Tempe merupakan salah satu produk pangan fermentasi kedelai yang memiliki permintaan pasar tinggi dan peluang besar sebagai basis pengembangan UMKM pangan di Indonesia, termasuk di wilayah Jawa Barat. Meskipun proses produksinya dikenal luas, pelaku usaha skala mikro masih sering menghadapi kendala dalam konsistensi mutu fermentasi, aspek sanitasi produksi, dan penerapan standar operasional yang terdokumentasi. Program pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan oleh Tim Abdimas Universitas Indraprasta PGRI dengan tujuan memberikan pendampingan teknis produksi tempe, membangun pembiasaan proses produksi higienis, serta mendorong kesiapan formalisasi UMKM pangan fermentasi melalui pengurusan NIB dan PIRT. Pendekatan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah participatory empowerment berbasis praktik langsung (learning by doing), meliputi survei kebutuhan, workshop produksi, pendampingan fermentasi 24–48 jam, evaluasi mutu produk tempe, dan penyusunan rencana tindak lanjut usaha. Pendampingan dilaksanakan bersama 2 kelompok pengrajin tempe lokal, masing-masing terdiri dari 5 anggota, dengan total 8 batch produksi uji coba yang dipantau. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa 87,5% batch berhasil difermentasi secara optimal. Kelompok G1 mencapai 100% keberhasilan, sementara G2 75%, di mana kegagalan minor pada 1 batch awal kelompok G2 dapat dikoreksi melalui evaluasi proses dan perbaikan desain pencampuran ragi serta aerasi kemasan. Selain luaran produksi, implikasi program terlihat pada peningkatan pemahaman SOP higienitas produksi, efisiensi alur kerja ±15%, dan kesiapan kelompok mitra dalam memulai pengurusan legalitas formal UMKM pangan. Kegiatan ini menegaskan bahwa pendampingan teknis berbasis kelompok yang disertai monitoring fermentasi dan umpan balik korektif mampu meningkatkan keberhasilan proses produksi tempe sekaligus memperkuat kesiapan pertumbuhan UMKM pangan fermentasi yang berkelanjutan di Pendaringan, Ciamis, Jawa Barat.