Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMAMPUAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (TUNARUNGU) DI SLB YAYASAN BAHAGIA KOTA TASIKMALAYA Mulyana, Asep; Mutiudin, Ade Iwan
JURNAL MITRA KENCANA KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN Vol 1, No 2 (2018): JURNAL MITRA KENCANA
Publisher : JURNAL MITRA KENCANA KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABK tunarungu memiliki masalah yang menonjol pada kemampuan keterampilan sosial karena keterbatasan kemampuan mendengar mereka. Kemampuan keterampilan sosial dapat ditingkatkan dengan adanya dukungan keluarga. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kemampuan sosial ABK; tunarungu. Penelitian ini merupakan jenis penelitian non-eksperimen dengan desain penelitian deskriptif korelasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi adalah 34 wali murid di SLB Yayasan Bahagia Kota Tasikmalaya. Metode samplingnya adalah total sampling. Variabel penelitian adalah dukungan keluarga, kemampuan keterampilan sosial ABK; Tunarungu. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner. Hasil penelitian menggunakan uji statistik product momen person, Analisis univariat menunjukan 21 (61.8%) responden dukungan keluarga yang baik, 13 (38.2%) responden dukungan keluarga yang kurang, dan kemampuan keterampilan sosial terdiri dari 20 (58.8%) anak mempunyai kemampuan keterampilan sosial baik dan 14 (41.2%) anak mempunyai kemampuan keterampilan sosial kurang. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan dukungan keluarga dengan kemampuan keterampilan sosial dengan nilai p-value 0.001 menunjukkan kekuatan tingkat hubungan korelasinya sedang dan searah berarti semakin baik dukungan keluarga maka semakin baik pula kemampuan keterampilan sosial yang dimiliki anak tunarungu. Kemampuan keterampilan sosial yang kurang pada anak tunarungu dapat diminimalisir oleh keluarga karena keluarga adalah orang yang paling dekat dan mempunyai intensitas baik untuk bersama dengan anak tunarungu.
Edukasi Kesehatan Covid-19 Untuk Meningkatkan Kewaspadaan Ibu Yang Mempunyai Anak Stunting Mulyana, Hilman; Mutiudin, Ade Iwan; Hidayatulloh, Ana Ikhsan; Lutfi, Baharudin; Mulyana, Asep; Dewi, Heni Aguspita; Rahmawati, Ai
Jurnal Pengabdian Masyarakat Indonesia Maju Vol 2 No 02 (2021): Jurnal Pengabdian Masyarakat Indonesia Maju Volume 02 Nomer 02 Tahun 2021
Publisher : UIMA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (742.58 KB) | DOI: 10.33221/jpmim.v2i02.1341

Abstract

Pandemi Covid-19 dapat berdampak pada peningkatan jumlah kasus Stunting dan kurangnya kepedulian ibu terhadap protokol kesehatan. Perlu di waspadai bahwa virus covid-19 dapat menyerang siapa saja dan kapan saja dengan mudah. Oleh karena itu salah satu upaya yang bisa dilakukan dengan mudah untuk mencegah terjadinya peningkatan kasus Covid-19 pada anak Stunting yaitu dengan pemerian edukasi covid-19. Tujuan penelitian untuk meningkatkan kewaspadaan ibu mengenai covid-19. Metode: Edukasi diberikan kepada 20 orang ibu, selama 3 minggu melalui dua metode, yaitu: secara langsung (ceramah, demonstrasi dan diskusi) dan berbasis online (whatsapp group, pesan secara berkala baik dalam bentuk teks, gambar, ataupun video). Hasil edukasi menunjukan bahwa kewaspadaan ibu mengalami peningkatan dari sebelum dan setelah dilakukan edukasi, Z hitung sebesar -4,146 dan p-value sebesar 0,000. Ibu diharapkan mampu menerapkan hasil upaya edukasi dalam aktivitasnya sehari-hari, sehingga dampak terinfeksi Covid-19 tehadap anak Stunting tidak terjadi.
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMAMPUAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (TUNARUNGU) DI SLB YAYASAN BAHAGIA KOTA TASIKMALAYA Asep Mulyana; Ade Iwan Mutiudin
JURNAL MITRA KENCANA KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN Vol 1, No 2 (2018): JURNAL MITRA KENCANA
Publisher : LPPM Universitas Bhakti Kencana Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54440/jmk.v1i2.45

Abstract

ABK tunarungu memiliki masalah yang menonjol pada kemampuan keterampilan sosial karena keterbatasan kemampuan mendengar mereka. Kemampuan keterampilan sosial dapat ditingkatkan dengan adanya dukungan keluarga. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kemampuan sosial ABK; tunarungu. Penelitian ini merupakan jenis penelitian non-eksperimen dengan desain penelitian deskriptif korelasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi adalah 34 wali murid di SLB Yayasan Bahagia Kota Tasikmalaya. Metode samplingnya adalah total sampling. Variabel penelitian adalah dukungan keluarga, kemampuan keterampilan sosial ABK; Tunarungu. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner. Hasil penelitian menggunakan uji statistik product momen person, Analisis univariat menunjukan 21 (61.8%) responden dukungan keluarga yang baik, 13 (38.2%) responden dukungan keluarga yang kurang, dan kemampuan keterampilan sosial terdiri dari 20 (58.8%) anak mempunyai kemampuan keterampilan sosial baik dan 14 (41.2%) anak mempunyai kemampuan keterampilan sosial kurang. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan dukungan keluarga dengan kemampuan keterampilan sosial dengan nilai p-value 0.001 menunjukkan kekuatan tingkat hubungan korelasinya sedang dan searah berarti semakin baik dukungan keluarga maka semakin baik pula kemampuan keterampilan sosial yang dimiliki anak tunarungu. Kemampuan keterampilan sosial yang kurang pada anak tunarungu dapat diminimalisir oleh keluarga karena keluarga adalah orang yang paling dekat dan mempunyai intensitas baik untuk bersama dengan anak tunarungu.
EFEKTIVITAS PROSES PENYEMBUHAN LUKA DENGAN PENGGUNAAN MODERN WOUND DRESSING PADA PASIEN ULKUS DIABETIK: A SISTEMATIK REVIEW Ade Iwan Mutiudin
JURNAL MITRA KENCANA KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN Vol 3, No 2 (2019): JURNAL MITRA KENCANA
Publisher : LPPM Universitas Bhakti Kencana Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54440/jmk.v3i2.84

Abstract

ABSTRAK Ulkus kaki pada pasien diabetes harus mendapatkan perawatan untuk mengurangi resiko infeksi dan amputasi, serta memperbaiki fungsi dan kualitas hidup. Teknik perawatan luka berkembang sangat cepat yang bisa membantu perawat dan pasien untuk proses penyembuhkan luka kronik. Jenismodern dressing yang bisa digunakandiantaranya Askina Calgitrol Ag, Healoderm, Bio Implant, Foam Dressing, Alginet, Hidrogel, SkinGraft, Negative Pressure Wound Therapy (NPWT), dan Low Level Laser Therapy.Tujuan : penelitian ini untuk meninjau dan mengetahui mengenai efektivitas proses penyembuhan luka dengan intervensi penggunaan metode Modern Wound Dressing pada pasien Ulkus Diabetik.Metode : Penelitian ini menggunakan Systematic Review berdasarkan Preferred Reporting Items for Systematic Reviews & Meta-Analyses (PRISMA) untuk mengidentifikasi semua literature yang di publikasikan menggunakan database dan kata kunci yang relevan.Hasil : Pada 10 artikel yang telah kami lakukan analisis, penggunaan modern dressing telah di gunakan di beberapa Negara seperti Prancis, Iran, Korea, London, South Florida dan Amerika Serikat. Metode modern dressing terbukti signifikan dapat meningkatkan proses penyembuhan luka kaki diabetik dan efektifitas terhadap biaya perawatanluka lebih hemat.Kesimpulan :Modern wound dressing adalah pilihan yang tepat untuk meningkatkan proses penyembuhan lukakaki diabetes dengan efektifitas biaya perawatan yang lebih hemat. Kata Kunci : Diabetic Foot Ulcer, Effectivity, Healing Process, Modern Wound Dressing
HUBUNGAN EFIKASI DIRI DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERILAKU PERAWATAN KAKI PADA PENDERITA DIABETES TIPE 2 Ade Iwan Mutiudin; Hilman Mulyana; Deni Wahyudi; Edi Gusdiana
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol 13, No 2 (2022): JURNAL ILMU KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
Publisher : Universitas Muhammadiyah Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26751/jikk.v13i2.1531

Abstract

Diabetes melitus merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal yang memiliki komplikasi seperti neuropati. Komplikasi neuropati diabetik diabetik dapat menyebabkan sejumlah komplikasi serius seperti infeksi dan kematian jaringan di kaki, sehingga kaki perlu diamputasi, Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi neuopatik tersebut adalah perawatan kaki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan efikasi diri dan dukungan keluarga terhadap perilaku perawatan kaki pada penderita diabetes tipe 2. Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan metode analitik dan pendekatan cross sectional. Sampel sebanyak 97 orang yang diperoleh dengan teknik proportional random sampling. Data dikumpulkan mneggunakan kuesioner kemudian dianalisis menggunakan uji chi square. Hasil penelitian didapatkan efikasi diri pada penderita diabetes tipe 2 termasuk tinggi (53.6%). Dukungan keluarga termasuk baik (55.7%) dan perilaku perawatan kaki termasuk baik (59.8%). Terdapat hubungan efikasi diri dengan perilaku perawatan kaki (p value 0,000) dan terdapat hubungan dukungan keluarga dengan perilaku perawatan kaki (p value 0,002). Oleh karen itu perawat disarankan meningkatkan asuhan keperawatan pada penderita DM dan keluarga dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kaki.
Studi Kasus : Status Neurologi Pasien Space Occupying Lesion Dengan Hiv dan Toxoplasmosis Cerebri Mutiudin, Ade Iwan; Sagala, Ridal; Pahria, Tuti; Herliani, Yusshy Kurnia; Harun, Hasniatisari; Pitriana, Epi
Jurnal Perawat Indonesia Vol. 4 No. 1 (2020): May 2020
Publisher : Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Tengah.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (282.18 KB) | DOI: 10.32584/jpi.v4i1.450

Abstract

Space occupying lesion merupakan desakan ruang yang diakibatkan peningkatan volume di dalam ruang intrakranial. Desakan ruang di intrakranial dapat mengakibatkan jaringan otak mengalami nekrosis sehingga dapat menyebabkan gangguan neurologik progresif. Pasien SOL dengan HIV dan Toxoplasmosis Cerebri menunjukkan hampir 80-90% ditemukan memiliki kelainan neurologik. Tujuan : menganalisis karakteristik pasien dan menganalisis status neurologi. Metode : penelitian dekriptif dengan pendekatan studi kasus observasi. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah consecutive sampling. Alat pengumpulan data menggunakan lembaran ceklis yang merupakan kriteria status neurologis berdasarkan Nanda, lembar observasi dan MMSE. Hasil : Durasi mulai sakit yang di alami kedua pasien lebih dari 3 bulan dengan lama hari perawatan lebih dari 7 hari. Kedua pasien mempunyai riwayat penyakit penyerta yang sama dan baru mendapatkan terapi Atiretroviral setelah dirawat di rumah sakit. Gangguan status neurologis yang paling dominan tampak pada pasien Space Occupying Lesion dengan HIV dan Toxoplasmosis Cerebri diantaranya : Keluhan sakit kepala, gangguan kognitif dan gangguan berbicara serta kelemahan otot. Saran : Monitoring status neurologi secara komprehensif merupakan bagian penting terutama pada pasien Space Occupying Lesion dengan HIV dan Toxoplasmosis Cerebri, agar pelayanan yang diberikan akan lebih optimal dan berkualitas. Sehingga dapat mengurangi angka morbiditas dan mortalitas yang diakibatkan oleh gangguan fungsi neurologi. Case Study : Neurology Status of Patients Space Occupying Lesion with HIV and Cerebri Toxoplasmosis. Space occupying lesion is the insistence of space caused by an increase in volume in the intracranial space. Pressure in the intracranial space can brain tissue to experience necrosis so that it can cause progressive neurologic disorders. SOL patients with HIV and Cerebri Toxoplasmosis show nearly 80-90% are found to have neurological abnormalities. Aims : To analyze patient characteristics and analyze neurological status. Method : Descriptive research with an observational case study approach. The sampling technique used was consecutive sampling. Data collection tools use checklist sheets which are neurological status criteria based on Nanda, observation sheets and MMSE. Results : Duration of pain started in both patients was more than 3 months with a length of treatment more than 7 days. Both patients had a history of the same comorbidities and had only received Atiretroviral therapy after being hospitalized. The most dominant neurological status disorders seen in Space Occupying Lesion patients with HIV and Cerebri Toxoplasmosis include: Complaints of headaches, cognitive disorders and speech disorders and muscle weakness. Suggestion: Monitoring Neurology Status comprehensively is an important part especially in the patient's occupying lesion with HIV, so that the service provided will be more optimal and quality. Thus, it can reduce the morbidity and mortality rates caused by impaired neurological functions. 
Intensitas Penggunaan Gadget dengan Perkembangan Sosial pada Anak Usia Dini (4-6 Tahun) Kartika, Tika; Mutiudin, Ade Iwan; Marlina, Lina
Jurnal Perawat Indonesia Vol. 6 No. 2 (2022): August 2022
Publisher : Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Tengah.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (192.302 KB) | DOI: 10.32584/jpi.v6i2.1160

Abstract

Penggunaan gadget melebihi batas waktu yang disarankan pada anak dapat menyebabkan sebuah ketergantungan, ketika dalam menggunakan gadget terlalu lama mengakibatkan anak kurang berinteraksi dan kurang beradaptasi yang nantinya akan menghambat perkembangan sosial. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan intensitas penggunaan gadget dengan perkembangan sosial pada anak usia dini (4-6 tahun). Metode penelitian ini adalah deskriftif analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional. Tekhnik pengumpulan data yang digunakan adalah data kuantitatif dengan istrumen penelitian melalui pengisian kuisioner. Responden dalam penelitian ini sebanyak 35 orang melalui teknik pengambilan sampel total sampling. Analisa data menggunakan metode uji Spearman Rho. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar  sekitar 18 anak (51,4%) intensitas penggunaan gadget tinggi dengan perkembangan sosial yang kurang sebanyak 16 anak (45,7%). Hasil analisis didapatkan hubungan yang signifikan antara intensitas penggunaan gadget dengan perkembangan sosial pada anak usia dini (4-6 tahun) dengan nilai p value 0,000 yang lebih kecil daripada nilai α : 0,05 (p<0,05). Berdasarkan penelitian ini erat hubungannya antara intensitas penggunaan gadget dengan perkembangan sosial, diharapkan orangtua mampu mengontrol penggunaan gadget pada anak dengan memberikan batasan waktu dan mengalihkan kebiasaan anak dengan membiarkan anak beradaptasi dengan lingkungannya. Kata Kunci    : Penggunaan Gadget, Perkembangan Sosial Anak,  Usia Dini 1-4 tahun  
Tingkatkan Kemitraan Melalui Tangkis Stunting Sebelum Genting Ratna Dian Kurniawati; Tika Lubis; Kosasih Kosasih; Raihany Sholihatul Mukaromah; Jumiatun Jumiatun; Ade Iwan Mutiudin; Choerrunisa Choerrunisa; Bilqis Annisa; Fathiya Insania; Asi Raja Pasaribu; Dhimas Amin Herlangga; Wawono Pandu Wiratmoyo
Madaniya Vol. 4 No. 1 (2023)
Publisher : Pusat Studi Bahasa dan Publikasi Ilmiah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53696/27214834.349

Abstract

Sustainable Development Goals (SDGs) menetapkan stunting sebagai salah satu target pada tujuan pembangunan berkelanjutan ke-2. Tujuan tersebut adalah menghilangkan kelaparan dan segala bentuk malnutrisi pada tahun 2030 serta mencapai ketahanan pangan. Data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2021 menyatakan prevalensi stunting berkisar 24,4 persen atau 5,33 juta balita. Artinya angka tersebut masih di atas angka standar yang ditoleransi WHO, yaitu di bawah 20 persen. Pengabdian masyarakat ini dilakukan di Desa Cimenyan melalui bina suasana dan pemberdayaan masyarakat berupa edukasi kepada ibu PKK, ibu yang memiliki balita, dan karang taruna. Tujuan kegiatan ini untuk memberikan upaya promosi kesehatan dengan membangun kemitraan melalui bina suasana dan pemberdayaan masyarakat berupa edukasi pencegahan faktor resiko penyebab stunting. Pengabdian masyarakat ini terdiri dari survery awal, focus group discussion, diseminasi dan evaluasi. Kegiatan dilakukan pada 25, 27 Juli dan 11 Agustus 2022. Desa Cimenyan merupakan desa dengan penduduk pendidikan rendah dan kasus pernikahan dini masih cukup tinggi, di mana terdapat 63 balita terindikasi mengalami stunting. Terdapat peningkatan pengetahuan ibu mengenai pencegahan stunting dan peningkatan remaja mengenai dampak pernikahan dini. Perlu ditingkatkan kerjasama lintas sektoral dan lintas program dalam kemitraan pencegahan stunting.
Penyuluhan Penggunaan Golongan Obat Bebas dan Bebas Terbatas Untuk Upaya Pengobatan Diri Sendiri (Swamedikasi) dalam Menangani Penyakit Ringan Ani Anggraini; Tika Lubis; Ratna DIan Kurniawati; Yanni Dhiani Mardhiani; Ade Iwan Mutiudin
ABDI: Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Vol 5 No 3 (2023): Abdi: Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat
Publisher : Labor Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/abdi.v5i3.467

Abstract

Abstrak Swamedikasi sering dilakukan oleh masyarakat untuk mengobati gejala atau penyakit ringan yang dialami, namun tidak semua golongan obat boleh digunakan. Oleh karena itu perlu dilakukan penyuluhan tentang penggunaan obat golongan bebas dan terbatas untuk upaya swamedikasi penanganan penyakit ringan secara non farmakolgi. Penyuluhan dilakukan kepada masyarakat RW 09 Kecamatan Panyileukan pada bulan November 2022 yang dihadiri oleh 30 orang peserta. Kegiatan diawali dengan studi permasalahan, pembuatan media, penyuluhan swamedikasi, evaluasi dan pembuatan laporan akhir. Dari hasil kegiatan pengabdian masayrakat ini diketahui adanya peningkatkan pengetahuan responden tentang swamedikasi dalam menangani penyakit ringan.
Dukungan Keluarga Pada Anggota Keluarga Anak Stunting dan TB-MDR Hilman Mulyana; Ade Iwan Mutiudin; Ana Ikhsan Hidayatulloh; Asep Mulyana; Baharudin Lutfi S; Septiandi Eka Darusman; Asep Rahmadiana; Deni Wahyudi; Rikky Gita Hilmawan; Ai Rahmawati; Heni Aguspita Dewi; Yani Sri Yani; Mamay Sugiharti; Fitriani Mardiana Hidayat; Reni Nurdianti; Budy Nugraha
Karya Kesehatan Siwalima Vol 1, No 2 (2022): September
Publisher : Lembaga Penerbitan Fakultas Kesehatan, Universitas Kristen Indonesia Maluku

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54639/kks.v1i2.828

Abstract

Global Report melaporkan bahwa Indonesia termasuk 27 high burden TB-MDR countries, salah satunya terdapat di provinsi Jawa Barat sebanyak 28 pasien TBC kebal rifampisin pada tahun 2017. Terdapat 30 pasien TBC di kota Tasikmalaya yang tersebar di beberapa wilayah kerja Puskesmas di tahun 2018. Menariknya terdapat 16 orang dari 30 pasien tersebut memiliki anggota keluarga dengan kondisi anak stunting, serta di kota tasikmalaya terdapat 32% anak stunting yang cukup tinggi diatas standard yang ditetapkan WHO yaitu 20%. Kondisi demikian tentunya berpengaruh terhadap dukungan yang diberikan oleh keluarga kepada klien. Langkah pertama kegiatan dengan melibatkan mitra yaitu keluarga atau anggota keluarga yang memiliki anak dengan kondisi stunting dan anggota keluarga yang memiliki klien TBC, tahapannya meliputi  pra kegiatan, kedua survei lokasi, dan ketiga persiapan sarana dan prasarana. Langkah kedua pelaksanaan kegiatan, meliputi pre-test, pelaksanaan edukasi, dan diakhiri dengan post-test. Langkah ketiga evaluasi,  pengukuran pengetahuan mitra dengan cara membandingkan dan menganalisis hasil dari pre-test dan post-test. Terdapat peningkatan dukungan keluarga mitra setelah mendapatkan edukasi sebelum dan sesudah, meliputi emosional dari 68.7% menjadi 87.5%, informasi dari 62.5% menjadi 93.7%, instrumental dari 50% menjadi 81.2%, dan penilaian dari 56.2% menjadi 68.7%.  Terdapat peningkatan dukungan keluarga terutama pada dimensi emosional 18.8% dan dimensi informasional 31.2%, serta secara keseluruhan mitra sudah memberikan dukungan bersifat Favorable sebanyak 68.7%. Perlu adanya pengabdian kepada masyarakat lanjutan berupa peningkatan sikap ataupun perilaku yang berkelanjutan dari mitra sampai benar-benar menjadi kebiasaan yang positif.