Claim Missing Document
Check
Articles

Naturalisasi Transgender dalam Film Lovely Man Afra Widyawiratih Arini; Dr Sunarto; Hapsari Dwiningtyas; Lintang Ratri Rahmiaji
Interaksi Online Vol 2, No 4: Oktober 2014
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (162.968 KB)

Abstract

Film merupakan salah satu media massa yang digunakan untuk menyampaikan pesan dan ideologi ke masyarakat. Film merepresentasikan beberapa kejadian di dunia nyata.Film Lovely Man adalah film yang menggambarkan naturalisasi transgender.Kehidupan transgender sama seperti kehidupan masyarakat dominan, tidak ada yang berbeda. Heteronormativitas tidak memberikan ruang gerak yang bebas bagi gender lain selain dua gender dominan, yakni laki-laki dan perempuan. Terdapat 26 leksia dalam penelitian ini, dari leksia dipilih berdasarkan tujuan penelitian.Tujuan penelitian ini adalah bagaimana teks film Lovely Man dalam melakukan naturalisasi transgender dan mengetahui nilai-nilai dalam kultur dominan (heteronormatif) dalam film Lovely Man.Pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis semiotika Roland Barthes secara sintagmatik dan paradigmatik. Pada analisis paradigmatik menggunakan lima kode pokok pembacaan teks dari Roland Barthes. Naturalisasi dapat dilihat melalui makna sintagmatik dan paradigmatik dengan menunjukkan bahwa tokoh waria dalam film ini juga memiliki relasi hubungan keluarga yang normal sama seperti keluarga heteroseksual lain. Mitos dan ideologi membangun dan menaturalkan intepretasi tertentu secara khas dan historis dengan menunjukkan ikatan emosional antara ayah dan anak, panggilan orang tua “bapak” dan hubungan antara ayah dan anak. Panggilan “bapak” menunjukkan pada film ini ingin meleburkan status seorang bapak tidak hanya dilihat dari sisi biologisnya saja, tapi dilihat dari perannya sebagai seorang ayah. Namun disisi lain, film ini tidak bisa lepas dari heteronormativity yang ada. Waria masih terbelenggu dalam gender yang mereka yakini yakni transgender, namun dalam perannya sebagai pekerja seksual waria harus berperan sebagai peran feminin. Merubah bentuk tubuh dengan melakukan operasi plastik dengan menunjukkan adanya peran laki-laki dan wanita salah satu bentuk dalam teks film yang tidak bisa melepaskan heteronormativity.Kata kunci : transgender, heteronormativas, naturalisasi, film
ESENSI PENGALAMAN KESETARAAN GENDER PEKERJA PEREMPUAN DI PT. PLN (PERSERO) UNIT INDUK DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN D.I.YOGYAKARTA Marisa Arum Larasati; Sunarto Sunarto; Lintang Ratri Rahmiaji
Interaksi Online Vol 10, No 2: April 2022
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Gender inequality in Indonesia is still common, in this case, there are still some problems regarding gender equality in career development in companies, especially for female employees. The company most likely considers that women do not have the ability like men. One of the State-Owned Enterprises (BUMN), namely PT. PLN (Persero) Central Java and D.I.Yogyakarta Main Distribution Units have implemented rules regarding gender equality that do not differentiate between male employees and female employees in occupying positions. This study aims to understand the essence of the experience of gender equality in the career development of female employees. This is qualitative research that uses a critical paradigm with a critical phenomenology approach. The theory used in this research is Critical Organizational Communication Theory and Standpoint Theory. The data collection method used in this study was to conduct in-depth interviews by informants of 5 female employees who had a tenure of fewer than 5 years, more than 5-20 years, and over 20 years. The results show that this company has been dominated by male employees, it can be seen from employees to company leaders. When recruiting employees at PT. PLN (Persero) Main Unit Distribution Central Java and Yogyakarta, the difference in the number of male employees is 400 people and there are 18 female employees in the field. Experience of female workers at PT. PLN (Persero) Central Java and D.I.Yogyakarta Distribution Parent Units in developing employee careers to become structural officers have been determined through an application that has been provided to see the criteria of prospective candidates and follow the fit and proper test that has been held by the HR field. The company provides opportunities for female employees to develop their careers at PT. PLN (Persero) Main Unit Distribution Central Java and Yogyakarta, but each individual has obstacles to developing his career with special considerations such as family and work area placement. Thus, positions that have occupied structural positions tend to be dominated by male employees who do not take much consideration. However, female employees can still be involved in decision-making at work meetings and when employees are active at PT. PLN (Persero) Main Unit Distribution Central Java and Yogyakarta are determined based on the education level of male and female employees, not based on the gender of the employee.
Hubungan Intensitas Menonton Program Berita Investigasi Criminal Case Dan Tingkat Kecemasan Dengan Persepsi Masyarakat Mengenai Women Self Defense Rakanita Oktaviani Hadi Saputri; Sri Widowati Herieningsih; Lintang Ratri Rahmiaji; Agus Naryoso
Interaksi Online Vol 3, No 4: Oktober 2015
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (101.433 KB)

Abstract

Penelitian ini dilatar belakangi oleh semakin banyaknya kasus kriminalitas yang menimpa perempuan, seperti pembunuhan, kekerasan dalam rumah tangga, penjambretan, kekerasan seksual, dan pemerkosaan. Kasus-kasus ini sering kita lihat di televisi. Tidak hanya berita kriminal dengan durasi 3 menit saja, tapi juga dibuat berita investigasinya. Hal ini membuat masyarakat menjadi cemas. Banyaknya pemberitaan seperti ini seharusnya membuat masyarakat berpikir tentang pentingnya self defense, atau biasa disebut dengan women self defense bagi perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan intensitas menonton program berita investigasi criminal case dan tingkat kecemasan dengan persepsi masyarakat mengenai women self defense. Penelitian ini merupakan tipe penelitian ekspalanatori, yang menjelaskan hubungan antar variabel. Jumlah populasi penelitian ini sebanyak 371, dengan jumlah sampel sebanyak 77 orang dengan menggunakan rumus Frank Lynch. Pemilihan sampel menggunakan teknik random sampling dan data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Metode analisis yang digunakan adalah Rank Kendall.Peneliti menggunakan teori kultivasi untuk mengetahui hubungan intensitas menonton program berita investigasi criminal case (X1) dengan tingkat kecemasan (X2) dan hubungan intensitas menonton program berita investigasi criminal case dengan persepsi masyarakat mengenai women self defense. Sedangkan teori efek tidak terbatas untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan (X2) dengan persepsi masyarakat mengenai women self defense (Y). Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) tidak terdapat hubungan antara intensitas menonton program berita investigasi criminal case dengan tingkat kecemasan, dibuktikan dengan nilai r hitung (0.060) < r tabel (0.224). (2) Terdapat hubungan positif antara tingkat kecemasan dengan persepsi masyarakat mengenai women self defense, dibuktikan dengan nilai r hitung (0.361) > r tabel (0.224) dan taraf signifikansi berada pada angka 0,000 < 0,01. (3) Tidak terdapat hubungan antara intensitas menonton program berita investigasi criminal case dengan persepsi masyarakat mengenai women self defense, dimana nilai r hitung (0,072) < r tabel (0,224).
Pemaknaan Khalayak terhadap Ruang Privat pada Tayangan Suka Suka Uya Oki Riski Karlisna; Hedi Pudjo Santosa; Hapsari Dwiningtyas; Lintang Ratri Rahmiaji
Interaksi Online Vol 3, No 1: Januari 2015
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tayangan Suka Suka Uya merupakan sebuah variety show yang ingin memberikan alternatif hiburan bagi pemirsanya dengan menghadirkan bintang tamu public figure untuk direlaksasi, menceritakan apapun tentang kehidupan pribadinya sehingga batas antara ruang privat dan ruang publik di media seolah menjadi kabur. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis resepsi Stuart Hall yang bertujuan mendeskripsikan dan menganalisis keberagaman interpretasi khalayak tentang ruang privat public figure yang dikemas dan ditampilkan dalam tayangan Suka Suka Uya serta bagaimana khalayak mendeskripsikan ruang privat di media, khususnya televisi. Hasil penelitian menunjukkan ada tiga tipe pemaknaan mengenai interpretasi khalayak terhadap ruang privat public figure yang dikemas dan ditampilkan dalam tayangan Suka Suka Uya. Dominant – hegemonic reading adalah posisi dimana khalayak menyetujui makna dominan (preferred reading) bahwa batas antara ruang privat dan publik kabur, melebur jadi satu, dan dianggap sebagai sebuah hal yang wajar bagi seorang public figure karena adanya voyeurism dan penerimaan informasi privat oleh khalayak sebagai hiburan. Negotiated reading dimana khalayak menyetujui makna dominan dari teks media dengan pertimbangan terdapat perbedaan batasan antara public figure dan orang biasa mengenai ruang privat. Khalayak menegosiasikan hal tersebut karena batasan ruang privat public figuredianggap berbeda dan lebih luas sebagai konsekuensi dari profesinya serta selera informan pada bintang tamu yang hadir. Terakhir, opositional reading adalah posisi dimana khalayak secara tegas menolak makna dominan yang ditawarkan oleh teks media karena mereka menganggap bahwa batasan ruang privat dan publik tetap ada dan masing – masing orang termasuk public figure. Ruang privat dideskripsikan sebagai aib yang tabu dibicarakan di ruang publik. Selain itu, perbedaan pemaknaan terhadap ruang privat juga muncul karena perbedaan gender informan, laki – laki dan perempuan. Informan perempuan cenderung lebih menerima terbukanya ruang privat dibandingkan informan laki – laki. Keywords : resepsi, ruang privat, public figure, khalayak
Produksi Program Acara BeritaFeature “Harmoni Islam” di Cakra Semarang TV sebagai Penyunting Gambar Kaisya Ukima Tiara Anugrahani; M Bayu Widagdo; Hedi Pudjo Santosa; I Nyoman Winata; Lintang Ratri Rahmiaji
Interaksi Online Vol 2, No 4: Oktober 2014
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (143.184 KB)

Abstract

Program berita feature dianggap paling tepat untuk mengemas acara yang mengangkat topik mengenai informasi-informasi Islam karena salah satu karakteristik berita feature yang bertujuan memberi tahu dan menyampaikan informasi tetapi sekaligus menghibur khalayak.Sehingga, selain menambah pengetahuan, penonton pun terhibur.Ada berbagai macam kemasan berita featureyang dapat kita nikmati di televisi. Program Harmoni Islam sendiri tergolong ke dalam Berita feature Informatif. Feature informatif sendiri sangat digemari oleh penonton, karena karakteristik masyarakat modern yang sangat sibuk dan tidak memiliki cukup waktu tapi ingin tahu lebih banyak tentang segala hal. Produksi program berita feature pada karya bidang ini dibuat dengan lima posisi pekerjaan berdasarkan tugas dan tanggung jawab masing-masing, yaitu produser, sutradara, penulis naskah, juru kamera dan penyunting gambar.Dalam karya ini fokus menjabarkan apa saja tugas penyunting gambar dalam membuat Program Harmoni Islam dari tahap praproduksi, produksi, dan paskaproduksi.Program ini dibuat 29episode yang tak hanya menginformasikan tentang seluk-beluk agama Islam tapi juga mengenalkan tradisi khas Bulan Ramadhan di daerah Semarang dan sekitarnya.Tayang di televisi lokal Cakra Semarang TV sebagai saran publikasi dengan cara mengisi slot programRamadhan yaitu Pelangi Ramadhan. Tayang setiap hari selama Bulan Ramadhan mulai tanggal 28 Juni 2014 sampai 27 Juli 2014 pukul 17.00 WIB. Melalui karya ini diharapkan dapat mengedukasi dan menambah informasi masyarakat mengenai serba-serba Islam sehingga meningkatkan ibadah di Bulan Ramadhan dan menambah wawasanKata kunci: news features, Islam, informasi, Ramadhan, Televisi, Penyunting gambar.
Performativitas Gender dalam Film The Kids Are All Right Karya Lisa Cholodenko Yohanes Erik Wibawa; Dr Sunarto; Hapsari Dwiningtyas; Lintang Ratri Rahmiaji
Interaksi Online Vol 2, No 4: Oktober 2014
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (146.929 KB)

Abstract

Konsep heteronormativitas tidak memberikan ruang dan toleransi terhadap bentuk gender-gender lain kecuali laki-laki dan perempuan dan heteroseksual dianggap sebagai hubungan yang paling alamiah. Judith Butler, seorang pasca strukturalis, menolak dualisme gender tersebut yang secara sosial sangat sulit ditinggalkan. Film The Kids Are All Right karya Lisa Cholodenko ini mencoba keluar dari nilai-nilai heteronormatif tersebut dengan menampilkan pasangan lesbian yang telah berkeluarga lengkap dengan kehadiran anak-anak.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi pembuat film dalam melakukan naturalisasi pasangan lesbian dalam konteks sosial keluarga dan mengungkap nilai-nilai dalam kultur dominan (heteronormatif) yang tidak bisa dilepaskan oleh film ini. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis semiotika model Roland Barthes melalui tahapan analisis sintagmatik dan paradigmatik dengan menggunakan lima kode pokok pembacaan teks. Strategi film dalam melakukan naturalisasi dengan menunjukkan bahwa pasangan homoseksual (lesbian) bisa memiliki anak sendiri, anak-anak yang diasuh oleh pasangan lesbian bisa berprestasi dan mempunyai tumbuh kembang yang baik, ikatan emosional anak-anak dengan orang tua maupun antar individu lesbian ketika sedang berkonflik (ditunjukkan melalui ekspresi menangis, marah, dan kecewa), adegan-adegan romantic relationship pasangan lesbian (berciuman, berpelukan, bergandengan tangan, dan bercinta), adanya transformasi nilai-nilai sosial dari orang tua ke anak-anak, dan orientasi seksual orang tuanya tidak mempengaruhi orientasi seksual anak-anaknya (walaupun masih menunjukkan adanya melancholic heterosexuality). Kecenderungan heteronormativitas terletak pada konstruksi praktek sosial dan kategori gender yang sifatnya tidak hanya dikotomis tetapi juga hirarkis melalui hadirnya simbol butch (dominasi maskulin)dan femme (peran domestik feminin). Film ini juga menunjukkan resistensi terhadap heteronormativitas dengan menampilkan kategori gender dan seksualitas yang cair. Performativitas gender disini adalah sesuatu yang kompleks karena bukan hanya sekadar imitasi bagaimana gender yang seharusnya ditampilkan oleh tokoh-tokoh dalam film, tetapi bukan usaha untuk menghindari pengulangan terhadap model heteronormativitas tentang bagaimana laki-laki dan perempuan seharusnya.Kata kunci : gender, seksualitas, film
Pengaruh Terpaan Program Consumer Relations dan Persepsi Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasn Pelanggan Listrik Pintar PT PLN (Persero) Azalea Puspa Sessarina; Agus Naryoso; Lintang Ratri Rahmiaji; Joyo NS Gono
Interaksi Online Vol 3, No 4: Oktober 2015
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (144.349 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh terpaan program consumer relations dan persepsi kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan Listrik Pintar PT PLN (Persero), karena kepuasan pelanggan adalah salah tujuan utama yang ingin dicapai suatu organisasi perusahaan.Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan tipe penelitian eksplanatori. Populasi dalam penelitian ini adalah warga kota Semarang yang berusia 25 – 55 tahun dan merupakan pelanggan Listrik Pintar yang pernah terlibat dalam program consumer relations PT PLN (Persero). Penarikan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan responden sejumlah 50 orang. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda.Pengujian hipotesis terpaan program consumer relations dan persepsi kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan Listrik Pintar PT PLN (Persero) menunjukkan hasil pengaruh yang signifikan. Dari hasil penelitian dinyatakan bahwa terpaan program consumer relations dan persepsi kualitas pelayanan secara bersama-sama memberikan pengaruh terhadap kepuasan pelanggan Listrik Pintar PT PLN (Persero) sebesar 92,6%, sedangkan sisanya 7,4% dipengaruhi oleh variabel lainnya.Hasil uji pengaruh antar variabel menunjukkan bahwa masing-masing variabel independen, yaitu terpaan program consumer relations dan persepsi kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, yaitu kepuasan pelanggan Listrik Pintar PT PLN (Persero). Maka hasil ini dikatakan sesuai dengan kedua teori yang digunakan yaitu Two-Way Symetric Model dan The Expectancy Disconfirmation Model.Hal ini bermakna bahwa terdapat hubungan antara terpaan program consumer relations dan persepsi kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan Listrik Pintar PT PLN (Persero) dengan pengaruh yang besar. Pengaruh lainnya dapat disebabkan oleh faktor lain seperti terpaan program Community Social Responcibility (CSR) dan Corporate Publicity PT PLN (Persero).
Pemaknaan Khalayak Terhadap Ruang Privat Pada Tayangan Suka Suka Uya Oki Riski Karlisna; Hedi Pudjo Santosa; Hapsari Dwiningtyas; Lintang Ratri Rahmiaji
Interaksi Online Vol 3, No 1: Januari 2015
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (78.391 KB)

Abstract

Tayangan Suka Suka Uya merupakan sebuah variety show yang ingin memberikan alternatif hiburan bagi pemirsanya dengan menghadirkan bintang tamu public figure untuk direlaksasi, menceritakan apapun tentang kehidupan pribadinya sehingga batas antara ruang privat dan ruang publik di media seolah menjadi kabur. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis resepsi Stuart Hall yang bertujuan mendeskripsikan dan menganalisis keberagaman interpretasi khalayak tentang ruang privat public figure yang dikemas dan ditampilkan dalam tayangan Suka Suka Uya serta bagaimana khalayak mendeskripsikan ruang privat di media, khususnya televisi. Hasil penelitian menunjukkan ada tiga tipe pemaknaan mengenai interpretasi khalayak terhadap ruang privat public figure yang dikemas dan ditampilkan dalam tayangan Suka Suka Uya. Dominant – hegemonic reading adalah posisi dimana khalayak menyetujui makna dominan (preferred reading) bahwa batas antara ruang privat dan publik kabur, melebur jadi satu, dan dianggap sebagai sebuah hal yang wajar bagi seorang public figure karena adanya voyeurism dan penerimaan informasi privat oleh khalayak sebagai hiburan. Negotiated reading dimana khalayak menyetujui makna dominan dari teks media dengan pertimbangan terdapat perbedaan batasan antara public figure dan orang biasa mengenai ruang privat. Khalayak menegosiasikan hal tersebut karena batasan ruang privat public figuredianggap berbeda dan lebih luas sebagai konsekuensi dari profesinya serta selera informan pada bintang tamu yang hadir. Terakhir, opositional reading adalah posisi dimana khalayak secara tegas menolak makna dominan yang ditawarkan oleh teks media karena mereka menganggap bahwa batasan ruang privat dan publik tetap ada dan masing – masing orang termasuk public figure. Ruang privat dideskripsikan sebagai aib yang tabu dibicarakan di ruang publik. Selain itu, perbedaan pemaknaan terhadap ruang privat juga muncul karena perbedaan gender informan, laki – laki dan perempuan. Informan perempuan cenderung lebih menerima terbukanya ruang privat dibandingkan informan laki – laki. Keywords : resepsi, ruang privat, public figure, khalayak
MEMAHAMI PENGALAMAN BODY SHAMING PADA REMAJA PEREMPUAN Tri Fajariani Fauzia; Lintang Ratri Rahmiaji
Interaksi Online Vol 7, No 3: Agustus 2019
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (267.218 KB)

Abstract

This research was motivated by the number of cases or the phenomenon of body shaming in society. There were 966 cases of physical insult or body shaming which is handled by the police from across Indonesia throughout 2018. A total of 347 cases were completed either through law enforcement or mediation approach between victims and perpetrators. The purpose of this research is to know and understand body shaming experienced by adolescent girls. The theory used in this research is the Theory of Socialized Anxiety and Theory of Social Phenomenology. Interpretive paradigm and data analysis technique refers to the method of Clark Moustakas phenomenology. Subjects were young women who have or are experiencing body shaming. The results of this study indicate that the body shaming behavior common to all informants since middle school age and tend to be done by a school friend. The intensity of body shaming tends to rise with age and the emerging awareness of the body and appearance. The shape of body shaming is dominated by color, shape and size of the body in the form of verbal communication and even some up in the form of physical violence. Kind of Body shaming Experienced, such informants got body shaming speech in a crowded place and gets a body shaming accompanied by physical violence. Even body shaming of a male friend or lover puts more stress on the informant, with comment form unattractive body or face. Body shaming pressure and bring shame that lowers body confidence. Informants be easily sensitive to a variety of things, such as in choosing clothes, refused an invitation to leave the house, until further closing and self-limiting. Informants in this study perform verification effort to avoid the body shaming back with body treatments, a program of diet, exercise, and learn makeup. Resistance of body shaming led to the concept of body positivity, but they still take measures changes in the body'seperti dress, Forming a good body, and sensitive on matters relating to the body. Experiencing body shaming and doing body-positivity may not be completed even though they can take the fight. When the informant has been doing body positivity did not rule out the possibility they feel insecurity on his back and make changes in order to prevent the occurrence of body shaming.
REPRESENTASI OBJEKTIFIKASI PEREMPUAN DALAM FILM SELESAI (ANALISIS SEMIOTIKA ROLAND BARTHES) Freshia Trinanda Hamid; Sunarto Sunarto; Lintang Ratri Rahmiaji
Interaksi Online Vol 11, No 1: Januari 2023
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Film productions in Indonesia still present characterizations that are attached to traditional gender constructions and objectify the female body. The director of “Selesai” stated that this movie is produced as a form of his perception regarding the patriarchal culture in Indonesia, presenting social facts, starting a new perspective, and not discrediting women. Based on the director's statement, this study aims to describe the objectification of women and find the dominant ideology in the text. The main theory used is standpoint theory, supported by male gaze theory, radical libertarian feminism, and the concept of objectification of NussbaumLangton. The method used is the semiotic analysis of Roland Barthes (5 codes). The main finding of this research is that “Selesai” represents the objectification of women, where the objectification is carried out by men, fellow women, and women themselves. Referring to the concept of Nussbaum Langton, some forms of objectification found in the movie; Instrumentality, where women are used as tools to satisfy men's sex that is represented in the movie through mistresses, girlfriends, and even in imagination, used as money-making tools and seen as instruments that should give birth in marriage relations. Denial of autonomy and inertness, a restriction on women when they try to make decisions for themselves such as husbands who refuse to divorce, women who have no autonomy to determine whether to give birth and are admitted to mental hospitals. Ownership can be seen from the unequal ownership relations where men tend to be dominant in both dating and marriage relationships and “playing victim” practices to justify the commitment violations. Fungibility, women can be exchanged if she didn’t meet expectations. Violability, women as objects who can be treated harshly, to be hurt, their rights are fine to be robbed, cheated on, and bullied verbally and non-verbally. Denial of subjectivity, women's experiences, and feelings are ignored. Reduction of appearance, women's value is reduced based on their appearance and reduction of the body where there is a focus on women through how the camera works on certain body parts. The objectification in “Selesai” is accompanied by a lack of female resistance, this emphasizes the dominant ideology of patriarchy and contradicts the director's statement which says that this movie didn’t discredit women because the facts chosen in this movie aren’t constructed well with gender equality. Based on the results of this critical research, it’s inaccurate if the contents of the film are used as material for a reflection to change society.
Co-Authors ABDURRAHIM DJALINS, RAZI Abimanyu Satriyo Wicaksono Ade Armando Adi Nugroho Adi Nugroho Afi Sultan Ramadhan, Muhammad Afiati Tsalitsati, Afiati Afra Widyawiratih Arini Afra, Adeela Afrilia Wening Anindya Agus Naryoso S.Sos, M.Si, Agus Naryoso Agustina Rahmawati Aisyah Nadhilah Arsyi Malik Akmalia Rasyid, Alifa Alya Azma Fazira Alya Nur Hana Amrina, Afrilla Anastasya Yuca Venina Andre Ghozali Putra Riyadi Anike Puspita Yunita Anissa Meiriam Swastinastiti Antika Yolanza Arbi Azka Wildan, Arbi Azka Arham Syarif, Muhamad Arlinda Nurul Nugraharini Arum Sawitri Wahyuningtias Azalea Puspa Sessarina Azif, Zahra Azzahira Putri Zakaria, Grandhis Bambang Sadono Bambang Sadono Bayu Satwika, Jonathan Bayu Widagdo, Muhammad Bethania Swasti Akmarani Chela Merchela Funay Dafa H.D, Krisna Desynta Kurnia Hapsari Dhea Ayu Fairuzha Djoko Setyabudi DR Sunarto Dwi Purbaningrum, Dwi Estadista Herdini, Reyna Faiz Syarafullana, Mirwa Farhan Haritz, Abdullah Fitri Damayanti Frans Agung Prabowo Freshia Trinanda Hamid Geralda Mewengkang, Rafaela Ginting, Stefany Hanifah Widyadhana, Nastiti Hanna Oliviati, Nur Hapsari Dwiningtyas Hapsari Dwiningtyas S, Hapsari Dwiningtyas Hapsari Dwiningtyas Sulistyani Hasan Hendratmoko Hedi Pudjo Santosa Hedi Pudjo Santosa Hendrianto Noor Ikhwan Herusna Yoda Sumbara I Nyoman Winata Iffah Shofiyah Ariefah Indra Pratama Isti Prabandari, Ayu Josinita Endah Juniarlin Joyo NS Gono Joyo Nur Suryanto Gono Juwita Veronica Kaisya Ukima Tiara Anugrahani Keke Meidyluana Sitalaksmi Kristiawan Agma Bima Setyanto Liza Margaret, Liza M Bayu Widagdo Maria Gabrielle P., Maria Marisa Arum Larasati Mayangsari Cantika Mutiara Mellisa Indah Purnamasari Muhammad Bayu Widagdo Muhammad Imaduddin Naabigha, Tsaabitah Nanda Dwitiya Swastha Nisa Bela Dina, Nisa Bela Nisa Safitri, Aiko Nisrina Aulianovanda, Althafa NUR CAHYANINGSIH, DEWI Nurist Surayya Ulfa Nuriyatul Lailiyah Nurul Hasfi Nurul Syifa, Salsa Octari Ambarita, Angelica Oki Riski Karlisna Osa Patra Rikastana Pehulisa, Karin Primada Qurrota Ayun Puji Purwati Qonita Andini, Annisa Raghabendra, Octova Rakanita Oktaviani Hadi Saputri Rezeki Amalia, Annisa Rieda Anindita Putri, Rieda Anindita Rimadhani Putri Budiana Rizka Rahmawati Rizki Rengganu Suri Perdana Rony Kristanto Setiawan S. Rouli Manalu Sabda Nugraha, Detrina Safira Nurin Aghnia Septiana Hadiwinoto, Jessica Siska Ratih Dewanti Sri Budi Lestari Sri Budi Lestari Sri Widowati Herieningsih Sunarto Sunarto Sunarto Sunarto Surya Mutumanikam, Gempita Tandiyo Pradekso Taufik Suprihatini Taufik Suprihatini Tiara Apriyani Titiek Hendriama Titiek Hendriama, Titiek Tri Fajariani Fauzia Triyono Lukmantoro Triyono Lukmantoro Triyono Lukmantoro Triyono Lukmantoro Turnomo Rahardjo Turnomo Rahardjo Vivi Yolanda Wafda Afina Dianastuti Warapsari, Dhyayi Wimala Wimardana Wiwid Noor Rakhmad Yanuar Luqman Yoana Putri Elianna Yohanes Erik Wibawa Yoshita Rindha Anggraini Yulistra Ivo Azhari Yunni Wulan Ndari Yunusiah, Septia