yang fertil.
Analisis Kadar Timbal dan Gambaran Darah Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Pusat Latihan Gajah Sebanga Riau Hamdani Budiman; Al Azhar; Irwandi Yusuf
Jurnal Veteriner Vol 11 No 2 (2010)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University and Published in collaboration with the Indonesia Veterinarian Association

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (118.828 KB)

Abstract

The aim of this research was to determine the lead concentration in blood and hematological profilesof Sumatran elephants. Eight out of 57 captivated Sumatran elephants in Sebanga Elephant TrainingCenter (ETC) Riau were examined for the lead concentration in the blood and for hematological profiles.The results showed that their lead concentration in blood was 0.3425 – 0.4633 ppm with the average of0.3905 ± 0.373 ppm. Their hemoglobin level was 9.60 – 12.10 g/dl with the average of 10.39 ± 1.20 g/dl.Hematocrit levels was 31 – 47% with the average of 37.50 ± 5.21%. In male, their average levels ofhemoglobin and hematocrit were 10.85 ± 1.28 g/dl and 41.00 ± 4.90%, respectively which were higher thanthose in female (9.93 ± 1.06 g/dl and 34.00 ± 2.53%, respectively). Their lead concentration was higher inthe younger elephant than in the older elephants. Although, the lead concentration in blood of Sumatranelephants was high, it appeared to be not related either with their hemoglobin or hematocrit levels. Therewas, however, relationship between the lead level in blood with the age of elephants.
GAMBARAN LEUKOSIT KELINCI SETELAH PEMASANGAN IMPLAN PLATE MATERIAL LOGAM(PARAMETER OF RABBIT LEUKOCYTE AFTER INSTALLATION METAL PLATE IMPLANT) HEFRI YUNALDI; erwin erwin; nuzul asmilia; sugito sugito; triva murtina lubis; al azhar
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 3, No 2 (2019): FEBRUARI-APRIL
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (438.742 KB) | DOI: 10.21157/jim vet..v3i2.11130

Abstract

ABSTRAKLeukosit adalah sel pertahanan tubuh yang berfungsi memfagosit seluruh benda yang dianggap asing oleh tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah total leukosit dan persentase diferensial leukosit kelinci setelah pemasangan implant plate material logam. Penelitian ini menggunakan 6 ekor kelinci yang dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok I (K-I) diimplan plate tantalum dan kelompok II (K-II) diimplan plate besi. Pengambilan darah melalui vena auricularis pada hari ke 0, 7, 14, 28, dan 56 setelah implan. Hasil penelitian menunjukkan implan plate tantalum dan plate  besi tidak berpengaruh terhadap total leukosit dan diferensial leukosit. Total leukosit diantara hari pengamatan menunjukan perbedaan pada masing-masing kelompok, namun masih dalam nilai normal. Penggunaan implan plate tantalum dan plate besi tidak memiliki efek terhadap gambaran sel darah putih dan persentase diferensial leukosit.Kata kunci : leukosit, diferensial leukosit, plate besi, plate tantalumABSTRACTLeukocytes are the body's defense cells that function to phagocyte all objects considered as foreign by the body. This study aims to determine the total leukocytes and differential percentage of rabbit leukocytes that paired of plate implants with metal material. This study used 6 rabbits divided into 2 groups. Group I was implanted with tantalum plate and group II  was implanted using an iron plate. Blood collection through the auricular vein on days 0, 7, 14, 28, and 56. Leukocyte and differential counts leukocytes are calculated using the Mindray hematology analyzer. The results of the study showed that tantalum implants and iron plates have no effect on total leukocytes and differentials leukocytes. The total leukocytes between observations show differences, but are still deep in normal range. The use of tantalum implants and iron plates has no effect against white blood cell images and differential leukocyte percentages.Keywords: leukocytes, differential leukocytes, iron plate, tantalum plate
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI Staphylococcus aureus PADA VAGINA SAPI ACEH (Isolation and Identification of Staphylococcus aureus Bacteria in Vagina of Aceh Cattle) siti hajar; Teuku Zahrial Helmi; Darmawi Darmawi; Al Azhar; Fakhrurrazi Fakhrurrarzi; Azhar Azhar
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 2, No 3 (2018): MEI - JULI
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (365.04 KB) | DOI: 10.21157/jim vet..v2i3.8197

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri Staphylococcus aureus pada vagina sapi aceh. Penelitian menggunakan sampel berupa 10 swab vagina sapi aceh. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode Carter, spesimen untuk pemeriksaan bakteri berupa hasil swab vagina sapi aceh yang di ambil dengan menggunakan swab steril. Spesimen yang diperoleh dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi nutrient broth (NB) sebagai media perkembangbiakan bakteri. Selanjutnya dilakukan isolasi pada media manitol salt agar (MSA) sebagai media selektif, identifikasi bakteri menggunakan pewarnaan Gram, uji katalase, uji hemolisa dan uji biokimia (manitol dan glukosa). Hasil penelitian melalui isolasi pada media manitol salt agar (MSA) adalah pertumbuhan koloni bakteri berwarna kuning keemasan, berwarna ungu pada pewarnaan Gram yang menandakan bakteri Gram positif, berbentuk kokus, uji katalase positif, uji hemolisa menghasilkan beta (β) hemolisis, dan mampu memfermentasi pada uji glukosa dan manitol. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa dari 10 sampel swab vagina sapi aceh positif diisolasi dan diidentifikasi bakteri Staphylococcus aureus.This study was conducted to isolate and identify the Staphylococcus aureus bacteria in vagina of Aceh Cattle. This study used 10 swab vaginal samples from 10 female Aceh Cattle. Data obtained were analyzed descriptively using Carter method, the specimen of bacteria had taken by using sterile swab. The result of specimens were fed into a test tube containing nutrient broth (NB) as a bacterial growth media. Furthermore, the isolation was done on manitol salt agar (MSA) media as selective media, bacterial identification were used Gram staining, catalase test, and biokimia test (mannitol and glucose). The results of research through isolation on manitol salt agar (MSA) media was a golden yellow colony, had purple color in Gram stain that signified Gram positive bacteria, coccus-shaped, catalase test positive, produced beta (β) hemolysis in hemolysis test and able to ferment on glucose and mannitol tests. This research conclude that Staphylococcus aureus bacteria were positively identified from vaginal swabs of aceh cattle.
PENGUKURAN KADAR PROTEIN PADA TAHAP PEMBERSIHAN, PEREBUSAN DAN PENGERINGAN PRODUK IKAN KAYU DIKECAMATAN KUTA ALAM BANDA ACEH Zian Ulfaturrriza; T. Reza Ferasyi; Al Azhar
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 3, No 3 (2019): MEI - JULI
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (237.581 KB) | DOI: 10.21157/jim vet..v3i3.11384

Abstract

 ABSTRAKPenelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh proses pembersihan, perebusan dan pengeringan terhadap kadar protein produk ikan kayu. Sampel penelitian adalah 9 ekor ikan kayu yang dibeli dari tempat industry produksi di Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh. Sampel di ambil sebanyak 3 ekor kemudian diperiksa kadar protein di Balai Riset dan Standarisasi Industri Kota Banda Aceh dengan menggunakan metode Kjeldahl. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar protein ikan tahap pembersihan, perebusan dan pengeringan masing-masing adalah 25,42%, 20,42% dan 27,87%. Kadar protein produk ikan kayu menunjukkan adanya perbedaan nyata (P0,05) antara masing-masing tahap.  Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tahap pembersihan, perebusan dan pengeringan pada proses pembuatan ikan kayu menyebabkan terjadinya perubahan kadar protein.ABSTRACTThis research was conducted to determine the effect of cleaning, boiling and drying process on the protein content of wooden fish products. This study used a sample of wooden fish taken from Kuta Alam Sub-district, Banda Aceh then 3 samples of wooden fish was selected and extract 10gr/tail in each stage. The obtained samples were examined at the Institute for Research and Standardization of Industry, Banda Aceh. The examination of protein content was measured using the Kjeldahl method which consisted of the stages of destruction, distillation, and titration. The results showed that protein content in the cleaning stage was obtained with an average value for 25.42%, at the boiling obtained an average 20,42% whereas at the drying stage an average value of 27.87% was obtained. Analysis of protein content of wooden fish products showed significant differences (P 0.05). Based on the results of the study, it can be concluded that the cleaning, boiling and drying stages in the process of making wooden fish caused changes in protein content.
PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E TERHADAP KADAR MALONDIALDEHIDA (MDA) SERUM TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) DIABETES MELITUS (The Effect of Vitamin E to Malondialdehyde (MDA) Serum Level in Diabetes Mellitus Induced White Rat (Rattus norvegicus)) bella vera; dasrul dasrul; al azhar; t. fadrial karmil; ginta riady; mustafa sabri
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 2, No 2 (2018): FEBRUARI - APRIL
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (158.079 KB) | DOI: 10.21157/jim vet..v2i2.6760

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh vitamin E terhadap kadar MDA serum tikus putih (Rattus novergicus) diabetes melitus. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Sebanyak 25 ekor tikus dibagi secara acak menjadi 5 kelompok: kelompok kontrol negatif yaitu tikus non-diabetes (KN), kelompok kontrol positif yaitu tikus diabetes tanpa diberi vitamin E (KP), tikus diabetes yang diberi vitamin E dosis 50 IU/kgbb/hr (P1),100 IU/kgbb/hr (P2), dan 150 IU/kgbb/hr (P3) selama 28 hari. Selama penelitian tikus diberi pakan dan air minum secara ad libitum. Pada hari ke-29, dilakukan pengkoleksian serum darah untuk pemeriksaankadar MDA secara spektofotometri. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis varian (ANAVA) dan dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata (±SD) kadar  MDA serum adalah 13,44 ± 3,15 µmol/l (KN), 22,18 ± 6,44 µmol/l (KP),19,01 ± 5,25 µmol/l (P1), 14,86 ± 4,11 µmol/l (P2), dan 12,25 ± 2,45 µmol/l (P3).Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian vitamin E dapat menurunkan kadar MDA serum. Pemberian vitamin E dosis 150 IU/kgbb/hari lebih baik dibandingkan dengan dosis 100 IU/kgbb/hari dan 50 IU/kgbb/hari dalam menurunkan kadar MDA serum. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemberian vitamin E dapat menurunkan kadar MDA serum tikus putih diabetes melitus.ABSTRACT             The aim of this study were to determine the effect of vitamin E on serum MDA level in white rat (Rattus novergicus) diabetes mellitus. This study used a complete randomized design (CRD). 25 rats were divided randomly into 5 groups: negative control group in which the rats were non-diabetes (KN), potitive control group in which the rats diabetes rats without E vitamin (KP), diabetes rats given vitamin E with the doses of 50 IU/kgbw/day (P1), 100 IU/kgbw/day (P2), and 150 IU/ kgbw/day (P3) for 28 days. During the study, rat were fed with food and water in ad libitum. On the 29th day,the collection of blood serum was done to check the MDA level using the spectophotometer.Acquired data were analysed  by using Analysis of Variance (ANOVA) then proceed with Duncan test. The result showed the mean (±SD)of MDA serum level was 13,44 ± 3,15 µmol/l (KN), 22,18 ± 6,44 µmol/l (KP),19,01 ± 5,25 µmol/l (P1), 14,86 ± 4,11 µmol/l (P2), dan 12,25 ± 2,45 µmol/l (P3).The results of the study showed that fedding of vitamin E could reduce serum MDA levels.The fedding of vitamin E150 IU/kgbw/day was better than 100 IU/kgbw/day and 50 IU/kgbw/day in lowering serum MDA levels. The conclusion of the study showed that fedding of vitamin Ecandecrease the MDAserum level in diabetes mellitus induced white ratThe Effect of Vitamin E to Malondialdehyde (MDA) Serum Level in Diabetes Mellitus Induced White Rat (Rattus norvegicus)
Efektivitas Pelatihan Peningkatan Kompetensi Guru Bidang Kelautan Perikanan Teknologi Informasi dan Komunikasi di Indonesia Al Azhar
Jurnal Administrasi Publik Vol 17 No 1 (2021): Jurnal Administrasi Publik
Publisher : Pusat Pengembangan dan Pelatihan dan Kajian Manajemen Pemerintahan Lembaga Administrasi Negara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (681.642 KB) | DOI: 10.52316/jap.v17i1.66

Abstract

Guru harus mengoptimalkan kompetensi dan kinerjanya dalam menjalankan tugas sebagai pendidik sehingga proses pembelajaran dapat berjalan efektif dan efisien. Oleh karena itu, perlu upaya untuk meningkatkan kinerja guru melalui program pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh lembaga diklat pemerintah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat efektivitas pelaksanaan peningkatan kompetensi guru bidang kelautan, perikanan, teknologi infomasi, dan komunikasi (KPTK) di Indonesia sebagai program dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui LPPPTK KPTK sebagai unit pelaksana teknis. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sasaran dan realiasi peserta pelatihan guru bidang KPTK tahun 2015-2019. Metode pencarian data dan informasi lainnya dengan penelusuran pustaka/literatur dan menelaah data sekunder. Analisis data studi ini adalah analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kompetensi guru bidang KPTK yang dilaksanakan selama lima tahun (2015-2019) sudah efektif. Hal ini terbukti dengan terlaksananya seluruh program diklat sesuai dengan jadwal waktu yang ditentukan, rapinya penyelenggaraan seluruh kegiatan diklat, efisiensi dalam penggunaan sarana dan prasarana yang tersedia, dan tercapainya sasaran yang telah ditetapkan bagi program diklat dari total sasaran 15.096 orang, terealisasi sebanyak 20.901 orang (138,5%).
6. Cytotoxic Potential of n-Hexane Extract of Calotropis gigantea L. Leaves Kartini Hasballah; Murniana Murniana; Al Azhar; Nurul Rahmi
The International Journal of Tropical Veterinary and Biomedical Research Vol 1, No 1 (2016): Vol. 1 (1) May 2016
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine of Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (169.387 KB) | DOI: 10.21157/ijtvbr.v1i1.5080

Abstract

The present study was done to determine the cytotoxic potential of n-hexane extract of Calotropis gigantea L. leaves and its fractions. Here, dried leaves of C. gigantea L. were macerated using n-hexane to obtain crude extract of 21.16 g (1.03%). The components of n-hexane extract of C. gigantea L. leaves were separated with vacuum-liquid chromatography resulted 4 fractions which are A (0.5 g), B (0.9g), C (5.29 g), and D (6.25 g). Phytochemical screening indicated that the extract contained various secondary metabolic compounds such as steroids, terpenoids, saponins, flavonoids, coumarins, and phenolics. Cytotoxic potenital of the crude extract of C. gigantea L. and its fractions was examined using brine shrimp lethality test (BSLT). The LC50 values of C. gigantea’s n-hexane extract and its fractions that determined by Finney method were 272.27 (n-hexane extract), 31.62 (fraction A), 43.65 (fraction B), 33.89 (fraction C) and 20.98 (fraction D) ?g/mL, respectively. The most active was D fraction contained terpenoids, flavonoids, and phenolics which were assumed contribute to its cytotoxic potential. These results suggested that n-fraction of C. gigantea might possess antitumor or pesticidal activities..