Introduction: Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) is the most prevalent endocrine condition in women, affecting 5 – 10% of women who are of reproductive age. Together with other Rotterdam criteria, elevated blood AMH levels are considered a significant diagnostic for PCOS and may be used as a powerful predictor to reflect the certainty of the diagnosis of PCOS in women of reproductive age. Objective: This study aims to prove high AMH as a predictor for PCOS.Methods: This study is an analytic study with a case-control study design. A total of 30 respondents were divided into PCOS and control groups. All women were subjected to anthropometric assessments such as measurement of height, weight, BMI, and trans-abdominal ultrasonography for ovaries. Data analysis was carried out using independent t-tests and Chi-Square tests.Result: The data analysis revealed that the PCOS group’s mean AMH levels were considerably different (p<0.05), with 6.5±1.75 greater than the control group’s 3.34±0.64. AMH levels were found to be twice as high in the PCOS group as in the control group. AMH levels and PCOS incidence were compared using the Chi-Square test; the odd ratio is 17.875 (95% CI = 2.73 -116.8; p=0.001).Conclusion: High levels of AMH at reproductive age can 18 times predict the risk of PCOS.Kadar Antimullerian Hormon (AMH) Tinggi sebagai Prediksi Sindrom Polikistik Ovarium pada Wanita Usia Reproduksi di RSUD Giri EmasAbstrakPendahuluan: Sindrom Ovarium Polikistik (SOPK) merupakan kelainan endokrin yang menyerang kira-kira 5 - 10% wanita usia subur dan dianggap sebagai kelainan endokrin yang paling umum pada wanita. Kadar AMH serum yang meningkat saat ini dianggap sebagai penanda penting untuk SOPK dan dapat digunakan sebagai prediktor kuat untuk mencerminkan kepastian diagnosis SOPK pada wanita usia subur bersama dengan kriteria Rotterdam lainnya. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan kadar AMH yang tinggi sebagai prediktor SOPK. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain studi kasus kontrol. Sebanyak 30 responden akan dibagi menjadi kelompok SOPK dan kelompok kontrol. Semua wanita menjalani penilaian antropometri seperti pengukuran tinggi badan, berat badan, BMI, dan ultrasonografi trans-abdominal untuk ovarium. Analisis data dilakukan dengan uji t independen dan uji Chi-Square. Hasil: Analisis data menunjukkan rerata kadar AMH pada kelompok SOPK lebih tinggi 6,5±1,75 dibandingkan dengan kontrol 3,34±0,64 dan berbeda bermakna (p<0,05). Ditemukan kadar AMH pada kelompok SOPK dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Untuk mengetahui hubungan kadar AMH dengan kejadian PCOS digunakan uji Chi-Square dan odd ratio menunjukkan 17,875 (95% CI = 2,73 -116,8 ; p=0,001).Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini kadar AMH yang tinggi pada usia reproduksi dapat memprediksi risiko PCOS sebesar 18 kaliKata kunci: AMH, PCOS, oligomenorea, hiperandrogen, anovulasi