Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

Pemanfaatan Tithonia diversifolia Sebagai Bahan Alami Sabun Cair Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Metode Difusi Putra, Rengga Khatulistiwa; Suwandi, Edy; Sugito, Sugito
Jurnal Laboratorium Khatulistiwa Vol 8, No 1 (2024): November 2024
Publisher : poltekkes kemenkes pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/jlk.v8i1.1494

Abstract

Sabun adalah salah satu produk pembersih kulit yang paling banyak dan sudah sejak lama berabad-abad silam yang lalu telah digunakan yang didasarkan pada surfaktan. Sabun berbahan baku bahan alam masih jarang ditemukan di pasaran. Kebanyakan dari sabun tersebut masih menggunakan bahan sintetik sebagai bahan aktifnya. Daun insulin memiliki kandungan  senyawa antibakteri diantaranya seperti tanin, flavonoid, alkaloid, hingga saponin yang dapat dijadikan sebagai bahan aktif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan perbedaan sabun cair ekstrak daun insulin formula I dan formula II dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus metode difusi. Penelitian ini berbentuk Quasi Experimental Design dengan teknik sampling purposive. Sampel yang digunakan adalah sediaan sabun cair esktrak daun insulin yang dibuat sebanyak 2 perlakuan, yaitu sediaan sabun cair ekstrak daun insulin formula I (ekstrak 10%) dan formula II (ekstrak 15%) yang dibuat 16 kali pengulangan pada masing-masing perlakuan, sehingga total sampel yang digunakan untuk 2 kelompok perlakuan adalah 32 sediaan yang diuji kekuatan antibakterinya dalam menghambat Staphylococcus aureus dengan mengunakan metode difusi cakram Kirby-Bauer. Hasil penelitian sediaan sabun cair ekstrak daun insulin didapatkan pengukuran zona hambat pada formula I rata-rata sebesar 9,5 mm kategori sedang dan formula II rata-rata sebesar 14,9 mm kategori kuat. Hasil analisis statistik uji Wilcoxon didapatkan p value 0,000 < α 0,05 yang berarti terdapat perbedaan diameter zona hambat pada sabun cair ekstrak daun insulin formula I dan II dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus metode difusi.
The Effectiveness of Chocolate in Reducing the Number of Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus Colonies in Rattus norvegicus Edy Suwandi; Ari Nuswantoro; Sugito Sugito; Desi Wahyumarniasari; Muhammad Reza Setiawan; Dinasti Aprillia; Devi Nurfitri Bintang
JURNAL INFO KESEHATAN Vol 19 No 2 (2021): JURNAL INFO KESEHATAN
Publisher : Research and Community Service Unit, Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31965/infokes.Vol19.Iss2.545

Abstract

Chocolate has long been understood to provide positive emotions and a good mood if consumed in moderation. Chocolate contains prebiotics naturally from its constituent ingredients produced during the production process. Prebiotics, frequently oligosaccharides, are substances which cannot be metabolized by the human digestive system but can be employed by a group of bacteria in the gut, understood as probiotics. The positive relationship among them provides benefits for the host in eliminating pathogens. One of the well-known pathogens which frequently cause infection either in the community or in hospitals is methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Since it was first identified in 1960, MRSA has caused health problems until today. Research conducted on two groups of Rattus norvegicus infected with MRSA and then fed chocolate revealed a decrease in the average number of bacterial colonies on the skin compared to the control group. In the group fed chocolate at a dose of 50 mg/day, the bacterial colonies decreased to 1.28 x 108 CFU/cm2 in 7 days, lower than in the control group (1.46 x 108 CFU/cm2) at the same time. While those fed 75 mg/day chocolate decreased to 2.70 x 107 CFU/cm2 and the three groups were significantly different (0.000<0.05). Prebiotics fermented by probiotics release short-chain fatty acids (SCFA), which compete with the pathogens for attaching to the epithelial wall so that pathogens lose space and nutrients to survive. However, the adverse effect of chocolate may occur because it contains sugar which is a nutrient for bacteria, but if the balance of normal flora and adequate intake of prebiotics are administered, the pathogen could be eliminated.
Daya Hambat Sediaan Deodoran Spray Minyak Atsiri Kulit Jeruk Bali Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Suwandi, Edy; Saputra, Daniel Angkasa; Kamilla, Laila; Sari, Emilda
Jurnal Laboratorium Khatulistiwa Vol 8, No 2 (2025): Mei 2025
Publisher : poltekkes kemenkes pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30602/jlk.v8i2.1832

Abstract

Deodoran spray adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk menyerap keringat dan menutupi bau badan. Bau badan merupakan masalah yang cukup penting, bau badan ini dapat ditimbulkan karena kurang menjaga kebersihan badan dan adanya aktivitas bakteri Staphylococcus aureus. Jeruk bali memiliki senyawa metabolit sekunder terpenoid. Senyawa metabolit sekunder tersebut dapat dimanfaatkan sebagai agen antibakteri pada sediaan deodoran spray. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis perbedaan sediaan deodoran spray minyak atsiri kulit jeruk bali pada konsentrasi 3%, 6% dan 9% dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Penelitian ini berbentuk Quasi Experimental Design, populasi pada penelitian ini adalah sediaan deodoran spray minyak atsiri kulit jeruk bali dengan menggunakan teknik sampling purposive. Sampel yang digunakan adalah sediaan deodoran spray minyak atsiri kulit jeruk bali konsentrasi 3%, 6% dan 9% yang dibuat 9 kali pengulangan pada masing- masing perlakuan, sehingga total sampel yang digunakan untuk 3 kelompok perlakuan tersebut adalah 27 sediaan deodoran spray yang diuji kekuatan antibakterinya dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan menggunakan metode difusi cakram Kirby-Bauer. Hasil uji daya hambat sediaan deodoran spray minyak atsiri kulit jeruk bali terhadap bakteri Staphylococcus aureus didapatkan rata-rata zona hambat pada konsentrasi 3% sebesar 7,1 mm, konsentrasi 6% sebesar 7,9 mm dan konsentrasi 9% sebesar 8,7 mm. Dari hasil analisis data uji Friedman diperoleh p-value 0,000 < α 0,05. Sehingga terdapat perbedaan antara setiap konsentrasi sediaan deodoran spray minyak atsiri kulit jeruk bali terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.